Mata Kuliah:
Ulumul Hadits
Dosen Pembimbing:
Bapak Imam Faizin, S.Pd.I.,M.S.I.
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Hadits dan Unsur-unsurnya” ini
dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
nilai tugas dalam mata kuliah Ulumul Hadits.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman, maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca.
17 September 2023
(penyusun)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian Hadits...................................................................................................
B. Bentuk-Bentuk Periwayatan..................................................................................
C. Unsur-unsur Hadits................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Hadits menurut etimologi artinya baru. Hadits juga -secara bahasa- berarti
"sesuatu yang dibicarakan dan dinukil", juga "sesuatu yang sedikit dan
banyak". Bentuk jamaknya adalah ahadits.1
Kata hadits diartikan oleh para ahli hadits dengan beberapa makna,
sebagai berikut:
ۚ ّٰل ُه َنَّز َل َاْح َس َن اْلَحِد ْيِث ِكٰت ًبا ُّم َتَش اِبًها َّم َثاِنَۙي َتْقَش ِع ُّر ِم ْنُه ُج ُلْو ُد اَّلِذ ْيَن َيْخ َش ْو َن َر َّبُهْم
ُثَّم َتِلْيُن
ُج ُلْو ُدُهْم َو ُقُلْو ُبُهْم ِاٰل ى ِذ ْك ِر ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك ُه َدى ِهّٰللا َيْه ِد ْي ِب ٖه َم ْن َّيَش ۤا ُء ۗ َو َم ْن ُّيْض ِلِل ُهّٰللا
َفَم ا َلٗه ِم ْن َهاٍد
“Allah telah menurunkan perkataan (Al-Hadits) yang paling baik
(yaitu) Al-Qur’ân yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang
ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang
disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang
pemimpinpun” (Az-Zumar39/23)
1
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Jakarta: pustaka Al-kautsar:2015)
hlm.22.
3
Menurut Muhammad Adib Shaleh, kata hadits juga berarti setiap pemb
icaraan yang diterima dan disampaikan manusia melalui pendengaran a
taupun proses pewahyuan ketika sadar maupun dalam tidur. Arti ini, te
rdapat dalam al-Qur’ân, di antaranya:
َفۡل َيۡا ُتۡو ا ِبَحِد ۡي ٍث ِّم ۡث ِلٖۤه ِاۡن َك اُنۡو ا ٰص ِد ِقۡي َؕن
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qu
r’an itu jika mereka orang-orang yang benar”
َفَلَع َّلَك َباِخ ٌع َّنْفَس َك َع ٰٓلى ٰا َثاِرِهْم ِاْن َّلْم ُيْؤ ِم ُنْو ا ِبٰهَذ ا اْلَحِد ْيِث َاَس ًفا
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena ber
sedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman k
epada keterangan ini”
2. “Al-Jadid” berarti segala yang baru, lawan kata qadîm berarti segala
yang lama2. Pemakaian kata di sini, seolah-olah dimaksudkan untuk
membedakannya dengan al-Qur’ân yang bersifat “Al-Qadim”
sedangkan yang baru adalah yang disandarkan kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
3. Kata Al-Hadits kemudian dapat pula berarti “Al-Khabar” berarti
beritayang dipercakapkan dan dipindahkan
2
Muhammad bin Mukram bin Manzhur al Afriki al Mishri, Lisanul
Arab, cet. Ke-1, juz 2 (Beirut: Dâr Shadir, t.th), hlm. 131
4
dari seseorang kepada seseorang, sama maknanya dengan
“hidditsa” dari makna inilah diambil perkataan “haditst
Rasulullah”.
4. “Al-Qorib” yang dekat dan belum lama terjadi dan “Ath-Thariq” yang
berarti jalan yang ditempuh.
3
Ushulul Hadits, Muhammad'Aijaj Al-Khatib, hal 27.
5
Sabda beliau juga,
Contoh perbuatan Nabi adalah cara wudhu, sholat, manasik haji, dan lain
sebagainya yang beliau kerjakan.
Contoh penetapan (taqrir) Nabi adalah sikap diam beliau dan tidak
mengingkari terhadap suatu perbuatan, atau persetujuan beliau
terhadapnya. Misalnya: Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudd
Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Ada dua orang yang sedang musafir,
ketika datang waktu sholat tidak mendapatkan air, sehingga keduanya
bertayammum dengan debu yang bersih lalu mendirikan sholat. Kemudian
keduanya mendapati air, yang satu mengulang wudhu dan sholat
sedangkan yang lain tidak mengulang. Keduanya lalu menghadap kepada
Rasulullah dan menceritakan semua hal tersebut. Terhadap orang yang
tidak mengulang, beliau bersabda,
“Engkau sudah benar sesuai sunnah, dan sudah cukup dengan shalatmu”.
4
HR.AbuDawud dan An-Nasa'i.
6
Ia menjawab, “Dengan Kitabullah.” Rasulullah bertanya, “Jika tidak
kamu dapatkan dalam Kitabullah?”
Dia menjawab, “Dengan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam.”
Beliau bertanya lagi, “Jika tidak kamu dapatkan dalam sunnah Rasulullah
maupun dalam Kitabullah?”
Dia menjawab, “Aku akan berijtihad dengan pikiranku.” Kemudian
Rasulullah menepuk dadanya dan bersabda, “Maha Suci Allah yang telah
memberikan petunjuk kepada utusan Rasul-Nya terhadap apa yang
diridhai oleh Rasulullah.”5
5
HR. Abu Dawud
7
Ada yang berpendapat bahwa atsar berbeda dengan hadits, yaitu
apa yang disandarkan kepada sahabat dan tabi'in, baik berupa
ucapan dan perbuatan mereka.
3. Hadits Qudsi
Telah kita ketahui makna hadits secara bahasa. Adapun "Qudsi"
menurut bahasa dinisbatkan kepada "Qudus." yang artinya sud, yaitu
sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan
pemuliaan, atau penyandaran kepada dzat Allah yang Mahasuci.
Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan
oleh Nabi dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah.
B. Bentuk-bentuk Periwayatan
8
1. Al-Qur'an itu lafazh dan maknanya dari Allah, sedang hadits qudsi
maknanya dari Allah dan lafazhnya dari Nabi.
2. Membaca Al-Qur' an termasuk ibadah dan mendapat pahala,
sedang membaca hadits qudsi bukan termasuk ibadah dan tidak
mendapat pahala.
3. Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Al-Qur'an, sedang
dalam hadits qudsi tidak disyaratkan mutawatir.
C. Unsur-Unsur Hadits
6
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Jakarta: pustaka Al-kautsar:2015)
hlm.26.
9
pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Shahabat. Misalnya al-Bukhari
meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij
atau mudawwin (yang me-ngeluarkan hadits atau yang mencatat
hadits), rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad
sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan akhir
sanad.
2. Matan
Matan ( )َم َتٌنsecara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya
adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah
7
rawi dari sanad yang akhir. secara terminologi al-matn adalah
suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.
3. Rawi
Kata al-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan
hadits (Nâqil Al-Hadits).
Sebenarnya antara sanad dan rawi merupakan dua istilah yang tida
k dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada setiap-setiap tabaqatn
ya, juga disebut rawi, karena mereka adalah orang yang meriwayat
kan atau memindahkan hadits. Orang yang menerima hadits dan ke
mudian menghimpunnya dalam suatu kitab, disebut dengan perawi
dan pentakhrij atau mudawwin, yaitu; orang yang membukukan da
n menghimpun hadits.
Terkadang sebuah hadits memiliki banyak sanad. Pengetahuan
tentang sanad secara lengkap sangat dibutuhkan bagi ahli hadits
untuk meneliti derajat hadits yang bersangkutan. Ditinjau dari
jumlah rawi yang terdapat dalam sanad, maka sanad dapat
dibedakan kepada dua macam, yaitu; Nazil dan ‘Ali. Sanad Nazil,
maksudnya adalah rawi yang menjadi transmitter sampai kepada
Rasul SAW terdiri dari banyak rawi. Sementara Sanad ‘Ali adalah
kebalikannya. Bila suatu hadits yang kita terima dari Nabi Muham
7
https://almanhaj.or.id/2096-pembagian-as-sunnah-menurut-sampainya-kepada-kita.html
10
mad SAW melalui dua jalur (sanad), salah satu lebih sedikit rawiny
a. Maka yang sedikit itu disebut ‘Ali, sedang yang panjang atau ya
ng lebih banyak jumlah rawinya disebut dengan Nazil.8
Maka untuk menjaga keaslihan hadits diperlukan Perawi – Perawi
hadits yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Perawi itu harus orang yang adil, arti adil dalam periwayatan h
adits yaitu : muslim, baligh, berakal, tidak pernah melakukan d
osa besar dan tidak sering melakukan dosa kecil.
2. Perawi itu harus seorang yang dabit , Dhabith ini mempunyai d
ua pengertian yaitu :
Dabit dalam arti bahwa perawi hadits harus kuat hafalan
serta daya ingatnya dan bukan orang yang pelupa
Dabit dalam arti bahwa perawi hadits itu dapat menjaga
atau memelihara kitab hadits yang diterima dari guruny
a sebaik – baiknya, sehingga tidak mungkin ada orang
mengadakan perubahan didalamnya.
11
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesung
guhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia n
iatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaa
n) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dike
hendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijra
hnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il
bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu A
l Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisha
buri dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling
shahih yang pernah dikarang).9
Sanad adalah silsilah perkataan dari Nabi Muhamad kepada sahabat. Matan adalah
isi dari perkataan dan perbuatan Nabi Muhamad. Isnad adalah rangkaian urutan su
atu sanad hadits. Musnid adalah orang yang menerangkan sanad suatu hadits. Mus
nad adalah ; hadits yang di terangkan dengan menyabut sanadnya sehingga sampa
i kepada Nabi Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa salam, Sebutan untuk suatu kumpul
an hadits yang di riwayatkan dengan menyebut sanadnya. Sebutan untuk suatu kit
ab yang menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan nama-
nama sahabat, Hadits yang di sandarkan kepada Rasul SAW,(yang marfu’) dan be
rsambung sanadnya(yang muttashil).
9
Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Arba’in An-nawawi (Sukoharjo: Al-Ghuroba:2018) hlm.3
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas kiranya kami simpulkan bahwasanya hadits didefinisika
n sebagai segala perkataan Nabi, perbuatan, dan keadaan Beliau. Adapun y
ang dimaksud dengan keadaannya adalah segala yang diriwayatkan dari N
abi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
istilah lain yang semakna dengan hadits adalah khabar, atsar dan Hadits
Qudsi atau Sunnah.
Unsur-unsur hadits terdiri dari sanad ,matan dan rawi.
Sanad adalah silsilah perkataan dari Nabi Muhamad kepada sahaba
t.
Matan adalah isi dari perkataan dan perbuatan Nabi Muhamad.
Isnad adalah rangkaian urutan suatu sanad hadits
Musnid adalah orang yang menerangkan sanad suatu hadits
Musnad adalah
- hadits yang di terangkan dengan menyabut sanadnya sehingga s
ampai kepada Nabi Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa salam
- Sebutan untuk suatu kumpulan hadits yang di riwayatkan denga
n menyebut sanadnya.
- Sebutan untuk suatu kitab yang menghimpun hadits-hadits den
gan sistem penyusunan berdasarkan nama-nama sahabat.
- Hadits yang di sandarkan kepada Rasul SAW,(yang marfu’) da
n bersambung sanadnya(yang muttashil)
kedudukan senad dalam hadits sangatlah penting bagi hadits, karena hadits
terdapat dua unsur integral yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lain ,
yaitu matan ,sanad . Sedangkan rawi digunakan sebagai pelengkap dalam s
uatu hadits atau untuk menguatkan sanad dan matan haits. Sanad juga me
mpunyai fungsi yaitu: Dalam pendokumentasian hadits yang menyangkut
pengumpulan dan pemeliharaan hadits, baik dalam bentuk tulisan ,maupun
13
dengan mengandalkan daya ingat yang setia dan tahan lama serta berperan
dalam penentuan kualitas hadits.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Apabila ada kesalahan dalam
menyusun makalah kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat kami
butuhkan agar kami dapat menyusun makalah lebih baik.
Harapan kami Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita dapat memaham
i dan mengambil nilai –nilai penting dalam pembahasan makalah kali ini ,
kita bisa membedakan mana yang di jadikan sebagai sandaran hadits atau t
idak
14
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Jakarta: pustaka Al-
kautsar:2015).
Ushulul Hadits, Muhammad'Aijaj Al-Khatib
HR.AbuDawud dan An-Nasa'i
HR. Abu Dawud
https://almanhaj.or.id/2096-pembagian-as-sunnah-menurut-sampainya-kepada-
kita.html
Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Arba’in An-nawawi (Sukoharjo: Al-
Ghuroba:2018).
15