Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Manusia”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir

Dosen Pengampu:
Khalimatus Sa`adah. S.Th.I. M.Ag

Oleh:
Fina Alfiyah Rahmah (07020520038)
Syachrazad Niken Basuki (07030520070)
Inaya Hartina Redha (07010520009)

PRODI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an
Tentang Manusia”
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada pembimbing kami yang telah mengarahkan dalam
penyelesaian makalah ini semoga Allah senantiasa membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah dan sulit
dipahami para pembaca, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami
perlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya, atas kritik dan saran yang
diberikan kami ucapkan terima kasih.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bondowoso, 7 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i
KATAPENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB I ..............................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................5
1.3 Tujuan ......................................................................................................5
BAB II ............................................................................................................6
PEMBAHASAN ............................................................................................6
2.1 Konsep manusia dalam sebutan Bani Adam............................................6
2.2 Konsep manusia dalam sebutan an-Nas...................................................7
2.3 Konsep manusia dalam sebutan al-Insan..................................................8
2.4 Konsep manusia dalam sebutan Basyar...................................................10
2.5 Proses penciptaan dan akhir kehidupan manusia.....................................13
BAB III .........................................................................................................17
PENUTUP ....................................................................................................17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan salah satu karakter atau tokoh yang ikut terlibat di
dalam membentuk peristiwa yang digambarkan dalam al-Qur'an. Keberadaan
manusia, sebagaimana jin, adalah makhluk ciptaan Allah. Sebagaimana yang
diceritakan oleh Pencipta-Nya, seluk beluk tentang manusia dibeberkan
sedemikian rupa sehingga gambaran tentang makhluk seakan-akan terhampar
dalam benak siapa saja yang membacanya. Seluk-beluk tentangmanusia ini
dipaparkan melalui pemakaian sebutan yang Dia berikan kepada makhluk
ini.Sebutan yang diberikan kepada makhluk tersebut bukan tanpa maksud tertentu,
tetapi memiliki nilai yang tinggi, karena secara umum sebutan tersebut bersifat
ikonik bagi acuannya, yaitu manusia.
Ketika berbicara tentang manusia, al-Qur'an menyebutnya dengan
beberapa sebutan di antaranya adalah basyar, insaan, bani Adam dan naas.
Masing-masing dari sebutan ini memiliki nuansa makna yang berbeda-beda,
karena manusia dilihat dari sudut pandang tertentu meskipun acuannya tetap
sama, yaitu mengarah pada ciptaan tertentu dari makhluk Tuhan, tetapi kata-kata
tersebut dalam bahasa Indonesia bermakna sama, yaitu manusia.

4
A. Rumusan Masalah
a) Bagaimana konsep manusia dalam sebutan Bani Adam?
a) Bagaimana konsep manusia dalam sebutan an-Nas?
b) Bagaimana konsep manusia dalam sebutan al-Insan?
c) Bagaimana konsep manusia dalam sebutan Basyar?
d) Bagaimana proses penciptaan dan akhir kehidupan manusia?

B. Tujuan
a) Untuk mengetahui konsep manusia dalam sebutan Bani Adam
b) Untuk mengetahui konsep manusia dalam sebutan an Nas
c) Untuk mengetahui konsep manusia dalam sebutan al-Insan
d) Untuk mengetahui konsep manusia dalam sebutan Basyar
e) Untuk mengetahui proses penciptaan dan akhir kehidupan manusia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia Dalam Sebutan Bani Adam


Al-Qur’an mempunyai sebutan untuk manusia, salah satunya adalah
Bani Adam. Secara etimologi, Bani Adam merupakan generasi keturunan Nabi
Adam A.S. Kata bani yang berasal ba’ dan nun yang dalam bentuk masdar yang
artinya bangunan. Sedangkan Adam merujuk kepada Nabi Adam A.S yang
merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu
Nama daripada Bani Adam ini dapat dimaknai sebagai generasi yang dibangun,
diturunkan, dan dikembangbiakkan dari Nabi Adam dan sama-sama memiliki
harkat dan martabat kemanusiaan secara universal.1
Sebutan manusia dengan Bani Adam seperti yang terdapat dalam salah satu
ayat Surah al-Isra’ ayat 70 yang berbunyi :
ِ ‫ت َوفَضَّل ٰنَهُم َعلَ ٰى َكثِير ِّم َّمن خَ لَقنَا ت‬
‫َفضيال‬ ِ َ‫حر َو َرزَق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬ ٰ
ِ َ‫َولَقَد َكرَّمنَا بَنِي َءا َد َم َو َح َملنَهُم فِي ٱلبَ ِّر َوٱلب‬
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka
di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna.2
Lafadh man di sini bermakna ma yang menyangkut juga Malaikat,
sedangkan makna yang dimaksud adalah keutamaan jenisny, yang mana para
Malaikat lebih utama daripada manusia selain dari Nabi.3
Dalam Mafatih al Ghaib, ar-Razi mengatakan bahwa Allah mengangkat dan
membawa manusia melewati daratan dan lautan dengan artian bahwa Allah telah
menundukkan keduanya untuk kebaikan manusia agar mereka bisa menikmati dan
memanfaatkan potensi yang ada di daratan dan lautan. Secara keseluruhan, ayat

1
A. Fuadi, Esensi Manusia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, Vol.23,
No.2 (2016) 349.
2
Al-Qur’an, 17:70.
3
Imam Jalaluddin Al-Mahalli- Imam Jalaluddin al-Suyuti, Tafsir Jalalain, Hal.1084, Juz 15.

6
tersebut memiliki implikasi pada seruan untuk senantiasa bersyukur terhadap apa
yang diberikan oleh Allah dengan baik dan selalu mengEsakan Allah.4

2.2 Manusia Dalam Sebutan An-Na>s


Kata Na>s diungkap sebanyak 179 kali, yang memang menunjuk kepada
manusia sebagai makhluk sosial yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Tetapi sebutan ini lebih mengigatkan manusia untuk berhati-hati dari pengaruh
agama atau ajaran nenek moyang dan dari pengaruh lingkungan sosial. Contohnya
dalam surah Al-Baqarah ayat 168 yang berbunyi:
ٌ ِ‫ت ٱل َّشي ٰطَ ِن إِنَّهۥُ لَ ُكم َع ُد ّو ُّمب‬
‫ين‬ ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ َ ‫رض َح ٰلَال‬
ْ ‫طيِّبا َواَل تَتَّبِع‬ ِ َ‫وا ِم َّما فِي ٱأل‬
ْ ُ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ُكل‬
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu
musuh yang nyata bagimu.5
Sebagaimana diriwayatkan oleh at-Tabari dalam kitabnya Jami’ al –Bayan
‘an Takwi Ayat Al-Qur’an dengan sanadnya, dia berkata : Yang dimaksud adalah
langkah-langkah syaithan adalah perbuatannya.6 Iblis bersumpah akan
menyesatkan seluruh manusia, kecuali sedikit dengan cara menghalangi manusia
ke jalan yang lurus, dan menjadikan pandangan atau keyakinannya sebagai hal
yang seolah-olah baik dan benar.
Ayat berikut ini turun tentang orang-orang yang mengharamkan sebagian
jenis unta/sawaib yang dihalalkan, (Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
dari apa-apa yang terdapat di muka bumi) halal menjadi 'hal' (lagi baik) sifat yang
memperkuat, yang berarti enak atau lezat, (dan janganlah kamu ikuti langkah-
langkah) atau jalan-jalan (setan) dan rayuannya (sesungguhnya ia menjadi musuh
yang nyata bagimu) artinya jelas dan terang permusuhannya itu.7

4
Muhammad Anas Fakhruddin, Kemuliaan Bani Adam Terhadap Al-Qur’an, diakses di
http://tafsiralquran.id pada 7 Oktober 2021, pukul 09:55.
5
Al-Qur’an, 2: 168.
6
Ali Abu Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas.
7
M. Rahmat,, Gelar Terbaik Bagi Manusia Menurut al-Qur’an, Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Vol.10, No.2 (2012) 117.

7
2.3 Konsep Manusia Dalam Sebutan Al-Ihsan
Firman Allah yang tercantum di dalam surat At-Tin: 95 ayat 4-6 :

)٤( ‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإْل ِ ن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬


)٥( َ‫ثُ َّم َر َد ْدنَاهُ أَ ْسفَ َل َسافِلِين‬
ٍ ُ‫ت فَلَهُ ْم أَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمن‬
)٦( ‫ون‬ ِ ‫إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
Artinya :
(4) Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya,
(5) kemudian Kami Kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, (6)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka
akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.

Tafsir dari ayat-ayat diatas ialah:


Firman Allah Ta'ala, )4( ‫" لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإْل ِ ن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia aalam bentuli yang sebaik-baiknya." Dan inilah yang
menjadi obyek sumpah, yaitu bahwa Allah Ta' ala telah menciptakan manusia
dalam wujud dan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan perawakan yang sempuma
serta beranggotakan badan yang normal.8 Yakni sempurna dan seimbang fisiknya
serta sesuai letak anggota badannya. Namun sayang, nikmat yang besar ini tidak
disyukuri oleh kebanyakan manusia. Kebanyakan mereka berpaling dari sikap
syukur, sibuk dengan permainan dan yang melalaikan, dan lebih senang dengan
perkara yang hina dan rendah, sehingga Allah Subhaanahu wa Ta'aala
mengembalikan mereka ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka yang
merupakan tempat para pelaku maksiat yang durhaka.9

Surah ini menjelaskan tentang penurunan manusia ke dalam neraka


fahannam karena kekufurannya kepada Allah SWT dan Rasul saw., serta
8
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir. tahqiq Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman
bin Ishaq Al-Sheikh. Jil.5 (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi' I, Cet. I,2003), hal. 500
9
Abu Yahya Marwan bin Musa, Tafsir Al Qur'an Hidayatul Insan.jil.1 (t.tt:t.tp), hal. 603

8
pengingkarannya terkait hari kebangkitan, meskipun telah terdapat banyak dalil
kuat yang menjelaskan kemampuan Allah SWT untuk menciptakan manusia
dalam bentuk yang paling sempurna.10 Allah SWT berfirman,
)5( َ‫'' ثُ َّم َر َد ْدنَاهُ أَ ْسفَ َل َسافِلِين‬Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya." Yakni ke Neraka. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Abul
'Aliyah, al-Hasan, Ibnu Zaid, dan lain-lain. Kemudian setelah penciptaan yang
baik dan menajubkan itu, mereka akan diseret ke Neraka jika mereka tidak taat
kepada Allah dan tidak mengikuti para Rasul.11
Akan tetapi terdapat pengecualian bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh. Ada pula yang menafsirkan dengan masa tua, pikun dan lemah.
Oleh karena itu, Dia berfirman:
‫ت‬ َّ ‫" إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا‬Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
ِ ‫الِ َحا‬¤‫الص‬
amal shalih.” (6) ‫ون‬ ٍ ُ‫ فَلَهُ ْم أَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمن‬Dan firman-Nya, "Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya." Yakni, tiada putus-putusnya, seperti yang telah
disampaikan sebelumnya. Mereka memperoleh kenikmatan yang penuh,
kegembiraan yang berturut-turut, kesenangan yang banyak selama-lamanya.
Surah ini juga menjelaskan mengenai prinsip keadilan mutlak dalam memberi
pahala bagi orang-orang Mukmin dan menyiksa orang-orang kafir.

2.4 Konsep Manusia Dalam Sebutan Basyar


Secara etimologi al-Basyar merupakan bentuk jamak dari kata al-Basyarat yng
berarti kulit kepala wajah dan tubuh menjadi tempat tumbuhnya rambut.
10
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 1, juz 5. Terj. Abdul Hayyie al katani,dkk (Bogor:
GEMA INSANI, 2013), hal 350
11
Ibnu katsir, Ibnu ‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih (1424 H/2003 M). Tafsir Juz 'Amma. Darul
Kutub Al ‘Ilmiyyah, ibid., hal. 604

9
Pemaknaan manusia dengan al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia
adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada didalamnya, seperti
membutuhkan makan, minum, perlu hiburan, hubungan seks, dan lain sebagainya.
Kata al-Basyar ditunjukan pada seluruh manusia tanpa terkecuali. Penggunaan
kata al Basyar mempunyai makna bahwa manusia secara umum mempunyai
perasaan dengan cirri pokok makhluk Allah lainnya secara umum seperti hewan
dan tumbuh tumbuhan.
Firman Allah yang tercantum di dalam surat Al-Kahf: (18) ayat 110 :
َ ً‫ي أَنَّ َما إِلَهُ ُك ْم إِلَهٌ َوا ِح ٌد فَ َمن َكانَ يَرْ جُو لِقَاء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
‫ ِر ْك‬¤¤‫صالِحا ً َواَل ي ُْش‬ َّ َ‫قُلْ إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُو َحى إِل‬
١١٠- ً‫بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدا‬-
Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan
dengan Tuhan-nya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.”

Tafsir dari ayat diatas ialah:


- ْ‫( قُل‬katakanlah), hai Muhammad! - ‫“( إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم‬Sesungguhnya aku
hanyalah seorang manusia seperti kalian), yakni keturunan Adam seperti kalian.
Yakni aku bukanlah tuhan, dan tidak bersekutu dalam kerajaan-Nya, aku tidak
mengetahui yang gaib dan tidak ada pada sisi-Ku perbendaharaan-perbendaharaan
Allah. Inilah makna Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba
Allah.
َّ َ‫ُوحى إِل‬
-‫ي‬ َ ‫( ي‬diwahyukan kepadaku) melalui Jibril A.S. Yakni aku dilebihkan di atas
kamu dengan memperoleh wahyu, yang isinya bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan
yang Maha Esa, di mana tidak ada yang berhak disembah dan ditujukan berbagai
ibadah kecuali Dia, tidak ada sekutu bagi-Nya.

- ‫ ٌد‬¤‫هٌ َوا ِح‬¤َ‫ا إِلَهُ ُك ْم إِل‬¤¤‫( أَنَّ َم‬bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha
Esa), yang tidak memiliki anak dan sekutu. - ‫اء َربِّ ِه‬¤¤َ‫و لِق‬¤¤‫انَ يَرْ ُج‬¤¤‫( فَ َمن َك‬barangsiapa
mengharapkan pertemuan dengan Rabb-nya), yakni yang takut oleh kebangkitan

10
sesudah mati. Aku mengajak kamu untuk mengerjakan amal yang dapat
mendekatkan dirimu kepada-Nya, mendapatkan pahala-Nya dan dijauhkan dari
siksa-Nya, yaitu dengan mengerjakan amal saleh dan tidak berbuat syirik di
dalamnya.
َ ً‫( فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh), yakni amal
- ً ‫صالِحا‬
yang berhubungan dengan Rabb-nya secara ikhlas, amal yang sesuai syari’at, baik
yang wajib maupun yang sunat.
- ً‫دا‬¤¤‫ا َد ِة َربِّ ِه أَ َح‬¤¤َ‫ ِر ْك بِ ِعب‬¤‫( َواَل ي ُْش‬dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Rabb-nya), yakni tidak ingin dilihat oleh orang lain dan tidak
mencampuradukkan ibadah kepada Rabb-nya dengan menyembah sesuatu yang
lain. Menurut pendapat yang lain, tidak mencampuradukkan ketaatan kepada
Rabb-nya dengan ketaatan kepada sesuatu yang lain. Turunnya ayat ini
berhubungan dengan Jundab bin Zuhair al-‘Amiri. Seperti berbuat riya. Ayat ini
menerangkan syarat diterimanya amal, yaitu ikhlas karena Allah dan mutaba’ah
(sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam).
Keduanya ibarat sayap burung, jika salah satunya tidak ada, maka burung
tidak dapat terbang. Orang yang ikhlas dan mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam amalnya, itulah yang memperoleh apa yang
dia harapkan dan yang dia minta. Sedangkan selainnya, maka dia akan rugi di
dunia dan akhirat, tidak memperoleh kedekatan dengan Tuhannya dan tidak
mendapat ridha-Nya.12
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Thawus, ia menceritakan, ada
seseorang yang bertanya: "Ya Rasulullah, sesungguhnya aku bersikap dengan
beberapa sikap, yang kukehendak.i hanyalah keridhaan Allah, aku ingin agar
tempatku diperlihatkan." Maka Rasulullah Saw tidak. Memberikan jawaban sama
sekali sehingga turun ayat ini:
"Barangsiapa yang merigharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam

12
As Sa’diy, Abdurrahman bin Nashir, Taisirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannan.
(Beirut: Mu’assasah Ar Risalah, 1423 H/2002 M).

11
beribadah kepada Rabbnya. " Demikianlah yang dikemukak.an oleh Mujahid dan
beberapa ulama lainnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa'id bin Abi Fadhalah al-Anshari, yang
ia termasuk salah seorang sahabat, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah
Saw bersabda: "Jika Allah telah mengumpulkan orang-orang yang hidup pertama
dan orang-orang yang hidup terakhir pada hari yang tidak. ada keraguan
terjadinya. Lalu ada seorang (Malaikat) yang berseru: 'Barangsiapa yang dalam
suatu perbuatan yang dilak.ukannya menyekutukan Allah dengan seseorang, maka
hendaklah ia meminta pahalanya kepada selain Allah, karena Allah merupakan
Rabb yang tidak. memerlukan sekutu." (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Selain
itu, Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Bakrah r.a ia bercerita, Rasulullah
Saw bersabda:"Barangsiapa yang berbuat sum 'ah (ingin didengar), maka Allah
akan memperdengarkan dengannya, dan barangsiapa yang riya', maka Allah akan
menjadikan riya' untuk dirinya." 13

2.5 Proses Penciptaan Dan Akhir Kehidupan Manusia


Q.S. al-Mu’minūn/ 23: 12-14

13
Ibnu Katsir, Isma’il bin Katsir, Al Mishbaahul Muniir Fii Tahdziib Tafsiir Ibni Katsir (cet. Ke-
2). (Riyadh: Daarus Salaam lin nasyr wat tauzi’, 1421 H/2000 M).

12
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya
Muhammad saw yang lafaz-lafaznya mengandung mukjizat, membacanya
mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawātir dan yang ditulis pada
mushaf mulai dari awal surah al-Fatihah sampai akhir surah al-Nas. Al-Qur’an
terdiri dari 114 surah di mana salah satu surahnya yakni surah al-Mu’minūn.Surah
al-Mu’minūn adalah surah ke-23 di dalam al-Qur’an yang terdiri atas 118 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai al-Mu’minūn karena
permulaan surah ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin
yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketentraman jiwa
mereka di dunia.14 Q.S. al-Mu’minūn/ 23: 12-14 berbunyi:

‫َولَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ ِمن ُس ٰلَلَ ٍة ِّمن ِطي ٍن‬

Arti: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.

Tafsir Qur’an Surat Al-Mu’minun Ayat 12 Dan sungguh Kami telah


menciptakan Adam dari tanah yang diambil dari seluruh tempat di muka bumi.
Dan sungguh Kami telah ciptakan ayah dari seluruh manusia, Adam, dari tanah.
Tanah penciptaannya berasal dari saripati hasil campuran air dengan tanah.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang
berasal dari tanah.

ٍ ‫( ِمن س ُٰللَ ٍة ِّمن ِط‬dari suatu saripati (berasal) dari tanah) Yakni dari air mani yang
‫ين‬
dikeluarkan oleh manusia yang berasal dari tanah yang digunakan untuk
menciptakan Nabi Adam.

‫ين‬
ٍ ‫ار َّم ِك‬ ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْل ٰنَهُ ن‬
¤ٍ ‫طفَةً فِى قَ َر‬

14
http://repositori.uin-alauddin.ac.id diakses minggu 10/10/2021 08:30

13
Arti: Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).

Tafsir Qur’an Surat Al-Mu’minun Ayat 13 Dan kemudian Kami


menciptakan anak keturunannya secara turun-temurun dari setetes air nuthfah,
yaitu air mani lelaki yang keluar dari tulang sulbi mereka, lalu menetap dalam
Rahim-rahim kaum wanita. Lalu Kami menciptakan anak keturunannya
berkembang biak dari air mani yang tersimpan kokoh dalam rahim hingga waktu
kelahirannya. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam
tempat yang kokoh yaitu rahim dalam perut perempuan

ُ‫( ثُ َّم َج َع ْل ٰنه‬Kemudian Kami jadikan saripati itu) Dilihat dari sisi diri mereka yang
merupakan keturunan Nabi Adam.

‫ين‬
ٍ ‫ار َّم ِك‬
ٍ ‫ر‬¤ ْ ُ‫( ن‬air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh) Yakni
َ ¤َ‫ةً فِى ق‬¤ َ‫طف‬
dalam rahim. (Zubdatut Tafsir)

ُ‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُمضْ َغةَ ِع ٰظَ ًما فَ َك َسوْ نَا ْٱل ِع ٰظَ َم لَحْ ًما ثُ َّم أَن َشأْ ٰنَه‬ ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا ٱلن‬
َ‫اخَر ۚ فَتَبَا َركَ ٱهَّلل ُ أَحْ َسنُ ْٱل ٰخَ لِقِين‬
َ ‫َخ ْلقًا َء‬

Arti: Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.

Tafsir dari Quran Surat Al-Mu’minun Ayat 14 Kemudian Kami


menciptakan nuthfah itu menjadi alaqah, yaitu gumpalan darah merah. Lalu
selepas empat puluh hari, Kami ciptakan alaqah itu menjadi mudhghah, yaitu
gumpalan daging sebesar satu suapan yang dikunyah. Kemudian Kami
menciptakan gumpalan daging yang lunak itu menjadi tulang-tulang, lalu Kami
membungkus tulang-tulang itu dengan daging, dan setelah itu Kami ciptakan dia
menjadi makhluk (dalam bentuk) yang berbeda dengan meniupkan ruh padanya.
Mahaberkah Allah yang memperindah ciptaan untuk segala sesuatu.

14
Maka air mani yang tersimpan kokoh dalam rahim tersebut Kami jadikan
segumpal darah yang melekat berwarna merah, lalu gumpalan darah merah
tersebut Kami jadikan laksana segumpal daging yang telah dikunyah, lalu
gumpalan daging tersebut Kami jadikan tulang-belulang mengeras, lalu tulang-
belulang tersebut Kami bungkus dengan daging, lalu Kami menjadikannya
sebagai makhluk berbeda dengan meniupkan kepadanya ruh, dan
mengeluarkannya ke kehidupan dunia. Sungguh Maha Suci Allah, Pencipta yang
paling baik.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia janin yang berbentuk sempurna yaitu berupa makhluk dengan bentuk
lain. Kemudian Kami tiuapkan ruh ke dalamnya sehingga lahir dalam keadaan
hidup. Maka Agung dan Maha Suci Allah dalam kekuasaan dan hikmah-Nya.
Pencipta dan Penguasa Yang paling baik. Alkhalq adalah berubungan dengan
pengadaan dan pentakdiran, yang dimaksud di sini adalah makna kedua.

ْ ُّ‫( ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah) Yakni
ً‫طفَةَ َعلَقَة‬
Allah merubah air mani yang putih menjadi segumpal darah yang merah. ‫فَ َخلَ ْقنَا‬

ً‫ َغة‬¤¤‫ض‬ ْ
ْ ‫ةَ ُم‬¤¤َ‫(ال َعلَق‬lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging) Yakni
segumpal daging yang belum terbentuk, kemudian menjadi segumpal daging yang
terbentuk pada fase selanjutnya.

‫( فَخَ لَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما‬dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang) Yakni
tulang yang mengeras agar menjadi penopang badan dengan bentuk-bentuk yang
tersendiri.

‫وْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما‬¤‫( فَ َك َس‬lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging) Yakni
Allah menumbuhkan daging pada setiap tulang sesuai dengan ukuran yang sesuai.

‫ا آخر‬¤¤‫أناه خلق‬¤¤‫( ثم أنش‬Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain)
Yakni Kami tiupkan ruh kepadanya yang sebelumnya hanyalah benda mati,

15
kemudia Allah mengeluarkannya ke dunia disertai dengan kemampuan yang telah
diciptakan baginya.

َ‫ك هللاُ أَحْ َسنُ ْال ٰخلِقِين‬ َ َ‫( فَتَب‬Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik)15
َ ‫ار‬

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa “Proses Penciptaan Manusia dalam Q.S. al-
Mu’minūn/ 23:12-14 mengenai proses penciptaan manusia mulai dari saripati
(berasal) dari tanah kemudian menjadi nutfah yang disimpan dalam rahim,
kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, dan
segumpal daging itu menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang dibungkus
dengan daging sampai menjadi makhluk yang berbentuk lain (manusia).16

BAB III
PENUTUP

https://tafsirweb.com/37027-quran-surat-al-mukminun-ayat-12-14.html di akses
15

minggu 10-10-2021 09:47


16
http://repositori.uin-alauddin.ac.id diakses minggu 10/10/2021 08:30

16
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, bahwa Manusia merupakan salah satu karakter atau tokoh
yang ikut terlibat di dalam membentuk peristiwa yang digambarkan dalam al-
Qur'an. Al-Qur'an menyebutnya dengan beberapa sebutan di antaranya adalah
basyar, insaan, bani Adam dan naas. Masing-masing dari sebutan ini memiliki
nuansa makna yang berbeda-beda, karena manusia dilihat dari sudut pandang
tertentu
Sebutan Bani Adam secara etimologi, Bani Adam merupakan generasi
keturunan Nabi Adam A.S. Kata bani yang berasal ba’ dan nun yang dalam
bentuk masdar yang artinya bangunan. Sedangkan Adam merujuk kepada Nabi
Adam A.S yang merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT.
Sebutan Na>s menunjuk kepada manusia sebagai makhluk sosial yang
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Sebutan al-Basyar secara etimologi al-Basyar merupakan bentuk jamak dari
kata al-Basyarat yng berarti kulit kepala wajah dan tubuh menjadi tempat
tumbuhnya rambut. Pemaknaan manusia dengan al-Basyar memberikan
pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang
ada didalamnya, Al-Quran sebagai kitab suci umat islam tidak hanya berbicara
mengenai petunjuk praktis dan prinsip kehidupan umat manusia, namun Al-
Qur’an juga menjelaskan mengenai proses penciptaan manusia dan akhir
kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

17
A. Fuadi, Esensi Manusia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Jurnal
Tarbiyah, Vol.23, No.2 (2016) 349.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli- Imam Jalaluddin al-Suyuti, Tafsir Jalalain,
Hal.1084, Juz 15.
Muhammad Anas Fakhruddin, Kemuliaan Bani Adam Terhadap Al-Qur’an,
diakses di http://tafsiralquran.id
Ali Abu Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas. M. Rahmat,, Gelar Terbaik Bagi Manusia
Menurut al-Qur’an, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.10, No.2 (2012) 117.
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir. tahqiq Abdullah bin Muhammad
bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Jil.5 (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi' I,
Cet. I,2003)
Abu Yahya Marwan bin Musa, Tafsir Al Qur'an Hidayatul Insan.jil.1 (t.tt:t.tp),
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 1, juz 5. Terj. Abdul Hayyie al
katani,dkk (Bogor: GEMA INSANI, 2013)
Ibnu katsir, Ibnu ‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih (1424 H/2003 M). Tafsir Juz
'Amma. Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah
As Sa’diy, Abdurrahman bin Nashir, Taisirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiir
Kalaamil Mannan. (Beirut: Mu’assasah Ar Risalah, 1423 H/2002 M).
Ibnu Katsir, Isma’il bin Katsir, Al Mishbaahul Muniir Fii Tahdziib Tafsiir Ibni
Katsir (cet. Ke-2). (Riyadh: Daarus Salaam lin nasyr wat tauzi’, 1421 H/2000 M).
https://tafsirweb.com/37027-quran-surat-al-mukminun-ayat-12-14.html di akses
minggu 10-10-2021 09:47
http://repositori.uin-alauddin.ac.id diakses minggu 10/10/2021 08:30

18

Anda mungkin juga menyukai