Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERINTAH TABLIGH WALAU SATU AYAT


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Hadis Dakwah

Oleh:

1. Ainur Rosyidah (04020221023)


2. Gias Fatikhatur Rochma (04010221010)
3. Muh. Ahyar (04010521104)
4. Uswatun Khasanah (04010221018)

Dosen Pengampu Mata kuliah Hadis Dakwah:

Dr. H. M. Munir Mansyur, M. Ag.

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Perintah Tabligh Walau Satu Ayat” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam berdakwah.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalh ini sehingga
kedepannya lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk makalah ini.

Surabaya, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tabligh ............................................................................................................ 3

2.2 Makna dari Hadis “ Ballighu `anni walaw ayah” ........................................................ 3

2.3 Pentingnya tabligh dalam hadis “ Ballighu `anni walaw ayah” .................................. 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 8

3.2 Saran.............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tabligh merupakan salah satu istilah yang banyak dikenal sebagai sifat wajib yang
dimiliki Nabi. Tabligh juga dapat diartikan sebagai upaya atau salah satu cara yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan dan menyebarkan kebaikan kepada sesama
manusia. Perintah tabligh tertuang dalam hadis Nabi yang berbunyi “ Ballighu `anni walaw
ayah”, sabda baginda Nabi yang memiliki arti dalam bahasa indonesia yaitu
“Sampaikanlah walau satu ayat”. Jika yang menyampaikan dari beliau adalah para
sahabat, tentu kita tidak mempersoalkannya.

Konsep islam didalamnya menjelaskan bahwa tabligh merupakan salah satu perintah
yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah
SWT beliau menerima risalah dan diperintakan untuk menyampaikan kepada seluruh umat
manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pengikut dan umatnya. Sementara itu,
bagi kita sekarang dimana perbedaan jarak dan zaman yang terbentang jauh, ditambah
pemahaman individu mengenai hadis Nabi yang berkaitan dengan tabligh ini belum
merata, hadis “ Ballighu `anni walaw ayah” ini tidak bisa serta merta kita jadikan
pegangan untuk menyampaikan sesuatu dari Nabi tanpa bekal ilmu yang memadai.

Dalam melaksanakan kegiatan tabligh yang berkaitan dengan hadis tersebut sering
disalahartikan sebagai dalil untuk berdakwah meski hanya satu ayat. Disisi lain, hadis ini
juga digunakan sebagai anjuran untuk berdakwah tanpa memahami makna sebuah ayat
secara utuh.1 Pemahaman tentang hadis ini perlu diluruskan agar tidak terjadi
kesalapahaman, oleh karena itu makalah ini akan membahas maksud sebenarnya dari hadis
tersebut.

1Qurrata A'yun, “Pengertian Hadits ‘Ballighû 'annî walau Âyah’ P emahaman hadis,di Twitter,” Jurnal
Ushuluddin, Vol. 28, No.2, (Juli -Desember, 2020), 192.

1
1.2 Rumusan Masalah
Uraian diatas menujukan bahwa masih adanya kesalahpahaman mengenai makna yang
terkandung dalam hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”, maka dari itu untuk
meluruskannya, makalah ini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi tabligh?


2. Bagaimana makna dari hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”?
3. Bagaimana pentingnya perintah tabligh dalam hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”?

1.3 Tujuan Penelitian


Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan atas jawaban-jawaban
pertanyaan sebelumnya dan memberikan solusi sebagaimana yang telah disebutkan dalam
rumusan masalah diatas. Tujuan tersebut tertulis sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan mengani definisi tabligh.


2. Untuk mengetahui makna dari hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”.
3. Untuk mengetahui pentingnya tabligh dalam hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tabligh


Pengertian tablig menurut kata asal katanya bullagho, yubalighu, ablago, tablig
artinya menyampaikan sedangkan pengertian tablig dari istilah syara “adalah berkaitan
dengan hadis “ballighu nii walau ayah” sampaikanlah olehmu dariku (rosulluloh Saw)
walaupun hanya satu/sepotong ayat yaitu Tablig mempunyai arti “bahwa tablig
mempunyai arti merupakan proses penyapaian ajaran Agama Islam. 2

Secara Bahasa, terdapat sejumlah pendapat mengenai pengertian tabligh yang


dikemukakan para ahli, di antaranya adalah pendapat Hamka, tabligh berarti
penyampaian, seruan. Sedangkan Asmuni Syukir berpendapat bahwa tabligh
mengandung pengertian menyampaikan, penyampaian. Secara istilah, tabligh dipahami
pula dengan: menyampaikan, penyampaian, yakni menyampaikan ajaran Allah dan
Rasul kepada orang lain. Orang yang menyampaikan ajaran tersebut atau yang
bertabligh dinamakan muballigh.

Tujuan tabligh adalah menyampaikan risalah Allah dan Rasulnya kepada ummat
manusia secara keseluruhan supaya diturutnya risalah tersebut dengan kemauan
sendiri, juga untuk menjawab tudingan terhadap ajaran Islam serta menghilangkan
keraguan orang terhadap ajaran Islam serta menghilangkan keraguan orang terhadap
Islam itu sendiri yang pada akhirnya akan dapat membangun kepribadian ummat dan
diridhai Allah Swt.3

2.2 Makna dari Hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”


Ungkapan “Ballighu `anni walaw ayah”sering disampaikan oleh para da'i dalam
berbagai kesempatan tabligh, namun jarang sekali hadits populer ini diungkap dalam
bentuk redaksionalnya yang lengkap seperti yang tertulis dalam kitab-kitab hadits.
Setelah ditelusuri melalui aplikasi hadits takhrij, dapat diketahui bahwa ungkapan di

2 Agus Sanjaya, “Nilai -Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Dakwah Jamaah Tablig Desa Hajimena Lampung
Selatan” (skripsi-- Universitas Islam Negeri Raden Intan, La mpung, 2021), 66.
3 Marhen, “Persiapan Mubaligh Dalam Mengemas Materi Tabligh,” Jurnal Sosial Keagamaan, Vol. 02, No. 01

(2018), 67.

3
atas merupakan penggalan hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat terkenal,
diriwayatkan antara lain oleh Imam al-Darimi, Imam al-Bukhari, Imam al- Tirmidzi,
dan Imam Ahmad bin Hanbal dari yang terbaik sahabat Abdullah bin 'Amr bin al-
'Ash ra.:

‫ َو َم ْن‬،‫ج‬ َ ‫ َو َح ِّدثُوا‬،‫ بَلِّغُوا عَنِّي َولَ ْو آيَة‬:َ‫صلهى اَّلله ُ عَلَيْ ِّه َو سَله َم قَال‬
َ ‫ع ْن بَنِّي إِّ سْ َرائِّي َل َوالَ َح َر‬ ‫ أ َ هن النهبِّ ه‬:‫عَ ْن عَبْ ِّد اَّلله ِّ ب ِّْن عَ ْم ٍرو‬
َ ‫ي‬
‫ار‬ِّ ‫ي ُمت َ َع ِّمدا فَ ْليَتَبَ هوأ ْ َمقْعَدَ هُ ِّم ْن النه‬
‫ب عَلَ ه‬
َ َ‫كَذ‬.

Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sampaikan dariku sekalipun satu
ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa).

Dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah
menempati tempat duduknya di neraka.

Terjemahan atau makna harafiah dari hadits Ballighu `anni walaw ayah
disampaikan (olehmu) tentang aku (dariku) meski dalam satu ayat. Kata 'annÿ tidak
hanya berarti tentang Islam Nabi Muhammad, tetapi juga segala sesuatu tentang dia,

baik itu perkataan, perbuatan atau keputusan. Pemahaman sastra ini dapat mengubah
pemahaman hadis secara utuh sebagaimana dikemukakan dalam tiga poin penting.

Tiga poin penting dari hadits di atas, pertama di atas berbicara tentang
penyampaian informasi. Nabi menjelaskan bahwa ayat yang baru saja diterimanya
tidak selalu di depan semua sahabat. Terkadang saat menerima wahyu Rasul
didampingi oleh 2-3 teman, atau saat memberikan penjelasan di masjid, ada teman
yang tidak hadir. Konteks hadits 'sampaikan dari saya meskipun satu ayat', dalam
riwayat lain Nabi meminta sahabat untuk menyampaikan penjelasan Nabi kepada yang
tidak hadir atau tidak mendengar langsung dari Nabi agar mereka juga tahu
penjelasannya apa Rasulullah menyampaikan. Jadi, meskipun seorang sahabat hanya
mendengar satu ayat, tetapi jika satu ayat itu tidak diketahui oleh yang lain, maka
sampaikanlah.

Kedua hadits juga melaporkan bahwa informasi yang disebarluaskan tidak hanya
dari para Rasul tetapi juga dari Bani Israil. Imam Malik berkata, “Intinya adalah
agar mereka menceritakan tentang kebaikan mereka. Adapun yang diketahui bohong,
maka tidak boleh.” Mungkin inilah salah satu alasan mengapa hadis ini sering
terpotong, yaitu karena telah menyinggung masalah Bani Israil. Jangan sampai karena
ketidaksukaan mereka terhadap sesuatu yang pasti. Jika dalil-dalilnya sesuai dengan
4
hadits ini, maka jelaslah bahwa keterangan-keterangan lain, termasuk dari Bani Israil,
harus disampaikan dan juga tidak boleh menahan keterangan-keterangan tertentu tujuan.
Hadits di atas sebenarnya mengajarkan pentingnya memberikan keseimbangan
informasi.

Ketiga, ada satu larangan dalam hadits diatas, yaitu larangan berbohong
mengatasnamakan Nabi atau membuat cerita seolah-olah Nabi mengatakan bahwa
informasi itu bukan dari Nabi. Pelaku berbohong mengatasnamakan Nabi ini telah
disepakati oleh para ulama sebagai hal yang sngat serius dan termasuk dosa besar, sehingga
pelakunya dijamin masuk neraka sebagaimana disebutkan pada bagian akhir hadis diatas.

Ketiga poin yang terdapat dalam hadits di atas harus dimaknai secara utuh karena
saling berkaitan satu sama lain. Poin pertama menjelaskan perintah untuk
menyampaikan ayat-ayat yang diriwayatkan dan penjelasannya, poin kedua menjelaskan
perintah untuk menyampaikan informasi dari orang-orang Yahudi, dan poin ketiga
menjelaskan larangan menyampaikan pesan dengan menyalahgunakan nama Nabi. 4

2.3 Pentingnya tabligh dalam hadis “ Ballighu `anni walaw ayah”


Tabligh pada dasarnya bagian dari sejumlah mekanisme aplikasi dakwah ke tengah
masyarakat. Tabligh lebih khusus dengan batasan lisan dan tulisan. Dengan pengertian
lain, bahwa bahwa teknik mengoperasikan tabligh dapat dirumuskan dalam bentuk yang
lebih sistematis.5 Tabligh dalam pengertian menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat

(mad‟u), diwajibkan Allah sebagai awal setiap proses dalam tahapan dakwah. Sebelum
jamaah terbentuk disyaratkan adanya tabligh, kemudian ditindaklanjuti dengan ta‟lim
(pengajaran) dan ta‟dib (pembinaan) agar dapat diwujudkan individu, keluarga dan
masyarakat. Dalam hal ini, tabligh lebih bersifat pengenalan dasar tentang Islam.
Sasaran utama tabligh adalah ranah kognitif (pemahaman dan pemikiran).

Apabila mengacu kepada hadits nabi “sampaikan dariku walaupun satu ayat”, maka
tabligh merupakan kewajiban setiap individu dengan kemampuannya.6 Tabligh, atau
menyampaikan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbagi dalam dua bentuk:

4 Qurrata A'yun, 199-201.


5 Marhen, 69.
6 Arifin Zain, dkk, “Identifikasi Ayat-Ayat Dakwah dalam Al -Qur`an,” Jurnal Manajemen Dan Administrasi Islam,

Vol. 1, No. 2 (Juli – Desember, 2017), 179.


5
Menyampaikan dalil dari Al Qur’an atau sebagiannya dan dari As Sunnah, baik sunnah yang
berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqririyah), dan
segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Cara penyampaian seperti ini membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara
dakwah seperti ini haruslah disampaikan dari orang yang jelas Islamnya, baligh (dewasa)
dan memiliki sikap ‘adalah (sholeh, tidak sering melakukan dosa besar, menjauhi dosa kecil
dan menjauhi hal-hal yang mengurangi harga diri/ muru’ah, ed).

Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang
yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh capabilitas dan legalitas tersendiri yang
diperoleh dari banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan mendapatkan persaksian atau
izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu
lainnya, di antaranya bahasa, ilmu nahwu (tata bahasa Arab), ilmu-ilmu ushul, musthalah,
dan membutuhkan penelaahan terhadap perkataan-perkataan ahli ilmu, mengetahui ikhtilaf
(perbedaan) maupun kesepakatan yang terjadi di kalangan mereka, hingga ia mengetahui
mana pendapat yang paling mendekati dalil dalam suatu masalah khilafiyah.

Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan, dan pengisi ta’lim,
padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu mumpuni) dalam agama, berdalil
dengan hadits “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya
tidak dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau hadits, boleh
menyampaikan semau pemahamannya, ed). Bahkan mereka berkata bahwasanya
barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut sebagai pendakwah, dengan dalil
hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki
hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah.

Pernyataan di atas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang
yang dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadits di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka
maksudkan, melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu
dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila
seorang pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh
menyampaikan sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal

6
fahm (punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang
ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki. 7

7Yhouga Pratama, “Sampaikan Ilmu Dariku Walau Satu Ayat,” https://muslim.or.id/6409-sampaikan-ilmu-


dariku-walau-satu-ayat.html ; diakses pada tanggal 15 Maret 2022.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tabligh adalah upaya menyampaikan ajaran ilahi kepada manusia dengan kata
lain bagaimana ajaran ilahi itudiinformasikan,disebarkan,dan diajarkan kepada orang
lain dengan tujuan pencerahan akalpikiran dan penyejukan nurani. Ungkapan “Ballighu
`anni walaw ayah”sering disampaikan oleh para da'i dalam berbagai kesempatan
tabligh, poin yang terdapat dalam hadits di atas harus dimaknai secara utuh karena
saling berkaitan satu sama lain. Mengacu kepada hadits nabi “sampaikan dariku
walaupun satu ayat”, maka tabligh merupakan kewajiban setiap individu dengan
kemampuannya, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila seorang
pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan
sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal fahm (punya
hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan
pemahaman ilmu yang ia miliki.

3.2 Saran
Materi yang telah tersampaikan dalam makalah ini semoga dapat dipahami dan
dimengerti oleh para pembaca agar tidak ada kesalapahaman lagi dalam memaknai hadis
Ballighu `anni walaw ayah.

8
DAFTAR PUSTAKA

A'yun, Qurrata . (2020). “Pengertian Hadits ‘Ballighû 'annî walau Âyah’ Pemahaman
hadis,di Twitter.” Jurnal Ushuluddin. 28(2).
Marhen. (2018). “Persiapan Mubaligh Dalam Mengemas Materi Tabligh.” Jurnal Sosial
Keagamaan. 2(1).
Pratama, Yhouga. “Sampaikan Ilmu Dariku Walau Satu Ayat.” https://muslim.or.id/6409-
sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html . 15 Maret 2022.

Sanjaya, Agus. (2021). “Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Dakwah Jamaah Tablig

Desa Hajimena Lampung Selatan. ” skripsi. Lampung. Universitas Islam Negeri Raden

Intan.

Zain, Arifin, dkk. (2017). “Identifikasi Ayat-Ayat Dakwah dalam Al-Qur`an.” Jurnal
Manajemen Dan Administrasi Islam, 1(2).

iv

Anda mungkin juga menyukai