Anda di halaman 1dari 13

HADIS TENTANG SHALAT

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Gharib Hadis

Dosen Pengampu :

Dakhirotul Ilmiyah, S.Ag, M.HI

Disusun oleh :

Muhammad Amirul Mushlich (07020520048)


Khoirun Nisa (07020520043)
Muhammad fadli Hermanto (07020520050)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Gharib Hadis

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam mengantarkan


mahasiswa-mahasiswi dalam memahami “Hadis Tentang Shalat” yang merupakan
salah satu indikator atau tema dari mata kuliah Ilmu Gharib Hadis ini.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dakhirotul Ilmiah, selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Gharib Hadis yang telah membimbing kami
dalam mempelajari mata kuliah Ilmu Gharib Hadis dan teman-teman yang selalu
mengingatkan tugas-tugas ini dan memberikan ide-ide yang positif untuk Kami.

Meskipun demikian kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak, khususnya teman-teman seprofesi
menjadi harapan bagi kami guna perbaikan selanjutnya.

Akhirnya permohonan dan harapan semoga apa yang telah kami lakukan
dapat ridho dan kebaikan dari Allah SWT, serta bermanfaat bagi para pembaca
sebagai jembatan ilmu pengetahuan. Aamiin.

Sidoarjo, 15 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 Pengertian Dari Ilmu Gharib Al-Hadis ....................................................... 3


2.2 Contoh Hadis Tentang Bermuka Dua Dalam Ilmu Gharib ......................... 4

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 9


3.2 Saran ........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurangnya pemahaman terhadap makna hadis merupakan problem


yang di rasakan dari zaman dahulu bahkan sampai saat ini. padahal hadis
memiliki peran penting sebagai pedoman bagi umat Islam dalam menjalani
kehidupan sehari hari, baik dalam ibadah, muamalah, adab maupun
tuntunan yang lainnya. Maka dari itu hadis disebut sebagai sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an karna hadis juga berfungsi sebagai penjelas Al-
Qur’an yang masih bersifat global, agar menjadi terperinci dan mudah untuk
dipahami.1

Maka dari itu mesti adanya pemahaman yang menyeluruh terhadap


setiap lafad atau kalimat dalam hadis, sehingga didapatkan pemahaman
yang utuh dan tidak parsial atau setengah-setengah dalam memahami makan
dalam hadis yang akan kita pahami. Di satu sisi inilah yang membuktikan
bahwa hadis adalah juga wahyu dari Allah Swt melalui lisan Nabi
Muhammad Saw, karena nyatanya banyak lafadz yang asing (Gharib), yang
tidak langsung bisa dipahami begitu saja. Serupa dengan yang terjadi
terhadap lafadz-lafadz al-Quran.

Pemaknaan terhadap hadits sudah terjadi pada masa Rasulullah.


Dimana hadis-hadis Rasulullah masih dipertanyakan maksudnya,
dikarenakan ada beberapa hadis masih kurang jelas antara teks dan makna
teks nya. Dan pada saat itu Rasulullah masih hidup dan pemaknaan hadis
bisa langsung ditanyakan kepada Rasulullah untuk memperoleh penafsiran
yang lebih jelas. Sedangkan pada masa sekarang ini pemaknaan terhadap

1
Ilham Firdaus Alviansyah, Abas Mansur Tamam, dan Nirwan Syafrin, “Konsep Pendidikan
Perempuan Menurut Hadits-Hadits Dalam Kitab Riyadhus Shalihin Karya Imam AnNawawi,”
Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam 10, no. 1 (19 Februari 2019): hlm. 72,
https://doi.org/10.32832/tawazun.v10i1.1155.

1
teks hadis masih perlu dilakukan, karena teks adalah bahasa yang memiliki
banyak aspek di dalamnya, yang berhadapan dengan konteks sosio budaya
pada saat teks itu turun. Karna ada beberapa lafadz-lafadz yang tidak bisa
langsung dipahami maknanya oleh para ahli hadis, sehingga lahirlah dalam
ilmu hadis, satu cabang ilmu yang disebut dengan ilmu Gharib Hadis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Ilmu Gharib Al-Hadis?
2. Bagaimana contoh hadis yang mengandung ma’na Gharib dalam tema
hadis tentang bermuka dua (munafik)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu Gharib al Hadis.


2. Untuk mengetahui contoh hadis yang mengandung ma’na Gharib, dalam
tema hadis tentang bermuka dua (munafik).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Gharib Al-Hadis

Kata gharīb secara bahasa bisa diartikan dengan asing atau tidak dikenal.
Sedangkan kata gharīb al-ḥadīṡ adalah hadis yang mengandung kata-kata yang
sulit dipahami. Sebenarnya gharīb dalam hadis bisa ditinjau dari dua persepektif:
Pertama, berkaitan dengan sanad yang dikenal dengan hadis gharīb dan kedua,
berkaitan dengan matan.2

Abū Zahrah dalam karyanya al-Ḥadīṡ wa al-Muḥaddiṡūn mendefinisi-kan


gharīb hadis sebagai apa-apa yang terdapat dalam hadis, kalimat-kalimat samar
yang jauh dari pemahamannya karena sedikit penggunaannya.3

Adapun Maḥmūd al-Ṭaḥḥān mendefinisikan gharīb hadis sebagai hal-hal


penting yang berkaitan dengan pemahaman, ilmu dan pengaplikasian suatu
hadis. Bukan mengenai pengenalan struktur dan hal-hal yang berkaitan dengan
sanad.4

Dari penjelasan di atas nyatalah bahwa yang menjadi objek kajian ilmu ini
adalah kata-kata yang sulit (musykil) dan susunan kalimat yang susah dipahami
maksudnya. Sehingga, ilmu ini menjadi disiplin ilmu yang sangat diperlukan
terutama oleh para perawi atau penerima hadis yang tidak bisa memahami apa
yang disampaikan rawi sebelumnya.

2
Ahmad Lutfi Fathullah, CD Metode Belajar Interaktif Hadis & Ilmu Hadis (Jakarta: PKH Baitul
Mughni, 2010).
3
Abū Zahrah, al-Ḥadīṡ wa al-Muḥaddiṡūn: ‘Ināyah al-Ummah al-Islāmiyyah bi al-Sunnah
alNabawiyyah (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 1984), hal. 474
4
Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Taysīr Muṣṭalaḥ alḤadiṡ (Jeddah: al-Ḥaramayn, 2003), hal. 174.

3
2.2 Contoh Hadis Tentang Shalat Yang Mengandung Makna Gharib

1. ‫فَ َعلَى َجْنب‬


Hadis riwayat Imam Bukhari No. Indeks 1117

‫ َع ِن ابْ ِن‬،‫ب‬ ِ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن إِبْ َر ِاه َيم بْ ِن طَ ْه َما َن‬،ِ‫اَّلل‬


ُ ْ ‫ َح َّدثَِِن احلُ َس‬:‫ال‬
ُ ‫ْي املُكْت‬ َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬،‫َحدَّثَنَا َعْب َدا ُن‬
ِ َّ ‫ص ْْي َر ِض َي‬ ِ
ُ‫صلَّى لل‬ ُ ْ‫ فَ َسأَل‬،ُ‫ت ِِب بَ َواسري‬
َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َِّب‬ ْ َ‫ َكان‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫اَّللُ َعْنه‬ َ ‫ َع ْن ع ْمَرا َن بْ ِن ُح‬،‫بَُريْ َد َة‬
‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى‬،‫اع ًدا‬
ِ ‫ فَِإ ْن ََل تَستَ ِطع فَ َق‬،‫ «ص ِل قَائِما‬:‫ال‬ ِ َّ ‫علَي ِه وسلَّم ع ِن‬
ْ ْ ْ ً َ َ ‫ فَ َق‬،‫الصالَة‬ َ َ ََ َْ
»‫ َجْنب‬5
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan, dari ‘Abdi Allah, dari
Ibrahim bin Tuhman, berkata: telah menceritakan kepadaku al Husain al
Muktib, dari Ibnu Buraidah, dari ‘Imran Ibnu Husain ra., berkata: bahwa
ia pernah mengidap penyakit wasir atau ambeien. Lalu ia bertanya kepada
Rasulullah SAW mengenai seseorang, laki-laki yang mengerjakan shalat
dalam keadaan wudhu’ maka beliau menjelaskan: “Shalatlah dengan
berdiri. Bila kamu tidak kuasa, maka shalatlah sambil duduk. Bila kamu
tidak kuasa, maka shalatlah sambil berbaring di atas lambungmu
(miring)”.
Contoh hadis yang sama dalam hadis Sunan Ibnu Majah No. Indeks 1223:

‫ َع ِن‬،‫ َع ْن ُح َس ْْي الْ ُم َعلِ ِم‬،‫ َع ْن إِبْ َر ِاه َيم بْ ِن طَ ْه َما َن‬،‫يع‬ِ
ٌ ‫ َحدَّثَنَا َوك‬:‫ال‬َ َ‫َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُُمَ َّمد ق‬
‫صلَّى للُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َِّب‬ ُ ْ‫ فَ َسأَل‬،‫ور‬ ُ ‫ َكا َن ِ َِب الن‬:‫ال‬
ُ ‫َّاص‬ َ َ‫ ق‬،‫ص ْْي‬ ِ
َ ‫ َع ْن ع ْمَرا َن بْ ِن ُح‬،َ‫ابْ ِن بَُريْ َدة‬
6
»‫ فَ َعلَى َجْنب‬،‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع‬،‫اع ًدا‬ِ ‫ فَِإ ْن ََل تَستَ ِطع فَ َق‬،‫ «ص ِل قَائِما‬:‫ال‬ ِ َّ ‫ع ِن‬
ْ ْ ْ ً َ َ ‫ فَ َق‬،‫الص َالة‬ َ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata,
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Ibrahim bin Thahman dari
Husain Al Mu'allim dari Ibnu Buraidah dari Imran bin Hushain berkata,
"Aku mengalami sakit wasir, maka aku bertanya kepada Nabi tentang
pelaksanaan shalat, beliau bersabda, "Shalatlah dengan berdiri, jika tidak

5
Muhammad bin Isma‘iil Abu ‘Abdi Allah al-Bukhari al-Ja’fi, Shahih al-Bukhari Vol. 2 (Dar-
Tawqu al-Najah, 1422 H) hal. 48
6
Ibnu Ma>jah ‘Abu Abd Alla>h Muhammad bin Yazi>y al Qazwiyni>, wa Ma>jah ismu ‘Abiyh
Yazi>dua, Sunan Ibnu Ma>jah, Vol. 1 (Al Arabiyah: Da>r Ihya>’ al Kitab, 1431 H) hal. 386

4
mampu hendaklah dengan duduk, jika tidak mampu hendaklah dengan
berbaring. "
7
‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َجْنب‬،‫اع ًدا‬
ِ ‫ فَِإ ْن ََل تَستَ ِطع فَ َق‬،‫ص ِل قَائِما‬
ْ ْ ْ ً َ

Maksud dari hadis dari Shahih Bukhari diatas adalah pelaksanaan

shalat bagi orang yang tidak mampu berdiri, kata (‫ )فَ َعلَى َج ْنب‬sendiri

mengandung makna gharib, karena jika kata ini diartikan secara bahasa

ialah berbaring, namun dalam hadis diatas kata (‫ )فَ َعلَى َج ْنب‬memiliki arti

berbaring diatas lambung. Dan dalam hadis tersebut, tidak menjelaskan sisi
mana ke kanan ataupun ke kiri sehingga yang utama ialah yang termudah
dari keduanya. Apabila miring ke kanan lebih mudah maka itu yang lebih
utama dan bila miring ke kiri yang termudah maka itu yang lebih utama.
Para ulama juga sepakat bahwa bagi yang tidak mampu berdiri,
maka diperbolehkan shalat sambil duduk. Jika tidak mampu sambil duduk,
boleh shalat sambil berbaring miring dengan menghadap kiblat, dan
dianjurkan miring disebelah kanan. Jika tidak mampu shalat sambil
berbaring miring, maka boleh shalat sambil berbaring terlentang.
Kedua hadis diatas sama-sama memiliki arti bahasa atau arti yang
sama yakni dalam pelaksanaan shalat jika tidak mampu berdiri maka bisa
duduk, jika masih tidak mampu diperbolehkan berbaring. Bahkan dalam
hadis lain dalam Sunan Abu Dawud juga memiliki arti yang sama seperti
hadis Sunan Ibnu Majah dan Shahih Bukhari, namun makna dalam hadis
tersebut berbeda dengan makna hadis dalam Shahih Bukhari.

2. ‫عماد الدين‬
Hadis riwayat Al-Baihaqi No. Indeks 2550

7
Majd al-Di>n Abu> al-Sa’ada>t al-Muba>rak bin Muh}ammad, al-Niha>yah fi Ghari>b al-H}adi>th wa al-
Athar, Vol. 3, H}arf al-‘Jim, Ba>bal-‘nuun ma’a al-Ba}, (Bairu>t: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1979), hal.
167

5
ْ ‫َْحَ ُد بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن أ‬
ِ ‫َْحَ َد بْ ِن ُش َعْي‬
‫ب بْ ِن َه ُارو َن‬ ْ ‫َخ َََبَن أَبُو َح ِامد أ‬ ُ ِ‫احلَاف‬
ْ ‫ أ‬،‫ظ‬ ْ ‫لل‬ِ ‫أَخَبََن أَبو عب ِد‬
ْ َ ُ ََ ْ
‫ب بْ ُن‬
ُ ‫َخ َََبَن َوْه‬ ُّ ‫وسى بْ ِن إِبْ َر ِاه َيم الن َّْي َسابُوِر‬
ْ ‫ أ‬،‫ي‬
ِ
َ ‫ حدثنا َزَك ِرََّّي بْ ُن ََْي ََي بْ ِن ُم‬،ُ‫وسى الْ َفقيه‬
َ ‫بْ ِن ُم‬
ِ ‫ول‬
‫لل‬ َ ‫ ََّي َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن ُع َمَر‬،‫ َع ْن ِع ْك ِرَم َة‬،‫ َع ْن قَتَ َاد َة‬،ُ‫ حدثنا ُش ْعبَة‬،‫َج ِرير‬
َ ‫ فَ َق‬،‫ َجاءَ َر ُج ٌل‬:‫ال‬

،ُ‫ين لَه‬ ِ َّ ‫ َوَم ْن تَ َرَك‬،‫الص َالةُ لَِوقْتِ َها‬


َ ‫الص َال َة فَ َال د‬ َّ " :‫ال‬ ِْ ‫ب ِعْن َد للِ ِِف‬
َ َ‫اْل ْس َالِم؟ ق‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫َي َش ْيء أ‬
ُّ ‫أ‬

‫ َع ِن ابْ ِن‬،‫ " ِع ْك ِرَمةُ ََلْ يَ ْس َم ْع ِم ْن عُ َمَر َوأَظُنُّهُ أ ََر َاد‬:ِ‫ال أَبُو َعْب ِد لل‬ ِ ‫الص َالةُ ِعماد‬
َ َ‫الدي ِن " ق‬ َُ َّ ‫َو‬
8
‫عُ َمَر‬

Artinya: Telah mengabarkan Abu Abdillah al-Hafid, telah mengabarkan


Abi Hamid Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Syu’aib bin Harun bin
Musa al-Faqih, telah menceritakan Zakaria bin Yahya bin Musa bin
Ibrahim An-Naisaburi, telah mengabarkan Wahbu bin Jarir, telah
mnceritakan Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah, dari Umar, berkata;
telah datang seorang laki-laki dan berkata; Wahai Rasulullah apa sesuatu
didalam islam yang dicintai Allah? Sholat tepat waktu, dan barang siapa
yang meningalkan sholat maka tidak ada agama baginya, dan shalat itu
adalah tiang agama. Abu Abdillah berkata: Ikrimah tidak mendengar dari
Umar dan mengira dia ingin, dari ibnu Umar.

Contoh dalam hadis lain diriwayatkan Al-Baihaqi

ِ ِ ِ ِ َّ
‫ين‬
َ ‫دمها فَ َقد َه َد َم الد‬
َ ‫من َه‬ َ ‫ فَ َم ْن أقَ َامها فَق ْد أقَ َام الد‬، ‫ماد الدي ِن‬
ْ ‫ َو‬، ‫ين‬ ُ ‫الصالةُ ع‬

Artinya: Sholat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa


mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan
barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama
(Islam) itu.

8
Abu Bakr Ahmad bin Husain Al-Baihaqi>, Syu’abul Ima>n, Vol. 4 (Al-Rushd; Riyadh, 1432 H)
hal. 300

6
Disampaikan dalam sebuah mahfudzhat yang di pelajari kalimat tersebut
senada dengan hadist nabi, hal ini diketahui dari pernyataan
para muallif (penyusun) dalam kitab-kitab. Kalimat yang mengandung kata

‫ماد‬ ِ
gharibnya adalah ُ ‫ ع‬yang artinya tiang atau penopang atau bisa dikatakan
dengan penyangga. Asal dari kata ini banyak makna namun para ulama
menyebutkan dalam kitab Syu’abul Iman bahwa shalat adalah tiang agama.
Namun atau juga bisa disebutkan pondasi dari agama adalah shalat.

Islam Ibaratnya adalah sebuah bangunan dengan syahadat sebagai


pondasinya, dakwah dan jihad sebagai atap pelindungnya, dan sholat yang
merupakan cerminan syariat Islam sebagai pilar penyangganya. Bila kaum
muslimin rajin mendirikan sholat yang 5 waktu secara berjamaah di masjid
maka berarti mereka telah mengokohkan pilar-pilar Islam. Sebaliknya,
apabila kaum muslimin malas, ogah-ogahan mendirikan sholat fardhu yang
5 waktu secara berjamaah di masjid, maka berarti mereka telah melemahkan
Islam itu sendiri dengan ‘merobohkan’ pilar-pilarnya. Bila kita pandang
dalam lingkup yang lebih kecil, dalam diri seseorang bisa kita lihat
parameter “kekuatan” Islamnya. Apakah ia rajin mendirikan shalat fardhu
yang 5 waktu secara berjamaah di masjid, menambahi dengan mendirikan
sholat sunnah, atau sebaliknya ia mengerjakan shalat fardhu 5 waktu namun
tidak berjamaah dan hanya sholat sendirian di rumah, atau bahkan ia jarang
melaksanakan shalat fardhu yang 5 waktu, atau bahkan yang paling parah ia
tidak mengerjakannya sama sekali. Na’udzuu billahi min dzalik. Bahkan
secara tegas dalam sebuah hadist Rasulullah disebutkan bahwa pembeda
antara seorang mukmin dan kafir adalah seorang tersebut meninggalkan
sholat atau tidak, yang bisa kita maknai bahwa agama Islam telah roboh dari
diri seseorang tersebut bisa seorang tersebut meninggalkan sholat,

Satu lagi alasan sholat merupakan tiang agama Islam adalah bahwa sholat
itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar seperti yang difirmankan
Alloh:

7
َّ ‫َاء َو ْال ُم ْنك َِر َولَ ِذ ْك ُر‬
‫َّللاِ أ َ ْكبَ ُر‬ ِ ‫صالة َ ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش‬ ِ ‫ي إِلَيْكَ ِمنَ ْال ِكت َا‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صالةَ إِ َّن ال‬ ِ ُ ‫اتْ ُل َما أ‬
َ ‫وح‬
ْ َ ‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم َما ت‬
)٥٤( َ‫صنَعُون‬ َّ ‫َو‬

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain), dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al ‘Ankabuut: 45 )

Maka barangsiapa yang benar dalam sholatnya akan membentengi


dirinya dari berbuat keji dan kemungkaran. Maka sholat yang merupakan
salah satu komponen utama dalam bangunan Islam, hendaknya kita kuatkan,
kokohkan, agar bangunan Islam yang kita bernaung di dalamnya tidak
mudah roboh dan dirobohkan.9

9
Novi Amanah, Memahami Hadis Shalat Itu Tiang Agama, https://assajidin.com/memahami-
hadist-shalat-itu-tiang-agama/ dikutip pada 28 maret 2022, 22.00

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu gharīb al-ḥadīṡ adalah hadis yang mengandung kata-kata yang


sulit dipahami. Sebenarnya garīb dalam hadis bisa ditinjau dari dua
persepektif: Pertama, berkaitan dengan sanad yang dikenal dengan hadis
garīb dan kedua, berkaitan dengan matan

Berdasarkan dua hadis tentang shalat yang telah dijelaskan, kami


mendapatkan dua kata gharib yaitu: yang pertama, kata (‫ )فَ َع َلى َج ْنب‬yang
artinya berbaring, namun dalam hadis diatas kata (‫ )فَعَلَى َج ْنب‬memiliki arti
berbaring diatas lambung. Kalimat yang mengandung kata gharibnya
adalah ُ‫ ِعماد‬yang artinya tiang atau penopang atau bisa dikatakan dengan
penyangga. Asal dari kata ini banyak makna namun para ulama
menyebutkan dalam kitab Syu’abul Iman bahwa shalat adalah tiang agama.
Namun atau juga bisa disebutkan pondasi dari agama adalah shalat.

3.2 Saran
Demikianlah makalah kami hadis tentang shalat yang telah penulis
paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Baihaqi>, Abu Bakr Ahmad bin Husain. Syu’abul Ima>n, Vol. 4 Al-Rushd;
Riyadh.
Al-Ja’fi, Muhammad bin Isma‘iil Abu ‘Abdi Allah al-Bukhari, 1422 H.Shahih al-
Bukhari Vol. 2, Dar-Tawqu al-Najah.
Al Qazwini, Ibnu Ma>jah ‘Abu Abd Alla>h Muhammad bin Yazi>y>, 1431 H. wa Ma>jah
ismu ‘Abiyh Yazi>dua, Sunan Ibnu Ma>jah, Vol. 1, Al Arabiyah: Da>r Ihya>’ al
Kitab.
al-Ṭaḥḥān, Maḥmūd. 2003, Taysīr Muṣṭalaḥ alḤadiṡ Jeddah: al-Ḥaramayn.
Fathullah, Ahmad Lutfi. 2010, CD Metode Belajar Interaktif Hadis & Ilmu Hadis
Jakarta: PKH Baitul Mughni.
Ilham Firdaus Alviansyah, Abas Mansur Tamam, dan Nirwan Syafrin, “Konsep
Pendidikan Perempuan Menurut Hadits-Hadits Dalam Kitab Riyadhus
Shalihin Karya Imam AnNawawi,” Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam 10, no.
1, 19 Februari 2019. https://doi.org/10.32832/tawazun.v10i1.1155.
Muh}ammad, Majd al-Di>n Abu> al-Sa’ada>t al-Muba>rak bin. 1979H. al-Niha>yah fi
Ghari>b al-H}adi>th wa al-Athar, Vol. 3, H}arf al-‘Jim, Ba>bal-‘nuun ma’a al-Ba},
Bairu>t: al-Maktabah al-‘Ilmiyah.
Amanah, Novi. Memahami Hadis Shalat Itu Tiang Agama,
https://assajidin.com/memahami-hadist-shalat-itu-tiang-agama/ dikutip pada 28
maret 2022, 22.00
Zahrah, Abū. 1948H al-Ḥadīṡ wa al-Muḥaddiṡūn: ‘Ināyah al-Ummah al-
Islāmiyyah bi al-Sunnah alNabawiyyah, Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī.

10

Anda mungkin juga menyukai