Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

TAFSIR MAUDHU’I MENGENAI IMAN KEPADA HARI AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Aqidah

Dosen Pengampu :

Dr. Syarif Hidayat, M.Pd

Disusun Oleh :

Hanifa Halimatul Qolbiah 22.03.2972

Nadia Habibah Ulfa 22.03.3028

Raudha Rahma Hanifa 23.03.3223

FAKULTAS TARBIYYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
memenuhi tugas Tafsir Aqidah dengan tugas makalah Tafsir Maudhu’i Mengenai Iman Kepada
Hari Akhir.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Syarif Hidayat, M.Pd selaku dosen
pengampu Tafsir Aqidah yang senantisa selalu membimbing serta mengajarkan ilmu-ilmu nya
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang selalu membantu dan menyemangati.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bandung, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Pengertian Hari Akhir dan Fase-Fase Perjalanan Hari Akhir ................................................ 3

B. Ayat-Ayat yang Menguraikan Keimanan Kepada Hari Akhir ............................................... 6

C. Konsep Hari Akhir Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah ...................................................... 23

D. Kontroversi Pemahaman Mengenai Hari Akhir ................................................................... 26

BAB III PENUTUPAN ............................................................................................................... 36

A. Kesimpulan........................................................................................................................... 36

B. Saran ..................................................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rukun iman yang kelima adalah beriman kepada hari akhir. Iman kepada hari
akhir adalah percaya akan adanya hari akhir. Hari akhir adalah hari berakhirnya
kehidupan dunia. Pada saat itu baik dan buruknya perilaku seseorang akan dicatat
bergantung bagaimana kadar keimanan seseorang dalam hatinya. Iman kepada hari akhir
merupakan sesuatu yang wajib kita imani sebagai umat muslim, walaupun kita tidak
mengetahui kapan akan datangnya hari akhir tetapi di al-Qur'an sudah dituliskan di
wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk mengimaninya. Mengimani hari akhir
adalah salah satu cara agar kita bisa selalu meningkatkan keimanan kita kepada Allah
Subhanahu wata’ala, karena dari kita sudah banyak yang terlena dengan kehidupan
duniawi, yang hanya mengedepankan kehidupan duniawi dan membelakangkan dunia
akhirat.

Secara singkat tafsir maudhu’i atau tafsir tematik dapat diformulasikan sebagai
suatu tafsir yang berusaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang timbul seputar
al-Qur’an tentang kejadian-kejadian baru dengan jalan menghimpunkan ayat-ayat yang
berkaitan dengannya. Kemudian dianalisis melalui ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan
masalah-masalah yang dibahas, sehingga dapat melahirkan konsep-konsep baru yang
akurat dari al-Qur’an tentang masalah yang dibahas. Oleh karena itu, iman kepada hari
akhir akan dikaitkan dengan tafsir maudhu’i tujuan agar mengetahui tentang apa itu hari
akhir menurut ayat-ayat al-Qur'an dan makna dalam kandungannya.

Berdasarkan uraian di atas kami akan membahas tentang Tafsir Maudhu’i


Mengenai Iman Kepada Hari Akhir.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah, kami akan membahas tentang uraian
sebagai berikut:
1. Apa itu Pengertian Hari Akhir dan Fase-Fase Perjalanan Hari Akhir?

1
2. Apa saja ayat-ayat yang Menguraikan Keimanan Kepada Hari Akhir?
3. Apa Konsep Hari Akhir Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah?
4. Apa Kontroversi Pemahaman Mengenai Hari Akhir?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Hari Akhir dan Fase-Fase Perjalanan Hari Akhir.
2. Untuk mengetahui ayat-ayat yang Menguraikan Keimanan Kepada Hari Akhir.
3. Untuk mengetahui Konsep Hari Akhir Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah.
4. Untuk mengetahui Kontroversi Pemahaman Mengenai Hari Akhir.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hari Akhir dan Fase-Fase Perjalanan Hari Akhir

Al-Qur'an menyebut istilah ‫ اليوم اآلخرة‬hari akhir sebanyak 26 kali dan menyebut

istilah ‫ اآلخرة‬akhirat sebanyak 115 kali. Kedua istilah ini, al-akhir dan al-akhirah secara
kebahasaan. Menurut Ar-Ragib al-Asfahani mengandung arti akhir atau yang kemudian
yang merupakan lawan dari perkataan awal. Istilah al-akhir biasanya dihubungkan

dengan istilah ‫يوم‬ sehingga menjadi ‫ اليوم اآلخرة‬yang berarti hari akhir atau hari kiamat

sementara itu, istilah ‫ اآلخرة‬sering dihubungkan dengan istilah “dar” yang berarti negeri
atau kampung seperti dalam ungkapan ad- Dar Al akhirah yang berarti negeri akhirat.
Dengan demikian hari akhir atau hari kiamat merupakan tahapan yang harus dilewati
menuju negeri akhirat. Ungkapan ad- Dar Al akhirah merupakan lawan dari ad-Dar ad-
dunya sebagaimana termaktub di dalam al-Qur'an yang berikut:

ِ َّ ‫ب َوإِ َّن‬ ِ ِِ
َ ‫الد َار اآلخ َرةَ لَ ِه َي ال‬
‫ْحيَ َوا ُن لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُمو َن‬ ٌ ‫الدنْ يَا إِال لَ ْه ٌو َولَع‬
ُّ ُ‫ْحيَاة‬
َ ‫َوَما َهذه ال‬

Artinya: “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan
sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka
mengetahui.” (QS. Surat Al-Ankabut: 64).

Sementara itu istilah ad-Dar ad-dunya secara bahasa berarti negeri yang dekat.
Maksudnya, bahwa kehidupan dunia itu adalah kehidupan yang dekat, yakni kehidupan
yang bersifat fisik, materi atau bersifat kebendaan sehingga membutuhkan tempat atau
ruang. Karena bersifat fisik dan kebendaan, maka kehidupan dunia oleh al-Qur'an
dinamakan asy-syahadah (yang nyata) sebagaimana disebutkan ayat al-Qur'an yang
berikut:

3
ِ ‫ادةِ الْ َكبِْي ر الْمتَ َع‬
‫ال‬ ُ ُ َ ‫الش َه‬ ِ ‫عٰلِ ُم الْغَْي‬
َّ ‫ب َو‬

Artinya: “(Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang
Mahabesar, Maha Tinggi.” (QS. Surat Ar-Ra'd: 9)

Istilah asy-syahadah pada ayat ini menurut Muhammad Ali as Sabuni adalah yang
dapat disaksikan atau dapat dilihat yakni kehidupan dunia yang bersifat konkret sehingga
dapat diindera oleh panca indera dan dapat dilihat oleh mata. Dengan demikian al-hayah

al-dunya ‫احلياة الدنيا‬ yakni kehidupan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis

manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup, sekaligus guna menopang ibadah


dan muamalah yang menjadi tanggung jawab sosial setiap manusia. Dalam al-Qur'an

urusan dunia tersebut digambarkan sebagai ‫ متاع احلياة الدنيا‬kesenangan hidup di dunia,
yang harus dijadikan modal guna meraih kesuksesan hidup di akhirat. Sejalan dengan
penegasan al-Qur'an bahwa kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sempurna,
rasulullah shalallahu alaihi wa salam membandingkan kehidupan dunia dengan
kehidupan akhirat seperti setetes air di dalam telunjuk dibandingkan dengan samudera
yang luas. Beliau menegaskan hal itu dalam hadits berikut

‫صبَ َعهُ فِي الْيَ ِّم فَ لْيَ ْنظُْر بِ َم يَ ْرِج ُع؟‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫واهللِّ ما‬
ْ ِ‫َح ُد ُك ْم إ‬
َ ‫الدنْ يَا في اآلخ َرة إِالَّ مثْ ُل َما يَ ْج َع ُل أ‬ َ َ

Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Allah, tidaklah


dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang
mencelupkan jari tangannya ini –perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk- ke
lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya” [HR
Muslim, no. 2858]1

Hari kiamat dan kehidupan akhirat termasuk al-mugayyabat, persoalan gaib


mutlak,tetapi berada di bawah peringkat kegaiban Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak ada

1
Lajnah. Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Tafsir Alquran tematik
edisi revisi bagian 7 (Jakarta: 2014.) hal 3-5.

4
seorang pun yang mengetahui kapan hari Kiamat itu terjadi, dan tidak ada seorang pun
yang mengetahui kehidupan di akhirat termasuk kehidupan di alam kubur. Kecuali
sebatas yang diinformasikan Allah dalam al-Qur'an dan yang disingkapkan Allah kepada
beliau melalui penyingkapan hijab. Ketika malaikat Jibril datang dan berdialog dengan
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam tentang iman Islam Ihsan dan pertanyaan tentang
kapan kiamat itu terjadi, tergambar betul ketidaktahuan beliau tentang kapan terjadinya
kiamat tersebut sebagaimana tersurat dengan jelas di dalam hadits arbain yang ke 2,
Dengan demikian, hari Kiamat dan kehidupan akhirat itu adalah sesuatu yang gaib. Tidak
ada seorang pun yang mengetahui kapan kiamat itu terjadi selain Allah.2

Dunia dan akhirat bisa dibedakan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Dunia
adalah kehidupan yang terlihat sedangkan akhirat kehidupan yang tersembunyi keduanya
merupakan satu kesatuan yang terpadu. Dunia dan akhirat merupakan dua sisi dari satu
mata uang Dunia bagian depan, akhirat bagian belakang Dunia itu kehidupan kini, di sini
akhirat itu kehidupan sesudah mati. Kematian adalah pintu menyeberang yang
menghubungkan dunia dengan akhirat Manusia tidak akan dapat menyeberang ke akhirat
tanpa melewati pintu kematian. Setiap manusia pada hakikatnya berada dalam antrian
menuju pintu kematian. Masalahnya kita tidak dapat mengetahui kapan kita melewati
pintu kematian ini, sebab yang dapat dipastikan adalah bahwa kita akan mati, tetapi
kapan kita mengalaminya merupakan rahasia Allah.

Ajaran Islam menggambarkan tahapan tahapan perjalanan yang harus dilewati


jiwa manusia sejak kematian hingga ia berada di dalam surga atau di dalam neraka
sebagai berikut: Pertama, kematian yang merupakan perpisahan roh dari tubuh. Kematian
adalah awal dari suatu perjalanan panjang jiwa manusia menuju akhirat yang berakhir di
surga atau di neraka. Kedua, setelah mengalami kematian jiwa manusia akan berada di
alam barzakh. Alam barzakh adalah alam yang menjadi pemisah antara dunia dan akhirat
yang juga disebut alam kubur. Selanjutnya jiwa manusia di alam barzakh akan
memperoleh kehidupan dengan segala macam kenikmatan yang disebut dengan nikmat
kubur atau berbagai ragam siksaan dan kenistaan yang disebut dengan azab kubur.

2
Lajnah. Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Tafsir Alquran tematik
edisi revisi bagian 7 (Jakarta: 2014) hal 5-6.

5
Ketiga, manusia akan dibangkitkan dari alam kubur menuju kehidupan akhirat, yaitu
menuju mahsyar, tempat pertemuan manusia sedunia sejak manusia pertama hingga
manusia terakhir. Keempat, manusia akan menghadapi hisab (evaluasi dan perhitungan
amal), mizan (timbangan amal), dan melewati sirat (jembatan penghubung antara
mahsyar dan surga). Kelima, setelah melewati hisab dan mizan manusia terbagi dua
kelompok. Pertama, ashabul-yamin, yakni kelompok kanan; kelompok inilah yang akan
mendapat keselamatan, lalu mereka masuk ke dalam surga. Kedua, aşhabusy syimal,
kelompok kiri, kelompok inilah yang akan mengalami kecelakaan, kemudian mereka
menuju ke dalam neraka3.

B. Ayat-Ayat yang Menguraikan Keimanan Kepada Hari Akhir4


1. QS. Al-Zalzalah

‫رض ِز َلزالَ َها‬ ِ َ‫اِذَا ُزل ِزل‬


ُ َ‫ت اال‬
Artinya: “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat)” (QS.
Al-Zalzalah:1)
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apabila bumi
diguncangkan dengan seguncang-guncangnya (yang dahsyat). (Az-Zalzalah, [99:1])
Yakni bergerak dan bergetar dari bagian bawahnya hingga menimbulkan gempa yang
dahsyat.

‫رض اَث َقالَ َها‬ ِ ‫واَخرج‬


ُ َ‫ت اال‬ ََ َ
Artinya: “Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandungnya).” (QS. Al-Zalzalah:2)
Yaitu mengeluarkan orang-orang mati dari dalam perutnya, menurut sebagian
ulama salaf yang bukan hanya seorang, dan ini semakna dengan apa yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫اع ِة َش ْيءٌ َع ِظ ْي ٌم‬ َّ َ‫َّاس اتَّ ُق ْوا َربَّ ُك ْم اِ َّن َزل َْزلَة‬
َ ‫الس‬ ُ ‫يٰاَيُّ َها الن‬
3
Lajnah. Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Tafsir Alquran tematik
edisi revisi bagian 7 (Jakarta: 2014.) hal 12-13.
4
Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir. Mesir 1933.

6
Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya
keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (Al-
Hajj, [22:1])

‫نسا ُن َما لَ َها‬ ِ َ َ‫وق‬


َ ‫ال اال‬ َ
Artinya: “Dan manusia bertanya, "Mengapa bumi (menjadi begini)?” (QS. Al-
Zalzalah:2)
Yakni merasa heran dengan keadaannya, padahal sebelumnya bumi tenang,
kokoh, serta menetap, dan manusia diam dengan tenang di atas permukaannya. Dengan
kata lain, keadaan bumi menjadi sebaliknya, saat itu bumi bergerak-gerak dan mengalami
gempa yang dahsyat. Bumi telah kedatangan perintah Allah yang memerintahkan
kepadanya untuk berguncang dengan hebatnya, yaitu gempa yang dahsyat yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Kemudian bumi mengeluarkan semua orang mati yang
terkandung di dalam perutnya dari kalangan orang- orang yang terdahulu dan orang-
orang yang terkemudian. Saat itulah manusia merasa heran dengan keadaan bumi, karena
bumi telah diganti dengan bumi yang lain, begitu pula langitnya; lalu mereka digiring
untuk menghadap kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Menang.

‫ارَها‬ ُ ‫ومئ ٍذ تُ َحد‬


َ َ‫ِّث اَخب‬ َ َ‫ي‬
Artinya: “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya” (QS. Al-Zalzalah:3)
Yaitu menceritakan tentang semua apa yang telah diperbuat oleh orang-orang
yang menghuni permukaannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak; dan Imam Turmuzi
mengatakan juga Abdur Rahman An-Nasai, sedangkan lafaz hadis berikut menurut apa
yang ada padanya, bahwa telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Nasi", telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id ibnu Abu Ayyub, dari
Yahya ibnu Abu Sulaiman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan
bahwa Rasulullah membaca firman-Nya: pada hari itu bumi menceritakan beritanya. (Az-
Zalzalah, [99:4]) Lalu Rasulullah bersabda, "Tahukah kamu apakah yang dimaksud
dengan beritanya?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasulullah bersabda:

7
‫عَبْدٍ َوآ َمةٍ بِمَا عَ ِملَ عَلَﻰ ﻇَهْ ِرهَا أَ ْن َت ُقوْ َل عَ ِملَ كَذَا َوكَذَا َيوْ َم كَذَا َوكَذَا فَهُذِ ِه أَخْبَا ُرهَا‬

ّ‫َفﺈِ ّن أَخْبَا َرهَا أَ ّن تَشْهَدَ عَلَﻰ ُكل‬


Sesungguhnya berita bumi ialah bila ia mengemukakan persaksian terhadap setiap
hamba laki-laki dan perempuan tentang apa yang telah dikerjakannya di atas
permukaannya. Bumi mengatakan bahwa Fulan telah mengerjakan anu dan anu di hari
anu. Demikianlah yang dimaksud dengan beritanya.

‫وحﻰ لَ َها‬ َ َّ‫بِاَ َّن َرب‬


ٰ َ‫ك ا‬
Artinya: “Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Al-Zalzalah:4)
Imam Bukhari mengatakan bahwa lafaz ini sesinonim dengan auha ilaiha dan
waha laha atau waha ilaiha. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa auha
laha sama dengan auha ilaiha. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa ini mengandung
makna adzina laha, yakni Tuhan telah memerintahkan atau mengizinkan kepadanya
(untuk demikian).
ٍ ‫ي‬
َ َ‫َّاس اَشتَاتًا لِّيُ َروا ا‬
‫عمالَ ُهم‬ ُ ‫ومئذ يَّص ُد ُر الن‬
ََ
Artinya: “Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-
macam, agar diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka” (QS. Al-
Zalzalah:5)

‫َّاس اَشتَاتًا‬ ٍِ ‫ي‬


ُ ‫ومئذ يَّص ُد ُر الن‬
ََ
Firman Allah:
“(Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam
macam).” (QS. Al-Zalzalah:5)
Mereka kembali dari mauqif hisab (tempat penghisaban) dalam keadaan bercerai-
berai dan bermacam-macam, ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Para malaikat
diperintahkan untuk membawa mereka yang berbahagia ke dalam surga, dan membawa

8
mereka yang celaka ke dalam neraka. Menurut Ibnu Juraij, mereka bercerai-berai
terpisah-pisah dan tidak dapat berkumpul sama sekali.

َ ‫عمل ِمث َق‬


‫ال َذ َّرةٍ َش ًّرا يَّ َره‬ ٍ َ ‫فَمن يَّعمل ِمث َق‬
َ َّ‫ال َذ َّرة َخ ًيرا يَّ َره َوَمن ي‬ َ َ
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Al-Zalzalah:6)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun,
telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Al-
Hasan, dari Sa'sa'ah ibnu Mu'awiyah pamannya Farazdaq, bahwa ia datang menghadap
kepada Nabi, maka beliau membacakan kepadanya firman Allah: Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula. (Az- Zalzalah: [99:7]-[99:8]) Lalu ia berkata, "Sudah cukup bagiku
ayat ini, aku tidak peduli bila tidak mendengarkan yang lainnya."
2. QS. Al-Qari’ah

ُ‫اْلقَا ِر َعة‬
Artinya: “Hari Kiamat”.(QS. Al-Qari’ah:1)
Al-Qari'ah adalah nama lain dari hari kiamat, seperti Al-Haqqah, At- Tammah,
AsSakhkhah,Al-Ghasyiyah, dan lain-lainnya.

ُ‫مَا اْلقَا ِر َعة‬


Artinya: “Apakah hari Kiamat itu? (QS. Al-Qari’ah:2)

ُ‫ك َما ال َقا ِر َعة‬


َ ‫َوَماۤ اَد ٰرى‬
Artinya: “Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?” (QS. Al-Qari’ah:3)
Kemudian Allah menggambarkan tentang kedahsyatan dan kengeriannya melalui
firmanNya:
ِ ُ‫اش المبث‬
‫وث‬ َ ِ ‫َّاس َكال َف َر‬
ُ ‫وم يَ ُكو ُن الن‬
َ َ‫ي‬

9
Artinya: “Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran”.
(QS. Al-Qari’ah:4)
Yakni mereka bertebaran bercerai-berai ke sana dan kemari karena kebingungan
menghadapi huru-hara yang sangat menakutkan di hari itu, sehingga mereka mirip
dengan anai-anai yang bertebaran. Hal yang sama digambarkan oleh Allah melalui ayat
lainnya:

‫َكأَنَّ ُه ْم َج َرا ٌد ُّمنتَ ِش ٌر‬


Artinya: “Seakan-akan mereka belalang yang beterbangan”. (Al-Qamar:7)

ِ ‫المن ُف‬ ِ ُ ‫الجب‬ ِ


‫وش‬ َ ‫ال َكالعه ِن‬َ ‫َوتَ ُكو ُن‬
Artinya: “Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”
(QS. Al-Qari’ah:5)
Gunung-gunung di hari itu seakan-akan seperti bulu domba yang diawut-awut
hingga menjadi beterbangan. Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah,
Ata Al- Khurrasani, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, AL-IHNI bahwa makna yang dimaksud adalah bulu domba.

‫فَاََّما َمن ثَ ُقلَت َم َوا ِزينُه‬


Artinya: “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya”. (QS.
Al-Qari’ah:6)
Kemudian Allah berfirman, menceritakan apa yang akan dialami oleh orang-
orang yang beramal dan tempat kembali mereka berpulang, yang adakalanya di tempat
yang terhormat dan adakalanya pula di tempat yang terhina sesuai dengan amal perbuatan
masing-masing. Untuk itu Allah berfirman dalam ayat ke-6 Maksudnya, timbangan amal
kebaikannya lebih berat daripada timbangan amal keburukannya.

‫اضيَ ٍة‬ َ ‫فَ ُه َو فِﻰ ِعي‬


ِ ‫ش ٍة َّر‬

Artinya:”Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan”. (QS. Al-


Qari’ah:7)
Yakni berada di dalam surga.

10
‫َواََّما َمن َخ َّفت َم َوا ِزينُه‬
Artinya: “Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya”. (QS.
Al-Qari’ah:8)
Yaitu timbangan amal keburukannya lebih berat daripada timbangan amal
kebaikannya.

ٌ‫فَاُُّمه َها ِويَة‬


Artinya:”Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah”. (QS. Al-Qari’ah:9)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah terjatuh ke dalam neraka
dengan kepala di bawah, yaitu neraka Jahanam. Lalu diungkapkan dengan ummihi yang
artinya otaknya. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ikrimah, Abu
Saleh, dan Qatadah.
Qatadah mengatakan bahwa orang itu terjatuh ke dalam neraka dengan kepala di
bawah. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh, bahwa mereka terjatuh ke dalam
neraka dengan kepala di bawah. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah
tempat asal yang menjadi tempat kembalinya dan tempat ia berpulang adalah Hawiyah,
yaitu nama lain dari neraka.

‫ك َما ِهيَه‬
َ ‫َوَماۤ اَد ٰرى‬
Artinya: “Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?”. (QS. Al-Qari’ah:10)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Al- Asy'as ibnu Abdullah yang
tuna netra; dia telah mengatakan bahwa apabila orang mukmin meninggal dunia, maka
rohnya dibawa menuju ke tempat arwah kaum mukmin. Dan mereka mengatakan,
"Buatlah saudara kalian senang, karena sesungguhnya dia dahulu selalu berada dalam
kesusahan di dunia." Lalu mereka bertanya kepadanya, "Apakah yang dilakukan oleh si
Fulan?" Maka ia menjawab, "Dia telah mati, bukankah dia telah datang kepada kalian?"
Mereka berkata, "Kalau begitu, dia dibawa ke tempat kembalinya di Hawiyah."

11
ٌ‫نَا ُر حَامَِية‬
Artinya: “Yaitu api yang sangat panas”. (QS. Al-Qari’ah:11)
Yakni sangat panas lagi sangat kuat nyala dan gejolak apinya. Abu Mus'ab telah
meriwayatkan dari Malik, dari Abuz Zanad, dari Al- A'raj, dari Abu Hurairah, bahwa
Nabi pernah bersabda:
ِ َِّ َ ‫نَار بنِي‬
" ‫ول‬ َ ‫آد َم التي تُوقدون جزء من سبعين جزء م ْن نَا ِر َج َهن‬
َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ قَالُوا‬."‫َّم‬ َُ

‫زءا‬ ِ ٍ ِِ َ ‫ فَ َق‬.ً‫ت لَ َكافِيَة‬


ِّ ُ‫ "إِنَّ َها ف‬:‫ال‬ ْ َ‫إِ ْن َكان‬،‫"اللَّ ِه‬
ً ‫ِّين ُج‬
َ ‫ضلَت َعلَْي َها بت ْس َعة َوست‬
Api Bani Adam yang biasa kalian nyalakan merupakan satu bagian dari tujuh
puluh bagian api neraka Jahanam. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, itu pun sudah
mencukupi kebutuhan." Rasulullah bersabda: Sesungguhnya api neraka itu lebih unggul
di atasnya dengan enam puluh sembilan bagian. Imam Bukhari meriwayatkannya dari
Ismail ibnu Abu Uwais, dari Malik. Dan Imam Muslim meriwayatkannya dari Qutaibah,
dari Al- Mugirah ibnu Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad dengan sanad yang sama. Dan
pada sebagian lafaznya disebutkan:

‫ ُكلُّ ُه َّن ِمثْ ُل َح ِّرَه‬،‫ِّين ُج ْزًءا‬ ِ ٍ ِِ


َ ‫أَنَّ َها فُضلت َعلَْي َها بت ْس َعة َوست‬
Sesungguhnya api neraka itu lebih unggul daripada api dunia dengan enam puluh
sembilan kali lipatnya, yang masing-masing bagian sama panasnya sama dengan panas
api dunia. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadanya.
3. QS. At-Takwir

‫مس ُك ِّوَرت‬ َّ ‫َذا‬


ُ ‫الش‬
Artinya: “Apabila matahari digulung”. (QS. At-Takwir:1)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: Apabila matahari digulung. (At-Takwir, [81:1]) Maksudnya, menjadi
gelap tidak bercahaya lagi.

‫وم انْ َك َد َرت‬ ِ


ُ ‫ُّج‬
ُ ‫َوا َذا الن‬

12
Artinya: “Dan apabila bintang-bintang berjatuhan”. (QS. At-Takwir:2)
Yakni jatuh berserakan, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman
Allah 5:
Asal kata inkadarat adalah inkidar yang artinya berjatuhan.

‫ال ُسيِّ َرت‬ ِ ‫واِذَا‬


ُ َ‫الجب‬ َ
Artinya: “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan”. (QS. At-Takwir:3)
Yaitu lenyap dari tempatnya masing-masing dan meledak sehingga bumi bekas
tempat berpijaknya menjadi rata dan datar

ْ‫َوإِذَا اْلعِشَا ُر عُﻄِ َلت‬


Artinya:”Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan)”.
(QS. At-Takwir:4)
Ikrimah dan Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah unta-unta
yang sedang bunting, Mujahid mengatakan, unta-unta yang sangat berharga bagi
pemiliknya itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi.

‫ت‬ ُ ‫َوإِذَا اْلوُحُو‬


ْ َ‫ش حُشِر‬
Artinya: “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan”. (QS. At-Takwir:5)
Yakni dihimpunkan menjadi satu,Ikrimah mengatakan bahwa dihimpunkan-Nya
hewan- hewan maksudnya semuanya dimatikan.

ْ َ‫َوإِذَا الْبِحَا ُر سُجِر‬


‫ت‬
Artinya: “Dan apabila lautan dijadikan meluap”. (QS. At-Takwir:6)
Ibnu Abbas dan selainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa
Allah mengirimkan angin dabur ke laut. Maka laut menjadi mendidih karenanya,
kemudian berubah menjadi api yang menyala nyala dengan hebatnya. Hal ini telah
diterangkan sebelumnya pada tafsir firman Allah: dan laut yang di dalam tanahnya ada
api. (Ath-Thur, 52:6)

13
‫وس ُزِّو َجت‬ ِ
ُ ‫َوا َذا النُّ ُف‬
Artinya: “Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”. (QS. At-Takwir:7)
Yaitu dihimpunkanlah segala sesuatu dengan yang sejenisnya. Semakna dengan yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫اج ُهم‬ ِ َّ ُ ‫اُح‬


َ ‫زو‬
َ َ‫ين ﻇَلَ ُموا َوا‬
َ ‫ش ُروا الذ‬
Artinya: “(Kepada malaikat diperintahkan). "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim
beserta teman sejawat mereka." (Ash-Shaffat:22)

ْ‫َوإِذَا الْ َموْ َدةُ سُئِ َلت‬


Artinya: “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya”. (QS.
At-Takwir:8)
Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. (At-
Takwir: 8) Yakni bertanya, dengan memakai bentuk aktif, yaitu sa'alat. Hal yang sama
dikatakan oleh Abud Duha, yaitu sa'alat yang artinya menuntut balas kematiannya.
Diriwayatkan dari As-Saddi dan Qatadah hal yang semisal.

‫نب قُتِلَت‬ ِّ َ‫بِا‬


ٍ ‫ى َذ‬

Artinya: “Karena dosa apakah dia dibunuh”. (QS. At-Takwir:9)

‫ف نُ ِش َرت‬ ُّ ‫َواِذَا‬
ُ ‫الص ُح‬
Artinya: “Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka”. (QS. At-
Takwir:10)
Ad-Dahhak mengatakan bahwa setiap orang diberi catatan amal perbuatannya,
apakah dari sebelah kanannya ataukah dari sebelah kirinya menurut amal perbuatan
masing-masing.

َّ ‫َواِ َذا‬
‫الس َماءُ ُك ِشﻄَت‬
Artinya: “Dan apabila langit dilenyapkan”. (QS. At-Takwir:11)

14
Mujahid mengatakan bahwa langit ditarik.

ُ َ‫َوإِ َذا الْجَحِيمُ ُسعِر‬


‫ت‬
Artinya: “Dan apabila neraka Jahim dinyalakan”. (QS. At-Takwir:12)
As-Saddi mengatakan bahwa neraka Jahim dipanaskan.

‫الج نَّةُ اُزلَِفت‬ ِ


َ ‫َواذَا‬
Artinya:”Dan apabila surga didekatkan”. (QS. At-Takwir:13)
Ad-Dahhak, Abu Malik, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Khaisam menyebutkan
bahwa makna yang dimaksud ialah surga didekatkan kepada para calon penghuninya.

‫حض َرت‬
َ َ‫فس َّماۤ ا‬ ِ
ٌ َ‫َعل َمت ن‬
Artinya:”Maka setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya”. (QS. At-
Takwir:14)
Dan inilah jawab dari qasam (sumpah) yang telah disebutkan di atas, yakni
apabila semua peristiwa tersebut terjadi, maka saat itulah tiap- tiap diri mengetahui apa
yang telah dikerjakannya, karena semuanya telah ditampilkan di hadapannya.

ِ ‫الخن‬
‫َّس‬ ِ ُ‫فَ ََلۤ ا‬
ُ ِ‫قس ُم ب‬
Artinya: “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang”. (QS. At-Takwir:15)
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Nasai dalam tafsir ayat ini telah
meriwayatkan melalui hadis Mis'ar ibnu Kidam, dari Al- Walid ibnu Sari', dari Amr ibnu
Hurayyis yang mengatakan bahwa ia pernah salat di belakang Nabi, yaitu salat Subuh.
Lalu ia mendengar beliau membaca firman-Nya: Sungguh. Aku bersumpah dengan
bintang-bintang. yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir
meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.

ِ ‫الج َوا ِر ال ُكن‬


‫َّس‬ َ
Artinya:”Yang beredar dan terbenam”. (QS. At-Takwir:16)
Ali mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bin tang-bintang yang
tenggelam di saat siang hari dan di malam hari kelihatan.

15
‫س‬ ِ ِ َّ‫وال‬
َ ‫سع‬
َ ‫يل ا َذا َع‬ َ
Artinya:”Demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya”. (QS. At-
Takwir:17)
Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat. Salah satunya mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah saat tibanya malam hari dengan kegelapannya.
Mujahid mengatakan, apabila telah gelap.

‫س‬ َّ ِ ِ ‫الص‬
َ ‫بح ا َذا تَنَ ف‬ ُّ ‫َو‬
Artinya: “Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing” (QS. At-Takwir:18).
Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah apabila terbit.
Qatadah mengatakan, apabila mulai bersinar dan tiba.

ٍ ‫ول ر ُس‬
‫ول َك ِر ٍيم‬ ِ
َ ُ ‫انَّه لََق‬
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril)”. (QS. At-Takwir:19)
Yakni sesungguhnya Al-Qur'an yang mulia ini benar-benar disampaikan oleh
malaikat yang mulia, terhormat, berakhlak baik, lagi indah penampilannya dialah Jibril.

‫رش َم ِكي ٍن‬


ِ ‫الع‬ ِ ٍِ ِ
َ ‫ذى قُ َّوة عن َد ذى‬
Artinya:”Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah
yang mempunyai 'Arsy”. (QS. At-Takwir:20)
ٍ‫ِذى قُ َّوة‬

Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Maimun ibnu Mahran, Al-Hasan, Qatadah, Ar- Rabi'
ibnu Anas, AdDahhak, serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-
Nya: yang mempunyai kekuatan. (At-Takwir:20) Semakna dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat lain:

16
ٍِ ِ
ْ َ‫َعلَّ َمهُ َشدي ُد الْ ُق َوى ذُو م َّرة ف‬
‫استَ َوى‬
Artinya: “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai
akal yang cerdas”. (An-Najm, [53]: 5-6])
Yaitu kuat penampilannya lagi kuat pukulan dan perbuatannya.

ِ ْ‫عِنْدَ ِذي اْلعَر‬


ٍ‫ش مَكِين‬
Artinya: “Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arasy”.

‫ُّمﻄَ ٍاع ثَ َّم اَِمي ٍن‬


Artinya:”Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya”. (QS. At-Takwir:21)
Firman Allah:

‫ُّمﻄَ ٍاع ثَ َّم‬


Artinya: “Lagi dipercaya”
Yakni dia dipengaruhi, didengar kata-katanya, lagi ditaati di alam malaikat.

‫َومَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُو ٍن‬


Artinya:” Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila”. (QS.
At-Takwir:22)
Asy-Sya'bi, Maimun ibnu Mahran, dan Abu Saleh, serta orang-orang yangtelah
disebutkan di atas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan teman
kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali- sekali orang yang gila. (At-Takwir, [81:22])
Bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad.

ِ‫َوَلقَدْ َرأَهُ بِ اْلأُ ُفﻖِ الْمُبِين‬


Artinya:”Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang”. (QS. At-
Takwir:23)
Yakni sesungguhnya Nabi Muhammad benar-benar telah melihat Jibril yang
dating kepadanya membawa wahyu dari Allah aslinya lengkap dengan enam ratus
sayapnya. dalam rupa

17
ِ‫بِ اْلأُ ُفﻖِ الْمُبِ ْين‬
Artinya: “Di ufuk yang terang”. (QS. At-Takwir:23)
Yaitu dengan jelas dan terang. Ini merupakan penglihatan Nabi kepadanya yang
pertama,

ٍ‫َومَا ُهوَ عَلَﻰ اْلغَ ْيبِ بِضَنِ ْين‬


Artinya: “Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang
gaib”. (QS. At-Takwir:24)
Artinya, Muhammad bukanlah orang yang disangsikan terhadap apa yang
diturunkan Allah kepadanya. Di antara ulama ada yang membacanya dengan memakai
dad bukan zat sehingga artinya menjadi bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan
apa yang diturunkan Allah kepadanya, bahkan dia menyampaikannya kepada setiap
orang.

ٍ ‫ول َشي ٰﻄ ٍن َّرِج‬


‫يم‬ ِ ‫وَما ُهو بَِق‬
َ َ
Artinya:”Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk”. (QS. At-
Takwir:25)
Yaitu Al-Qur'an ini bukanlah dari perkataan setan yang terkutuk. Dengan kata
lain, setan tidak akan mampu membawanya, dan tidak menghendakinya serta tidak layak
Al-Qur'an baginya.

‫َفأَْينَ تَ ْذهَبُو َن‬


Artinya:”Maka ke manakah kamu akan pergi?” (QS. At-Takwir:26)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka ke manakah
kalian akan pergi. (At-Takwir, [81:26]) setelah meninggalkan Kitabullah dan ketaatannya
kepadaNya?

ِ ِ ِ
َ ‫كر لِّل ٰعلَم‬
‫ين‬ ٌ ‫ان ُه َو ا َّال ذ‬

18
Artinya: “Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam”. (QS. At-
Takwir:27)
Artinya, Al-Qur'an ini merupakan peringatan bagi semua manusia agar mereka
menjadi ingat karenanya dan mengambil pelajaran darinya.

َ‫لِ َمنْ شَا َء مِنْكُمْ أَ ْن يَسَْتقِيم‬


Artinya: “(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus).”
(QS. At-Takwir:28)
Yaitu bagi siapa yang menginginkan petunjuk. hendaklah ia berpegang kepada
Al-Qur'an ini, karena sesungguhnya Al-Qur'an merupakan juru selamat dan pemberi
petunjuk baginya tiada petunjuk selain dari Al-Qur'an.
ِ ُّ ‫شاء ال ٰلّهُ ر‬ ِ
‫ين‬
َ ‫ب ال ٰعلَم‬َ َ َ َّ‫شاءُو َن ا َّالۤ اَن ي‬
َ َ‫َوَما ت‬
Artinya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. At-Takwir:29)
Yakni kehendak untuk itu bukan berada di tangan kalian, melainkan ada di tangan
kekuasaan-Nya. Maka barang siapa yang Dia kehendaki mendapat petunjuk, niscaya ia
mendapatkannya: dan barang siapa yang Dia kehendaki sesat, niscaya dia tersesat
darinya.
4. QS. Al-Infitar

‫إِذَا السَّمَاء انْ َفﻄََرت‬


Artinya: “Apabila langit terbelah”. (QS. Al-Infitar:1)
Yakni retak besar dan terbelah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firmanNya:

ِ‫مَاءُ السّ مُ ْنفَﻄِرُ ِبه‬


Artinya: “Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah”. (Al-
Muzzammil:18).

19
ْ َ‫َوإِ َذا الْ َكوَا ِكبُ انْتَثَر‬
‫ت‬
Artinya: “Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan”. (QS. Al-Infitar:2)
Maksudnya, jatuh berguguran.

ْ َ‫َوإِذَا الْبِحَا ُر فُجِر‬


‫ت‬
Artinya: “Dan apabila lautan menjadikan meluap”. (QS. Al-Infitar:3)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah
meluapkan sebagian darinya dengan sebagian yang lain.

ْ َ‫َوإِذَا اْلقُبُو ُر ُبعْثِر‬


‫ت‬
Artinya: “Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar”. (QS. Al-Infitar:4)
Ibnu Abbas mengatakan terbongkar. As-Saddi mengatakan bahwa kuburan-
kuburan berserakan, lalu bergerak dan mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya.

‫ت‬
ْ ‫َّر‬ ْ ‫سۭ َّما قَ َّد َم‬
َ ‫ت َوأَخ‬ ْ ‫َعلِ َم‬
ٌ ‫ت نَ ْف‬
Artinya: “Maka setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang
dilalaikannya”. (QS. Al-Infitar:5)
Yakni apabila semua amal perbuatan yang terdahulu yang telah dilupakannya
diketahuinya, terlebih lagi yang terakhir dilakukannya.

َ ِّ‫نسٰ ُن َما غَ َّر َك بَِرب‬


‫ك ٱلْ َك ِر ِيم‬ َ ‫يَٰأَيُّ َها ٱ ِْْل‬
Artinya: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah”. (QS. Al-Infitar:6)
Ini mengandung ancaman, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama
yang mengatakan bahwa kalimat ini adalah kata tanya yang memerlukan adanya jawaban,
mengingat Allah menanyakan demikian hingga ada seseorang dari juru bicara mereka
menjawab, "Bahwasanya dia terperdaya oleh kemurahan-Nya." Tidaklah demikian,
melainkan makna yang dimaksud ialah "Apakah yang memperdayakanmu terhadap
Tuhanmu Yang Mahabesar sehingga kamu berani berbuat durhaka kepada-Nya, dan
kamu balas karunia-Nya dengan perbuatan yang tidak layak terhadap-Nya."
20
‫ك‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
َ ٰ‫س َّوى‬ َ ‫ٱلَّ ِذى َخلَ َق‬
َ َ‫ك ف‬
Artinya: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang”. QS. Al-Infitar:7)
Yakni apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Al-Infithar, [82:7]), Yaitu
yang telah menjadikanmu sempurna, tegak mempunyai tinggi yang seimbang dengan
bentuk yang paling baik dan paling rapi.

َ َ‫اء َرَّكب‬
‫ك‬ ٍ ‫َى ص‬ ِ
َ ‫ورة َّما َش‬
َ ُ ِّ ‫فﻰ أ‬
Artinya: “Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu”. (QS. Al-
Infitar:8)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mirip dengan ayah, atau
ibu, atau paman dari pihak ibu ataukah paman dari pihak ayah, menurut apa yang
dikehendaki-Nya.

‫َك ََّل بَ ْل تُ َك ِّذبُو َن بِٱلدِّي ِن‬


Artinya: “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan”.(QS.
Al-Infitar:9).
Yakni sesungguhnya yang mendorong kamu berani menantang Tuhan Yang Maha
Pemurah dan membalas-Nya dengan perbuatan- perbuatan durhaka tiada lain karena hati
kalian mendustakan adanya hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari hisab.

ْ َ‫َوإِ ّن عَلَيْكُمْ ل‬
‫حفِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ َيعْلَمُو َن مَا َت ْفعَلُو َن‬
Artinya: “Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaan itu),
mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan”. (QS. Al-Infitar:10-12)
Sesungguhnya pada kalian ada para malaikat pencatat amal perbuatan, mereka
mulia. Maka janganlah kalian menghadapi mereka dengan amal-amal keburukan, karena
sesungguhnya mereka mencatat semua amal perbuatan kalian. Ibnu Abu Hatim

21
mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Muhammad At- Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Sufyan dan Mis'ar, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Mujahid
yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
"Hormatilah malaikat-malaikat yang mulia pencatat amal perbuatan, mereka
tidak pernah meninggalkan kalian kecuali dalam salah satu dari dua keadaan, yaitu di
saat jinabah dan buang air besar. Maka apabila seseorang dari kalian mandi, hendaklah
ia memakai penutup dengan tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya atau
hendaklah saudaranya yang menutupinya."

ٍ‫إِ ّن اْلأَبْرَ َار َلفِي َنعِيم‬


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam
surga yang penuh kenikmatan”. (QS. Al-Infitar:13)
Allah berfirman, menceritakan apa yang dialami oleh orang-orang yang berbakti,
yaitu mendapat kenikmatan yang berlimpah. Demikian itu karena mereka taat kepada
Allah dan tidak berbuat kedurhakaan terhadap-Nya.

ٍ ‫ار لَِفﻰ َج ِح‬


ۢ‫يم‬ َ ‫وإِ َّن ٱلْ ُف َّج‬
Artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam
neraka”. (QS. Al-Infitar:14)
Kemudian Allah menyebutkan apa yang dialami oleh orang-orang yang durhaka,
yaitu dimasukkan ke dalam neraka Jahim dan mendapat azab yang kekal. Karena itulah
maka disebutkan oleh firman-Nya:

‫صلَ ْونَ َها يَ ْوَم ٱلدِّي ِن‬


ْ َ‫ي‬
Artinya: “Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan”. (QS. Al-Infitar:15)
Yakni di hari perhitungan amal perbuatan dan pembalasan, yaitu pada hari
kiamat.

َ‫َومَا هُمْ عَنْهَا ِبغَابِبِ ْين‬


Artinya: “Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu” (QS. Al-Infitar:16)

22
Artinya, mereka tidak pernah absen dari azabnya barang sesaat pun, dan tidak
pernah pula diringankan azab itu dari mereka; permintaan mereka yang menginginkan
kematian atau istirahat dari azab tidak diperkenankan, walaupun hanya barang sehari.

‫ك َما يَ ْو ُم ٱلدِّي ِن‬


َ ٰ‫َوَما أَ ْد َرى‬
Artinya: “(Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?)”. (QS.Al-Infithar:17)
Firman Allah:

‫ك َما يَ ْو ُم ٱلدِّي ِن‬


َ ‫َوَما أَ ْد َرٰى‬
Artinya: “Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?” (QS.Al-Infithar:17)
Ini menggambarkan tentang betapa hebatnya hari kiamat itu, kemudian dikuatkan
lagi dengan firman berikutnya yang senada:

‫ك َما يَ ْو ُم ٱلدِّي ِن‬


َ ٰ‫ثُ َّم َما أَ ْد َرى‬
Artinya: “Sekali lagi (tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?)” (Al-Infithar:18)
Selanjutnya ditafsirkan atau di jelaskan oleh firman berikutnya:

‫س َش ْيًا ۭ َوٱ ْْل َْم ُر يَ ْوَمئِ ٍذ لِّلَّ ِه‬


ٍ ‫س لِّنَ ْف‬ ُ ِ‫يَ ْوَم َال تَ ْمل‬
ٌ ‫ك نَ ْف‬
Artinya: “(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong
orang lain”. (Al-Infithar:19)
Tiada seorang pun yang dapat memberikan pertolongan kepada orang lain dan
tidak pula menyelamatkannya dari azab yang dialaminya terkecuali dengan seizin Allah
dan bagi siapa yang dikehendaki dan diridai-Nya untuk mendapat pertolongan (syafaat).

C. Konsep Hari Akhir Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah


Disebut sebagai hari Akhir karena tidak ada hari lagi setelahnya dan itulah akhir
perjalanan hidup manusia, konsep iman kepada hari akhir menurut Al-Qurthubi,
terangkum dalam lima konsep utama, yaitu:5

1. Al-Mautwa al-barzakh (kematian dan alam barzakh)

5
Fahrurrozi Bin Naksi. Konsep iman kepada hari akhir perspektifImam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Tazkirah
biAhwal Al-Mauta wa Umur Al-akhirah. 2023. Hal 85.

23
Imam Al-Qurthubi memaparkan bahwa kematian bukanlah ketiadaan semata,
akan tetapi terpisahnya ruh dari jasad, hakikatnya adalah perubahan dan perpindahan
manusia dari alam dunia menuju alam barzakh.
2. Al-ba’ts (hari berbangkit)
Tiupan sangkakala sebagai tanda berakhirnya kehidupan alam barzakh. Seluruh
makhluk yang telah mati dihidupkan kembali. Berdasarkan Firman Allah Ta'ala:

َ ِ‫َز َع َم الَّ ِذيْ َن َك َف ُرْوا اَ ْن لَّ ْن يُّ ْب َعثُ ْواۭ قُ ْل بَ ٰلﻰ َوَربِّ ْي لَتُْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُ نَبَّ ُؤ َّن بِ َما َع ِملْتُ ْمۭ َو ٰذل‬
‫ك َعلَﻰ‬

‫ال ٰلّ ِه يَ ِس ْير‬

Artinya: “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Tagabun:7)

Masing-masing bangkit dari kuburnya, berbondong menuju tempat berkumpul


yang disebut mahsyar. Setiap hamba memikirkan dan mengkhawatirkan nasib diri.
Tidak terlintas sedikit pununtuk berpikir tentang orang lain. Seluruh makhluk
mengharapkan pertolongan dan naungan. Penantian panjang yang melelahkan,
mendesak seluruh manusia meminta dan mencari sosok yang mampu memberi syafa’at,
agar perhitungan amal segera dimulai. Di sinilah hadirnya al-syafa’at al-‘amah(syafaat
untuk seluruh manusia) yang Allah ijinkan kepada Rasulullah.6

3. Al-hisab (pengadilan Allah)

Sebagaimana Firman Allah Ta'ala:

ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ا َّن الَْي نَا ايَابَ ُهم ثُ َّم ا َّن َعلَْي نَا ح‬
‫سابَ ُهم‬

6
Fahrurrozi Bin Naksi. Konsep iman kepada hari akhir perspektifImam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Tazkirah biAhwal Al-Mauta
wa Umur Al-akhirah. 2023. Hal 85.

24
Artinya: “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian
sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al Ghasyiyah: 25-26)

Setiap hamba dihadapkan kepada Allah, untuk mempertanggungjawabkan seluruh


amal perbuatan selama hidup di dunia. Tidak seorang pundapat menghindar dan
bersembunyidari perhitungan dan kemahaadilan Allah, catatan amal diserahkan kepada
pemiliknya. Antara menerima kitab amal dengan tangan kanan atau tangan kiri. Jika
catatan amal diserahkan dan diterima melalui tangan kanan, maka menandakan
keberuntungan dan keselamatan. Namun jika kitab amal diserahkan melalui tangankiri,
maka itu pertanda kesengsaraan dan siksa neraka menantinya.

4. Al-jāza’ (balasan)
Akhir dari perjalanan akhirat setiap hamba adalah menjalani kehidupan kekal
penuh dengan nikmat di dalam surga, atau tersiksa abadi dalam kesengsaraan di neraka.
Keduanya merupakan al-jāza’ al-aufā (balasan setimpal), hamba yang beriman dan
beramal shalih akan masuk ke surga dengan beragam tingkatan sesuai amal. Sedangkan
hamba yang ingkar akan diseret dan dicampakkan ke dalam neraka dengan segala
kengeriannya. Akhir perjalanan akhirat adalah kekal dalam nikmat atau kekal dalam
azab.
5. Asyrāth al-sā’ah (tanda-tanda hari kiamat)
Imam Al-Qurthubi meletakkan pemaparan tentang hal-hal yang terjadi menjelang
dan atau membersamai berakhirnya kehidupan dunia, sebagai penutup bahasan kitab Al-
Tadzkirah. Hal ini bertujuan agar setiap insan terlebih dahulu memahami, mengimani dan
bersiap diri menghadapi tahap perjalanan akhirat yang diawali dengan kematian. Diantara
tanda akhir zaman adalah: wafatnya Rasulullah Saw., munculnya perselisihan dan
perpecahan di tengah umat, syari’at Allah ditinggalkan demi kemegahan dunia,
terpuruknya umat Islam dan berkuasanya para pemimpin zalim, hadirnya Al-Mahdi
memimpin umat beriman, munculnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa ‘alaihissālam.7

7
Fahrurrozi Bin Naksi. Konsep iman kepada hari akhir perspektifImam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Tazkirah biAhwal Al-Mauta
wa Umur Al-akhirah. 2023. Hal 87

25
D. Kontroversi Pemahaman Mengenai Hari Akhir
Hari akhir merupakan persoalan yang cukup mendapatkan banyak perhatian dari
berbagai kalangan seperti islam atau non islam atau bahkan filsafat. Banyak sekali
kontroversi yang sudah terjadi tentang hari akhir. Penafsiran dan pandangan mengenai
hari akhir selalu diperbincangkan oleh banyak kalangan. Terutama semenjak
menggelindingnya isu kiamat 2012. Ada juga perselihan yang sudah terjadi tentang
tanda-tanda terjadinya kiamat pada saat ini. Seperti hal nya tentang israel dan Palestina
yang sebagian orang percaya bahwa hari kiamat sudah dekat. hal ini menjadi kontroversi
atau perselihan bagi semua manusia baik dikalangan apapun.

Perselisihan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Islam, telah melahirkan


hal-hal yang negatif, sekalipun masih ditemukan nilai-nilai positifnya. Pada dasarnya
ajaran Islam itu jelas dan tidak perlu diperselisihkan di kalangan masyarakat muslim
khususnya, karena tuntunan atau sumber ajarannya yaitu Al-Qur’an dan sunnah yang
sampaikan oleh Rasulullah Saw sebagai pembawa ajaran suci dari Allah Swt, untuk
keselamatan keluarga dan masyarakat muslim serta umat manusia pada umumnya. Pada
dasarnya perselisihan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat muslim, karena mereka
tidak memahami secara menyeluruh terhadap berbagai masalah ibadah dan mu’amalah.
Akibatnya terjadilah perselisihan dan pertentang di dalam masyarakat beragama,
khususnya. Perselisihan atau perbedaan pendapat sesuatu ha yang wajar, namun
perselisihan yang terjadi jangan sampai menimbulkan pertentangan, yang mengakibatkan
terjadinya perpecahan di tengah-tengah masyarakat muslim khususnya.

Selain itu kita menemukan bahwa keyakinan-keyakinan yang seperti ini adanya
doktrin-doktrin tersebut merupakan suatu keyakinan universal, dalam artian kita
menemukan suatu keyakinan yang sama pada seluruh agama, semua agama telah
memprediksikannya. Seperti pandangan agama Kristen, Budha, Yahudi, telah ada doktrin
tentang bagaimana tanda-tanda hari akhir.

1. Hari Akhir Menurut Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat Islam

Kalau kita ambil dari pemahaman secara umum atau ilmu kalam, hari Akhir
diartikan sebagai akhir dari kehidupan dunia. Apabila kita mendekatinya dari sudut

26
pandang tasawuf, mempunyai arti bangkitnya seseorang dihadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sedangkan, kalau kita mendekati dari filsafat Islam, maka hari akhir sebenarnya
bukanlah sebagai sebuah akhir dari kehidupan dunia, tetapi hari akhir adalah proses
terjaganya kesadaran manusia pada alam akhirat.

Jika dalam pandangan ilmu kalam, kita tidak bisa menolak pada akhirnya, proses
dari kehidupan manusia di bumi ini pasti akan mengalami kehancuran. Akan tetapi bagi
para filosof hari akhir seperti ini diartikan sebagai “mati berjamaah” saja. Karena kiamat
berasal dari akar kata qoma (berdiri), yang mempunyai arti keterjagaan atau kesadaran
seseorang dari perjalanan akhir atau perjalanan jiwa. Pada dasarnya manusia memiliki
dua dimensi yang pertama adalah dimensi jasadiyah, sedangkan yang kedua adalah
dimensi ruhiyah. Dan fase demi fase yang kita lewati ini membuat suatu kesadaran
mengalami sebuah proses perubahan atau peningkatan. Mulai dari dunyawiyyah,
barzakhiyyah, lalu ke ukhrowiyyah. Maka menurut para filosof itulah yang dimaksud
dengan Hari akhir. Dia tersadarkan dengan hakikat akhirat.

Maka para filosof termasuk Mulla Sadra membagi dua kiamat, yakni: sughro dan
kubro. Ketika seseorang terjaga dari alam barzakh (alam pertengahan) inilah kiamat
sughro. Maka akhir dunia (kehancuran dunia) itu sebenarnya bukan hakikat dari kiamat.
Dan itu diibaratkan proses alam yang biasa. Dari sudut Irfani juga, kiamat diartikan
sebagai berdirinya seseorang atau keterjagaannya seseorang dari hakikat ketuhanan yang
sesungguhnya. Tergantung kita mau mendekati dari sudut pandang yang mana. Akan
tetapi, pada intinya, kesemuanya pandangan tersebut membuktikan adanya hari akhir.8

2. Hari Akhir menurut Islam Sunni dan Syiah

Islam Sunni adalah mayoritas umat Muslim di dunia, dan menggunakan al-Qur’an
dan Hadist sebagai rujukan untuk tanda-tanda Hari akhir. Tanda-tanda dalam Islam
Sunni berkisar pada pembersihan bumi dari orang-orang yang tidak percaya, entah
melalui pertobatan massal dari orang-orang yang tidak percaya atau dalam kasus-kasus

8
Abu Bakar dkk. Konflik Sosial Dalam Masyarakat Akibat Ibadah-ibadah Sunnah. Hal 71

27
tertentu melalui kematian. Imam Mahdi akan muncul sebagai Kalifah Muslim terakhir
dan Isa Almasih naik ke surga pada saat ini9.

Keyakinan tentang akhir zaman dalam pemikiran Islam Syi'ah didasarkan pada
rujukan-rujukan al-Qur’an, pengajaran dari Nabi Muhammad dan Ahlul Baitnya. Ada
beberapa varian dari teori yang sama dalam eskatologi Syi'ah, namun semuanya berkisar
pada figur mesianiknya, Muhammad al-Mahdi, yang dianggap umat Syi'ah sebagai
pengganti ke-12 Nabi Muhammad yang ditunjuk. Teori akhir zaman Syi'ah juga percaya
bahwa kedatangan Isa akan terjadi bersamaaan dengan kedatangan kembali Imam
Mahdi. Umat Syi'ah percaya bahwa Isa dan Mahdi akan bekerja bersama untuk
menciptakan perdamaian dan keadilan di muka bumi di antara semua orang yang
beragama. Ini adalah tema umum yang diterima di antara para teolog Syi'ah, tetapi tetap
ada sebuah kelompok yang terus mempelajari teks-teks klasik untuk menentukan lebih
jauh kejadian-kejadian pada akhir zaman.

Dalam pemikiran Islam Syi'ah, ada suatu realitas duniawi yang disebutkan akan
terjadi sebelum berakhirnya hidup manusia di muka bumi. Kejadian-kejadian tersebut
terutama berkisar di antara si Dajjal dan kemampuannya untuk memikat umat manusia
kepada suatu agama dunia yang baru, agama yang tidak diberikan oleh Allah. Gagasan
tentang kembalinya Mahdi untuk menolong umat manusia dalam melawan "Muslihat
Besar" ini juga disebutkan dalam tradisi-tradisi Sunni, tetapi secara khusus dibentangkan
sebagai Muhammad al-Mahdi dalam sumber-sumber Syi'ah. Ada banyak sumber yang
mengenai Hari-hari Terakhir, namun hanya beberapa saja yang diterima seperti yang
diulang-ulang dalam berbagai sumber oleh berbagai kelompok. Mayoritas ulama Syi'ah
sepakat akan rincian kejadian-kejadian yang akan terjadi pada hari-hari terakhir10:

a. Si Dajjal akan mengklaim dirinya sebagai juru selamat umat manusia dan bangsa-
bangsa dari semua agama akan bersatu di bawah agamanya.
b. Akan terjadi pembunuhan-pembunuhan massal atas umat Syi'ah di Irak (sekitar sungai
Eufrat), dan untuk kepala mereka akan disediakan hadiah uang, meskipun mereka bukan
penjahat.

9
Filosofi kiamat wawancara Dr.Khalid Al walid. 2012.
10
Zanizambuana. Akhir Zaman Islam Sunni.

28
c. Akan terjadi pemberontakan oleh seorang "Yamani" yang akan dikalahkan dalam
usahanya itu.
d. Imam Mahdi akan muncul kembali dan menyampaikan khutbahnya di Kaabah dan akan
mengumpulkan pasukan dengan 313 jenderal dan ribuan pengikut untuk mengalahkan si
Dajjal.
e. Seseorang yang bernama "Sufyani" (agamanya tidak disebutkan, meskipun ia adalah
keturunan dari dinasti Ummayyah yang telah berantakan yang keturunan menyebar
kemungkinan di Levant dan Spanyol atau Marokko selama 12 abad terakhir) akan
memimpin pasukan-pasukan dari Suriah melintasi Irak ke Arabia untuk mengalahkan
pasukan-pasukan Mahdi bersama-sama dengan sekutu-sekutunya.
f. Imam Mahdi akan mendirikan kembali Islam yang sejati dan dunia akan menemukan
perdamaian dan ketenangan.
g. Imam Mahdi akan berkuasa untuk suatu masa.
h. Kebangkitan manusia akan dimulai sementara Hari Penghakiman akan dimulai.

3. Hari akhir menurut Abrahamik maupun non-Abrahamik

Akhir zaman (atau sering disebut Hari akhir) adalah periode waktu yang
dijelaskan dalam eskatologi dari agama-agama dunia yang dominan, baik Abrahamik
maupun non-Abrahamik. Agama-agama Abrahamik mempertahankan kosmologi linear,
dengan skenario akhir zaman yang mengandung tema transformasi dan penebusan.
Dalam Yudaisme, istilah hari akhir membuat referensi ke Zaman Mesianik, dan
termasuk dalam pertemuan para diaspora yang diasingkan, kedatangan mashiach, olam
haba, dan kebangkitan Tsadikim. Kekristenan secara tradisional menggambarkan akhir
zaman sebagai periode kesengsaraan luar biasa di Bumi yang mendahului kedatangan
Kristus yang kedua, yang akan menghadapi Antikristus dan mengantar ke Kerajaan
Allah. Namun, beberapa orang Kristen percaya bahwa akhir zaman merupakan
kesusahan pribadi yang dialami sebelum mereka tercerahkan dengan Firman Tuhan.
Dalam Islam, Yaumul Qiyamah atau Yawm ad-Din, hari kiamat, didahului oleh
munculnya Imam Mahdi kemudian Nabi Isa.

Agama non-Abrahamik memiliki pandangan dunia yang lebih siklus, dengan


eskatologi akhir zaman ditandai dengan kerusakan, penebusan dan kelahiran kembali.

29
Dalam agama Hindu, waktu akhir diramalkan oleh siapa? seperti ketika Kalki, inkarnasi
terakhir dari Wisnu, turun di atas kuda putih dan membawa untuk mengakhiri Kaliyuga.
Dalam ajaran Buddha, Sang Buddha meramalkan bahwa ajaran-ajarannya akan
dilupakan setelah 5.000 tahun, diikuti oleh kekacauan. Sebuah Bodhisatwa bernama
Maitreya akan muncul dan menemukan kembali ajaran dharma. Kehancuran terakhir
dunia maka akan datang melalui munculnya tujuh matahari11.

4. Kemunculan Imam Mahdi Menurut Ahlussunah dan Syiah

Sosok al-Mahdi adalah sosok manusia mulia yang akan muncul diakhir zaman.
Sebagian ulama menganggap al-Mahdi adalah Isa bin Maryam. Sebagian ulama yang
lain menganggap bahwa al-Mahdi adalah manusia normal yang dilahirkan dan besar
ditengah-tengah manusia akhir zaman. Namun Rasulullah bersabda dalam haditsnya
bahwa al-Mahdi adalah keturunan kandung Rasulullah. Nama ayahnya sama dengan
nama ayah Rasulullah, nama al Mahdi sama dengan nama Rasulullah yaitu Muhammad
bin Abdullah. Ciri fisiknya sedikit berbeda dengan Rasulullah namun memiliki sifat
yang sama persis dengan Rasulullah. Al Mahdi akan di Bai’at diantara makam Ibrahim
Alaihissalam dan sudut ka’bah.12

Munculnya imam mahdi menjadi tanda hari akhir yang menjadi perbedaan
pendapat Ada yang memandang dalam bentuk rill (nyata), ada yang memandang sebagai
penggambaran kondisi penghujung akhir kehidupan ini. Hanya sebatas “simbol”.
kemunculan Mahdi, Dajjal, Isa, itu sebagai sebuah nyata dan bukan simbolisasi saja.
sebagian orang pasti keberatan menolak sosok seperti munculnya Dajjal atau nabi Isa
hadir kembali. Mungkin seseorang ketika dimana Ashabul Kahfi di dalam gua. Bila
dipikir secara logis, memang meragukan, tetapi kenyataanya memang benar adanya. Dan
al-Qur’an pun menyebutnya secara jelas, dan nyata.

Dalam pandangan ahlus sunnah, Imam Mahdi adalah seorang keturunan ahlul bait
yang namanya sama dengan nama Nabi Muhammad dan nama ayahnya juga sama yaitu
Abdullah. Sebagian berpendapat bahwa Imam Mahdi bukan keturunan Rasulullah, tak

11
Zanizambuana. Akhir zaman pemikiran syi’ah.
12
Zanizambuana. Abrahamik dan non abrahamik.

30
heran menurut pendapat ini telah muncul banyak orang yang mengaku dirinya Imam
Mahdi.

Berbeda dengan syiah yang berpendapat bahwa imam Mahdi adalah salah satu
dari imam-imam mereka. Dalam kalangan syiahpun ada perbedaan pendapat di antara
mereka. Terdapat tiga golongan utama tentang sosok Imam Mahdi dalam Syiah:
Pertama, kelompok Kaisaniyah yang menganggap bahwa Muhammad bin Hanafiah,
putra Ali bin Abi Thalib adalah Imam Mahdi. Kedua, Syiah Ismailiyah as-Sab'iyyah
(Syiah tujuh imam), menganggap bahwa Isma'il bin Jafar as-Sadiq sebagai Imam Mahdi.
Ketiga, Syiah Dua Belas (Syiah Imamiyah), yang menganggap Muhammad Al-Muntazar
bin hasan Al- Askari, imam yang ke-12 sebagai Imam Mahdi. Akan tetapi, menurut
penganut Syiah Dua Belas ini, pada tahun 329 H, sosok imam mereka itu digaibkan oleh
Allah dari alam nyata13

5. Kontroversi Dukhon, Al-Mahdi dan Tiupan Sangkakala

Asap (Ad-Dukhan) ada banyak perbedaan pendapat tentang asap ini, sebagian
mufassir berpendapat tentang QS. Ad-Dukhan: 10-15, bahwa asap yang disebutkan ini
sudah terjadi pada periode Nabi, yaitu saat Nabi Muhammad berdoa kepada Allah SWT
untuk menurunkan paceklik kepada kaum Quraisy bertahun-tahun seperti yang menimpa
kaum Nabi Yusuf sehingga kemarau panjang menimbulkan debu dilangit seperti asap.
Namun pentakwilan ini terbantahkan oleh hadits Nabi yang menyebutkan asap pada
sepuluh tanda besar kiamat. Menurut Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh lebih setuju
dengan pendapat mufassir yang mengatakan bahwa tanda asap itu pasti datang karena
termasuk salah satu tanda hari kiamat.14

Malaikat Israfil meniup sangkakala pada hari kiamat sesuai perintah Allah Ta’ala.
Di antara permasalahan yang menjadi perselisihan para ulama adalah berapa kali
sangkakala ditiup pada hari kiamat kelak. Sangkakala ditiup tiga kali. Di antara ulama
yang berpendapat demikian adalah Ibnul ‘Arabi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dan
Asy-Syaukani rahimahumullah.Tiupan pertama, disebut dengan nafkhotul faza’, yaitu

13
Mauizo. 2020. hal 75.
14
Ilmu Kalam. Hal 118.

31
tiupan yang menyebabkan kaget, kepanikan, atau terkejutnya seluruh makhluk. Tiupan
ini juga menyebabkan perubahan dan rusaknya keteraturan alam dunia. Tiupan ke dua,
disebut dengan nafkhotu ash-sha’qi, yaitu tiupan yang menyebabkan kematian seluruh
makhluk. Tiupan ke tiga, disebut dengan nafkhotul ba’tsi wan nusyuur, yaitu tiupan
dibangkitkannya seluruh makhluk. Sangkakala ditiup dua kali. Di antara ulama yang
berpendapat demikian adalah Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, Al-Qurthubi
dan Ibnu Hajar rahimahumullah.Tiupan sangkakala yang pertama disebut dengan
nafkhotul faza’ wa ash-sha’qi, yaitu tiupan yang menyebabkan terkejutnya seluruh
makhluk sehingga menyebabkan kematian mereka. Menurut ulama yang berpendapat
tiupan sebanyak dua kali, nafkhotul faza’ dan nafkhotu ash-sha’qi ini dua hal yang terjadi
dalam satu waktu (satu tiupan), bukan dua tiupan yang terpisah. Artinya, mereka terkejut
dan kemudian mati karenanya.15

Para ulama yang berpendapat dua kali, mereka berdalil dengan firman Allah
Ta’ala,

ُ‫الر ِادفَة‬ ِ ‫الر‬


َّ ‫اج َفةُ تَ ْتبَ عُ َها‬ َّ ‫ف‬
ُ ‫يَ ْوَم تَ ْر ُج‬

Artinya: “(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama
menggoncang alam. Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan ke dua.” (QS. An-Nazi’at: 6-
7)

Di antara dua pendapat tersebut, yang lebih tepat adalah pendapat yang ke dua, bahwa
sangkakala ditiup sebanyak dua kali pada hari kiamat. Hal ini berdasarkan hadits dari
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu.

6. Hari Akhir menurut Ulama Klasik dan Modern


a. Ulama klasik
Ulama yang termasuk dalam kelompok klasik (mutakadimin) adalah parasahabat.
tabi'in dan tabi' tabi'in. Imam Suhaili, salah satu mufasir al-Qur'an pada zaman tabi'in.

15
Mauizo. Media tv channel. 2020. Hal 74.

32
Beliau menyatakan rumusan mengenai umur dunia ini dengan berdasarkan jumlah
huruf- huruf pada permulaan surat al-Qur'an secara abjad (misalnya Alif Laam Mim,
Shaad, Qaaf dan lain-lainya). . Rumusan Suhaili ini telah banyak menuai kritik dari
para ulama sejawatnya. Ibnu Hajar menyatakannya sebagai rumusan tanpa dasar
syari'at. Dalam hal ini Ibnu Hajar telah mengikuti pendapat Ibnu Abbas Az-Zajar16
Abu Bakar Muhammad Ibnu al-Arabi (w. 1240 M) yang dikenal sebagai ulama sufi
juga menolak pendapat Suhaili. Menurut Ibnu al-Arabi huruf-huruf pada permulaan
surat al-Qur'an itu tidak dapat dijadikan dasar. Dan semua itu adalah perbuatan batil.

Sementara itu Ibnu Jarir menyatakan bahwa umur dunia ini adalah 7000 tahun.
Pendapat Ibnu Jarir ini disinyalir berasal dari sahabat Ibnu Abbas yang dianggap
sebagai Penerjemah al-Qur'an (Tarjuman al-Qur'an) dan banyak mengetahui makna-
makna takwil. Dalam hal umur dunia ini sahabat Ibnu Abbas mengatakan: "Dunia
adalah kumpulan dari himpunan akhirat yang lamanya hanya 7000 tahun." Dengan
mengibaratkan satu hari 1000 tahun17. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

‫ك ِعن َد يَ ْوًما َوإِ ْن‬ َ ‫تَ عُ ُّدو َن ِم َّما َسنَ ٍة َك‬


َ ِّ‫الف َرب‬

Artinya: "Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu". (QS. al-Hajj: 47)

b. Ulama Modern

Sikap para ulama modern (mutaakhirin) terhadap terjadinya hari akhir hampir
tidak berbeda dengan para ulama klasik (mutakadimin). Karena semua ulama telah
mencapai sebuah konsensus atau ijma yang tidak dapat ditawar tentang kiamat
sebagai persoalan akidah yang wajib untuk diyakini. Dalam masalah ini tidak
terdapat perbedaan mengenai hari akhir dalam arti kehancuran bumi den alam
semesta atau kejadian-kejadian yang akan terjadi setelahnya, seperti kebangkitan dan
lainnya.

16
Yayat Hidayat. Konroversi Ditiupnya Sangkakala di Hari Kiamat.
17
Ibnu Hajar Al-asqalani. Fathul baari (bairut lebanon) juz 1. hal 35.

33
Para ulama modern hanya meneruskan pernyataan-pernyataan para ulama klasik
dalam menyampaikan penggambaran dengan bukti-bukti secara empiris. Selanjutnya
mereka lebih banyak menitik beratkan perhatiannya kepada persiapan dan
pembangunan mental dan spiritual umat manusia dalam upaya menghadapi hari akhir.
Mereka memberikan ulasan hari akhir secara filosofis sebagai rencana pembuktian
kebenaran Tuhan18.

7. Hari Akhir menurut Sains

Para ilmuwan mengatakan bahwa dunia pengetahuan harus mengakui bahwa hari
akhir atau hari penghabisan umur dunia adalah satu kepastian yang tidak bisa
dipungkiri. Bahwa semua ini pasti terjadi. Bukan cerita kosong atau berita palsu. Apa
yang telah dinashkan dan diimani oleh agama-agama tentang hari kehancuran alam
semesta adalah hak dan benar, tak terbantahkan Sementara analisa ilmu pengetahuan
sains juga memiliki perspektif, dan pandangan dasar hari akhir, antara lain:19

a. Ilmu pengetahuan menganggap Hari akhir sebagai kehancuran alam semesta.


Karena secara hukum fisika, semua benda pasti akar mengalami kehancuran. Tak
terkecuali bumi dan isinya serta alam semesta.
b. Bahwa sebelum dunia berakhir akan terjadi banyak bencana, kerusakan alam yang
akan mempengaruhi ekosistem kehidupan.
c. Bahwa ilmu pengetahuan sain tidak memastikan waktu terjadinya hari akhir.
Adanya beberapa prediksi yang disampaikan para ilmuwan masih bersifat praduga.

Beberapa perbedaan yang muncul dalam persoalan hari akhir menurut perspektif
al-Qur'an dan sains yang sedang di bahas ini dapat menjadi contoh dari perbedaan-
perbedaan prinsipil yang tidak dapat digugat. Beberapa perbedaan tersebut antara
lain20

18
Perspektif Al-Qur'an dan sains tentang kiamat. Hal 34
19
Perspektif Al-Qur'an dan sains tentang kiamat. Hal 37
20
Perspektif Al-Qur'an dan sains tentang kiamat. hal 59.

34
a. Dasar keyakinan adanya Hari akhir sebagai doktrin agama adalah al-Qur'an atau
wahyu. Sedangkan dasar adanya hari akhir bagi ilmu pengetahuan sains adalah
fenomena alam semesta.
b. Adanya hari akhir dalam doktrin agama sudah menjadi keyakinan dogmatik.
Sedangkan ilmu pengetahuan modern (sains) masih bersifat teoritik.
c. Keyakinan adanya hari akhir telah menjadikan para penganut paham agama lebih
tunduk dan taat kepada Pencipta alam semesta (Rabbil 'alamin). Sedangkan adanya
hari akhir bagi para pengikut teori ilmu pengetahuan modern (sains) banyak
menjadikan mereka merasa tidak puas dengan kehidupan dunia.
8. Perselisihan Agama-agama dunia mengenai iman hari akhir
a. Yahudi berkata syarat masuk surga ikut agama Yahudi percaya Adonay Elohim di
luar Yahudi dineraka.
b. Kristen berkata syarat masuk syurga yaitu percaya Tuhan Yesus yang gak percaya
Tuhan Yesus dineraka.
c. Islam Berkata Syarat masuk syurga berikrar la ilaha ilallah Muhammadur rasulullah
di luar mereka dineraka.
d. Budha dan hindu juga berkata demikian ingin surga masuk agama mereka yang di
luar agama mereka dineraka.
e. Atheis kehidupan hanya didunia ini tidak ada akhirat.

Keyakinan kehidupan setelah mati menurut agama-agama dunia:

a. Yahudi Islam Kristen percaya hari penghakiman dan kebangkitan orang mati di hari
akhir.
b. Budha dan Hindu percaya bahwa ada reinkarnasi manusia bisa jadi binatang hantu
atau manusia atau mahluk lain setelah mati.
c. Atheis kalo mati berarti detak jantung mati gak ada kehidupan lain otak jantung
kulit usus busuk dimakan bakteri.21

21
Jadid Hasan Albaiti. Perselisihan Agama-Agama Dunia Mengenai Iman dan Hari Akhir.

35
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas kami dapat mengambil kesimpulan bahwa Iman
kepada hari akhir adalah percaya akan adanya hari akhir. Yaumul Akhir adalah hari akhir
atau hari kiamat, beriman kepada hari akhir berarti mengimani apa-apa yang dikabarkan
oleh Rasulullah Sallawlahu’alaihi wa sallam, tentang apa yang terjadi setelah kematian.
Orang yang tidak beriman kepada hari akhir berarti ia tidak beriman kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala.

Ayat-ayat yang menguraikan tentang hari Akhir di antaranya terdapat pada surah Al-
Zalzalah, Al-Qori’ah, Al-Infitar, At-Takwir yang menjelaskan terjadinya hari kiamat dan
kehidupan setelah hari kiamat. Adapun konsep hari akhir menurut Al-Qurtubi yaitu:
pertama kematian dan alam barzakh, kedua hari kebangkitan, ketiga pengadilan Allah,
keempat balasan, kelima tanda-tanda hari kiamat. Adapun dalam kontroversi mengenai
pemahaman hari akhir merupakan persoalan yang cukup mendapatkan banyak perhatian
dari berbagai kalangan seperti islam atau non islam atau bahkan filsafat, Seperti
pandangan agama Kristen, Budha, Yahudi, telah ada doktrin tentang bagaimana tanda-
tanda hari akhir.

B. Saran
Sebagai manusia khususnya umat muslim kita senantiasa mengetahui bahwa dunia
hanyalah tempat senda gurauan dan tidak abadi. Oleh karena nya, ikhtiar yang kita miliki
untuk terus berusaha menjadi yang terbaik, agar apabila datang waktu hari akhir kita
dapat memiliki bekal amal kebaikan untuk menolong diri kita di hari akhir kelak.
Teruslah dekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan perbaiki semua sikap kita
menjadi lebih baik dan berakhlak, sungguh kehidupan setelah di dunia adalah hal yang
pasti dan nyata.

36
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar Syaiful. Jerspektif al-Qur'an dan sains tentang kiamat. Jakarta. [diunduh pada 21
November 2023]

Bakar Abu. Ilmu Kalam. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah. 2020.

Bin Fahrurrozi Naksi. Konsep iman kepada hari akhir perspektifImam Al-Qurthubi dalam kitab
Al-Tazkirah biAhwal Al-Mauta wa Umur Al-akhirah. https://ejournal.uika
bogor.ac.id/index.php/TAWAZUN/article/view/8091/4416. 2023

Hajar Ibnu Al-asqlani. fathul baari. Lebanon: Bairut.

Hasan Jadid. Perselisihan Agama Agama Dunia Mengenai Iman dan Hari Akhir. [di unduh pada
22 November 2023]

https://www.kompasiana.com/jadidhasanalbaiti/6130a8fc01019053f87b1f82/perselisihan
-agama-agama-dunia-mengenai-iman-dan-hari-akhir

Hidayat Yayat. kontroversi ditiupnya samgkakala di hari kiamat. [di unduh pada 21 november
2023]

https://www.inilah.com/kontroversi-ditiupnya-sangkakala-di-hari-kiamat

Katsir. Tafsir Ibnu Katsir. Mesir 1933.

Lajnah. Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
Tafsir Alquran tematik edisi revisi bagian 7 (Jakarta: 2014.)

Mauizoh. Dakwah akhif zaman ustadz zulkifli muhamaad pada kanal UZMA media TV. [di
unduh pada 21 November 2023]

Zanizambuana. akhir zaman. [diunduh pada 21 november 2023]

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akhir_zaman

37
38

Anda mungkin juga menyukai