Kelompok 1
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil‘alamin
Puji syukur kita sampaikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengizinkan
tertuntaskannya makalah kami ini dalam mata kuliah Hadist Tarbawi, tidak lupa pula kita ucapkan
Shalawat beriring salam semoga dengan membasahi kedua bibir kita dengan shalawat di padang
mahsyar kelak kita semua berkesempatan untuk mendapat Syafa’at dari Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wa Sallam. Amiin, Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Hormat dan terimakasih kami, semoga tersampaikan ke dalam lubuk hati teman-teman dan
siapapun yang berkesempatan untuk membaca makalah ini terutama kepada ibu dosen pengampu Ibu
Dr. Juli Julaiha P. M.A yang telah mengarahkan kami untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan
erat dengan Hadist, sesungguhnya kami yakin manakala mempelajari secara mendalam tentang
Hadist Nabi maka semakin terbukti kecintaan kita kepadanya dan diri kita benar-benar menjadi lebih
baik dari hari ke -hari. Karenanya tak ada kata yang lebih baik kami ucapkan melainkan terima kasih
kepada Dosen Pengampu dan semua teman-teman kami karena sudah banyak menyumbang bantuan
baik secara moril maupun materil.
Kami menyadari kurangnya ilmu-ilmu kami terkait topik Hadist ini, karenanya kami amat
terbuka dengan kritik maupun saran yang membangun agar kam dapat menulis dan menjelaskan
kepada banyak orang dengan cara data dan penjelasan yang jauh lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah yang kami tulis ini dapat menjadi pembuka pikiran dan dapat mengajak siapapun
pembacanya agar punya kesadaran untuk mempelajari hadist berikut komponen, pendapat, dan segala
aspek tentang hadist yang tentunya amat sangat dibutuhkan oleh banyak orang Indonesia.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang ingin lebih mencintai Rasulullah lewat
Hadist-hadist yang diwariskan kepada kita sebagai umat islam lewat tangan para ulama yang menjadi
pewaris, bagi ilmu, adab, dan pemahamaan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam.
Semoga bermanfaat Wassalamu’alaikum Wararmatullahi Wabarakatuh.
24 September 2023
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadist adalah komponen penting dalam agama islam, sebab Hadist dapat melengkapi
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku berdasarkan Al-Qur’an, disisi lain Hadist yang
memang merujuk pada Rasulullah SAW, sebagai Uswatun Hasanah paling utama dalam
kehidupan umat Islam menjelaskan banyak sekali persoalan yang dialami Rasulullah Saw,
sehingga para sahabat, tabi’in dan para ulama sesudahnya menjadikan perkataan, perbuatan,
persetujuan daripada Nabi Muhammad SAW sebagai pijakan hukum dalam mengambil
keputusan-keputusan dimasa mendatang.
Karenanya penting bagi kita untuk mengkaji secara detail dan mendalam terkait eksistensi
Hadist, definisi serta pembagiannya, hal ini amat penting dan menjadi sesuatu yang amat kita
butuhkan terutama di zaman penuh fitnah ini, bagaimana bersikap terhadap sesuatu yang tak
pernah dialami oleh para pendahulu kita tentu kita harus menguasai Hadist untuk mengambil
keputusan yang tepat untuk menghadapi persoalan-persoalan saat ini. Sederhananya Hadist
sebagai salah satu fondasi hukum umat islam sekaligus bagian dari keutuhan hidup nabi
Muhammad SAW adalah suatuhal yang mesti dikaji dengan mendalam oleh siapapun yang
mengaku muslim agar dapat bersikap dengan tepat menghadapi kehidupan ini.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Hadits ?
2) Apa saja pembagian Hadits ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk memahami definisi Hadits
2) Untuk memahami pembagian Hadits
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hadits
1. Secara Etimologis
Hadist menurut bahasa berarti sesuatu yang, ( )الجديدbaru, menunjukkan sesuatu yang dekat dan
ِ ْ ِيث ْال َع ْه ِد ِفي
waktu yang singkat, seperti perkataan: (اْلس ََْل ِم ُ )و َحد
َ artinya, ( )هو الحديثadalah Dia baru
ْ artinya sesuatu yang lama. Hadis juga berarti ()الخبر
masuk/memeluk Islam. Lawan kata ()القَدِي ُم
"berita", yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain. Di samping itu, hadis juga berarti (" )لقريبdekat", tidak lama lagi terjadi, sedangkan
lawannya adalah ( )البعيدartinya jauh
Menurut Ibn Manzur(1992: 131), kata ‘Hadis’ berasal dari bahasa Arab, yaitu al- Hadits,
jamaknya al-ahadits, al-haditsan dan al-hudtsan. Secara etimologis kata ini memiliki banyak arti
diantaranya al-jadid (yang baru) lawan dari al-qadim (yang lama) dan al-khabar yang berarti berita
atau kabar. Di samping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan bahwa kata 'hadis' (Arab:
al-hadits), secara etimologi (lughawiyah), berarti 'komunikasi', 'kisah', 'percakapan': religius atau
sekular, historis atau kontemporer.
Dalam Al-Quran, kata hadis ini digunakan sebanyak 23 kali. Berikut ini beberapa contohnya :
ش ِع ُّر ِم ْنهُ ُجلُ ْود ُ الَّ ِذيْنَ يَ ْخش َْونَ َربَّ ُه ْم ۚ ث ُ َّم ت َ ِلي ُْن ُجلُ ْود ُ ُه ْم ِ سنَ ْال َح ِد ْي
َ َۙ ِث ِك ٰتبًا ُّمتَشَا ِب ًها َّمثَان
َ ي تَ ْق َ للّٰهُ ن ََّز َل ا َ ْح
ض ِل ِل اللّٰهُ فَ َما لَهٗ ِم ْن هَاد ْ ُِّي ِب ٖه َم ْن يَّش َۤا ُء َۗو َم ْن ي ْ َوقُلُ ْوبُ ُه ْم ا ِٰلى ِذ ْك ِر اللّٰ ِه ٰۗذ ِل َك ُهدَى اللّٰ ِه يَ ْهد
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab
itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh
5
Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.” (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Firman-Nya lagi,
“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan
ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan)
dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam [68]: 44)
b) Kisah tentang suatu watak sekular atau umum. Allah SWT. berfirman,
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah
mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu
lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah
teringat (akan larangan itu).” (QS. Al- An'am [6]: 68)
c) Kisah historis.
6
“Ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya suatu hadis
(kisah). Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah
memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian
yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara
Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal". (Q.S. At- Tahrim [66] : 3)
Dari ayat-ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kata hadis telah digunakan dalam Al-
Quran dalam arti 'kisah', 'komunikasi', atau 'risalah', religius maupun sekular, dari suatu masa
lampau ataupun masa kini."
Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama ushul, merumuskan
pengertian hadis secara berbeda- beda. Perbedaan pandangan tersebut lebih disebabkan oleh terbatas
dan luasnya objek tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung kecenderungan pada aliran
ilmu yang didalaminya. Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai berikut,
“Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat,
maupun hal ihwal Nabi.”
آن ال َك ِري ِْم من قَول أَو فعل أو تقرير ِم َّما َ سلَّ َم
ِ غي َْر القُ ْر َ ُصلَّى اللَّه
َ علَ ْي ِه َو ِّ ع ِن النَّ ِب
َ ِي َ ُك ُّل َما
َ صدَ َر
ي
ِّ كم ش َْرع ْ يَصلُ ُح
ِ أن َيكونَ دلي ًَْل ِل ُح
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, selain Al-Quran Al-karim,
7
baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut-paut dengan hukum Syara'
Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut-paut dengan masalah-
masalah fardhu atau wajib
Perbedaan pandangan tersebut kemudian melahirkan dua macam pengertian hadis, yakni
pengertian terbatas dan pengertian luas. Pengertian hadis secara terbatas, sebagaimana
dikemukakan oleh Jumhur Al-Muhaditsin, adalah,
Hal serupa sebagaimana dikatakan Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi, pengertian hadis secara
luas adalah:
ِ ُضا ِل ْل َم ْوق
وف ً سلَّ َم بَ ْل جا َء بإطَلقه أ َ ْيَ علَ ْي ِه َو َ ص بِ ْال َم ْرفُوعِ ِإلَ ْي ِه
َ ُصلَّى اللَّه ُّ َ إن الحديث ََل ي ُْخت َّ
)يف ِللتِّابعى كذلك َ ض ِ ُ طوعِ ( َو ُه َو َما أ
ُ ي ِ ِم ْن قَ ْول أَو نح ِو ِه) وال َم ْق ِّ ِص َحاب
َّ ف إلى ال َ ض ْيِ ُ ( َو ُه َو َما أ
Sesungguhnya hadis bukan hanya yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan
8
dapat pula disebutkan pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari sahabat)
dan maqthu' (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabiin).
Hal ini jelas bahwa para ulama beragam dalam mendefinisikan hadis karena mereka berbeda
dalam meninjau objek hadis itu sendiri.
B. Pembagian Hadis
1. Hadis Qouli
Hadis Qouli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan pada Nabi ﷺbaik
berupa hukum syara’, peristiwa dan sebagainya, adapun beberapa contoh dari hadis qouli sebagai
berikut:
ع ْن أَبِي
َ ع ْن َج ِدِّ ِه َ ع ْن أَبِي ِه َو
َ ع ِ ِّم ِه َ ع ْبدُ اللَّ ِه ب ُْن إِد ِْر
َ يس َ ع ْبدُ اللَّ ِه ب ُْن
َ س ِعيد قَ َاَل َحدَّثَنَا َ ون ب ُْن إِ ْس َحقَ َو ُ َحدَّثَنَا ه
ُ َار
سئِ َل َما أ َ ْكث َ ُر َما ِ ُسلَّ َم َما أ َ ْكث َ ُر َما يُد ِْخ ُل ْال َجنَّةَ قَا َل الت َّ ْق َوى َو ُحس ُْن ْال ُخل
ُ ق َو َ ُصلَّى اللَّه
َ علَ ْي ِه َو ُّ ِسئِ َل النَّب
َ ي ُ ُه َري َْرة َ قَا َل
ان ْالفَ ُم َو ْالفَ ْر ُج
ِ َار قَا َل ْاْلَجْ َوف
َ َّيُد ِْخ ُل الن
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ishaq dan Abdullah bin Sa'id keduanya
berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari ayahnya dan pamannya dari
kakeknya dari Abu Hurairah dia berkata, Nabi ﷺpernah di tanya, "Perkara apa yang banyak
menyebabkan masuk surga?" beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Dan
beliau di tanya, "Perkara apa yang banyak menyebabkan masuk neraka?" beliau menjawab, "Dua
rongga yang terbuka yaitu mulut dan kemaluan."
Sunan Ibnu Majah, Juz Kedua, No. 4246, Kitab Zuhud, Bab Tentang Dosa, Hal. 1418
9
barang bawaannya yang telah lama hilang."
Sunan Ibnu Majah, Juz Kedua, No. 4247, Kitab Zuhud, Bab Tentang Taubat, Hal. 1419
ع ْن أَبِي َ ع ْن أَبِي
َ َسلَ َمة َ ع ْمرو َ ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َ ي ِ الرحْ َم ِن ب ُْن ُم َح َّمد ْال ُم َح
ُّ ار ِب َّ ُع ْبد َ ع َرفَةَ َحدَّثَنِي َ َحدَّثَنَا ْال َح
َ س ُن ب ُْن
ُ س ْبعِينَ َوأ َ َقلُّ ُه ْم َم ْن َي ُج
َوز ذَلِك َّ ستِِّينَ ِإ َلى الِّ ِ ار أ ُ َّمتِي َما َبيْنَ ال ُ سلَّ َم َقا َل أ َ ْع َم َ ُصلَّى اللَّه
َ ع َل ْي ِه َو َ سو َل اللَّ ِهُ ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin 'Arafah, telah menceritakan
kepadaku Abdurrahman bin Muhammad Al Muharibi dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺbersabda, "Usia umatku berkisar antara enam puluh sampai
tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali mereka yang melebihi (usia) tersebut."
Sunan Ibnu Majah, Juz Kedua, No. 4236, Kitab Zuhud, Bab Angan-angan dan Ajal, Hal. 1415
2. Hadis Fi’li
Hadis Fi’li merupakan segala perbuatan yang disandarkan pada Nabi ﷺyang menjadi anutan
perilaku sahabat, dan juga seluruh umat muslim sebagai umatnya. Beberapa contoh hadis fi’li adalah
sebagai berikut:
10
upahnya." Ibnu Majah berkata, "Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Umar."
Sunan Ibnu Majah, Juz Kedua, No. 2162, Kitab Perdagangan, Bab Tentang Bekam, Hal. 731
Artinya: Dari Malik Abu Sufyan bin 'Umairah, ia berkata, "Aku pernah membeli dari Rasulullah
SAW sebuah celana sebelum beliau melakukan hijrah ke Madinah. Lalu beliau menimbangnya
untukku, dan dengan teliti beliau melakukannya."
Syarah Shahih Muslim oleh Imam Muhyiddin Annawawi, No. 2221, Kitab Perdagangan, Bab
Jujur dalam Timbangan, Hal. 748
َ ُصلَّى اللَّه
علَ ْي ِه َ سو َل اللَّ ِه ُ ع ْن أَن َِس ب ِْن َما ِلك أ َ َّن َر َ ِي ِّ ع ْن ثَا ِبت ْالبُنَا ِنَ سيَّار َ ع ْن َ َحدَّثَنَا يَحْ َيى ب ُْن َيحْ َيى أ َ ْخ َب َرنَا ُه
َ ش ْي ٌم
ِ ْ َّار ِب َهذَا
اْل ْسنَا ِد ٌ سي َ ش ْي ٌم أ َ ْخ َب َرنَا
َ سا ِلم أ َ ْخ َب َرنَا ُه َ علَ ْي ِه ْم و َحدَّثَنِي ِه ِإ ْس َم ِعي ُل ب ُْن َ َعلَى ِغ ْل َمان ف
َ سلَّ َم َ سلَّ َم َم َّر
َ َو
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami
Husyaim dari Sayyar dari Tsabit Al Bunani dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah ﷺpernah
bertemu dengan beberapa orang anak kecil, lalu beliau memberi salam kepada mereka." Dan telah
menceritakannya kepadaku Ismail bin Salim, telah mengabarkan kepada kami Husyaim. Telah
mengabarkan kepada kami Sayyar melalui jalur ini.”
Syarah Shahih Muslim oleh Imam Muhyiddin Annawawi, No. 5628, Kitab Salam, Bab
Sunnah Memberi Salam pada Anak-anak, Hal. 373
11
Sunnah Mentahnik setelah Anak Lahir, Hal. 352
3. Hadis Taqriri
Hadis Fi’li merupakan hadis berupa ketetapan atau persetujuan Nabi ﷺterhadap apa yang
datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Beberapa contoh hadis taqriri adalah sebagai berikut:
12
kalimat, 'lalu berdirilah salah seorang di antara kami mengikuti wanita itu, yang kami tidak
mengiranya akan melakukan ruqyah.
Syarah Shahih Muslim, No. 2201, Kitab Salam, Bab Kebolehan Mengambil Upah Karena
Ruqyah dengan Al-Qur’an.
َ ُي اللَّه
ع ْن ُه َما قَا َل قَا َل َ ض ِ ع َم َر َرُ ع ْن اب ِْنَ ع ْن نَافِع َ ع ْبدُ اللَّ ِه ب ُْن ُم َح َّم ِد ب ِْن أ َ ْس َما َء َحدَّثَنَا ُج َوي ِْريَةُ ب ُْن أ َ ْس َما َء
َ َحدَّثَنَا
ص َر فِي ْ ض ُه ْم ْال َعُ ظةَ فَأَد َْركَ َب ْع ْ ص ِلِّيَ َّن أ َ َحدٌ ْال َع
َ ص َر ِإ ََّل فِي َبنِي قُ َر ْي ِ سلَّ َم يَ ْو َم ْاْل َحْ زَ ا
َ ُب ََل ي َ ُصلَّى اللَّه
َ علَ ْي ِه َو َ ي ُّ النَّ ِب
ُصلَّى اللَّه ِّ ص ِلِّي لَ ْم ي ُِر ْد ِمنَّا ذَلِكَ فَذُ ِك َر ذَلِكَ ِللنَّ ِب
َ ِي ُ ص ِلِّي َحتَّى نَأْتِ َي َها َوقَا َل َب ْع
َ ُض ُه ْم بَ ْل ن َ ُض ُه ْم ََل ن
ُ ق فَقَا َل َب ْع َّ
ِ الط ِري
13
احدًا ِم ْن ُه ْم ْ ِّسلَّ َم فَلَ ْم يُعَ ِن
ِ ف َو َ علَ ْي ِه َو
َ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Asma', telah
menceritakan kepada kami Juwairiyah bin Asma' dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma, ia
berkata, Nabi ﷺbersabda ketika perang al-Ahzab, "Janganlah seseorang melaksanakan salat Asar
kecuali di perkampungan Bani Quraizhah." Setelah berangkat, sebagian dari pasukan melaksanakan
salat Asar di perjalanan sementara sebagian yang lain berkata, "Kami tidak akan salat kecuali setelah
sampai di perkampungan itu." Sebagian yang lain beralasan, "Justru kita harus salat, karena maksud
beliau bukan seperti itu." Setelah kejadian ini diberitahukan kepada Nabi.
Fathul Bari, No. 4120, Kitab Peperangan, Bab Kembalinya Rasulullah dari Perang Ahzab
dan Keluarnya Beliau Menyerbu dan Mengepung Bani Quraidhoh
14
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan ini, kita telah menguraikan pengertian hadis secara etimologis dan
terminologis. Secara etimologis, hadis berarti "sesuatu yang baru" atau "berita" dalam bahasa Arab.
Pengertian ini mencakup makna bahwa hadis adalah komunikasi, percakapan, atau kabar yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW atau yang berkaitan dengan beliau. Secara terminologis, hadis
memiliki definisi yang beragam, tergantung pada pandangan ulama yang memandangnya dari
berbagai sudut pandang. Namun, inti pengertian hadis adalah segala berita yang berkenaan dengan
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat, atau hal ihwal Nabi Muhammad SAW, selain Al-Quran.
Selanjutnya, pembahasan mencakup pembagian hadis menjadi tiga jenis utama, yaitu hadis qouli
(perkataan Nabi), hadis fi'li (perbuatan Nabi), dan hadis taqriri (persetujuan atau ketetapan Nabi
terhadap perbuatan sahabat). Masing-masing jenis hadis memiliki peran penting dalam menetapkan
hukum Syariah dan pedoman perilaku umat Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
16