Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

“Manusia Dalam Islam”

KELOMPOK 2
Disusun oleh :
1. Amelia Indriyana Chairunnisa (D10122603)
2. Amelia Sharah (D10122540)
3. Jumadil (D10122602)
4. La Ode Arsal Muhammad (D10122524)
5. Moch. Aryaduta (D10122147)
6. Moh. Ma’arifat Mahabbah (D10122441)
7. Mutia Nurul Fatika Djafara (D10122564)
8. Sabilla Amalia Juliani (D10122685)
9. Ulan Rahmania (D10122563)
10.Virna Ananda B. (D10122578)
11.Widia Astuti (D10122600)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama, yang
membahas tentang Manusia dalam Islam.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palu, 22 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................
A. Pengertian Manusia dalam Islam....................................................................
B. Ciri – ciri Manusia dalam Islam......................................................................
C. Sejarah Manusia dalam Islam.........................................................................
D. Fitrah dan Karakter Manusia dalam Islam......................................................
E. Manusia Yang diberi Gelar Istimewa dalam Islam.........................................
F. Dalil Yang Membahas Tentang Manusia........................................................
BAB III : PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Pada
hakikatnya manusia adalah ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan
antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan islam, sebagai makhluk
citaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di
dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia diberi karunia akal dan pikiran oleh
Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan
perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam
dengan perangkat iman dan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1.) Bagaimana hakikat atau pengertian manusia dalam islam?
2.) Seperti apa ciri-ciri manusia dalam pandangan Islam?
3.) Seperti apa karakter dan fitrah manusia dalam islam?
4.) Bagaimana manusia tercipta dalam pandangan islam?
5.) Siapa saja manusia yang diberi gelar dalam Islam?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengetahui apa itu manusia serta mengupas
tuntas tentang manusia dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia dalam Islam


Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran
hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai
penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat
11, surat AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-
Sajdah: 7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.(Depag, 2003) Al-Quran
menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacammacam istilah,
seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah
menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara
rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya
hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia
diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu
pasti dapat terjadi.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT. Menciptakan manusia dari saripati yang berasal
dari tanah, hal ini dijelaskan dalam firman-Nya :
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat. ( QS. AlMukminun 12-16).
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk
ciptaanNya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti
akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian
memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta
(ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan
dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.

B. Ciri-ciri Manusia dalam Islam

TAWAZUN artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar kita hidup


seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah
keseimbangan. (QS.67:3) Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan
Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan
agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30).

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah
Allah yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki
manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu
hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadis,"Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah
(Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.").

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql
(akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam
keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat
dilihat pada (QS.55:7-9) Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing,
yaitu sbb:
1. Jasmani
Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah Ta'ala, karena itu harus kita jaga.
Dalam sebuah hadis dikatakan, "Mumin yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah
daripada mumin yang lemah." (HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi
kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang
halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan
biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang
menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia
mampu mengenali hakikat sesuatu, Mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek.
Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan
baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi
(wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190)
untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah zikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan
ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan
kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang
dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang
merupakan nimat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk
skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan /
ummatan wasathon (QS.2:143), Yaitu umat yang seimbang.
Kebahagiaan pada diri manusia itu dapat berupa:
- Kebahagiaan batin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28)
- Kebahagiaan zahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan
aktivitas lainnya.

Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba


yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut
manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun:


- Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai
dasar).
- Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja.
- Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja.
C. Sejarah Manusia dalam Islam

Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka
sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang
paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.

"Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) :
2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil
hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal
usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang
dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak
pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan
masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb.
Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.

Tahapan kejadian manusia :

a.) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)


Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah
yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya.
Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi
hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) :
26)

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia
pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits
Rasulullah saw bersabda :

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari
tanah". (HR. Bukhari)

b.) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)


Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah
berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri).
Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik


dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat
An Nisaa’ ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan :

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.
Bukhari-Muslim)

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha
untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat
semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah
keturunan yang akan meneruskan generasinya.

c.) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al
Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan
secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS.
Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama
itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah
beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan
penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad
manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal
dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari
makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian
melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan
hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam
rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna
(seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara
bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al
Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat
mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr.
Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan
Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain iti beliau juga mengatakan,
"Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan)
sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel
tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh
sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai
dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan
yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan
sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari
nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa
selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya
yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis
amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok
dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
Dari uraian diatas jelas tampak bahwa pernyataan dalam surat Al Baqarah ayat 2 -
3 tersebut diatas benar adanya dalam hal ini dapat dibuktikan secara ilmiah terutama
dalam kaitannya dengan asal-usul kejadian manusia.

D. Fitrah dan Karakter Manusia dalam Islam

1. Manusia dalam Pandangan Islam


Alexis Carrel (1986:5) menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk
mengetahui hakikat manusia. Dia mengatakan bahwa “pengetahuan tentang makhluk-
makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum lagi mencapai kemajuan
seperti yang telah dicapai dalam bidang iImu pengetahuan lainnya”. Selanjutnya ia
menulis;
“Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar
untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup
banyak dari hasil penelitian para ilmuan, filosof, sastrawan, dan para ahli dibidang
kerohanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui
beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang
kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun
pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya,
kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari
manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa jawaban.

a. Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia


Jalaluddin mengatakan Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia
disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini, ada empat aliran yang akan
dibahas. Pertama, aliran serba-zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh
ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan
manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu manusia adalah zat atau
materi. Terkait masalah hakikat manusia tersebut, Jalaluddin mengemukakan
bahwa:
1.) Hakikat manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh bagiannya.
Bagian esensial manusia baik yang metafisis (animalitas dan rasionalitas)
maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang
kompleks dan mengendalikan bagian-bagian tersebut agar bekerja secara
harmonis. Karena manusia pada hakekatnya adalah hewan, maka ia harus
hidup seperti hewan. Ia wajib menjaga badannya dan memenuhi
kebutuhannya. Namun sebagai hewan yang berakal budi, manusia harus
hidup seperti mahluk yang berakal budi.
2.) Hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbanya, tidak hanya
keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan-kemampuan
yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga keselarasan antara manusia
dengan lingkungannya.

b. Pandangan Beberapa Filsuf Tentang Manusia


Socrates (470-399 SM) orang Athena mengungkapkan pemikiran
tentang manusia dihadapan murid-muridnya. Salah satu muridnya Sarlito
mencatat sebagian pendapat Socrates tentang manusia Ahmad Tafsir
(2008:8). Dikatakan antara lain bahwa pada diri manusia terpendam
jawaban mengenai persoalan dunia. Menurut Socrates, manusia itu bertanya
tentang dunia dan masing-masing punya jawaban tentang dunia. Tetapi,
demikian Socrates menyatakan sering kali manusia itu tidak menyadari
bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang
dipertanyakan. Karena itu perlu ada orang lain yang membantu orang itu
mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Perlu ada
seseorang membantu orang itu melahirkan ide yang ada dalam manusia
tersebut.

2. Karakter Manusia dalam Pandangan Islam


Dalam pandangan Islam terhadap manusia menjadi dasar filsafat
pendidikan Islam karena berhubungan dengan wujud insan dan ciri-cirinya
menurut Islam. Al-Syaibany (1979:101) mengemukakan:
“Bagi falsafah pendidikan khasnya, menentukan sikap dan tanggapan
tentang insan merupakan hal yang amat penting dan fital. Sebab insan
unsur terpenting dalam tiap usaha mendidik. Tanpa tanggapan dan sikap
yang jelas tentang insan pendidikan akan meraba-raba. Malah
pendidikan itu sendiri dalam artinya yang paling asas tidak lain dan dari
usaha yang dicurahkan untuk menolong insan menyingkap dan menemui
rahasia alam, memupuk bakat dan persediaan semula jadinya
mengarahkan kecendrungannya serta memimpinnya demi kebaikan diri
dan masyarakat. Usaha itu berakhir dengan berlakunya perubahan yang
dikehendaki dari segi sosial dan psikologis serta sikap untuk menempuh
hidup yang lebih berbahagia dan berarti”.
Dari uraian di atas, dapat diketahui tentang hakikat manusia itu
sebenarnya. Dengan pengaruh dari lingkungan harus diselaraskan dengan
perkembangan manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Dalam penjelasan
Al-Qur’an sangat mengangkat derajat manusia karena dengan beberapa
potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga harus dibidik potensi
tersebut agar dapat bermanfaat secara penuh. Dengan akal yang dimiliki
manusia maka harus mempergunakan dengan sebaik-baiknya. Sebab jika
tidak dipergunakan maka manusia akan sama seperti hewan seperi yang
diutarakan oleh para filsuf. Karena itu dapat disimpulkan yaitu:
1. Manusia dalam Pandangan Islam adalah makhluk yang diberikan amanah
oleh Allah swt dan wajib ditunaikan.
2. Manusia memiliki berbagai macam karakter, yang dengan karakter
tersebut, antara yang satu dengan yang lainnya menjadi kelebihan
sekaligus kekurangannya.
3. Potensi yang dimiliki oleh manusia telah ada sejak ia lahir, sehingga
potensi yang baik harus ditumbuhkan dan dipelihara.

E. Manusia Yang Diberi Gelar dalam Islam

Nabi dan Rasul dengan Gelar Ulul Azmi. Kata Ulul Azmi berasal dari dua kata
yakni Ulu yang berarti memiliki, dan Azmi yang berarti keteguhan hati. Oleh sebab itu,
Ulul Azmi memiliki arti sebagai orang yang mempunyai ketabahan, kesabaran, dan
keteguhan hati yan luar biasa dalam menjalankan tugas suci sebagai nabi dan rasul.

Mukjizat yang dimiliki kelima rasul bergelar ulul azmi tersebut adalah:
 Mukjizat rasul ulul azmi
1. Nabi Muhammad SAW
Di antara Rasul bergelar ulul azmi yang lain, Nabi Muhammad SAW
merupakan rasul dengan jumlah mukjizat yang sangat banyak. Mulai dari
sebelum dan sesudah kelahirannya, hingga masa akhir hidupnya.
Ada yang berpendapat, mukjizat pertama Nabi Muhammad SAW adalah
kepribadian dan pemikiran beliau. Hal itulah yang dianggap menjadi mukjizat
terbesar setelah Al Quran.

Mukjizat lainnya adalah saat beliau diutus sebagai rasul yakni, mukjizat
membebaskan akal beliau. Artinya rasul tidak memikirkan hal selain yang
tertuju kepada Allah SWT. Kemudian, mukjizat besar lainnya yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa Isra Miraj. Nabi Muhammad
juga diberikan keistimewaan berupa kitab suci Al Quran yang dijadikan
pedoman hidup manusia di dunia hingga saat ini.

2. Nabi Ibrahim AS
Keistimewaan yang dialami Nabi Ibrahim adalah terselamatkan dari
kobaran api. Saat itu, Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api oleh
Raja Namrud, kaum yang menentangnya. Namun panas api itu menjadi dingin
dengan izin Allah SWT.

3. Nabi Nuh AS
Nabi Nuh AS mendapatkan keistimewaan dari Allah. Bermula dari
kaumnya yang tertimpa musibah angin topan, banjir besar, ombak bergulung
tinggi, hingga hujan deras yang tiada hentinya. Allah memerintahkan Nabi
Nuh untuk membuat perahu yang besar hingga perahu tersebut mampu
ditumpangi oleh seluruh umat yang beriman. Hal itu pula yang membantu
menyelamatkan mereka dari bencana tersebut. Dalam beberapa saat
kehidupan bumi telah musnah dan tertutup air, kecuali Nabi Nuh dan
pengikutnya yang berada dalam perahu. Berdasarkan kisah yang tertulis di
buku sebelumnya, angin topan tersebut berlanjut hingga beberapa zaman.
Namun, hanya Allah saja yang mengetahui berapa lama bencana tersebut
melanda.
4. Nabi Isa AS
Mukjizat Nabi Isa adalah dapat menghidupkan yang mati dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa dapat berbicara saat baru berumur beberapa
jam. Nabi Isa dengan lancar mengenalkan dirinya pada masyarakat. Mukjizat
tersebut untuk melindungi ibunya, Siti Maryam, dari fitnah lingkungan
sekitar, bahwa Siti Maryam melahirkan Nabi Isa AS tanpa ayah.

‫هّٰللا‬
َ ‫قَا َل اِنِّ ْي َع ْب ُد ِ ٰۗا ٰتنِ َي ْال ِك ٰت‬
٣٠ – ۙ ‫ب َو َج َعلَنِ ْي نَبِيًّا‬
"Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi." (QS Maryam ayat 30). Jika
dirangkum dari sumber buku yang sama, mukjizat yang diberikan Allah SWT
kepada Nabi Isa AS adalah sebagai berikut:
 Lahir tanpa adanya seorang ayah
 Dapat berbicara waktu masih bayi
 Bisa mengetahui Kitab Taurat asli Nabi Musa AS yang disembunyikan
dan telah mengalami banyak perubahan Kaum Yahudi
 Membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkan ruh, lalu tanah
itu menjadi burung
 Menyembuhkan orang buta
 Menyembuhkan orang yang berpenyakit vitiligo
 Menghidupkan kembali orang yang telah mati
 Diberikan kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca
inderanya meskipun tidak menyaksikan secara langsung
 Menurunkan makanan dari langit karena permintaan Kaum
Hawariyyun
5. Nabi Musa AS
Mukjizat bagi Nabi Musa AS adalah tongkat yang dapat berubah menjadi
ular. Tongkat Nabi Musa dapat membelah Laut Merah sehingga dapat
diseberangi. Saat itu, tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular ketika
menghadapi tukang sihir Raja Fir'aun dan saat dikejar-kejar oleh Raja Fir'aun
beserta bala tentaranya.

F. Dalil Yang Membahas Tentang Manusia dan Keistimewaan Manusia dalam Islam

Islam mengategorikan manusia sebagai makhluk paling mulia di muka bumi, serta
lebih tinggi derajatnya dibandingkan makhluk-makhluk Allah SWT lainnya.
Kemuliaan derajat manusia ini karena ia dibekali keistimewaan ilmu pengetahuan,
kepandaian bahasa (al-bayan), rasio (akal), serta tamyiz, kemampuan membedakan hal
baik dan buruk, sebagaimana dinyatakan Muh. Dawang dalam Kemuliaan Manusia dalam
Al-Quran. Berikut ini beberapa bukti kemuliaan manusia yang diajarkan Islam beserta
dalilnya dalam Al-Quran.

1. Manusia dikaruniai pengetahuan


Sebagaimana dijabarkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30, Allah menyampaikan
gagasannya kepada para malaikat bahwasanya ia akan menciptakan manusia. Lantas,
para malaikat bertanya kepada Allah SWT, untuk apa ia menciptakan manusia yang
akan berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah. Allah kemudian menyatakan
bahwa manusia dikaruniai pengetahuan. Dengan demikian, mereka tidak selamanya
akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah, melainkan punya pilihan untuk
melakukan kebaikan (memakmurkan bumi) atau menghancurkannya.
Pengetahuan yang dikaruniakan Allah SWT ini dijelaskan dalam ayat berikutnya,
terutama ketika Allah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Adam AS. Hal ini
merupakan kemuliaan pertama yang membuat manusia lebih unggul dari malaikat.
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama [benda-benda] seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!'," (QS.
Al-Baqarah [2]: 31).
2. Manusia dikaruniai akal dan pilihan untuk mempertimbangkan perkara baik dan
buruk
Sebagaimana disebutkan di atas, malaikat tidak memiliki pilihan sebagaimana
manusia. Demikian juga binatang hanya dikendalikan oleh insting sehingga tidak bisa
memperhitungkan yang hak dan batil. Sementara, manusia dikaruniai akal untuk
mempertimbangkan baik dan buruk atas suatu tindakan atau peristiwa di muka bumi
ini. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT: “Barang siapa menghendaki [untuk
menjadi orang beriman] maka berimanlah, dan barang siapa menghendaki [untuk
menjadi orang kafir] maka kafirlah,” (QS. Al-Kahfi [18]: 29).
3. Manusia memiliki fisik yang sangat baik
Allah menciptakan manusia dengan fisik dan anggota tubuh terbaik sesuai fungsi
dan kegunaannya. Dengan fisik yang sempurna, manusia dapat melakukan banyak hal
yang tak bisa dicapai makhluk-makhluk lain di muka bumi ini.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
[fisik] yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin [95]: 4).
4. Manusia adalah khalifah di muka bumi
Berdasarkan kemuliaan manusia yang disebutkan di atas, Allah mengangkat
derajat manusia di muka bumi ini sebagai khalifah, sebagai pemimpin yang bertugas
untuk memakmurkan semesta. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi,” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).
5. Takwa sebagai indikator kemuliaan
Meskipun manusia adalah makhluk yang mulia di muka bumi ini, namun yang
derajat tertinggi di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa di antara
manusia itu sendiri. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS. Al Hujurat [49]: 13).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat yaitu, bahwa manusia adalah makhluk
paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Dengan kesempurnaan
tersebut tentunya Allah juga memberikan tugas mulia untuk makhluknya selama berada
di alam dunia, yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini.

B. Saran
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, maka kita sebagai
manusia harus mensyukuri hal terus dan senantiasa beribadah dan menjalankan tugas
yang diberikan kepada kita sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai