Anda di halaman 1dari 12

1.

Latar Belakang

Umat islam menjadikan al-Quran dan al-Hadist sebagai sumber hukum bagi kehidupan
di dunia. Al-Hadist merupakan bagian dari cara memahami makna dalam al-Quran. Pada masa
kini, masyarakat dibingungkan dengan istilah al-Sunnah yang dipublikasikan oleh sebagian
kelompok dalam Islam. Konsep pemahaman mengenai al-Hadist dan al-Sunnah memiliki
perbedaan pengertian pada awal kedatangan Islam masa Rasulullah Shallahu Alaihi Wa
Sallam. Kemudian Makna ini berkembang dan saling menguatkan antara satu dengan lainnya,
sehingga menjadi satu makna. Muhammad Ujaj al-Khatib mengatakan kata al-Sunnah
memiliki makna yang sama dengan kata al-Hadits Nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam.1

Makna al-Sunnah ini tidak terlalu populer dikalangan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Masyarakat hanya mengenal istilah al-Hadist sebagai bentuk perkataan dan
perbuatan yang berasal dari Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam. Di Indonesia, kata al-
Sunnah selalu diidentikkan dalam perkara hukum fiqhi, disamping hukum wajib, mubah,
makruh dan haram. Para ulama fiqhi menggunakan kata “mandub” untuk menerangkan perkara
yang bersifat mendekati wajib atau diistilahkan dengan kata sunnah. Sunnah dalam ilmu fiqhi
diartikan sebagai suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika
tidak dilaksanakan tidak berdosa, contohnya sholat sunnat, puasa senin kamis dan lain-lain.

Perbedaan kedua kata dari sisi maknanya dapat mengakibatkan kesalahpahaman dari
masyarakat tentang fadillah mengikuti al-Sunnah Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam.
Sehingga ada yang kurang memprioritaskan al-Hadist karena dianggap bagian dari sunnah
bukan kewajiban. Hal inilahdapat memicu munculnya gerakan inkaru sunnah. Padahal yang
diketahui diutusnya rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam dimuka bumi sebagai uswatun
hasanah yang wajib diikuti arahan, pola hidup dan apa saja yang berhubungan dengan beliau.
Begitu pentingnya perkara al-Sunnah ini dalam pengakkan syariat islam sehingga imam Hasan
bin Ali bin Khalaf al-Barbahari dalam kitabnya syarah sunnah mengatakan :

2
.‫اعلموا أن اإلسالم هو السنة والسنة هي اإلسالم‬
“Ketahuilah bahwa Islam adalah al-Sunnah dan al-Sunnah adalah Islam”.

Begitu pentingnya pembahasan mengenai al-Hadist dan al-Sunnah ini untuk


memberikan pemahaman yang sebenarnya kepada masyarakat, maka penulis akan menjelaskan

.13 ‫) ص‬2006 ،‫ دار الفكر للطباعة و النشر و التوزيع‬: ‫ اصول الحديث علومه و مصطلحه (بيروت لبنان‬،‫محمد عجاج الخطيب‬ 1

29 ‫) ص‬1993 ،‫ مكتب الغرباء األثرية‬: ‫ شرح السنة (المملكة العربية السعودية‬،‫ابو محمد حسن بن علي بن خلف البربهاري‬ 2

1
secara terperinci mengenai al-Hadist dan al-Sunnah yang dibagi dalam beberapa bagian antara
lain; al-Hadist dan al-Sunnah dalam tinjauan ontologi, kata-kata sinonim yang berkaitan
dengan keduanya dan unsur-unsur apa saja yang terkandung didalamnya. Disamping itu juga
akan dijelaskan perbedaan dari kedua kata tersebut agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman
dalam memahami makna kata tersebut dan penggunaannya.

2. Makna Kata al-Hadist dan al-Sunnah dalam tinjauan Ontologi


a. Pengertian Ontologi :

Ontologi merupakan salah satu dari tiga kajian Filsafat Ilmu yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori
tentang wujud hakikat yang ada. Objek ilmu atau keilmuan merupakan dunia empirik, yaitu
dunia yang dapat di jangkau panca indra dan objek ilmu merupakan pengalaman indrawi.
Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud dengan berdasarkan pada logika semata.
Secara ontologis, eksistensi ilmu al-Hadistt berkaitan erat dengan keberadaan Nabi
Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam baik kehidupan maupun ajaran-ajarannya, selain al-
Qur’an yang dinilai penting sebagai landasan untuk memahami dan mengimplementasikan
ajaran Islam secara holistik dan komprehensif. Untuk memahami makna al-Hadist lebih dalam,
perlu adanya tinjauan ontologi untuk membantu memaparkan secara nyata makna dari kata al-
Hadist itu sendiri dan unsur-unsur pendukung dari al-Hadist serta apa yang membedakannya
dari istilah-istilah lainnya yang merupakan sinonim dari kata tersebut.

b. Al-Hadist

Kata al-Hadist (al-Hadist) berasal dari bahasa arab ‫ الحديث‬yang merupakan bentuk isim
(benda) dari akar kata kerja yaitu ‫ حدث – يحدث‬yang memiliki beberapa makna antara lain terjadi,
berlangsung, berlaku, terus dan lewat.3 Abu al baqa juga menjelaskan makna al-Hadist yang
merupakan bentuk isim dari al-tahdist yang memiliki arti cerita atau al-ikhbar. Kata al-Hadist
merupakan kata mufrad dari jamaknya ahdutsah atau ahaadist.4 Dalam kamus al-Munawwir

3 http://www.almaany.com/id.dict/ar-id/‫حدثت‬/
3 ‫) ص‬1988 ،‫ دار العلم للماليين‬: ‫ علوم الحديث و مصطلحه (ماليزيا‬،‫صبحي الصالح‬ 4

2
karya warson munawwir, kata al-Hadist memiliki makna yang sama dengan ‫ الكالم‬yang artinya
omongan, ‫ المحادثة‬percakapan, ‫ الخبر و اإلشاعة‬kabar angin, dan ‫ الحكاية‬cerita.5
Kata al-Hadist dapat juga diartikan: a) ‫ الجدة‬artinya baru; b) ‫ الطرئ‬artinya lunak, lembut
dan baru; c) ‫ القرب‬artinya dekat, belum lama terjadi; d) ‫ الخبر‬artinya berita, pembicaraan dan
perkataan. Al-Hadist juga dapat diartikan ‘komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’: religius atau
sekular, historis atau kontemporer.6 Dari kelima makna ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Kata al-Hadist ini menjadi istimewa penggunaannya dibandingkan dengan mufradat
lainnya salah satunya disebabkan karena memiliki makna yang mencakup kelima makna
tersebut dan tidak sebaliknya.
Al-Hadist dalam artian ‫ القرب‬dekat atau belum lama terjadi, seperti pada kalimat ‫هو‬
‫“ حديث في اإلسالم‬dia baru/belum lama masuk islam”.7 Makna ini memberikan intrepretasi bahwa
al-Hadist adalah sesuatu yang dekat dengan manusia. Sehingga dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari al-Hadist seharusnya menjadi sesuatu yang dekat (pedoman) bagi diri manusia.
Segala sesuatu dilakukan dengan berlandaskan al-Hadist. Al-Hadist dalam artian ‫ الجدة‬baru,
dapat diinterpretasikan bahwasanya al-Hadist meskipun sudah 1440 yang lalu, namun ia terasa
seperti sesuatu yang baru. Begitu juga al-Hadist diartikan ‫ الخبر‬yang berarti berita, karena di
dalam al-Hadist terdapat berita-berita terdahulu, kontemporer dan masa depan.
Kata al-Hadist terdapat juga pada kitab suci al-Quran dan memiliki makna yang
beragam dalam penggunannya. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Hj. Amrah Kasim. MA.
bahwasanya makna kata dalam al-Quran tidak pernah terjadi pengulangan meskipun dengan
kata yang sama. Kata al-Hadist disebutkan 23 kali, antara lain :
- Surah al- Zumar (39):23, yang memiliki arti “komunikasi, religius, pesan atau al-
Qur’an”.
- Surah al- An‘âm (6):68; yang berarti “cerita tentang masalah sekular atau umum”
- Surah Thâhâ (20):9, mempunyai arti “cerita historis”
- Surah al-Tahrîm (66):3, yang berarti “perbincangan yang masih hangat”.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam dalam al-Hadistnya ‫أحسن الحديث كتاب هللا‬
Memberikan isyarat bahwa al-Hadist merupakan istilah yang langsung dari beliau yang juga
digunakan di dalam al-Qur’an. Rasulullah juga menyebut dirinya sebagai al-Hadist (sumber al-
Hadist), yang mengisyaratkan bahwa al-Hadist adalah yang bersumber dari diri Rasulullah
sendiri dan bukan dari sumber lain. Dari makna kata al-Hadist yang telah diuraikan diatas,

5 Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif,1997). Hal 242.
6 M. Solahudin & Agus Suyadi. Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal : 13
7 Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008). Hal : 1

3
maka dapat disimpulkan kata al-Hadistt adalah sesuatu yang telah terjadi yang berlaku terus
menerus yang berisi pesan, berita, cerita, yang bersifat religius yang berasal dari Rasulullah
Shallahu Alaihi Wa Sallam.
Para ulama dalam bidang ilmu agama, baik al-Hadist, fiqhi, Ushul Fiqhi maupun ilmu
agama yang lainnya saling berbeda pandangan dalam memahami pengertian al-Hadist.
Meskipun demikian pengertian tersebut mengarah pada satu tujuan dasar yaitu sumbernya dari
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam. Adapun pengertian al-Hadist secara terminologi dapat
disimpulkan sebagai segala sesuatu ilmu yang menerangkan apa yang dinukilkan atau yang
disandarkan kepada Nabi atau kepada Shahaby atau Tabi’in, baik berupa perkataan, ataupun
perbuatan, taqrir, maupun sifat yang didalamnya bersifat normatif.

c. Al-Sunnah

Menurut etimologinya, kata al-Sunnah berasal dari kata kerja ‫ سنا‬-‫ سن – يسن‬yang artinya
menerangkan. Menurut tinjauan kebahasaan, al-Sunnah diartikan jalan yang baik atau yang
buruk.8 Secara harfiah al-sunnah juga di artikan ‫ الطريقة ولو غير مرضية‬yakni jalan meskipun tidak
di ridhoi.9 Selain itu makna al-Sunnah berarti arah, peraturan yang sudah mapan, model
kehidupan dan garis sikap.10 Pengertian dari segi kebahasaan ini sesuai dengan al-Hadist Nabi
Shallahu Alaihi Wa Sallam :
)‫من سن في اإلسالم سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده (اخرجه اإلمام مسلم في صحيحه‬
“Barang siapa menunjukkan suatu perbuatan yang baik dalam islam maka ia
mendapatkan pahala sekaligus pahala orang yang mengamalkannya setelahnya
(diriwatkan dari imam muslim dalam kitab shahihnya)”.
Al-Sunnah juga dapat diartikan mengalir atau berlalu dengan mudah atau dapat
diartikan jalan atau tata cara yang mentradisi.11 Dalam kitab Usul al-Hadist Ulumuhu wa
Musthalahu, kata al-Sunnah diartikan sebagai ‫“ كل من ابتدأ أمرا عمل به قوم بعده‬setiap orang yang
memulai suatu pekerjaan dan umat setelahnya mengerjakan apa yang telah dilakukan”.12 Kata
al-Sunnah juga terdapat di dalam al-Quran, namun penyebutannya lebih banyak menggunakan
bentuk jamak dari al-Sunnah yaitu ‫ سنن‬yang disebutkan sebanyak 16 kali.

8 ‫محمد عجاج الخطيب‬، Op.cit., 2006 ‫ ص‬13


9 M. Syuhudi Islamil, Pengantar Ilmu al-Hadist (Bandung: Penerbit Angkasa, 1987). Hal 3
10 M. M. Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature (Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 1977), Hal 3
11 Abustani ilyas dan la ode islami ahmad, Studi al-Hadist: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi (cet I, Makassar: Alauddin

Press, 2011) hal 4


12 ‫محمد عجاج الخطيب‬، Op.cit., 2006 ‫ ص‬13

4
Adapun kata al-Sunnah ditinjau dari aspek terminologinya memiliki pengertian yang
banyak dan berbeda-beda tergantung dari sudut pandang keilmuan seseorang memahami kata
al-Sunnah. Muhammad Ujaj al-Khatib menjelaskan dalam kitabnya pembagian makna as-
sunnah setidaknya dapat dilihat dari tiga perspektif:13
- Menurut pakar al-Hadist
‫السنة هي كل ما أثر عن الرسول صلي هللا عليه و سلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة سواء‬
‫أكان ذلك قبل البعثة كتحنثه في غار حراء ام بعدها‬
“Al- Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah, baik
perkataan, perbuatan, taqrîr, perilaku, maupun seluk beluk kehidupannya, baik
sebelum diangkat menjadi Rasul (seperti tahannust di gua hira’) ataupun sesudahnya”.
- Menurut pakar Ushul Fiqhi
‫السنة هي كل ما صدر عن النبي صلي هللا عليه و سلم غير القرآن الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح ان يكون‬
.‫دليال لحكم شرعي‬
“Al- Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad selain al-Quran,
baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrîr yang dapat dijadikan dalil hukum syara”.
- Menurut pakar Fiqhi
‫السنة هي كل ما ثبت عن النبي صلى هللا عليه و سلم و لم يكن من باب الفرض و ال الواجب‬
“Al- Sunnah adalah segala sesuatu yang ditetapkan dari Nabi Muhammad dan bukan
termasuk dalam fardhu ataupun wajib”.

3. Sinonim al-Hadist dan al-Sunnah

Bahasa arab merupakan bahasa istimewa yang dipilih oleh allah Subhana wa Taa’la
sebagai bahasa agama bagi umat islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khattab
Radiyallahu Anhu “pelajarilah bahasa arab, karena dia bagian dari agama kalian”. Adapun
keistimewaan bahasa arab antara lain disebutkan bahwa kata dalam bahasa arab paling banyak
memiliki antonim dan sinonim. Begitu juga dengan kata al-Hadist yang memiliki sinonim dari
kata al-Sunnah.
Selain kata al-Sunnah, terdapat beberapa kata yang merupakan sinonim dari kata al-
Hadist. Sebagian telah disebutkan pada pembahasan diatas. Adapun sinonim yang sering
digunakan dalam istilah agama untuk menunjukkan makna al-Hadist yaitu al-Atsar dan al-
Khabar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

13
‫محمد عجاج الخطيب‬، Op.cit., 2006 ‫ ص‬14

5
a. ‫( األثر‬al-Atsar)

Kata al-Atsar merupakan salah satu kosa kata dalam bahasa arab dalam bentuk isim
mufrad yang memiliki bentuk jamak aatsaar (‫ )آثار‬yang secara kajian kebahasaan dimaknai
dengan ‫ بقية شىئ‬bekas sesuatu.14 Kata al-Atsar terambil dari ungkapan ‫ أثرت الحديث‬yang berarti
‫“ رويته‬saya meriwayatkannya”. Berdasarkan penggunaan kata ini, para ulama berbeda pendapat
di dalamnya. Sebagian mengatakan bahwa al-Atsar merupakan suatu yang diriwatkan dari
Rasullullah dan para sahabat. Pendapat yang lain mengatakan bahwa al-Atsar merupakan
sesuatu yang diriwayatkan dari para sahabat. Sehingga al-Atsar hanya dipergunakan untuk al-
Hadist mauquf dan maqthu, bukan marfu.

b. ‫( الخبر‬al-khabar)

Khabar menurut kajian kebahasaan adalah bentuk mufrad dari jamaknya akhbar (‫)اخبار‬
yang memiliki arti al-naba (berita yang besar).15 Al-Khabar juga bermakna warta berita yang
disampaikan dari seseorang kepada seseorang.16 Adapun al-Khabar secara istilah sebagaimana
diungkapkan dalam kitab ushul al-Hadist :
17
.‫ فيشمل ما جاء عن الرسول وعن الصحابة و التابعين‬،‫الخبر يطلق على المرفوع و على الموقوف و على المقطوع‬
“Al-Khabar muncul dari yang marfu (yang disandarkan kepada nabi), mauquf
(disandarkan dari sahabat) dan maqthu (disandarkan dari tabi’in), dan mencakup apa
yang datang dari nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam, sahabat dan tabiin”.
Adapun pendapat yang lain tentang makna al-Khabar yang mengungkapkan bahwa al-
khabar adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam atau dari
selainnya. Sebagaimana dikemukakan dalam buku ulumul al-Hadist karya Muhammad Ahmad
dan Muzakkir “‫”الخبر هو ما أضيف الى النبي صلى هللا عليه وسلم أو غيره‬.18 Dari pendapat ini dapat
disimpulkan bahwasanya al-Khabar itu tidak hanya datang dari diri Rasulullah saja tetapi juga
datang dari selainnya.

75 ‫) ص‬2003 ،‫ دار الحديث‬: ‫ لسان العرب (القاهرة‬،‫ ابن منظور‬14


15 Ibid, hal. 109
16 Erwin Hafid, al-Hadist nabi menurut perpektif muhammad al-ghazali dan yusuf al-qardhawi (cet. I. Makassar : alauddin

press 2011). Hlm 21


19. ‫ ص‬Op.cit., 2006 ‫محمد عجاج الخطيب‬،17
18
Muhammad Ahmad dan M.Mudzakir, Ulumul Hadits (Bandung : Pustaka Setia, 2004) Hal 15.

6
4. Unsur-unsur dalam al-Hadist
a. Matan (‫)متن‬

Kosakata Matan berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna “punggung jalan” atau
bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas.19 Apabila dirangkaikan menjadi kalimat matan
al-Hadist maka defenisinya adalah ‫“ ألفاظ الحديث التى تتقوم بها المعانى‬Lafaz-lafaz dalam al-Hadist
yang dengannya terbentuk makna-makna”.20 Matan dapat juga diartikan ‫ما ينتهى إليه السند من الكالم‬
“Apa yang berhenti dari sanad berupa perkataan”.21 Oleh karena itu dapat dikatakan Matan
adalah sabda Nabi, isi atau inti dari apa yang dimaksud dalam al-Hadist. Adapun matan al-
Hadist itu terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan makna (konsep), sehingga unsur-
unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan al-Hadist yang sahih yaitu terhindar dari syadz dan
’illat.
a. Sanad (‫)سند‬
Kata Sanad menurut tinjauan kebahasaan berasal dari kata ‫ يسند‬- ‫ سند‬yang berarti ‫انضمام‬
‫( الشيئ الى الشيئ‬penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain). Dikatakan penggabungan dari
sesuatu ke sesuatu yang lain karena di dalamnya tersusun banyak nama yang tergabung dalam
satu rentetan jalan. Sanad juga bermakna ‫( المعتمد‬pegangan) karena al-Hadist merupakan sesuatu
yang menjadi sandaran dan pegangan 22, yaitu sandaran atau jalan yang menyampaikan kepada
matan al-Hadits.
Penggunaan kata Sanad ini berhubungan dengan penyebutan nama orang yang
mendapatkan al-Hadist dari Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam dan disampaikannya
kepada orang yang berikutnya sampai kepada yang menulis atau meriwayatkan al-Hadist.
Sementara termenologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan al-Hadist
sampai kepada Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam. Dengan kata lain, sanad adalah
rentetan perawi-perawi yang sampai kepada matan al-Hadist23. Contoh sanad ;
‫حدثنا الحميدي عبد هللا بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد األنصاري قال أخبرني محمد بن إبراهيم التيمي‬
‫أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي هللا عنه على المنبر قال سمعت رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه و سلم يقول‬

19 ‫ابن منظور‬, Op.Cit, 2003. hal. 434-435


20 ‫محمد عجاج الخطيب‬، Op.cit., 2006 ‫ ص‬32.
17 ‫) ص‬1984 ،‫ مركز الهدي للدراسات‬: ‫تيسي مصطلح الحديث (اإلسكندرية‬
‫ر‬ ،‫محمود الطمان‬ 21
22 Loc. cit
23 Loc.cit

7
b. Perawi
Kata perawi atau al-Rawi )‫ (الراوي‬dalam bahasa Arab dari kata riwayat )‫ (رواية‬yang
berarti memindahkan atau menukilkan, yakni memindahkan suatu berita dari seseorang kepada
orang lain.24 Dalam istilah al-Hadist, al-Rawi adalah orang yang meriwayatkan al-Hadist dari
seorang guru kepada orang lain yang tercantum dalam buku al-Hadist.25 Tiga hal ini merupakan
unsur pokok yang wajib ada dalam sebuah al-Hadist. Adapun dua hal lainnya yang
ditambahkan untuk melengkapi unsur-unsur dalam al-Hadist yaitu shiyaghul ada’ (redaksi
yang digunakan seorang perawi dalam meriwayatkan sebuah al-Hadist) dan Mukharrij (perawi
terakhir yang menukil atau mencatat al-Hadist pada kitabnya).

24 Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Al-Hadist (Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002) hal. 207.
25 Abdul Majid Khon, Ulumul Al-Hadist (cet. I; Jakarta: Amzah, 2008) hal. 104.

8
5. Perbedaannya al-Hadist, al-Sunnah, al-Atsar, dan al-Khabar

Al-Hadist Al-Sunnah Al-Khabar Al-Atsar

1. Perkataan, perbuatan, 1. Segala yang 1. Segala sesuatu 1. Segala


ketetapan, sifat-sifat diriwayatkan dari Nabi diriwayatkan dari sesuatu
atau moral Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Nabi Shallahu yang
Shallahu Alaihi Wa Sallam., baik berupa Alaihi Wa disandarkan
Sallam setelah perkataan, perbuatan, Sallam, baik kepada
diangkat menjadi ketetapan, sifat/moral perkataan, sahabat dan
rasul. baik diriwiyatkan perbuatan atau tabi’in
2. Istilah al-Hadist bila sebelum diangkatnya ketetapan dan meskipun
tidak dikaitkan muhammad Shallahu sesuatu yang terkadang
dengan lafaz lain Alaihi Wa Sallam datang selain dari dinisbatkan
berarti “Segala yang menjadi rasul ataupun Nabi Muhammad kepada nabi
diriwayatkan dari setelahnya. Shallahu Alaihi Muhammad
Nabi, baik perkataan, 2. Istilah sunnah bila tidak Wa Sallam Shallahu
perbuatan maupun dikaitkan dengan lafaz Alaihi Wa
pengakuannya”. (Ibnu lain berarti tradisi yang Sallam
Taimiyyah) berulangkali dilakukan
3. Pembicaraan yang oleh masyarakat, baik
diriwayatkan oleh dipandang ibadah
satu orang atau dua maupun tidak. (Ibnu
orang kemudian Taimiyyah)
hanya mereka saja 3. Suatu jalan yang
yang mengetahuinya diperaktekkan oleh Nabi
(tidak menjadi amalan secara terus menerus dan
umum). Dr. Tawfiq diikuti oleh sahabat-
Shidqi sahabatnya. Dr. Tawfiq
4. Segala peristiwa yang Shidqi
dinisbahkan kepada 4. Nama terhadap sesuatu
Nabi Shallahu Alaihi yang diterima dengan
Wa Sallam. walaupun jalan mutawatir dari
hanya satu kali Nabi Muhammad
saja.dikerjakan dan Shallahu Alaihi Wa
walaupun hanya Sallam. Kemudian
diriwayatkan satu dilakukan oleh sahabat
orang saja. (sulaiman dan dilanjutkan oleh
al-Nadwi) para tabi’in dan
5. sesuatu yang seterusnya. (Sulaiman
diriwayatkan dari al-Nadwi)
Nabi Muhammad 5. Suatu tradisi yang sudah
Shallahu Alaihi Wa tetap dikerjakan oleh
Sallam. berupa ilmu Nabi Muhammad
pengetahuan teori Shallahu Alaihi Wa
(bersifat teoritis). Sallam. berupa perkara
(abdul kadir Hasan) yang bersifat amalan
(bersifat praktis) (abdul
kadir Hasan)

9
Contoh – Contoh al-Hadist, al-Sunnah, al-Khabar dan al-Atsar

a. Contoh al-Hadist

ِ ‫ اِنَّ َما ْاالَ ْع َما ُل بِا لنِيَّا‬: ِ‫س ْو ُل هللا‬


‫ متفق عليه‬. ‫ت َواِ َّن َما ِل ُك ِل ْام ِرىءٍ َما ن ََوى‬ ُ ‫قَا َل َر‬

Artinya :

“Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam. bersabda, bahwasanya segala amal


perbuatan itu tergantung pada niatnya, karena itu pahala bagi semua amal
seseorang itu sesuai dengan niatnya.” (H.R.Muttafaqun ‘Alaihi)

b. Contoh al-Sunnah

‫ رواه ابودا ودوالترمذى‬. ‫الرا ِش ِديْنَ ْال َم ْهد ِِييْنَ ِم ْن بَ ْعدِى‬ ِ َ‫سنَّ ِة ْال ُخلَف‬
َّ ‫اء‬ ُ ‫َعلَ ْي ُك ْم ِب‬
ُ ‫سنَّتِ ْي َو‬

Artinya :

“Berpegang teguhlah kamu dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafaur


Rasyidin yang menunjukkan sesudahku.”(H.R.Abu Dawud dan At-Tirmizi).

c. Contoh al-Khabar

Ali bin Abi Thalib r.a berkata :

. ِ‫صالَّة‬ ِ ‫ض ُع ْالك‬
َّ ‫َف تَحْ تَ الس َُّّرةِ فِى ال‬ ْ ‫سنَّ ِة َو‬
ُّ ‫ِمنَ ال‬

Artinya :

“Sebagian dari sunah, adalah meletakkan tangan di bawah pusar sewaktu


melakukan shalat.”

d. Contoh al-Atsar

Perkataan tabi’in, Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utbah ibn Mas’ud :

ْ ‫س َعلَى ْال ِم ْن َب ِر قَ ْب َل ْال ُخ‬


ٍ ‫ط َب ِة تِ ْس َع تَ ْك ِبي َْرا‬
.‫ت‬ ُ ‫ض َحى ِحيْنَ َيجْ ِل‬ ْ ‫اال َما ُم َي ْو َم ْال ِف‬
ْ َ‫ط ِر َو َي ْو َم ْاال‬ ِ ْ ‫سنَّةُ ا َ ْن يُّك َِب َر‬
ُّ ‫ال‬

Artinya :

“Menurut sunah, hendaklah imam bertakbir pada hari raya Fitri dan hari raya
Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum
berkhutbah.”

10
6. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya al-Hadist adalah
segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad baik ucapan, perbuatan, maupun
ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan
kepada manusia. Sinonim dari al-Hadist yaitu al-Sunnah, al-Khabar, dan al-Atsar. Al-Sunnah
adalah segala yang dinukil dari Nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
taqrir dan sifat-sifat beliau (berupa perilaku,pengajaran, dan perjalanan hidup), baik sebelum
maupun setelah diutus menjadi rasul. Al-Khabar adalah segala yang datang dari Nabi
Muhammad, sahabat dan tabi’in, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya. Al-Atsar
adalah segala perkataan-perkataan yang datang dari sahabat dan tabi’in meskipun terkadang
dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun unsur-unsur pokok yang wajib ada dalam
sebuah hadist antara lain, Matan, Sanad dan Perawi.

11
Daftar Pustaka

.‫ مكتب الغرباء األثرية‬: ‫ المملكة العربية السعودية‬.‫ شرح السنة‬.1993 .‫ ابو محمد حسن بن علي بن خلف‬،‫البربهاري‬

.‫ دار الفكر للطباعة و النشر و التوزيع‬: ‫ بيروت لبنان‬.‫ اصول الحديث علومه و مصطلحه‬.2006 .‫ أحمد عجاج‬،‫الخطيب‬

.‫ دار العلم للماليين‬: ‫ ماليزيا‬.‫ علوم الحديث و مصطلحه‬.1988 .‫ صبحي‬،‫الصالح‬

.‫ مركز الهدي للدراسات‬: ‫ اإلسكندرية‬.‫ تيسير مصطلح الحديث‬.1984 .‫ محمود‬،‫الطمان‬

.‫ دار الحديث‬: ‫ القاهرة‬.‫ لسان العرب‬.2003 .‫ ابن‬،‫منظور‬

Ahmad, Muhammad., & M. Mudzakir. 2004. Ulumul Hadits. Bandung : Pustaka Setia.

Azami, M. 1977. Studies in Hadith Methodology and Literature. Kuala Lumpur: Islamic Book

Trust.

Hafid, Erwin. 2011. Hadis Nabi Menurut Perpektif Muhammad Al-Ghazali dan Yusuf Al-

Qardhawi. Cet. I. Makassar : Alauddin Press.

Ilyas, Abustani., & la ode islami ahmad. 2011. Studi al-Hadist: Ontologi, Epistemologi, Dan

Aksiologi. Cet I. Makassar: Alauddin Press.

Islamil, M. Syuhudi. 1987. Pengantar Ilmu al-Hadist. Bandung: Penerbit Angkasa.

Jumantoro, Totok. 2002. Kamus Ilmu Al-Hadist. Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara.

Khon, Abdul Majid. 2008. Ulumul Al-Hadist. Cet. I; Jakarta: Amzah.

Munawwir, Warson. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif.

Solahudin. M., & Agus Suyadi. 2008. Ulumul Al-Hadist. Bandung: Pustaka Setia.

Sulaiman PL, M.Noor. 2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta: Gaung Persada Press.

http://www.almaany.com/id.dict/ar-id/‫حدثت‬/ diakses pada tanggal 9 april 2019 pukul 23.45 wit.

12

Anda mungkin juga menyukai