OLEH :
Kelompok 1 :
1. Dhea Alpina Giawa (71220215015)
2. Intan Dinda Pertiwi (71220215012)
3. Muhammad Yunus (71220215013)
4. Wahdinil Jannah (71220215019)
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA
2022/2023
1
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat, hidayah, rahmat,
dan ma'unah-Nya kepada kita semua. Serta shalawat dan salam kami persembahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat mengerjakan Makalah mata kuliah Ekonomi
Syariah yang berisi tentang “Terminologi, Hadist Sebagai Sumber Ajaran Agama”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai tentang “Terminologi, Hadist Sebagai Sumber Ajaran Agama”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari yang diharapkan.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, mudah-mudahan laporan ini dapat sedikit
menambah wawasan dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGHANTAR………………………………………………………………... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Terminologi Hdist.……..…….………………………………………………...... 5
A. Hadist Sebagai Sumber Ajaran Agama ……….……………...…………...….7
B. Fungsi dan Kedudukan Hadist………………..……………………....……....8
C. Dalil-Dalil Hadist……... ……………………. …..…….…………………….9
D. Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an…………….....…….……………………13
2. Kesimpulan…………………….……...………………..……………………….. 16
3. Saran………………………………………………..…………………………… 16
3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah penting dikenali umat Islam.
Perkembangan hadits merupakan elemen penting selama tiga abad pertama sejarah Islam, dan
kajiannya memberikan indeks yang luas pada pikiran dan etos Islam. Hadits adalah sunah rasul
yang dituliskan kembali, karena itulah hadits tentunya memiliki fungsi terhadap pemahaman
Al-Qur’an. Penafsiran hadits tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, hanya orang yang
benar-benar ahli dan memiliki ilmu pengetahuan terkait tentangnya yang bisa melakukannya.
2
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai sumber
hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam juga.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya.
Hadits sebagai dasar hukum Islam tidak terdiri dari semua bentuk hadis, meskipun
kebenarannya telah ditunjukkan oleh Alquran. Para ulama dari kalangan Muhaddithin,
Usuliyyin, dan Fuqaha', telah merumuskan dasar-dasar hujjahan hadis, yaitu al- hadits al-
maqbulah (hadits yang diterima sebagai sumber hukum Islam) dan al-hadits al-mardudah
(hadits yang ditolak sebagai sumber hukum Islam).
1
Suparta, Munzier (2008). Ilmu Hadis Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
4
BAB II PEMBAHASAN
1. Terminologi Hadist
3
Hadits Dalam batasan etimologis kata hadits ( )حديثmemiliki arti yang sama dengan
kata jadid ( )جديدyang berarti baru, sebagai lawan dari kata qadim yang bararti lama sebagai
konotasi bagi al-Qur`ân. Hadits berarti pula qarib ( )قريبyang berarti dekat, yakni sesuatu
yang belum lama terjadi. Dan juga mempunyai arti khabar ( )خبرyang berarti berita, yakni
berita tentang seluruh kegiatan dan ucapan dari Nabi Muhammad. Untuk pengertian yang
terakhir dapat ditemukan secara implisit dalam ayat:
ُ فَ ْل َي
أتوا ِب َحدِيث ِم ْث ِل ِه ا ِْن َكانُوا ص ِد ِقين (الطور
(Maka hendaklah mereka mendatangkan khabar yang menyerupainya jika mereka adalah
orang yang benar)
Nabi saw. juga telah menggunakan kata hadits dengan arti khabar sebagaimana terlihat
dalam suatu sabdanya:
أال من بلغه عني حديث فكذب به فقد كذب ثالثة للا ورسوله والذي حدث بهرواه أحمد
والدارمي
(Ingatlah, barangsiapa sampai kepadanya suatu khabar dariku lalu mendustakannya
niscaya ia telah berdusta kepada tiga pihak, yaitu Allâh, rasul-Nya dan orang yang
menyampaikan khabar)
Hadits adalah sunah rasul yang dituliskan kembali, karena itulah hadits tentunya memiliki
fungsi terhadap pemahaman Al-Qur’an. Penafsiran hadits tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, hanya orang yang benar-benar ahli dan memiliki ilmu pengetahuan terkait
tentangnya yang bisa melakukannya. Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah penting
dikenali umat Islam. Perkembangan hadits merupakan elemen penting selama tiga abad
pertama sejarah Islam, dan kajiannya memberikan indeks yang luas pada pikiran dan etos
Islam.
Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah ini tentunya perlu kamu ikuti dengan
pemahaman dari para ahli yaitu:
• Menurut para ahli hadits, hadits merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan, hal
ihwal (kejadian, peristiwa, masalah), dan ketetapan lainnya yang disandarkan kepada
Nabi Muhahmmad SAW.
• Menurut ahli ushul fiqh (ushuliyyun), hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan
ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang hanya berhubungan
dengan hukum-hukum islam.
• Menurut jumhur ulama, beberapa ulama berpendapat bahwa pengertian hadits menurut
bahasa dan istilah adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan lainnya
(taqrir) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabiin.
3
Abdurrahman, Mifdhol (2008). Pengantar Studi Ilmu Hadits. jakarta: Pustaka Al-Kautsar
5
Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah pada intinya bisa dimaknai sebagai segala
perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan hukum syariat Islam selain Al-Qur’an.
• Sunnah
Secara etimologis kata sunnah (a) berasal dari kata sanna () yang berarti perilaku, tindakan
('amal, Jac), dan kebiasaan ('âdah, c). Sunnah juga berarti jalan yang ditempuh dan diikuti oleh
orang lain. Makna lainnya adalah mode, arah, peraturan, atau cara hidup. Penggunaan kata
sunnah mengandung konsekwensi makna yang berbeda-beda, baik dalam al-Qur`ân, al-Hadits,
maupun dalam sya'ir Arab. Perhatikan makna kata sunnah berikut ini!
a. Sunnah dalam al-Qur`ân: Dalam al-Qur`ân kata sunnah mempunyai makna yang berbeda
dengan pengertian yang berlaku pada umumnya. Perhatikan ayat berikut ini!
ّ ُسنت
األولين ق األنفال ْ ض
ُ ت َ َم
(Katakanlah kepada orang-orang kafir "Jika mereka berhenti maka diampuni oleh Allâh
dosa-dosa yang telah berlalu, dan jika mereka kembali maka telah berlalu aturan (Allâh)
terhadap orang-orang terdahulu)
• Khabar
Dalam batasan etimologis kata khabar () berarti berita (naba,). Secara terminologis khabar
dipahami dengan tiga pengertian sebagai berikut:
a. Khabar bersinonim dengan kata hadits, keduanya bermakna yang sama, hal ini mengingat di
antara makna hadits secara harfiah adalah khabar;
b. Khabar berbeda maknanya dengan kata hadits, bahwa hadits berkonotasi sebagai segala hal
yang datang dari Nabi Muhammad saw., sedangkan khabar adalah apa saja yang datang dari
selainnya;
c. Khabar lebih luas maknanya daripada kata hadits, bahwa hadits adalah segala hal yang dari
Nabi Muhammad saw., sedangkan khabar adalah apa saja yang datang dari Nabi saw. atau yang
lainnya.
الخبر هو ما أضيف إلى إلى النبي صلى للا عليه وسلم أوغيره
(Khabar adalah segala hal yang datang dari nabi saw atau lainnya)
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa khabar tidak jauh dengan hadits maupun sunnah,
bahkan lebih luas, karena bisa juga bersumber dari selain nabi.
6
• Atsar
Dalam arti harfiah kata atsar (i) berarti sesuatu yang tersisa, pengaruh (baqiyah al-syay` =
Sedangkan secara terminologis atsar .( الشيءmempunyai maksud sebagai berikut:
b. mempunyai makna lain dari al-hadits, yakni segala hal yang disandarkan pada sahabat dan
tabi'in yang berupa ucapan atau perbuatan (↳ أضيف إلى الصحابة والتابعين من أقوال أو أفعال
Menurut beberapa peneliti, para ahli hadits seperti Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, Ahmad dan lain-lainnya sudah banyak sekali berjasa dan berdaya upaya
mengumpulkan, mencatat dan meneliti hadits-hadits yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab
mereka. Namun, sayangnya, perhatian mereka lebih banyak ditujukan kepada rangkaian sanad
(mata rantai perawi) yang menghubungkan hadits sampai kepada sahabat nabi. (Yakni semua
orang yang dalam keadaan muslim pernah berjumpa dengan nabi saw. Di masa hidup beliau
dan meriwayatkan ucapan atau perbuatanya, dan orang itu tetap dalam keislamanya sampai ia
meningal dunia)
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua
setelah Al-Qur'an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al- Qur'an sebagai sumber hukum
Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah juga merupakan sumber hukum
Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Sunnah sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa. tetapi juga murtad hukumnya. Ayat-ayat Al-Qur'an sendiri telah cukup
menjadi alasan yang pasti tentang kebenaran Al-Hadits, ini sebagai sumber hukum Islam.
4
Suparta, Munzier (2008). Ilmu Hadis Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
7
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadist sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat
dalam beberapa dalil seperti dibawah ini :
➢ Al-Qur'an
Banyak ayat Al-Qur'an yang menerangkan mempercayai dan menerima segala sesuatu
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya untuk dijadikan pedoman hidup.
yang artinya "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang mukmin seperti
keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang
baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal
yang gaib, akan tetapi, Allah akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya diantara : Rasul-
Rasulnya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya dan jika kamu
beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar."
Dalam surat An-Nisa ayat 136 Allah SWT Berfirman, yang artinya sebagai berikut "Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab
yang allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Bagi
siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat- Malaikat-Nya, Rasul-Rasulnya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya".
Pada zaman Nabi (w. 632 M.), belum atau tidak ada bukti sejarah yang menjelaskan
bahwa telah ada dari kalangan umat Islam yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran
Islam. Bahkan pada masaal-Khulafa' al-Rasyidin (632 M.-661 M.) dan Bani Umayyah
(661M.750M.), belum terlihat jelas adanya kalangan umat Islam yang menolak hadis sebagai
salah satu sumber ajaran Islam. Mereka yang berpaham inkar al-Sunnah, sebagaimana yang
diidentifikasikan oleh Syuhudi Ismail,
Semarang
8
Hadits sebagai dasar hukum Islam tidak terdiri dari semua bentuk hadis, meskipun
kebenarannya telah ditunjukkan oleh Alquran. Para ulama dari kalangan Muhaddithin,
Usuliyyin, dan Fuqaha', telah merumuskan dasar-dasar hujjahan hadis, yaitu al- hadits al-
maqbulah (hadits yang diterima sebagai sumber hukum Islam) dan al-hadits al-mardudah
(hadits yang ditolak sebagai sumber hukum Islam).
Menurut mereka, hadits al- Maqbul harus didasarkan pada prinsip menolak atau
menerima sebuah riwayat hadits, yaitu harus diriwayatkan oleh seorang perawi yang 'adil dan
dabit, dan dalam hadits tersebut statusnya tidak ada'. illah al- qadihah(cacat berat) dan perawi
tidak mengalami shudud (keanehan). Muhaddithi n mengambil sikap menerima semua hadits,
baik shahih, hasan maupun da'if untuk diamalkan, kecuali pada posisi yang tidak terlalu lemah
(da'if). Namun itu bukan sikap Usuliyyin', dan Fuqaha', mereka mengambil dasar istinbat
terhadap hadits yang memiliki nilai shahih atau hasan yang sama-sama ma'mul bih (yang bisa
mengamalkan), meskipun al-hadith ghayr al- mutawatirah (hadis yang tidak diriwayatkan oleh
banyak perawi) dan memberi manfaat yaqin, dan jika ghayr ma'mul bih(tidak dapat diamalkan),
maka menurut mereka ditolak sebagai dasar syarat-syarat hukum.
C. Dalil-Dalil Hadist
6
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW Berkenaan dengan kewajiban menjadikan
hadist sebagai pedoman hidup di samping Al Qur'an sebagai pedoman utamanya, adalah dalam
sabdanya
Yang Artinya :
"Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat selama-lamanya,
selama kalian selalu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunah Rasul-
Nya." (H.R Hakim)
Hadist tersebut diatas, menunjukan kepada kita bahwa berpegang teguh kepada hadist atau
menjadikan hadist, sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah wajib, sebagaimana wajibnya
berpegang teguh kepada Al-Qur'an
6
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-
6357071/4-fungsi-hadits-terhadap-al-quran-dalam-sumber-hukum-
islam/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#a
mp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16767945107717&referrer=https%3A%2F%2Fwww.goog
le.com&share=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fhikmah%2Fdoa-dan-hadits%2Fd-
6357071%2F4-fungsi-hadits-terhadap-al-quran-dalam-sumber-hukum-islam
9
• Kesepakatan Ulama (Lima)
Umat Islam telah sepakat menjadikan Hadist sebagai salah satu dasar hukum dalam amal
perbuatan karena sesuai dengan yang dikehendakinya oleh Allah. Penerimaan hadist sama
seperti penerimaan mereka terhadap Al-Qur'an, karena keduanya sama-sama merupakan
sumber hukum Islam.
Sunnah atau Hadis Nabi Saw merupakan salah satu sumber ajaran agama Islam sekaligus
merupakan wahyu dari Allah seperti Al-Qur'an, hanya saja perbedaan antara keduanya terletak
pada sisi lafaz dan makna. dimana lafaz dan makna al-Qur'an berasal dari Allah Swt semetara
Hadis maknanya dari Allah Swt dan lafaznya dari Rasulullah Saw, kedudukannya dalam ajaran
agama sebagai sumber kedua setelah Al-Qur'an, keduanya saling melengkapi antara satu
dengan yang lain, dan mentaatinya wajib bagi kaum muslimin sebagaimana wajibnya mentaati
Al-Qur'an. 5
o Al-Qur'an
Banyak ayat al-Qur'an yang menunjukkan akan kehujjahan Sunnah diantaranya adalah ayat-
ayat yang memerintahkan kepada kaum muslim untuk taat kepada Rasulullah saw. firman
Allah Swt :
10
Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw dan menjauhi
segala apa yang dilaranagnnya, Allah Swt berfirman:
Artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah". (QS. Al-Hasyr :7)
Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:
Artinya: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih". (QS An-Nur: 63)
Pada Banyak ayat. Allah Swt menyandingkan kata Kitab yang berarti al- Qur'an dengan kata
Hikmah yang berarti hadis atau sunnah diantara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah Swt:
َ َعلَيْك
ع ِظي ًما َ ّللا َ َاب َو ْال ِح ْك َمةَ و
ْ َعل َمكَ ما لَ ْم تَ ُك ْن تَ ْعلَ ُم َو َكانَ ف
ِ ض ُل َ علَيْكَ ْال ِكت
َ َُوأ َ ْنزَ َل ّللا
Artinya: "Dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan Hikmah kepadamu
(Muhammad), dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah
karunia Allah sangat besar atasmu". (QS. An-Nisa> : 113)
Imam al-Syafi'I berkomentar perihal ayat yang terakhir ini dengan mengatakan: "Allah swt
menyebutkan al-Kitab yaitu al-Qur'an dan juga Sunnah (Hadis). Aku teelah mendengar ahli
ilmu al-Qur'an mengatakan: Hikmah adalah Sunnah Rasulullah saw. Karena al-Qur'an
disebutkan dan dibarengi dengan kata Hikmah. Allah swt. Menyebutkan anudrah-Nya kepada
makhluk-makhluk-Nya dengan mengajari mereka al-Kitab dan Hikmah, maka tidak boleh -
Wallahu a lam- ditafsiri maksud Hikmah disini kecuali Sunnah Rasulullah saw".
11
o Hadits Nabi
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari sahabat Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: "Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka yang enggan dan tidak mau". Para
Sahabat kemudian bertanya (keheranan); 'Siapakah yang tidak mau memasukinya itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: "orang yang mentaatiku akan masuk surga dan orang yang
mendurhakaiku (melangkar ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak mau".
Rasulullah saw:
12
Hadis yang menjelaskan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah saw al-Quran dan yang
semidal dengannya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari sahabat al-Miqdam
bin Ma'di Karib ra, Rasulullah saw bersabda:
• Ijma' (Kesepakatan)
Para Sahabat seluruhnya telah menyepakati kewajiban mengikuti Sunnah Nabi saw, karena
sunnah tersebut merupakan wahyu dari Allah swt dan telah memerintahkan kepada kita untuk
mengikutinya demikian pula dengan Rasul-Nya sebagiaman dalam riwayat-riwayat yang telah
disebutkan terdahulu. Fakta-fakta yang menunjukkan kesepakatan mereka akan ke hujjahan
sunnah dalam agama cukup banyak dan tidak terbilang jummlahnya dan tidak diketahui ada
seorang pun diantara mereka yang menyalahi dan menentang hal tersebut.
Kemudian para Tabi'in menempuh jalan para Sahabat dengan mengambil dan mengikuti
apa yang terdapat (warid) dalam Sunnaah berupa hukum, adab, dan tidak seorang dari mereka
(Taabi'in) berani memenentang Sunnah yang shahih.
Kemudian keum muslimin sesudah mereka hingga hari ini telah menyepakati akan
kewjiban menerima dan mengambil hukum-hukum yang di- nugil dari Sunnah dan barang
siapa yang menentang hal tersebut dianatara mereka, makka mereka telah menentang Al-
Qur'an dan Sunnah Nabi saw serta mengikuti jalan selain jalan orang mu'min.
Oleh karena itu, kaum muslimin sangat setia menuqilnya, memeliharanya, dan berpegang
teguh dengannya karena taat kepada Allah swt dan mengikuti Rasulullah saw.
Artinya "Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan
Allah SWT menurunkan al-Qur'an bagi umat manusia, agar al-Qur'an ini dapat
dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan kandungan
dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-hadisnya."
13
Penjelasan yang dimaksud di atas kemudian oleh para ulama di perinci ke pelbagai
bentuk penjelasan. Secara garis besar terdapat empat bentuk fungsi penjelasan hadis terhadap
al-Qur'an sebagai berikut;
Bayan taqririy atau ta'kidiy adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah
ditetapkan Al-Qur'an. Contohnya hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar tentang puasa yang
berbunyi, "Jika kamu sekalian melihat (ru'yah) bulan, berpuasalah. Dan jika melihat (ru'yah)
bulan, berbukalah."
2. Bayan Tafsiriy
Bayan tafsiriy adalah memberikan tafsiran dan rincian terhadap hal-hal yang sudah
dibicarakan oleh Al-Qur'an. Contohnya hadits riwayat Bukhari tentang tata cara salat yang
berbunyi, "Salatlah kamu sekalian sebagaimana engkau sekalian melihat aku salat."
Bayan tasyri'i atau Ziyadah adalah membentuk hukum yang tidak terdapat dalam Al-
Qur;an atau sudah ada tetapi khusus pada masalah pokok saja. Contohnya hadits tentang janin
yang mati dalam kandungan induknya. "Sembelihlah janin mengikuti sembelihan induknya."
(HR At Tirmidzi)
Bayanut taghyir atau an-naskh adalah melakukan perubahan terhadap apa yang telah ditetapkan
oleh ayat Al-Qur'an. Contohnya hadits riwayat At Tirmidzi tentang wasiat ahli waris yang
berbunyi, "Sesungguhnya Allah telah memberi hak bagian bagi orang-orang yang benar-benar
memiliki hak untuk itu, makanya tidak ada wasiat bagi ahli waris."
14
Hadits tersebut berfungsi menasakh ketetapan ayat Al-Qur'an yang berbunyi,
15
BAB III PENUTUP
2. Kesimpulan
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai sumber
hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam juga.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya.Sedangkan menurut istilah, waqaf artinya memutus suara di akhir kalimat dengan
tujuan mengambil napas.
Hadits sebagai dasar hukum Islam tidak terdiri dari semua bentuk hadis, meskipun
kebenarannya telah ditunjukkan oleh Alquran. Para ulama dari kalangan Muhaddithin,
Usuliyyin, dan Fuqaha', telah merumuskan dasar-dasar hujjahan hadis, yaitu al- hadits al-
maqbulah (hadits yang diterima sebagai sumber hukum Islam) dan al-hadits al-mardudah
(hadits yang ditolak sebagai sumber hukum Islam).
Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah pada intinya bisa dimaknai sebagai segala
perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan hukum syariat Islam selain Al-Qur’an.
3. Saran
Dalam makalah ini penulis telah menjelaskan tentang “Terminologi, Hadist Sebagai
Sumber Ajaran Agama”. Dengan dibuatnya makalah ini, penulis harapkan dapat memberikan
ilmu baru bagi pembaca. Sehingga, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kemudian,
di samping itu penulis masih sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan dosen
pengampu untuk pengembangan makalah ini selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-
6357071/4-fungsi-hadits-terhadap-al-quran-dalam-sumber-hukum-
islam/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#a
mp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16767945107717&referrer=https%3A%2F%2Fwww.goog
le.com&share=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fhikmah%2Fdoa-dan-hadits%2Fd-
6357071%2F4-fungsi-hadits-terhadap-al-quran-dalam-sumber-hukum-islam
Abdurrahman, Mifdhol (2008). Pengantar Studi Ilmu Hadits. jakarta: Pustaka Al-Kautsar
17