Anda di halaman 1dari 19

BAB III

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

DOSEN : Drs BASRI, M.Si

TEKNIK SIPIL D3

FAKULTAS TEKNIK

UIVERSITAS RIAU
i
KATA PENGANTAR

Assalamu alaik um, wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia -Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang alkhamdulillah tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Dengan membuat tugas ini kami harapkan mampu untuk lebih


mengenal tentang ciri-ciri masyarakat madani yang kami sajikan
berdasarkan infomasi dari berbagai sumber. Dalam penyelesaian
makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhimya makalah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
H.Basri,M.Si yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini. Orang tua dan keluarga kami tercinta yang banyak
memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan,baik secara materi
maupun moral. Serta teman-teman kami yang telah memberi
semangat kepada kami.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif,guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalahini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amiin

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………....... i

KATA PENGANTAR.………………………………........................ ii

DAFTAR ISI………….……….…………………………………....... iii

BAB 1 PENDAHULUAN…......………....……………………........... 1

A. Latar Belakang………………………..………………………. 2

B.Tujuan penulisan ..……………………………………...…… 2

C.Ruang lingkup...................................................................... 2

D. Metode Penulisan .............................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN.………………………………………........... 3

A. Proses penciptaan manusia …..………………………….... 5

B.Fungsi dan tujuan hidup manusia dalam islam…………….. 7

BAB 3 PENUTUP........................................................................ 10

A. Kesimpulan........................................................................ . 10
iii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini kami tujukan kepada masyarakat umum khususnya


di kalangan remaja pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah
sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua memahami
konsep manusia dalam dunia islam serta memahami tanggung jawab
manusia sebagai hamba allah SWT dan khalifah di muka bumi.

Dalam konsepsi Islam,manusia merupakan satu hakikat yang


mempunyai dua dimensi,yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi
immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur
dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit
kembali pada hari kiamat. (QS.Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah
makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr,
15: 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang
mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan
begitu banyaknya ayat al-Qur an yang membicarakan hal ikhwal
manusia dalam berbagai aspek-‟nya, termasuk pula dengan nama-
nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia,setidaknya
terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk
kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan
kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.

Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik


dan tidak pernah tuntas.Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik
ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada
saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan
pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun
belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang
sebenarnya. Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah
ini ingin mengingatkan kembali kepada para pembaca mengenai
eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta tanggung
jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi
B TUJUAN PENULISAN

1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan


konsep manusia dalam pandangan islam

2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan


martabat manusia dalam pandangan islam

3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab


manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup


aspek tentang konsep dan pengertian manusia, eksistensi dan
martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini


adalah dengan menggunakan metode pustaka yaitu
beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari
internet maupun buku yang mengenai informasi seputar
konsep manusia dalam pandangan islam
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Proses penciptaan manusia


Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas
dari figure Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan
Allah dimuka bumi dengan segala karakter kemanusiannya.
Figure Adam tidak dilihat dari sisi fisik semata, tapi yang
lebih penting adalah bahwa Adam adalah manusia
sempurna lengkap dengan kebudayaannya sehingga diangkat
sebagai khalifah dimuka bumi.

Dalam logika sederhana, dapat dipahami bahwa yang


mengerti tentang penciptaan manusia adalah Sang Pencipta itu
sendiri. Allah merupakan Sang Maha Pencipta, jadi Allah yang
lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al
Quran dijelaskan tentang proses penciptaan manusia. Dalam
Al-Quran dijelaskan tentang penciptaan manusia, antara lain
dalam QS. 23: 12 yang berbunyi “ Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari sari pati (tanah). Ayat tersebut
menjelaskan tentang asal penciptaan manusia tentang asal
penciptaan manusia dari “Sulalatin min thin” (sari pati tanah). Kata
Sulalatin dapat diartikan dengan asil akhir sesuatu yang
disarikan, sedangkan thin berarti tanah.

Pada tahap berikutnya saripati tanah berproses menjadi


nuthfah (air mani). Kata nuthfah berarti air yang bercampur
(setelah terjadi pembuahan antara spermatozoa dengan
ovum). Posisi nutfah ini berada pada tempat yang terpelihara dan
kokoh yaitu rahim. Allah berfirman dalam QS. 23: 14 yang
berbunyi “Kemudian mani itu Kami jadikan segumpul darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan
dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah,
pencipta yang paling baik”.

Pada ayat 14 diatas dijelaskan tentang tahapan reproduksi


manusia setelah nutfah secara berturut-turut menjadi ‘alaqah,
mudhghah, ‘izham, lahm dan khalqan akhar ( manusia
sempurna).

Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang


mengental sebagai kelanjutan dari nutfah dan kedua sesuatu
yang menempel didinding rahim. Pengertian pertama dipahami
dari segi bentuk atau materi perubahan setelah nutfah sedangkan
yang kedua dari segi posisinya.

Mudhghah berarti segumpal daging yang merupakan


proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan dari ‘alaqah.
Daging tersebut masih belum berbentuk sampai akhirnya diberi
kerangka dengan proses berikutnya yaitu ‘izham (tulang-
belulang).

Izham (tulang belulang) selanjutnya dibalut dengan lahm


(daging). Pada fase ini sudah mulai menampakkan bentuk
bagian-bagian tubuh. Fase ini sampai pada pencapaian
kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqan
akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan
dan bentuk sebelumnya

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa


penciptaan manusia sebagai nutfah berlangsung selama 40 hari dan
sebagai mudghah selama 40 hari. Pada tahap berikutnya baru
ditiupkan ruh kedalam diri manusia. Pada tahap ini, disebut sebagai
makhluk sempurna yaitu manusia yang memiliki jasad san ruh.
Didalam Al Quran juga dikenal beberapa istilah lain yang
mengungkapkan tentang asal kejadian manusia antara lain sebagai
berikut :

a. Turrab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan


dalam surat Al Kahfi : 37 “Seseorang berkata kepada
sahabatnya saat keduanya sedang berdialog : “Apakah kamu
kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,,
kemudian dari tetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang
laki-laki yang sempurna?

b. Tiin, yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam


surat As Sajadah : 7 “ Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia
dari tanah.

c. Tinul Laazib,yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana


disebut dalam surat Ash Shaffat : 11 “Maka tanyakanlah kepada
mereka (musyrik Mekkah) : “Apabila mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa yang kami ciptakan itu? ” sesugguhnya
kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.

d. Shalshalun, yaitu lempung yang dikatakan kalfakhar


(seperti tembikar). Citra ayat ini menunjukkan bahwa manusia
dimodelkan.

e. Shalshalin min hamain masnuun (lempug dari lumpur


yang dicetak/deiberi bentuk) sebagaimana disebut dalam suratAl-
Hijr{15}:26:“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam)dari tanah liat(yang berasal)dari lumpur hitamyang diberi
bentuk. (Q.S.15:26)

f Sulalatin min tiin, yaitu dari sari pati lempung. Sulalat berarti
sesuatu yang di sarikan dari sesuatu yang lain.

g. Air yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan


sebagaimana disebutkan dalam QS. 25 : 54 “Dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu
(punya)keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhan Maha
Kuasa”.

Ruh dan nafs

Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan


ciri kemanusiaan manusia. Allah meniupkan ruh tersebut setelah
selesai proses penciptaan fisik. Hal ini dijelaskan dalam surat Shaad
: 71-72 “ (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman pada malaikat :
apabila telah Ku sempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan
kepadanya (ciptaan) Ku

Mengenai hakikat ruh merupakan misteri besar yang dihadapi


oleh manusia. Secara jelas dalam Al-quran dinyatakan bahwa
yang mengetahui hakikat ruh hanyalah Allah SWT. Hal ini menjadi
bukti keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia karena sampai
saat ini masih ada dan bahkan tidak akan ada manusia yang mampu
mengungkap hakikat. Pernyataan ini dkemukakan oleh Allah dalam
surat Al Isra’ : 85 “Dan bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah : Roh itu termasuk urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah
kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian
tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan
bermilyar-milyar sel hidup yang saling berhubungan. Nafs bekerja
sesuai dengan bekerjanya system biologis manusia. (QS.39:42)
berbunyi “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka
Dia tahanlah kiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski


sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu
berjalan. Dua hal yang berbeda, mental dan fisik dapat
menjalin interrelasi sebab akibat. Kesedihan dapat
menyebabkan mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan
membuat badan kurus. Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu
penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah kejiwaan.
Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan ini adalah
peristiwa yang paling misterius dalam kehidupan manusia
sebelum ia menjumpai peristiwa-peristiwa lainnya didunia yang lain
pulan yang dijelakan dalam Surat Al An’aam : 93 “ ……Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang- orang yang
zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maupun, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata)
keluarkanlah nyawamu).
Fitrah Manusia

Kata fitrah merupakan deviasi dari kata fatara yang berarti


ciptaan, suci dan seimbang. Arti fitrah dari segi bahasa dapat
diartikan sebagai kondisi awal manusia yang memiliki potensi
untuk mengetahui dan cenderung pada kebenaran (hanif). Fitrah
dalam hanif ini sejalan dengan isyarat Al quran dalam surat Ar ruum
: 30 “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubaha atas fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan


arti penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rohania, yaitu sifat-
sifat dasar manusia yang baik karena fitrah itu disebabkan dalam
konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia
itu dapat dirujukkan pada Al A’raf : 172

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan


anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “ Bukankah aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (engkau Tuhan kami, kami
menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat
kamu tidak mengatakan: sesungguhnya kami (bani adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang


diberikan pada saat dilahirkan kedunia. Potensi yang dimiliki
manusia tersebut dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu
potensi fisik dan rohaniah.
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dengan mahluk lainya
dialam ini. Ia memiliki karakter yang khas bahkan dibangkan dengan
mahluk lain yang paling ‘mirip’ sekalipun. Kekhasan inilah yang
menurut kitap suci menyebabkan konsekuensi-konsekuensi
kemunusian diantaranya, kesadaran, tanggung jawab dan adanya
pembalasan.

B. Fungsi dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

1. Fungsi Manusia

Fungsi manusia dimuka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah


berarti pemimpin, wakil. pengelola dan pemelihara. Tentang fungsi
manusia sebagai khalifah ini dijelaskan dalam firman Allah QS 2: 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
seseungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi, Mereka berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan
berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.

Khalifah Allah berarti wakil atau pengganti yang memegang


mandat Allah untik mewujudkan kemakmuran dimuka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia itu bersifat kreatif
yang memungkinkan dirinya untuk mengolah serta mendaya
gunakan apa yang ada dimuka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai wakil Allah, manusia dibekali dengan potensi untuk
memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam
ciptaanya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut
manusia dapat menyusun konsep dan melakukan rekayasa.
Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam
perkembangan budaya manusia yang dinamis.

Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai


khalifah dilandasi dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah
SWT. Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari
fungsi penciptaan sebagai khalifah yang diberikan oleh Allah dan
akan dipertanggung jawabkan oleh manusia. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT dalam QS 35:39 “Dia-lah yang
menjadikann kamu khalifah- khalifah dimuka bumi. Barang siapa
yang khafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.
Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka.

Fungsi manusia sebagai khalifah juga dipahami sebagai


mahluk yang bertugas mengurus dan menjaga alam dengan baik
agar terciptanya kehidupan yang baik bagi semua mahluk Allah. Hal
ini dijelaskan oleh Allah dalam QS Al Anbiya’: 107 “Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmad bagi
semesta alam.

Penjelasan mengenai fungsi manusia sebagai khalfah diatas


memberikan pemahaman bahwa jabatan khalifah adalah tugas berat
yang mesti dipikul dan dipertanggungjawabkan. Potensi yang
dimiliki manusia harus dikerahkan secara optimal dan dinamis
untuk mencapai tujuan hidup deperti yang digariskan oleh Zat yang
Maha Pencipta.

2. Tujuan Hidup Manusia

Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah


SWT (ibadah). Tujuan hidup manusia ini dijelaskan oleh Allah SWT
dala QS 51: 56 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Penciptaan manusia sebagai pengabdi atau untuk beribadah


dipahami dengan kepatuhan, ketundukan, dan pengabdian manusia
kepada Allah. Jadi, semua aktivitas hidup yang dilakukan oleh
seorang manusia yang dilandasi dengan sikap ketundukan jiwa
terhadap Sang Khalik merupakan ibadah.

Ibadah yang dilakukan manusia didasari oleh kebutuhan


terhadap Allah SWT, karena manusia diciptakan, diatur dan akan
kembali kepadanya. Oleh karena itu, ibadah harus dilakukan
secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak membutuhkan
sedikitpun kepada manusia termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Keikhlasan manusia dalam melaksanakan ibadah merupakan nilai
tertinggi dalam pengabdian yang dilakukan. Tuntutan
pelaksanaan ibadah dengan ikhlas ini dijelaskan oleh Allah
dalam QS 98: 5 “ Dan maunusia tidak diperintahkan untuk semata-
mata untuk menyembah Allah secara ikhlas dalam (menjalankan)
agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, an demikian itulah agama yang kokoh.
Ayat diatas menjelaskan tentang kunci pelaksanaan ibadah
yang merupakan tujuan hidup manusia bahwa dalam
pelaksanaanya harus didasari oleh keikhlasan semua ibadah yang
dilakukan akan bernilai apapun dihadapan Allah SWT.
BAB 3
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat berbeda
dengan mahluk lainya dialam ini. Ia memiliki karakter yang khas
bahkan dibangkan dengan mahluk lain yang paling ‘mirip’ sekalipun.
Kekhasan inilah yang menurut kitap suci menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi kemunusian diantaranya, kesadaran,
tanggung jawab dan adanya pembalasan.

Maka pelaksanaan ibadah merupakanan tujuan hidup manusia


bahwa saom pelaksananya harus disasdari oleh keikhlasan semuda
ibadah yang dilakukan.
22

Anda mungkin juga menyukai