Disusun oleh:
Dwi Puspita Maharani (22211922)
Fitriah Muthmainnah (22211943)
Hilyatul Jannah (22211952)
Dosen Pengampu:
M. Haris Hakam, S.H, M.A.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada salah satu
mata kuliah Metode Dakwah Al-Qur’an. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang “Bentuk Komunikasi Dakwah Dalam Al-Qur’an”. Penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Metode Dakwah Al-Qur’an, Bapak M. Haris Hakam, S.H, M.A. karena
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah penngetahuan dan
wawasan terkait bidang ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Pengertian Qaulan.......................................................................4
B. Qaulan Ma’rūfa...........................................................................5
C. Qaulan Balīgha...........................................................................7
D. Qaulan Layyinan.........................................................................8
E. Qaulan Maisūra........................................................................12
F. Qaulan Karīma..........................................................................14
G. Qaulan Sadīda...........................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................19
B. Saran..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
landasan berdakwah. Al-Qur’an sebagai sebuah tulisan paling autentik
memuat konsep etik dan moral yang dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama. Pertama, terdiri dari istilah-istilah yang berkenaan dengan
kehidupan etik orang islam pada masyarakat yang islamik. Etika ketika
diterapkan dalam sistem dakwah, ia menjadi orientasi bagi usaha dā’i untuk
menjawab pertanyaan mendasar mengenai bagaimana seorang dā’i
seharusnya hidup dan melaksanakan tugas profesionalnya.
Dengan demikian, sistem komunikasi Islami dalam Al-Qur’an
sangat tepat dipergunakan untuk membina dan mendidik manusia, sehingga
selalu melaksanakan amar ma’rūf dan nahī mungkar, sehingga ia tidak
kehilangan haknya sebagai seorang manusia dan sebagai warga masyarakat
karena dikucilkan. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini
merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik
dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari,
berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Qaulan?
2. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Ma’rūfa?
3. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Balīgha?
4. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Layyinan?
5. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Maisūra?
6. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Karīma?
7. Apa yang dimaksud dengan Qaulan Sadīda?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Ma’rūfa
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Balīgha
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Layyinan
2
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Maisūra
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Karīma
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Qaulan Sadīda
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qaulan
Menurut definisi Ibnu Mandzur ini, maka “qaul” bisa berarti kata
atau bisa juga berarti kalimat, karena kata yang maknanya sempurna dalam
bahasa Indonesia disebut dengan kalimat. Komunikasi adalah fitrah bagi
manusia. Al-Qur’an menjelaskan konsep yang terkait dengan komunikasi.
Seperti apa yang dikatakan Al-Syaukani, kata “al-bayān” sebagai
kemampuan komunikasi. kata kunci yang ada dalam Al-Qur’an untuk
berkomunikasi adalah dengan kata al-qaul.2
1
Najhan Dzulhusna, Nunung Nurhasanah, and Yuda Nur Suherman, “Qaulan
Sadida, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Baligha, Qaulan Maisura, Qaulan Layyina Dan Qaulan
Karima Itu Sebagai Landasan Etika Komunikasi Dalam Dakwah,” Journal Of Islamic Social
Science And Communication (Jissc) Diksi 1, no. 02 (August 31, 2022): hal. 79.
2
Dzulhusna, Nurhasanah, and Suherman, hal. 79.
4
Qur`an yaitu qaulan ma’rūfa, qaulan balīgha, qaulan layyinan, qaulan
maisūra, qaulan karīma dan qaulan sadīda.3
B. Qaulan Ma’rūfa
3
Samsul Bahri and Isra Wahyuni, “Ragam Metode Komunikasi Dalam Al-Qur’an,”
Tafsé: Journal of Qur’anic Studies 6, no. 1 (June 2021): hal. 61.
4
Bahri and Wahyuni, hal. 61.
5
Mahbub Junaidi, “Komunikasi Qur’ani (Melacak Teori Komunikasi Efektif
Prespektif Al-Qur’an),” Dar El-Ilmi : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora
4, no. 2 (October 20, 2017): hal. 31-32.
5
Kata qaulan ma’rūfa disebutkan Allah SWT dalam Al-Quran
sebanyak lima kali. Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak
yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang
miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan
kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah
terhadap istri Nabi. Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap
seorang wanita. Kata ma’rūfa dari kelima ayat tersebut, berbentuk isim
maf’ūl dari kata ‘arafa, bersinonim dengan kata al-khaīr atau al-ihsān yang
berarti baik. Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan betapa
pentingnya berbicara yang baik dengan siapapun, di mana pun, dan
kapanpun, dengan sarat pembicaraannya itu akan mendatangkan pahala dan
manfaat, baik bagi dirinya sebagai komunikator maupun bagi orang yang
mendengarkan sebagai komunikan.6
6
Sumarjo, “Ilmu Komunikasi Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Inovasi 8, no. 1
(March 2011): hal. 116-117.
7
Junaidi, “Komunikasi Qur’ani (Melacak Teori Komunikasi Efektif Prespektif Al-
Qur’an),” hal. 31-32.
6
tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan ma’rūfa juga
bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat).
C. Qaulan Balīgha
Kata Balīgha berasal dari kata balāgha yang artinya sampai atau
fashih. Dalam konteks komunikasi, kata ini dapat diartikan sebagai
komunikasi yang efektif. Pengertian ini didasarkan pada penafsiran atas
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka yang terdapat dalam. Kalimat
qaulan balīgha disebutkan dalam Al-Qur’an yakni:
ٰۤ
ِ ِ
ِف اَنْ ُفسه ْم ِ َّ ِ
ْْٓ ض َعْن ُه ْم َوعظْ ُه ْم َوقُ ْل َلُْم ِ ِِ ِ ى ِ َّ ى
ْ ك الذيْ َن يَ ْعلَ ُم اّللُ َما ِْف قُلُ ْوِب ْم فَاَ ْعر َ اُول ِٕى
قَ ْواًل ۢ بَلِْي غاا
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang
ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka,
nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
membekas pada jiwanya.” (QS. An-Nisā’ [4]: 63).8
Ayat di atas memberikan sinyal bahwa komunikasi akan efektif jika
kata-kata yang disampaikan meninggalkan jejak dalam jiwa seseorang.
Dalam keluarga, komunikasi yang meninggalkan bekas di jiwa itu penting.
Komunikasi ini hanya terjadi bila komunikasi yang berjalan efektif pada
sasaran. Artinya apa yang dikomunikasikan lugas, tidak bertele-tele,
sehingga tepat sasaran. Menurut (Rakhmat, 1998), ada dua hal yang perlu
diperhatikan untuk komunikasi yang efektif: pertama, apa yang dibicarakan
sesuai dengan karakteristik pendengar. Kedua, isi pembicaraan menyentuh
hati dan otak pendengar.9
8
Dzulhusna, Nurhasanah, and Suherman, “Qaulan Sadida, Qaulan Ma’rufa, Qaulan
Baligha, Qaulan Maysura, Qaulan Layyina Dan Qaulan Karima Itu Sebagai Landasan Etika
Komunikasi Dalam Dakwah,” hal. 81.
9
Dzulhusna, Nurhasanah, and Suherman, hal. 81.
7
Selama menyangkut dakwah, kerangka acuan terminologis dan
bidang pengalaman harus dipertimbangkan oleh dā’i sebelum
menyampaikan pesan kepada sasaran. Dengan demikian, seorang wakil
harus memiliki kosakata pengajaran yang luas, bahasa, dan sikap. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat dengan keahlian
penutur dalam menangani isi pesannya dengan cara yang mudah dipahami,
karena keadaan kepribadian dā'i juga mempengaruhi efektifitas pesan.
pesan yang disampaikan dā’i tidak secara otomatis diserap oleh mad’u.10
D. Qaulan Layyinan
فَ ُق َوًل لَهُۥ قَ ْواًل لَّيِناا لَّ َعلَّهُۥ يَتَ َذ َّك ُر أ َْو ََيْ َش ىى
10
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah menurut Al-Quran,” Alhadharah:
Jurnal Ilmu Dakwah 11, no. 21 (November 22, 2017): hal. 13-14.
8
persaudaraan) dan manis didengar, tidak menampakkan kekerasandan
nasihatilah dia dengan ucapan yang lemah lembut agar dia lebih tertarik
karena dia akan merasa takut dengan siksa yang dijadikan oleh Allah melaui
lisannya.” Maksud ayat ini Nabi Musa dan Nabi Harun diperintahkan Allah
meninggalkan sikap yang kasar.11
11
Mubasyaroh, “Strategi Dakwah Persuasif Dalam Mengubah Perilaku
Masyarakat,” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 11, no. 2 (December 30,
2017): hal. 318.
12
Mubasyaroh, hal. 318-319.
9
tidak dilakukannya. Adapun tujuan dakwah yang disampaikan Nabi Musa
kepada Fir’aun adalah:13
13
Muhammad Ridwan, “Dakwah Persuasif Nabi Musa Dalam Perspektif
Komunikasi Dakwah Kontemporer,” Ad-da’wah 21, no. 2 (September 1, 2023): hal. 119-120.
14
Muhamad Bisri Mustofa, Siti Wuryan, and Rosidi, “Urgensi Komunikasi
Interpersonal Dalam Al-Qur’an Sebagai Pustakawan,” Al-Hikmah Media Dakwah,
Komunikasi, Sosial Dan Kebudayaan 11, no. 2 (December 31, 2020): hal. 90.
10
ِ ِ ت فَظًّا َغلِْي َظ الْ َق ْل ِِ ٍِ
ۖك َ ب ًَلنْ َفض ُّْوا ِم ْن َح ْول َ ت ََلُْم ۚ َولَ ْو ُكْن َ فَبِ َما َر ْْحَة م َن ىاّلل لْن
ُّ ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى ىاّللِ ۗ اِ َّن ىاّللَ ُُِي ِ ۚ ِ فَاعف عْن هم و
ب َ استَ ْغف ْر ََلُْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف ْاًلَ ْم ِر فَا َذا َعَزْم
ْ َ ُْ َ ُ ْ
ْي ِِ
َ ْ الْ ُمتَ َوكل
Artinya:“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad)
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras
dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh
karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertawakal.”(QS. Ali Imrān [3]: 159).15
Dari ayat tersebut terdapat kata yang berbentuk “fi'il amar” yaitu
linta yang artinya “bersikaplah lemah lembut terhadapmu”. Kata “lin”
merupakan satu akar kata dengan “layyina” yang merupakan kata sifat.
Dengan demikian layyina atau lin merupakan suatu sifat yang diperintahkan
untuk diamalkan tidak hanya dalam komunikasi, tetapi juga disertai dengan
sikap. Tujuannya adalah untuk menghindari penolakan yang mungkin
melibatkan kekerasan atau konfrontasi. Masyarakat yang terpojok justru
seringkali lebih cenderung mempunyai sikap memberontak atau menolak
pesan-pesan yang tidak sejalan dengan keinginannya. Penolakan akan
semakin nyata apabila ia merasa lebih berkuasa dibandingkan dengan
pemberi sugesti (komunikator).16
11
perselisihan dan pertikaian antar umat beragama. Komunikasi seperti ini
berkesan kurang nyaman serta tidak komunikatif.17
E. Qaulan Maisūra
17
Muhammad Tahir, Ida Suryani Wijaya, and Rega Armella, “Analisis Pesan
Dakwah (Dakwah Bil Lisan) Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah
Atas Kalimantan Timur,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan 17, no.
1 (February 15, 2023): hal. 673.
18
Rubino and Muhammad Farisi, “HIMMIA Qaulan Layyina Islamic
Communication Ethical Principles (Akbar Islamic Youth Association) in Building Ukhuwah
Islamiyah in Medan Helvetia District,” Infokum 10, no. 5 (December 9, 2022): hal. 134.
12
atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang
digunakan mudah dicerna, dimengerti dan dipahami oleh komunikan.
Qaulan maisūra artinya perkataan yang mudah diterima, ringan, yang
pantas, dan tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisūra artinya
pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat
dipahami secara spontan tanpa harus berfikir dua kali. 19
19
Muhammad Ridwan and Andi Edwin Rewira, “Dakwah Kampus : Transformasi
Dakwah Tekstual Ke Dakwah Kontektual Rasional,” Karimiyah 1, no. 1 (June 15, 2021): hal.
59.
20
Khairun Asyura, “Pesan Dakwah Qaulan Maysura Pada Seksi Jamaah ( Studi
Analisis Di Dayah Putri Muslimat),” Jurnal An-Nasyr: Jurnal Dakwah Dalam Mata Tinta 8,
no. 1 (June 30, 2021): hal. 45.
13
Dalam konteks qaulan maisūra ini pada hakikatnya berhubungan
dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator atau dengan kata lain
cara bagaimana menyampaikan pesan agar mudah dipahami dan dimengerti
secara spontan tanpa harus berpikir dua kali sehingga diperlukan bahasa
komunikasi yang gampang, mudah, ringan, pantas dan berisi hal-hal yang
menggembirakan. Dengan demikian terjadilah komunikasi yang efektif
yang dapat menumbuhkan kesenangan dan terciptanya hubungan sosial
yang baik. Di dalam dakwah qaulan maisūra dapat digunakan oleh dā’i
sebagai teknik dalam berdakwah agar pesan yang disampaikan mudah
diterima, ringan, dan pantas, serta tidak berlika-liku, yakni dengan cara
mempertimbangkan dan memperhatikan mad’u yang akan dijadikan
sasaran sebelum menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.21
F. Qaulan Karīma
21
Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah menurut Al-Quran,” hal. 16.
14
membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 23).
Dalam Al-Qur’an, ungkapan qaulan karīma disebut sebanyak satu
kali yaitu pada (QS. Al-Isrā’ [17]: 23). Al-Maraghi menafsirkan ungkapan
qaulan karīma dengan makna yang merujuk pada ucapan Ibn Musayyab,
yaitu ucapan seorang budak yang bersalah di hadapan majikannya yang
galak. Ibnu Katsir menjelaskan makna qaulan karīma dengan arti lembut,
baik, dan sopan disertai tata krama, penghormatan dan pengagungan.22
22
Suisyanto, Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta: Samudra
Biru, 2020), hal. 53.
23
Hilmy Bakar Almascaty, Panduan jihad, untuk aktivis gerakan Islam (Gema
Insani, 2001), hal. 152.
24
Tri Wahyuni Pebirawati, “Etika Komunikasi Islam Dalam Dakwah Koh Dennis
Lim Di Media Sosial Tiktok,” Al-INSAN Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam 3,
no. 2 (May 31, 2023): hal. 57.
15
digunakan ketika menghadapi mad’u atau sasaran yang tergolong lanjut
usia dan perkataan yang digunakan adalah perkataan yang mulia, santun,
penuh penghormatan dan penghargaan, tidak menggurui dan tidak
memerlukan retorika yang meledak-ledak, karena mereka mudah
tersinggung.25
G. Qaulan Sadīda
Kalimat qaulan karīma disebutkan dalam Al-Qur’an yakni:
ىَّْٓيَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اى َمنُوا اتَّ ُقوا ىاّللَ َوقُ ْولُْوا قَ ْواًل َس ِديْ ادا
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzāb [33]:
70).
Dalam (QS. Al-Ahzāb [33]: 70), qaulan sadīda diartikan sebagai
ujaran yang tepat dan yang timbul dari hati yang bersih, sebab ujaran adalah
gambaran dari apa yang di dalam hati. Orang yang menuturkan kata-kata
yang dapat menyakiti orang lain menunjukkan orang itu memiliki jiwa yang
tidak jujur.26 Qaulan sadīda adalah kata-kata yang nyata, tidak kasar,
langsung ke pokok pembicaraan, tidak terselubung dan tidak terbuka untuk
multitafsir. Dalam berkomunikasi, seorang komunikator harus mengatakan
25
Dzulhusna, Nurhasanah, and Suherman, “Qaulan Sadida, Qaulan Ma’rufa,
Qaulan Baligha, Qaulan Maysura, Qaulan Layyina Dan Qaulan Karima Itu Sebagai Landasan
Etika Komunikasi Dalam Dakwah,” hal. 83.
26
Sugiarti et al., Kesatuan Dalam Keberagaman Paradigma Mutakhir Bahasa,
Sastra, dan Pembelajarannya (UMMPress, 2020), hal. 28-29.
16
kebenaran dan tidak pernah berbohong. Prinsip kepercayaan dapat
menciptakan lingkungan komunikasi yang menumbuhkan komunikasi yang
efektif dan efisien Bahasa yang benar disini meliputi isi-isi dan tata bahasa
pesan.27
Qaulan sadīda mempunyai dua aspek, yaitu aspek isi dan aspek
cara. Aspek isi artinya saat berbicara, isi pembicaraannya harus benar
menurut kaidah ilmu, jangan asal bicara. Pikirkan dengan matang isi
pembicaraan tersebut. Jika ada yang bertanya, jangan asal menjawab, sebab
bisa jadi jawaban itu salah menurut kaidah ilmu. Aspek cara artinya, saat
menyampaikan pesan, harus dengan cara yang benar. Jangan memojokkan
orang lain, jangan menghinakan, dan jangan membunuh semangat orang
tersebut.28
27
Afriadi Amin, “Sikap Remaja Dalam Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam Terhadap
Orang Tua Di Desa Jaharun Kecamatan Galang,” Da’watuna: Journal of Communication and
Islamic Broadcasting 3, no. 4 (March 18, 2023): hal. 1467.
28
Agung Kuwantoro, Mengambil Berbagai Hikmah dari Kehidupan (Elex Media
Komputindo, 2015), hal. 34-35.
29
Rizal Pikri, “Metode Dakwah Habib Husein Ja’far al-Hadar Di Channel Youtube
Jeda Nulis,” Universitas Negri Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta 2022, hal. 39.
17
percaya dan tidak menyalahi sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama
dan sunnah.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah fitrah bagi manusia. Al-Qur’an sudah
menjelaskan konsep yang terkait dengan komunikasi yakni dengan kata “al-
bayān” sebagai kemampuan komunikasi. Kata kunci yang ada dalam Al-
Qur’an untuk berkomunikasi adalah dengan kata al-qaul. Bentuk dasar
metode komunikasi dalam Al-Qur`an yaitu ada enam prinsip yaitu; qaulan
ma’rūfa, qaulan balīgha, qaulan layyinan, qaulan maisūra, qaulan karīma
dan qaulan sadīda. Qoulan ma’rūfa merupakan perkataan yang baik,
qaulan balīgha merupakan perkataan yang efektif tepat sasaran, dan mudah
dimengerti, qaulan layyinan merupakan perkataan yang lemah lembut,
qaulan maisūra merupakan perkataan yang pantas, qaulan karīma
merupakan perkataan yang sopan, dan qaulan sadīda merupakan perkataan
yang benar dan jauh dari sifat kebohongan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis beharapkan dapat menjadi
referensi dan juga menambah pengetahuan tentang bentuk komunikasi
dakwah dalam Al-Qur’an. Penulis menyadari jika dalam penyusunan
makalah di ini masih terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
akan sangat membantu penulis sebagai perbaikan. Sehingga makalah ini
dapat disempurnakan di kemudian hari.
19
DAFTAR PUSTAKA
Almascaty, Hilmy Bakar. Panduan jihad, untuk aktivis gerakan Islam. Gema
Insani, 2001.
Amin, Afriadi. “Sikap Remaja Dalam Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
Terhadap Orang Tua Di Desa Jaharun Kecamatan Galang.”
Da’watuna: Journal of Communication and Islamic Broadcasting 3,
no. 4 (March 18, 2023): 1463–71.
Ariani, Anita. “Etika Komunikasi Dakwah menurut Al-Quran.” Alhadharah:
Jurnal Ilmu Dakwah 11, no. 21 (November 22, 2017).
Asyura, Khairun. “Pesan Dakwah Qaulan Maysura Pada Seksi Jamaah ( Studi
Analisis Di Dayah Putri Muslimat).” Jurnal An-Nasyr: Jurnal
Dakwah Dalam Mata Tinta 8, no. 1 (June 30, 2021): 31–53.
Bahri, Samsul, and Isra Wahyuni. “Ragam Metode Komunikasi Dalam Al-
Qur’an.” Tafsé: Journal of Qur’anic Studies 6, no. 1 (June 2021): 60–
76.
Dzulhusna, Najhan, Nunung Nurhasanah, and Yuda Nur Suherman. “Qaulan
Sadida, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Baligha, Qaulan Maysura, Qaulan
Layyina Dan Qaulan Karima Itu Sebagai Landasan Etika Komunikasi
Dalam Dakwah.” Journal Of Islamic Social Science And
Communication (Jissc) Diksi 1, no. 02 (August 31, 2022): 76–84.
Junaidi, Mahbub. “Komunikasi Qur’ani (Melacak Teori Komunikasi Efektif
Prespektif Al-Qur’an).” Dar El-Ilmi : Jurnal Studi Keagamaan,
Pendidikan Dan Humaniora 4, no. 2 (October 20, 2017): 25–48.
Kuwantoro, Agung. Mengambil Berbagai Hikmah dari Kehidupan. Elex
Media Komputindo, 2015.
Mubasyaroh. “Strategi Dakwah Persuasif Dalam Mengubah Perilaku
Masyarakat.” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies
11, no. 2 (December 30, 2017): 311–24.
Mustofa, Muhamad Bisri, Siti Wuryan, and Rosidi. “Urgensi Komunikasi
Interpersonal Dalam Al-Qur’an Sebagai Pustakawan.” Al-Hikmah
Media Dakwah, Komunikasi, Sosial Dan Kebudayaan 11, no. 2
(December 31, 2020): 85–94.
Pebirawati, Tri Wahyuni. “Etika Komunikasi Islam Dalam Dakwah Koh
Dennis Lim Di Media Sosial Tiktok.” Al-INSAN Jurnal Bimbingan
Konseling Dan Dakwah Islam 3, no. 2 (May 31, 2023): 48–62.
20
Pikri, Rizal. “Metode Dakwah Habib Husein Ja’far al-Hadar Di Channel
Youtube Jeda Nulis.” Universitas Negri Islam Syarif Hidayatullah,
Jakarta 2022, 1–84.
Ridwan, Muhammad. “Dakwah Persuasif Nabi Musa Dalam Perspektif
Komunikasi Dakwah Kontemporer.” Ad-da’wah 21, no. 2 (September
1, 2023): 112–30.
Ridwan, Muhammad, and Andi Edwin Rewira. “Dakwah Kampus :
Transformasi Dakwah Tekstual Ke Dakwah Kontektual Rasional.”
Karimiyah 1, no. 1 (June 15, 2021): 53–62.
Rubino, and Muhammad Farisi. “HIMMIA Qaulan Layyina Islamic
Communication Ethical Principles (Akbar Islamic Youth
Association) in Building Ukhuwah Islamiyah in Medan Helvetia
District.” Infokum 10, no. 5 (December 9, 2022): 126–36.
Sampurna, Ahmad, Mhd Fitriyus, and Rubino Rubino. “Implementation Of
Qaulan Layyina Communication Principles In Implementing
Bureaucracy In The Provincial Government Of Nort Sumatra.”
Wardah 24, no. 1 (June 27, 2023): 35–51.
Sugiarti, Gigit Mujianto, Sudjalil, Eggy Fajar Andalas, Fida Pangesti, Arti
Prihatini, Candra Rahma Wijaya Putra, Faizin, Arif Setiawan, and
Hidayah Budi Qur’ani. Kesatuan Dalam Keberagaman Paradigma
Mutakhir Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya. UMMPress, 2020.
Suisyanto. Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Quran. Yogyakarta:
Samudra Biru, 2020.
Sumarjo. “Ilmu Komunikasi Dalam Perspektif Al-Qur’an.” Inovasi 8, no. 1
(March 2011): 113–24.
Tahir, Muhammad, Ida Suryani Wijaya, and Rega Armella. “Analisis Pesan
Dakwah (Dakwah Bil Lisan) Dalam Pelaksanaan Bimbingan
Konseling Sekolah Menengah Atas Kalimantan Timur.” Al Qalam:
Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan 17, no. 1 (February
15, 2023): 668–84.
21