Anda di halaman 1dari 14

KONSEP

SUNNAH
DAN
HADIST
01 03
M. Khamdan Alfri Saifuddin
2220601003 2220601019

02 04
Dartono Fadli rizka S M
2220601018 2220601015

KELOMPOK 2
Latar Belakang
Istilah Hadits dan Sunnah telah digunakan secara luas dalam studi keislaman untuk merujuk kepada teladan dan

otoritas Nabi saw atau sumber kedua hukum Islam setelah al-Qur’an. Meskipun begitu, pengertian kedua istilah tersebut

tidaklah serta merta sudah jelas dan dapat dipahami dengan mudah. Hadis dan sunnah seringkali dipandang sama. Tidak

sedikit kemudian para ulama menyebut dua istilah tersebut untuk menunjukkan kepada entitas yang sama. Walau pada

faktanya berbeda. Perbedaan itu pun setidaknya berangkat dari makna; makna literal/leksikal dan juga makna historis dua

kata tersebut.

Al-Hadits didefinisikan pada umunya oleh ulama seperti definisi Al-Sunnah yaitu sebagai segala sesuatu yang

dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan), Sifat fisik dan psikis, baik

sebelum beliau menjadi nabi atau sudah menjadi nabi. Ulama ushul fiqih membatasi pengertian hadits hanya pada

ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum”; sedangkan bila mencakup perbuatan dan taqrir

beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan sunnah.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sunnah?
2. Apa Pengertian Hadist?
3. Bagaimanakah Konsep sunah?
4. Bagaimana Konsep Hadist?

Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Pengertian Sunnah
2. Untuk mengetahui apa Pengertian Hadist
3. Untuk mengetahui Konsep Sunah
4. Untuk mengetahui Konsep Hadist
Pembahasan 1
A. Pengertian Sunnah
Secara etimologi, Sunnah berarti tata cara. Dalam kitab Mukhtar al Shihah disebutkan
bahwa sunnah secara etimologi berarti tata cara dan tingkah laku atau perilaku hidup, baik
perilaku itu terpuji maupun tercela. Hasbi Ash-Shiddieqy menambahkan bahwa suatu tradisi
yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah, walaupun tidak baik.
Di dalam al-Qur’an kita dapat menjumpai beberapa ayat yang menyebutkan kata “sunnah”.
M.M. Azami menelusuri pengertian istilah “sunnah” di dalam al-Qur’an, menurutnya kata
“sunnah” disebutkan dalam beberapa ayat berikut ini:
1. Surat an-Nisa’: 26,
2. Surat al-Anfal: 38,
3. Surat Al-Isra’: 77,
4. Surat al-Fath: 23
Pembahasan 1
Secara terminologi,
1. para ulama ahli hadits mendefinisikan “sunnah” sebagai sabda, pekerjaan, ketetapan,
sifat (watak budi atau jasmani); atau tingkah laku Nabi Muhammad saw, baik
sebelum menjadi Nabi maupun sesudahnya.
2. Ulama Ushul Fiqih mendefinisikan “sunnah” adalah sabda Nabi Muhammad saw.
yang bukan berasal dari alQur’an, pekerjaan, atau ketetapannya.
3. Ulama ahli fiqih yang mendefinisikan “sunnah” sebagai hal-hal yang berasal dari
Nabi Muhammad saw. baik ucapan maupun pekerjaan, tetapi hal itu tidak wajib
dikerjakan
Pembahasan 2
B. Pengertian Hadist

Kata hadits merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa berarti kisah, cerita,
pembicaraan, percakapan atau komunikasi baik verbal maupun lewat tulisan. Bentuk jamak
dan hadits yang lebih populer di kalangan ulama muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan
bentuk lainnya yaitu hutsdan atau hitsdan. Masyarakat Arab di zaman Jahiliyyah telah
menggunakan kata hadits ini dengan makna “pembicaraan”.
kata hadits yang terdapat dalam al-Our’an maupun kitab-kitab Hadits secara literal
mempunyai beberapa arti :
1. Komunikasi religius, pesan, atau al-Qur’an
2. Cerita duniawi atau kejadian aiam pada umumnya
3. Cerita Sejarah (historical stories)
4. Rahasia atau pecakapan yang masih hangat
Pembahasan 2

Pengertian hadits menurut istilah, terdapat perbedaan antara beberapa ulama terutama
antara ulama muhadditsun, ushuliyyun, dan fuqaha..
1. Menurut ahli hadits atau muhadditsun, pengertian hadist adalah seluruh perkataan,
perbuatan, dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW. sedangkan menurut yang
lainnya adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun ketetapannya.”
2. Hadits menurut ahli Ushul adalah “ semua perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum syara dan ketetapannya”
3. Menurut fuqaha, Hadits dibatasi hanya pada hal-hal yang berhubungan dengan hukum
saja. Hal-hal yang ada kaitannya dengan sifat basyariyah Nabi, seperti cara makan, tidur,
berjalan, berpakaian, memakai minyak wangi dan kebiasaan Nabi lainnya , tidak
termasuk dalam kategori Hadits
Pembahasan 3
Konsep Sunnah
Menurut Fazlur Rahman,Sunnah adalah konsep perilaku, baik yang diterapkan kepada
aksi-aksi fisik maupunkepada aksi- aksi mental. Dengan kata lain, Sunnah adalah hukum
tingkah laku, baik yang terjadi sekali, maupun yang terjadi berulang- ulang. Jadi Sunnah
merupakan kandungan dari hadis, sementara hadis merekam, berisi dan melaporkan
sunnah. Ada indikasi bahwa apa yang tertulis dalam hadis tidak semuanya Sunnah. Tetapi
Sunnah tidak semuanya terekam dalam hadis. Di satu sisi, Rahman tetap mempertahankan
kesahihan dan normativitas Sunnah Nabi. Namun di sisi lain, ia menilai hadis secara
teknis tidak kembali kepada nabi.
Pembahasan 3
Syahrur membedakan dua Sunnah, yaitu Sunnah an-Nubuwwah yang berkaitan dengan
keyakinan dan merupakan objek keagamaan, sementara Sunnah al-Risalah menyangkut
hukum-hukum dan merupakan objek kepatuhan

Model ketaatan yang pertama berlaku bagi sunnah yang berisi tentang adat kebiasaan
nabi sehari-hari serta ketentuan hukum yang bersifat lokal, yang hanya dituntut ketika nabi
masih hidup.

Sedang model ketaatan kedua adalah ketaatan yang abadi yang berlaku bagi semua
perintah nabi yang berkaitan dengan hukum, ibadah dan akhlaq. Titik tolak pemikiran
Syahrur adalah teori batas.

Syahrur mendefinisikan sunnah sebagai metode (cara, manhaj) untuk menerapkan


ketentuan-ketentuan hukum Umm al-Kitab tanpa keluar dari batas-batas yang ditetapkan
Allah dalam masalah- masalah hudud atau penetapan batas-batas sementara di luar hudud.
Pembahasan 4
Konsep Hadist
Fazlu rahman menilai hadist secara teknis tidak kembali kepada nabi. Seperti dijelaskan dalam
bukunya islamic methodologi in history, bahwa sebenarnya hadis adalah keseluruhan suatu
ungkapan mengenai doktrin atau prinsip atau suatu kebenaran yang sudah diterima umum
yang diformulasikan dan dikemukakan seolah-olah dari nabi, walaupun secara historis tidak
terlepas dari nabi, sifatnya yang demikian menunjukkan bahwa Hadis tersebut bersifat
ahistoris (yang mendasari bahwa ada dugaan yang diyakini benar oleh sebagian orang,
meskipun sebenarnya sulit dibuktikan. ahistoris sering kali bersumber dari yang tidak dapat
diandalkan dan dibuktikan). Fazlur Rahman menegaskan lagi bahwa Hadis merupakan
interpretasi/gagasan yang kreatif dan dinamis terhadap Sunnah nabi..
,
Pembahasan 4
Menurut Fazlur Rahman, pada masa Nabi, hadis hanya digunakan dalam hal yang
informal. Perannya hanya terbatas pada pemberian bimbingan dan praktik aktual umat
Islam. Setelah Nabi wafat, hadis memiliki status yang semi informal. Pada saat itu, tidak
ada bukti bahwa hadis telah dihimpun. Menurut Fazlur Rahman, eksistensi hadis
sebagai sesuatu yang menciptakan dan dapat dikembangkan menjadi praktik umat
Islam. Oleh karena itu, hadis ditafsirkan secara bebas melalui instrumen ijtihad yang
pada gilirannya mengkristal ke dalam bentuk sunnah umat Islam.
Pembahasan 2
Thanks!
‫!شكرا‬
ANY QUESTION???

Anda mungkin juga menyukai