Disusun oleh :
Elis Nur Afni 43020200035
Mohammad Fifin Aklis Muktafa 43020200054
Puji syukur kepada Tuhan yang Mah Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Ayat-ayat
mengenai subjek dan sasaran dakwah”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat Dakwah. Dalam makalah ini membahas
Ayat-ayat mengenai subjek dan sasaran dakwah.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ina Izatul Muna, M.Ag. selaku dosen mata
kuliah Tafsir Ayat-Ayat Dakwah yang telah memberikan tema yang kami dapatkan.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Dakwah..........................................................................................3
B. Dasar Hukum Dakwah (Al-Qur’an dan Hadis)...............................................4
C. Ayat-Ayat Mengenai Subjek dan Sasaran Dakwah.........................................7
A. Kesimpulan......................................................................................................20
Daftar Pustaka.......................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Subjek dakwah Islam adalah orang yang menyampaikan dan mengajarkan
serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Subjek dakwah Islam ini sangat
penting dan menarik untuk dikaji dan diteliti lebih mendalam. Dengan adanya
subjek dakwah Islam yang memahami dan mendalami ilmu keislaman
diharapkan dapat meminimalisir pesan dakwah yang tidak sesuai dengan
ajaran agama Islam. Berdasarkan konteks di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah menjawab pertanyaan bagaimana subjek dakwah Islam dalam
perspektif al-Qur’an.
Berdasarkan hasil kajian ditemukan, bahwa terdapat beragam bentuk kata
teknis yang diperkenalkan al-Qur‘an yang semakna dengan makna dakwah.
Beragamnya kata yang semakna dengan makna dakwah dapat dipahami bahwa
al-Qur`an memiliki vocabulary yang demikian kaya sehingga penggunaan
katanya lebih beragam. Selain itu, di dalam implementasinya, dakwah dapat
dilihat dari multi sudut pandang sehingga harus menggunakan kata-kata yang
lebih sesuai dengan kondisi manusia yang dihadapi. Di antara beberapa
kriteria atau karakteristik khusus yang membedakan ayat-ayat dakwah dengan
kelompok ayat lainnya adalah: ayat-ayat dakwah memuat norma dasar yang
bersifat global; mengandung unsur perintah (suruhan) yang jelas (sharih al-
amr) dan larangan (sharih al-nahy); keterhubungan ayat-ayat dakwah dengan
masalah akidah, akhlak, muamalah, termasuk wa‟ad dan wa‟id; dan ayat-ayat
dakwah di dalam al-Qur‘an juga menggunakan bahasa yang luas, luwes, tegas
dan akurat.
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Dakwah?
b. Apa dasar hukum dakwah (Al-Qur’an dan Hadis)?
c. Apa tafsir dari surat Al-Baqarah (2) : 1-4, 58?
d. Apa tafsir dari surat Ali Imron (3) : 28?
e. Apa tafsir dari surat Al-Baqarah (2) : 105,221?
f. Apa tafsir dari surat Al-Baqarah (2) : 8-17/
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian Dakwah
b. Untuk mengetahui dasar hukum dakwah (Al-Qur’an dan Hadis)
c. Untuk mengetahui penafsiran dari surat Al-Baqarah (2) : 1-4, 58
d. Untuk mengetahui penafsian dari surat Ali Imron (3) : 28
e. Untuk mengetahui penafsiran dari surat Al-Baqarah (2) : 105,221
f. Untuk mengetahui penafsiran dari surat Al-Baqarah (2) : 8-17
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
a. Pengertian dakwah secara bahasa
Dakwah (Arab: وةGGدع, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata
dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang
berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah sering dirangkaikan
dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan
Dakwah Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
b. Pengertian dakwah secara terminologis
Dalam artian terminologis lebih cenderung diartikan sebagai usaha yang
dilakukan oleh seorang pendakwah agar kembali ke jalan yang benar. Dalam
pembahasan ini pendakwa merujuk pada seseorang muballigh atau
penceramah yang menyampaikan Dakwah. Penggunaan kata dakwah hanya
merujuk pada ajakan yang disampaikan oleh penceramah dalam agama Islam
karena asala bahasa Arab yang sangat erat dikaitkan sebagai asal dan tempat
agama Islam berkembang.
Dari beberapa pendapat Ahli, seperti Salahuddin Sanusi, Timur Djaelani,
Thoha Yahya Omar, Hasymi dan Abdul Karim hanya menyampaikan kata
Dakwah dalam redaksi yang berbeda namun arti yang dimaksud adalah
seruan yang berupa penyampaian larangan serta perintah Allah agama
seseorang menghindari tindakan yang dapat menghasilkan Dosa. Dalam
kajian dawkah pada kasus ini, Dakwah juga bisa digunakan dalam
menyampaikan ancaman yang diberikan ketika seseorang tidak melakukan
sesuatu yang baik di mata Agama. Dalam Buku Dustur Dakwah, A. Hasmy
3
menjelaskan pengertian dakwah menurut Al-qur'an sebagai seruan yang
mengajak seseorang meyakini dan mengamalkan aqidah serta menegakkan
Syariat Islam. Seruan ini dalam bentuk lisan maupun perbuatan adapun
metode yang digunakan bisa berbagai macam. Syekh Ali Mahfud
menjelaskan bahwa Dakwah adalah suatu proses pemberian Motivasi kepada
objek dakwah dalam hal manusia untuk melakukan kebaikan sesuai dengan
petunjuk. Seruan dalam dakwah identik dengan melakukan kebajikan dan
mencegah daripada kemungkaran. Tujuan dari pelaksanaan ini untuk
mencapai kebahagian dunia dan Akhirat.
َ َّ ُن إِ َّن َربGالَّتِي ِه َي أَحْ َسGGِ ا ِد ْلهُ ْم بGنَ ِة َو َجGع إِلِى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َس
َوGُك ه ُ ا ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ِه َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ ْأَ ْعلَ ُم بِ َمن
4
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik(pula). Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
كَ هُ ُمGGِر َوأُولَئG ِ َْو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعوْ نَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
ِ Gف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك
َْال ُم ْفلِحُوْ ن
"Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Selain ayat di atas, dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim
juga disebutkan mengenai kewajiban dakwah. Adapun matan hadis tersebut
adalah sebagai berikut:
َكGGِ ِه َو َذلGِتَ ِط ْع فَبِقَ ْلبGا ِ ْن لَّ ْم يَ ْسGَانِ ِه فGتَ ِط ْع فَبِلِ َسGا ِ ْن لَّ ْم يَ ْسGَ ِد ِه فGَ رًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيGَم ْن َراَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك
ِ ف ااْل ِ يَ َم
ان ُ اَضْ َع
5
Berdasarkan ayat di atas, para ulama yang menyatakan bahwa hukum dakwah
adalah wajib ainiyah (wajib bagi setia individu), maka mereka mendasari
argumen mereka sebagaimana ayat di atas; yakni pada lafal ( )ادعyang berarti
serulah merupakan fiil amar (kata kerja perintah) yang mana dalam kaidah usul
fikihnya, amar menunjukkan wajib selagi belum ada dalil yang melarang atau
yang menyelisihinya. Argumen ini sebagaimana dalam usul fikih berikut:
dalam Surah Ali Imran ayat 104 karena lafal ( )والتكنjelas menunjukkan wajib
karena terjapat lam amar (lam yang berarti perintah).
kata “ ”منكمyang berfaidah “lit tab’id” atau bermakna sebagian. Yakni yang
dimaksud adalah “sebagian masyarakat muslim“ tidak seluruhnya.
Argumentasi ini sebagaimana dijelaskan oleh Zamaksyari.
6
Dalam hal ini, DR. Awaludin Pimay (Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Walisongo Semarang) berpendapat, bahwa kewajiban
dakwah yang dimaksud hanyalah sebatas wajib kifayah. Beliau dalam hal ini
lebih condong dengan dengan pendapat jumhur ulama yang menyatakan wajib
kifayahnya dakwah. Alasan beliau menyatakan demikian yaitu bahwa dalam
berdakwah mutlak diperukan adanya kompetensi sang dai yang berupa ilmu
dan ma’rifah agar Tujuan Dakwah Islamiyah dapat terlealisir sehingga esensi
dakwah dapat sampai kepada obyek dakwah (mad’u) secara sempurna.
ۤال ۤ ّم
Terjemahan : Alif Lam Mim.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Alif Laam miim. Beberapa surah dalam
Al-Qur'an dibuka dengan huruf abjad seperti Alif Laam miim, Alif Laam
Raa, dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada
yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula
yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk
menunjukkan mukjizat Al-Qur'an, karena Al-Qur'an disusun dari rangkaian
huruf-huruf abjad yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri.
Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian
huruf-huruf itu menjadi seperti Al-Qur'an.
Tafsir al-Mukhtasar : Alif Lām Mīm. Ini merupakan huruf-huruf yang
digunakan sebagai pembuka beberapa surah Al-Qur`ān. Ini adalah huruf
hijaiah yang tidak mempunyai makna pada dirinya karena dituliskan terpisah
seperti: alif, ba, ta dan seterusnya. Dalam huruf-huruf itu terdapat hikmah
dan tujuan, karena tidak ada sesuatupun di dalam Al-Qur`ān yang tidak
memiliki hikmah. Di antara hikmahnya yang paling menonjol ialah
7
mengisyaratkan tantangan untuk membuat Al-Qur`ān yang terdiri dari huruf-
huruf yang membentuk kata-kata yang mereka ketahui dan mereka gunakan
untuk berbicara. Oleh karena itu, pada umumnya huruf-huruf hijaiah tersebut
diikuti dengan penyebutan tentang Al-Quran Al-Karim, seperti yang ada
dalam surah ini.
Ayat 2
8
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Orang-orang yang bertakwa itu adalah
mereka yang beriman kepada hal-hal yang gaib, yang tidak tampak dan tidak
dapat dijangkau oleh akal dan indra mereka, seperti Allah, malaikat, surga,
neraka, dan lainnya yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada saat
yang sama, sebagai bukti keimanan itu, mereka beribadah kepada Allah
dengan melaksanakan salat, secara sempurna berdasarkan tuntunan Allah
dan Rasul-Nya, khusyuk serta memperhatikan waktu-waktunya, dan mereka
juga menginfakkan di jalan kebaikan sebagian rezeki berupa harta, ilmu,
kesehatan, kekuasaan, dan hal-hal lainnya yang bermanfaat yang Kami
berikan kepada mereka, semata-mata sebagai bentuk ketaatan kepada Allah
dan mencari keridaan-Nya.
Ayat 4
9
ُ َواِ ْذ قُ ْلنَا ا ْد ُخلُ ْوا ٰه ِذ ِه ْالقَرْ يَةَ فَ ُكلُ ْوا ِم ْنهَا َحي
ْث ِش ْئتُ ْم
اب ُس َّج ًدا َّوقُ ْولُ ْوا ِحطَّةٌ نَّ ْغفِرْ لَ ُك ْم
َ ََر َغ ًدا َّوا ْد ُخلُوا ْالب
َخ ٰط ٰي ُك ْم ۗ َو َسنَ ِز ْي ُد ْال ُمحْ ِسنِي َْن
Terjemahan : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri
ini (Baitulmaqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang
ada di sana sesukamu. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil
membungkuk, dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),”
niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan Kami akan menambah
(karunia) bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan
beragam anugerah yang terlimpah kepada Bani Israil, sedang ayat ini
menerangkan nikmat-nikmat yang lain. Dan selain anugerah yang telah
dilimpahkan, ingatlah juga ketika Kami berfirman kepada Bani Israil,
“Masuklah ke negeri ini, yaitu Baitulmaqdis setelah dapat mengalahkan
lawan-lawanmu. Sesudah itu maka makanlah dengan nikmat berbagai
makanan yang ada di sana sesukamu. Dan selanjutnya masukilah pintu
gerbangnya sambil membungkuk sebagai tanda kerendahan hati dan
penyesalan atas semua dosa yang telah diperbuat masa lalu, dan kemudian
katakanlah dengan penuh harap, ‘Bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami
yang demikian banyak.’ Bila hal ini kamu lakukan dengan penuh kesadaran,
niscaya Kami ampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu. Dan selain
dari yang telah dianugerahkan, Kami juga akan menambah karunia dan
nikmat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak, bagi orang-orang yang
benar-benar selalu berbuat kebaikan.”
b. Ali Imron (3) : 28
10
اَل يَتَّ ِخ ِذ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن ْال ٰكفِ ِري َْن اَ ْولِيَ ۤا َء ِم ْن ُد ْو ِن
ْس ِم َن هّٰللا ِ فِ ْي َش ْي ٍء آِاَّل َ ك فَلَيَ ِْال ُم ْؤ ِمنِي ۚ َْن َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذل
هّٰللا هّٰللا
ِ اَ ْن تَتَّقُ ْوا ِم ْنهُ ْم تُ ٰقىةً ۗ َويُ َح ِّذ ُر ُك ُم ُ نَ ْف َس ٗه ۗ َواِلَى
ِ ْال َم
ص ْي ُر
Terjemahan : Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir
sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali
karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan
Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah
tempat kembali.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Setelah ayat sebelumnya menjelaskan
kekuasaan Allah yang tak terbatas, yang salah satunya memberi rezeki tanpa
perhitungan, maka ayat ini melarang kaum mukmin untuk menjadikan orang
kafir sebagai wali. Janganlah orang-orang beriman dengan sebenar-benarnya
menjadikan orang kafir, baik kafir secara akidah maupun orang yang
bergelimang dalam kedurhakaan, sebagai wali, yaitu orang terdekat yang
menjadi tempat menyimpan rahasia yang menyangkut kemaslahatan umum,
melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, yaitu
menjadikan orang kafir sebagai wali, niscaya dia tidak akan memperoleh
perlindungan dan pertolongan apa pun dari Allah, kecuali apabila yang kamu
lakukan itu karena untuk siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari
mereka, terkait dengan keselamatan dirimu dan kaum muslim. Dan Allah
memperingatkan kamu akan diri, yakni siksa-Nya, dan hanya kepada Allah
tempat kembali semua makhluk-Nya.
11
c. Al-Baqarah (2) : 105, 221
Ayat 105
ب َواَل ْال ُم ْش ِر ِكي َْن ِ َما يَ َو ُّد الَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا ِم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت
ُّاَ ْن يُّنَ َّز َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َخي ٍْر ِّم ْن َّربِّ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْختَص
بِ َرحْ َمتِ ٖه َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم
Terjemahan : Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang
musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari
Tuhanmu. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang
yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab,
Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang musyrik tidak menginginkan
diturunkannya kepadamu suatu kebaikan, salah satunya Al-Qur'an sebagai
kebaikan yang paling tinggi dari Tuhanmu, karena kedengkian dan rasa iri
dalam diri mereka. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya,
berupa kenabian, wahyu, kenikmatan, dan kebajikan kepada orang yang Dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya, misalnya kepada Nabi Mu hammad. Dan
Allah pemilik karunia, nikmat, dan kebajikan yang besar.
Ayat 221
ٌت َح ٰتّى ي ُْؤ ِم َّن ۗ َواَل َ َمةٌ ُّم ْؤ ِمنَة ِ َواَل تَ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر ٰك
َخ ْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو اَ ْع َجبَ ْت ُك ْم ۚ َواَل تُ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر ِكي َْن
َح ٰتّى ي ُْؤ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْب ٌد ُّم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّولَ ْو
ٰۤ ُ
ار ۖ َوهّٰللا ُ يَ ْد ُع ْٓوا اِلَى
ِ َّ نال ى َ لِ َ ْ َ َ ِِٕ اَ ْع َجبَ ُك ْم ۗ ا
ا ن و ُ
ع دْ ي ك G
ٕىول
12
ِ َّْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغفِ َر ِة ِباِ ْذنِ ٖ ۚه َويُبَي ُِّن ٰا ٰيتِ ٖه لِلن
اس لَ َعلَّهُ ْم
ࣖ يَتَ َذ َّكر ُْو َن
13
tanda-tanda kekuasaan-Nya berupa aturan-aturan kepada manusia agar mereka
mengambil pelajaran sehingga mampu membedakan mana yang baik dan
membawa kemaslahatan, dan mana yang buruk dan menimbulkan
kemudaratan. Pernikahan yang dilandasi keimanan, ketakwaan, dan kasih
sayang akan mewujudkan kebahagiaan, ketenteraman, dan keharmonisan.
14
ي ُٰخ ِد ُع ْو َن هّٰللا َ َوالَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ۚ َو َما يَ ْخ َد ُع ْو َن آِاَّل
اَ ْنفُ َسهُ ْم َو َما يَ ْش ُعر ُْو ۗ َن
Terjemahan : Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Mereka menduga, dengan mengatakan
seperti itu, telah berhasil menipu Allah dengan menganggap Allah tidak
mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan, padahal Allah Maha
Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak; dan mereka juga
merasa telah berhasil menipu orang-orang yang beriman, dengan berpura-
pura beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka
sadari. Sebab akibat buruk perbuatan mereka itu, cepat atau lambat, akan
kembali kepada mereka sendiri.
Ayat 10
ٌضٌ فَ َزا َدهُ ُم هّٰللا ُ َم َرض ًۚا َولَهُ ْم َع َذاب ۙ فِ ْي قُلُ ْوبِ ِه ْم َّم َر
15
dunia, mereka akan mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta
dengan memperlihatkan keimanan padahal hati mereka ingkar.
Ayat 11
16
orang lain dengan menyebar fitnah dan memicu konflik di tengah
masyarakat. Tetapi, karena hati yang telah tertutup dan rasa bangga diri yang
berlebihan, mereka tidak menyadari kerusakan tersebut dan akibat buruk
yang akan menimpa mereka oleh sebab kemunafikan.
Ayat 13
َواِ َذا قِ ْي َل لَهُ ْم ٰا ِمنُ ْوا َك َمٓا ٰا َم َن النَّاسُ قَالُ ْٓوا اَنُ ْؤ ِم ُن َك َمٓا
ٰا َم َن ال ُّسفَهَ ۤا ُء ۗ آَاَل اِنَّهُ ْم هُ ُم ال ُّسفَهَ ۤا ُء َو ٰل ِك ْن اَّل يَ ْعلَ ُم ْو َن
Terjemahan : Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu
sebagaimana orang lain telah beriman!” Mereka menjawab, “Apakah kami
akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka
tidak tahu.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan
kepada mereka, “Berimanlah kamu dengan tulus ikhlas sebagaimana orang
lain yang menyambut suara dan seruan akal sehat telah beriman, seperti yang
dilakukan para sahabat pengikut Nabi Muhammad, mereka menjawab
dengan penuh kesombongan dan nada menghina, "Apakah kami akan
beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman? Tidak pantas
bagi kami untuk mengikuti orang-orang bodoh itu, sebab dengan begitu
berarti kami sama bodohnya dengan mereka". Allah membantah
kecongkakan mereka dengan mengingatkan orang-orang mukmin, "Ingatlah,
sesungguhnya hanya mereka itulah orang-orang yang kurang akal dan
bodoh, tetapi mereka tidak tahu dan tidak sadar bahwa kebodohan dan sifat
kurang akal itu ada dalam diri mereka, dan mereka juga tidak menyadari
kesesatan mereka itu.
Ayat 14
17
َواِ َذا لَقُوا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا قَالُ ْٓوا ٰا َمنَّا ۚ َواِ َذا َخلَ ْوا اِ ٰلى
َش ٰي ِط ْينِ ِه ْم ۙ قَالُ ْٓوا اِنَّا َم َع ُك ْم ۙاِنَّ َما نَحْ ُن ُم ْستَه ِْز ُء ْو َن
Terjemahan : Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman,
mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali
kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata,
“Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Dan apabila mereka, orang-orang munafik,
berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman
seperti yang kalian yakini tentang kebenaran Rasul dan dakwahnya.” Mereka
menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih
keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman
dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku
mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata,
“Sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan
dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan
beriman di hadapan orang-orang mukmin.”
Ayat 15
18
Ayat 16
ٰۤ ُ
ْك الَّ ِذي َْن ا ْشتَ َر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ْاله ُٰد ۖى فَ َما َربِ َحت َ Gِاول ِٕٕى
تِّ َجا َرتُهُ ْم َو َما َكانُ ْوا ُم ْهتَ ِدي َْن
Terjemahan : Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk.
Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat
petunjuk.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Mereka itulah orang-orang yang jauh dari
kebenaran yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Sikap mereka yang
memilih kesesatan dan mengabaikan kebenaran diumpamakan seperti
pedagang yang memilih barang-barang rusak untuk dijual dalam
perdagangannya. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung. Jangankan
untung yang didapat, modal pun hilang. Dan mereka tidak mendapat
petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kebenaran, sebab yang ada pada
mereka hanyalah kesesatan.
Ayat 17
ت َما ْ ض ۤا َء
َ ََمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذى ا ْستَ ْوقَ َد نَارًا ۚ فَلَ َّمٓا ا
ٍ ٰب هّٰللا ُ ِبنُ ْو ِر ِه ْم َوتَ َر َكهُ ْم فِ ْي ظُلُم
ت اَّل َ ََح ْولَ ٗه َذه
ْصر ُْو َن
ِ يُب
Terjemahan : Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang
menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan
cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat.
Tafsir Ringkas Kemenag RI : Perumpamaan keadaan mereka orang-
orang munafik yang sungguh mengherankan itu seperti keadaan yang aneh
dari orang-orang yang menyalakan api. Setelah api itu menerangi apa-apa
19
yang ada di sekelilingnya dan memberikan kehangatan, rasa nyaman, dan
manfaat lainnya bagi mereka, tiba-tiba Allah melenyapkan cahaya yang
menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan yang kelam,
tidak dapat melihat suatu apa pun. Allah telah memberikan kepada mereka
petunjuk kebenaran, tetapi mereka tidak berpegang teguh pada petunjuk
tersebut, sehingga mata mereka menjadi tertutup, dan mereka pantas berada
dalam kebimbangan dan kesesatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah di bahas dapat di simpulkan bahwa Dakwah
berarti menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah
sesuai dengan garis aqidah, syari’ah dan akhlak islam. Kewajiban berdakwah
merupakan kewajiban yang bersifat taklifi dariAllah kepada umatNya agar apa
yang menjadi tujuan islam dapat tercapai. Karena sifat taklifi dan qat’i, maka
jelas bahwa dasar hukum dakwah pastinya berasal dari sumber utama hukum
islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dalam hal ini, seluruh ulama telah bersepakat
mengenai wajibnya berdakwah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi sumber
hukum ilmu dakwah di antaranya; Surah An-Nahl ayat 125, Surah Ali Imron
ayat 104, Surah An-Nahl ayat 25 dan masih banyak ayat lainnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://www.eurekapendidikan.com/2015/11/pengertian-dakwah-dalam-
pandangan-hukum.html
http://syariatkita.blogspot.co.id/2014/12/dasar-hukum-dakwah.html
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-baqarah
https://tafsirweb.com/37561-quran-surat-al-baqarah-ayat-1-5.html
21