Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEWAJIBAN DAKWAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis dan Tafsir Ayat Al-Qur’an

Dosen Pengampu :

Ahmad Hayyan Najikh, M.Kom.I.

Disusun oleh :

Ahmad Maulid : 222103040012

Cindy Aprilia : 224103040003

FAKULTAS DAKWAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

Maret 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, karena berkat
Rahmat dan Karunianya kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah berupa makalah
yang berjudul "Kewajiban dakwah" Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah kami. Dan mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah kami lakukan selama
menyusun makalah ini, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Kami mengharapkan


kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah yang berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi kami para penyusun. Atas perhatian
semua pihak, kami sampaikan terima kasih.

Jember, 1 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................4

2.1 Pengertian Dakwah.......................................................................4

2.2 Kewajibah berdakwah bagi setiap Umat Islam berdasarkan


Hadis...................................................................................................5

2.3 Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Kewajiban


berdakwah...........................................................................................8

2.4 Dalil yang mewajibkan berdakwah..............................................11

2.5 Posisi Kewajiban Dakwah dalam Islam.......................................12

2.6 Kewajiban Dakwah bagi Umat Islam...........................................13

BAB III PENUTUP............................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................16

3.2 Saran.............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi kenyataan bahwa proses


memberi lebih penting daripada hal itu sendiri, yang kita bandingkan dengan
semangkuk teh pahit dan sepotong ubi goreng, disajikan dengan sopan, ramah dan
tanpa apapun. Rasanya lebih enak dimakan daripada hidangan yang enak, mewah dan
mahal, tetapi disajikan dengan cara yang kasar, kasar dan menghina penerimanya.
Uraian di atas memunculkan ungkapan bahwa tata cara atau metode lebih utama dari
pada materi yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai “Al-Thariqah ahammu min al-
maddah”.

Kalimat ini sangat penting untuk kegiatan dakwah. Pada awalnya, kegiatan
dakwah hanyalah sebuah tugas sederhana keharusan untuk mewariskan apa yang
diterima dari Rasulullah SAW meskipun hanya berupa ayat. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana ditegaskan oleh Hadis Nabi Muhammad:

“Balighu ‘anni, sebut saja sebuah ayat”. Hal ini membuat kegiatan dakwah
diperbolehkan dan siapapun yang merasa terpanggil untuk menyebarkan nilai-nilai
Islam harus mengamalkannya. Oleh karena itu, kegiatan dakwah harus dibedakan
dengan kesadaran pribadi, yang dilakukan oleh mereka yang berkemampuan minimal
dan oleh siapa saja yang mampu melakukan dakwah.

Da’i dan Da’iyah secara tradisional melakukan kegiatan dakwah secara lisan
berupa ceramah dan penjelasan. Di mana pengkhotbah berpindah dari satu konvensi ke
konvensi lainnya. Namun perkembangan era dakwah saat ini tidak berlangsung secara
tradisional.

1
Dakwah kini telah menjadi profesi yang membutuhkan keahlian, perencanaan
dan kepemimpinan yang handal. Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri,
kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya menawarkan solusi Islami terhadap
berbagai persoalan dalam kehidupan. Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
orang, apalagi seseorang yang telah dibekali pengetahuan keagamaan secara
mendalam, karena substansi dari dakwah itu adalah mengajak kepada kebaikan dan
meninggalkan segala bentuk kemungkaran dengan cara yang baik dan dan dilengkapi
pengeetahuan yang memadai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Dakwah

2. Kewajiban berdakwah bagi setiap umat Islam berdasarkan Hadis

3. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang kewajiban berdakwah

4. Dalil yang mewajibkan berdakwah

5. Posisi kewajiban Dakwah dalam Islam

6. Kewajiban Dakwah bagi Umat Islam

1.3Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dakwah?

2. Untuk mengetahui kewajiban berdakwah bagi setiap umat islam

berdasarkan hadis?

2
3. Untuk mengetahui Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang

kewajiban berdakwah

4. Untuk mengetahui dalil yang mewajibkan berdakwah?

5. Untuk mengetahui posisi kewajiban dakwah dalam islam?

6. Untuk mengetahui kewajiban dakwah bagi umat islam?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah

1. Pengertian Dakwah secara bahasa dan istilah

Dakwah berasal dari kata Arab “da’ wah”. Dakwah memiliki tiga huruf asli
yaitu dal, 'ain dan wawu. Banyak kata dan arti yang berbeda terbentuk dari ketiga huruf
awal tersebut. Makna tersebut antara lain memanggil, meminta tolong, memohon,
menamai, memerintah, mendesak, menyebabkan, membawa, berdoa, menangis, dan
mengeluh.

Menurut perhitungan Muhammad Sulthon, kata dakwah dan berbagai


bentuknya muncul sebanyak 198 kali dalam Al-Qur'an Artinya, al-Qur’an memperluas
makna kata dakwah untuk kegunaan yang berbeda-beda. Dakwah, menurut arti
istilahnya, adalah kegiatan yang membutuhkan kebaikan, yang dilakukan oleh para da'i
(orang yang berdakwah) dengan madu (orang yang mendengarkan khotbah).

2. Definisi Dakwah Dari Para Ahli

a. Abu Bakar Zakaria (1962: 8) mengatakan da'wah adalah:

‫قياما علماء والمسترين في الدين بتعليم الجمهور من العامة ما ينصرهم بامور دينهم و دنياهم على قدر اطاقة‬

"usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama islam untuk
memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan."

b. Syeikh Muhammad al-Ghazali (dalam al-Bayanuni, 1993: 15), dakwah adalah:

4
‫برنامج كامل يضم في اطوانة جميع المعارف التي يحتاج اليها الناس ليبصروا الغاية من محياهم وليستكشفوا‬
‫معالم الطريقالتي تجمعهم راشدين‬

"Program sempurna yang menghimpun semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh


manusia di semua bidang, agar ia dapat memahami tujuan hidupnya serta menyelidiki
petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk."

c. 'Abd al-Karim Zaidan (1976: 5), dakwah adalah mengajak kepada Agama Allah
S.W.T. yaitu Islam.

2.2 Kewajiban berdakwah bagi setiap Umat Islam berdasarkan Hadis

Dakwah dalam segala bentuknya adalah wajib bagi setiap muslim. Misalnya
Amar ma'ruf, Nahi Anil munkar, Jihad, memberi nasihat dll. Hal ini menunjukkan
bahwa syariat atau syariat Islam tidak memaksa manusia untuk selalu mencapai hasil
yang maksimal, melainkan usahanya ditantang semaksimal mungkin sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya.

Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah sendiri.
Berikut hadits-hadits yang menganjurkan berdakwah:

1.

ِ ‫ظرْ َما يُع ِْجبُ أذلك أن نقول لك ْال َقوْ ُم إِذَ ْاق ْمتَ ِم ْن ِع ْن ِد ِه ْم فَا لَّتِ ِه فا‬
ُُ ‫تنظ ُر الَّذِى تَ ْك َر‬ ُ ‫ب ْال ُم ْنك ََر َوا ْن‬
ِ َ ‫وف َواحْ ت‬ ِ َّ‫إِن‬
ِ ‫ت ال َمع ُْر‬
ُ‫أن يَقُو َل لَكَ ْالقَوْ ُم اذَا قُ ْمتَ ِم ْن ِع ْن ِد ِه ْم َما َجتَنِبُه‬
ْ

Artinya :“Berbuat baik dan hindari kejahatan dan dengarkan kata-kata yang menarik
telinga Anda dan yang dikatakan orang kepada Anda. Jika Anda telah bangkit dari –

5
mereka, melakukan dengan baik. Perhatikan juga kata-kata yang Anda benci yang
diucapkan orang dan saat Anda bangun, biarkan mereka pergi. Jauhi kejahatan ini."

Pengali : Al Bukhari dalam bukunya Al Adab karya Ibnu Sa'ad di dalam "Mu'jam As
Sahabah" oleh al Barudi dalam "Ma'rifah As Sahabah" dan Al Baihaqi dalam "As
Syu'ab" karya Harmalah bin Abdullah bin Iyas. Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan
hadits Harmalah dalam kitab Al Adabul Mufrad karya Al Bukhari dan isnad yang
terdapat dalam Musnad At Thayalisi dan karya lainnya adalah Hasan.

Alasan Wurudi: Harmalah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Rasulullah


Perintahnya, yang harus dia penuhi, Rasulullah menjawab:

"Melakukan Ma'ruf dan ........ dan seterusnya".

Keterangan: Yang dimaksud dengan pekerjaan ma'ruf adalah pekerjaan yang diketahui
dan diperbolehkan oleh syar'ah. Sebaliknya, pekerjaan yang buruk adalah pekerjaan
yang dibenci oleh syariah. Maka berbuat baiklah dan tinggalkan kejahatan, cintai
kerabatmu seperti dirimu sendiri, bergaul dengan orang-orang yang berbicara baik dan
sopan santun.

2.

‫ َم ْن رأى ِمن ُك ْم مُذكرا‬: ‫للا صلى للا عليه وسلم َيقُو ُل‬ ُ ‫س ِمع‬
ِ ‫ْت َرسُو َل‬ َ ُ‫س ِعي ِد ْال ُخ ْد ِري َر ِض َي للا‬
َ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ‫عن أبي‬
ْ َ ‫ستَ ِطعْ فَ ِبقَ ْلبِ ِه َوذَ ِلكَ أ‬
‫ رواُ مسلم‬. ‫ضعَ ْت اإليمان‬ ْ َ‫ فَ ِإ َّن لَ ْم ي‬،‫سانِ ِه‬
َ ‫ست َ ِطعْ فَبِ ِل‬ ْ ،ُ‫بند‬، ُ‫فَ ْليُغير‬
ْ َ‫فإن لَ ْم ي‬

"Dari Abu Sa'id Al Khudri radiallahuanhu berkata: Saya mendengar Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah
dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya. jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah- lemahnya
iman.(Riwayat Muslim).

6
Muslim meriwayatkan bahwa hadits di jalan Thariq bin Shihab, dia berkata:

Orang yang pertama kali memberikan khutbah Ied sebelum shalat adalah Marwan.
Kemudian seorang pria mendatanginya dan berkata:

"Doa sebelum khotbah?". Lalu (pria itu) berkata:

“Orang ini (Marwan) meninggalkan apa yang ada (Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam)”. Abu Said berkata:

“Apa yang datang ke hal seperti itu adalah perintah. Saya mendengar Rasulullah
(damai dan berkah Allah besertanya) mengatakan:

“Dia yang melihat kejahatan di antara kamu, jika dia tidak mau, ubahlah (mencegah)
dengan tangannya (kekuatan), aku dengan lidahku (menasihatinya); dan jika dia tidak
mau, maka dengan hatinya (merasa tidak senang) dan tidak setuju), dan itu adalah iman
yang paling lemah.” Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada yang melakukan hal
seperti ini sebelum Marwan.

Jika seseorang bertanya:

"Mengapa Abu Sa'id menunda mencegah kejahatan ini sampai satu orang
mencegahnya?" Beberapa menjawab:

“Mungkin Abu Sa’id tidak hadir saat Marwan menyampaikan salat. Laki-laki itu tidak
setuju dengan tindakan itu, sehingga Abu Sa’id datang saat kedua laki-laki itu sedang
berbicara. Atau mungkin Abu Sa’id sudah ada tapi dia takut untuk menghentikannya
karena ada kekhawatiran menghentikannya akan mengakibatkan pencemaran nama
baik, sehingga tidak dilakukan. Atau mungkin Abu Sa'id yang melakukannya ingin
mencegah, tetapi seorang laki-laki mendahuluinya, kemudian Abu Sa'id
mendukungnya." Wallaahu a'lam.

7
Dalam hadis lain yang disepakati Bukhari dan Muslim dalam bab shalat Idul
Fitri disebutkan bahwa Abu Sa'id menarik tangan Marwan ketika hendak naik mimbar
sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, atau mungkin kejadian ini terjadi di lain
waktu. Seluruh umat Islam memahami kalimat “biarkan dia mengubahnya
(mencegahnya)” sebagai perintah wajib. Kewajiban amar ma'ruf dan nahi mungkar
sudah diatur dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ini mengandung nasihat dan merupakan
masalah agama. Mengenai Firman Tuhan:

"Hati-hati, kamu tidak akan dicelakai oleh orang yang sesat jika kamu dibimbing." (QS.
Al Maidah:

105) tidak bertentangan dengan apa yang telah kami jelaskan, karena menurut para
ulama tahqiqi pengertian yang benar adalah bahwa maksud dari ayat tersebut adalah
jika kamu melakukan segala sesuatu yang diwajibkan kepadamu, maka kamu tidak
akan malu ketika orang lain menghinamu.

"Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari).

2.3 Ayat Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Kewajiban Berdakwah

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dan inheren dengan Islam.
Oleh Awis Karni, sangat sulit memisahkan dakwah dengan Islam karena Islam itu
berkembang dengan lewat dakwah. Dakwah adalah suatu upaya mengajak manusia
kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar
yang dilarang oleh Agama Islam.

Dengan dakwah, segala kegiatan yang melanggar aturan agama Islam dapat
dihindarkan dan disana pula ajaran Islam dapat diterima oleh manusia.

8
Islam yang disyariatkan melalui kegiatan dakwah yang berfungsi untuk menata
kehidupan yang agamis dan penuh dengan keredhaan Allah SWT. Karena pentingnya
dakwah itu, maka kegiatan dakwah bukanlah pekerjaan yang dipikirkan dan dikerjakan
sambil lalu saja melainkan suatu pekerjaan yang mesti direncanakan dengan matang,
dilakukan secara sustainable, dan dilaksankan secara konsisten.

1. Ayat-Ayat Al-Qur'an dan Hadist Tentang Kewajiban Berdakwah

a. QS. An Nahl Ayat 125

Artinya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk "

b. QS. Asy-Syu'ara 214-216

Artinya:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (26:214) Dan


rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman. (26:215) Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku
tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan": (26:216).

c. QS. Al-Hijr 94-96

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (15:94) Sesungguhnya
Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan
(kamu).

9
yaitu orang-orang yang menganggap adanya ilah yang lain di samping Allah, maka
mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).

d. Hadist

Artinya:

Perintahkanlah (olehmu) akan kebaikan meskipun kamu belum mengerjakan kebaikan


itu, dan cegahlah olehmu dari pada munkar meskipun kamu belum meninggalkannya.

2. Kandungan-Kandungan

a. QS. An-Nahl 125

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar.
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

b. Q.S. Asy-Syu'ara 214-216

Keluarga seseorang yang menjadi pokok. Yang dimaksud di sini ialah Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Beliau diperintah untuk memperingatkan kerabat
karena memperhatikan urusan mereka sangatlah penting. Lenturkanlah tubuhmu
terhadap mereka dan hendaklah kamu mampu bergaul dengan mereka yang
keadaannya sangat sederhana dan berinteraksilah dengan mereka melalui akhlak yang
baik.

Yakni jika ada keluargamu yang menyimpang dari ketaatan, menyalahi


perintahmu, atau tidak mengikutimu maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"), yakni dari penghambaanmu
kepada selain Allah. Ucapkanlah perkataan yang baik kepada mereka disertai nasihat
dan petuah. Mudah-mudahan mereka menaatimu dan menerima seruanmu.

10
c. Hadist

Hadist ini menjelaskan bahwa kita tetap harus berdakwah (menyeru pada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar) meskipun kita belum menjalankan yang
ma'ruf itu dan belum meninggalkan yang mungkar itu.

3. Menunjukkan Perilaku Berdakwah

Allah memerintahkan RasulNya Muhammad untuk menyeru manusia ke jalan


Allah dengan hikmah. Untuk menyeru kepada kebenaran Islam, kepada jalan Allah
mestilah dengan cara yang benar seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah
ketika melaksanakan perintah ini. Jika kita berharap bahwa dakwah kita bernilai
ibadah, maka mestilah dakwah itu tidak menyimpang dari contoh pelaksanaan Nabi
dan para sahabat. Begitu pula dalam menghadapi bantahan atau sanggahan dari ahlul
kitab, mestilah dengan yang lebih baik kecuali orang yang dholim di antara mereka.

2.4 Dalil yang Mewajibkan berdakwah

1. Dalil Quran

َ ‫س ُن إِ َّن َربَّكَ ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬


َ ‫ض َّل ع َْن‬
‫س ِبي ِل ِه‬ َ ‫الح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِع َظ ِة ْال َح‬
َ ْ‫سنَ ِة َوجَا ِد ُه ْم ِبالَّتِي ِه َي أَح‬ ِ ‫س ِبي ِل َر ِبكَ ِب‬ َ ‫ع إِلَى‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫َو ُه َو أ َ ْع َل ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِدين‬

Serta dalil-dalil yang lainnya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-
lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125)

11
ِ ‫عَن َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُمَّة يَ ْدعُونَ إِلَى ال َخ ْي ِر َو َيأْم ُُرونَ بِ ْال َمع ُْر‬
َ‫وف َويَ ْنهَوْ نَ ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

ْ ‫ض ع َِن ْال ُم‬


‫ش ِر ِكين‬ ْ ‫ع ِب َما ت ُ ْؤ َم ُر َوأ َ ْع ِر‬ ْ ‫فَا‬
ْ َ‫صد‬

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS. Al- Hijr: 94)

QS. Ali Imran: 110, QS. Al-A'raf: 199, QS. Al-Muddatsir: 1-2, QS. At-Taubah: 71,
QS. Al-'Ashr: 1-3, QS. Ar-Ra'du: 36.

2. Hadits

ُ‫سى أ َ ْن يُ َب ِل َغ َم ْن ُه َو أَوْ عَى لَهُ ِم ْنه‬


َ ‫ع‬ َّ ‫ فَ ِإ َّن ال‬.‫ب‬
َ َ‫شا ِهد‬ َ ‫ييُبلغ الشا ِهدُ ال َغا ِئ‬

Orang yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir. Sesungguhnya
orang yang menyaksikan itu barangkali menyampaikan kepada orang yang lebih
mengetahui (paham) daripadanya. (HR. Bukhari)

.ُِ ‫ فَ َم ْن َم ْن فَ ْليُ ْنكِرْ ُُ ِبيَ ِد‬،‫سانِ ِه‬


َ ‫ست َ ِطعْ َف ْليُنكِرْ ُُ ِب ِل‬
ْ َ‫ فمن لم ي‬،ُ‫من رأى ِم ْن ُك ْم مُنكَرا فلينكرُ بيد‬

.‫ان فَ َم ْن‬ ْ َ ‫ َوذَاكَ أ‬،‫فمن لم يستطع فلينكرُ ِب َق ْل ِب ِه‬


ِ ْ ُ‫ضعَف‬
ِ ‫اإلي َم‬

Barangsiapa melihat kemunkaran di antara kalian maka hendaklah mengubahnya


dengan tangannya. Jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka
dengan hatinya. Demikian itulah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim).

2.5 Posisi Kewajiban Dakwah dalam Islam

Para ulama sepakat atas wajibnya dakwah, dan berbeda pendapat dalam macam
kewajibannya; Apakah termasuk wajib ain atau wajib kifayah. Masing-masing pihak

12
memperluas argumentasi dengan mendasarkan kepada nas syariat dan dalil akal
yang terkadang para peneliti tentang perselisihan dan argumentasi mereka itu
merasakan perbedaan yang jauh antara keduanya, dan pengaruh yang besar bagi
keduanya dari segi perbuatan. Orang-orang yang berpendapat wajib kifayah bersepakat
dengan lainnya bahwa apabila kecukupan (kifayah) tidak tercapai, hukum tidak gugur
terhadap sisanya dan seruan tetap terarah kepada semua orang sampai terealisasi
kecukupan (kifayah) tersebut, dan bila belum terealisasi maka semuanya berdosa.
Orang-orang yang berpendapat bahwa dakwah itu wajib ain membatasi kewajiban
dengan kemampuan.

Maka orang yang tidak tahu tentang hukum munkar, secara sepakat tidak
dianggap mampu. Begitu pula orang yang tidak mampu mengubah kemunkaran
dianggap gugur baginya kewajiban. Karena itu, pendapat wajib ain tidak berakibat
adanya kesulitan pada seseorang.

Meskipun kewajiban gugur dengan adanya pelaksanaan oleh sebagian yang


memenuhi syarat (kifayah), maka masih tetap (sisa) hukum sunnah (anjuran). Karena
itu, semua orang muslim dianjurkan (sunnah) melaksanakan dakwah dengan dasar
firman Allah Ta'ala:

َ ْ‫و َم ْن أَح‬
َ‫س ُن قَوْ ل ممن دعا إلى للاِ َوع َِم َل صَا ِلحا َو َقا َل إِنَّنِي ِمن‬

2.6 Kewajiban Dakwah bagi Ummat Islam

Mempelajari berbagai gejolak dan perilaku manusia di satu sisi dan aspek-
aspek ajaran Islam di sisi yang lain, maka dapatlah kiranya dimengerti antara lain:

1) Bahwa dakwah adalah suatu kewajiban yang dipikul oleh ummat Islam.

13
2) Kewajiban itu berlaku baik secara individu maupun kelompok, baik rakyat maupun
pemerintahnya.

3) Khususnya dalam rangka menghadapi gejolak sosial yang ada, maka dakwah harus
di kelola dengan menyajikan materi, sistem dan metode yang islami.

4) Bahan, sistem dan metode tidak lain adalah sesuai dengan syariat Allah SWT.
Sebagai kebenaran yang muthlaq.

Manusia adalah penyebab sekaligus penerima akibat dari tindakannya, jadi


tentu saja setiap orang terlibat dalam mengantisipasi dan mengelolanya. Dan satu-
satunya cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan kembali menganut dan
mengamalkan Syariat Islam dengan cara kaffah. Hanya perlu diingat bahwa dakwah
Islam terpelihara bukan karena gejolak dan segala akibatnya, bukan pula karena
keadaan situasional dan kebetulan.

Sementara semua ini terjadi, ada efek samping dari keengganan mereka untuk
mengikuti Syariah Allah. Itu dia. Dakwah berarti membawa kembali orang-orang yang
tersesat dari jalan yang diaspal karena mengadopsi pemahaman non-Islam. Tapi
berdakwah membutuhkan pemain peran yang berbeda, kata Allah Ta'ala; QA At-
Taubah 122:

ِ ‫َو َما كَانَ ْالم ُْؤ ِمنُونَ ِليَ ْن ِف ُروا كَافَّة فَلَوْ َل نَفَ َر ِم ْن ُك َّل فِرْ قَة ِم ْن ُه ْم َطائِ َفة ِليَتَفَقَّهُوا في الد‬
‫ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا قَوْ َم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا‬
َ‫إِلَي ِْه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُرون‬

Dan tidak cocok bagi semua orang beriman untuk pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari masing-masing golongan tidak pergi memperdalam ilmu
agamanya dan memperingatkan kaumnya ketika kembali agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri? Dari ayat di atas jelaslah bahwa tidak perlu mengerahkan seluruh
tenaga umat Islam di medan perang.

14
Pasti akan ada beberapa peran lain di lini belakang. Hal ini menunjukkan bahwa
perjuangan Islam bukan sekedar peperangan bersenjata, meskipun merupakan amalan
yang sangat mulia. Perjuangan Islam membutuhkan pendekatan dan peran yang
berbeda.

Dalam kehidupan ini pengkhotbah harus memastikan bahwa dia memainkan


setidaknya satu dari tiga peran utama; Berjihad di medan perang, menuntut ilmu agama
dan memperingatkan kaumnya. Orang yang paling bahagia adalah orang yang bisa
menggabungkan ketiga peran tersebut dalam hidupnya.

Ayat ini memberikan indikasi bahwa dalam umat Islam harus ada tiga
kelompok orang; Mujahid (pejuang), Faqih (ulama/peneliti) dan Munzir (pemberi
peringatan/pendakwah).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dakwah adalah upaya mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk,


perintah berbuat baik dan mencegah kemungkaran yang dilarang oleh Islam. Dengan
dakwah, segala aktivitas yang melanggar aturan Islam dapat dihindari dan ajaran Islam
dapat diterima oleh semua orang. Manusia dalam kehidupannya selain sebagai
makhluk Tuhan, juga merupakan makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial.

Di mana-mana dalam hidupnya ada tanggung jawab, hak dan kewajiban, yang
membutuhkan dedikasi dan pengorbanan. Berbuat saleh di sisi Allah, kamu (manusia)
pasti akan semakin dekat dengan kesalehan di puncak cahaya yang benar. Namun jika
kejujuran mendatangkan kebaikan (ketaatan), pasti akan mengantarkan ke surga.
Sebaliknya, kejujuran mendatangkan keburukan (dosa) dan pasti masuk neraka.

3.2 Saran

Untuk mengakhiri penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun


menyarankan kepada pembaca, khususnya kepada rekan mahasiswa dan kepada semua
umumnya, bila terdapat kesalahan dan kekhilafan baik disengaja maupun tidak
disengaja di dalam penyusunan makalah ini tidak ada kata lain yang sepantas penyusun
ucapkan hanyalah minta maaf sedalamnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan kode etik.

Jakarta: Akademika Pressindo, 2010

M. Anas Adnan, Digital Book Digital Journal Al-Manär, Fiqih Dakwah: Pola dan

Kebijaksanaannya, 2004

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Cet VI. Jakarta: Kencana, 2017.

Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al Hanafi Ad. Asbabul Wurud. Cet 12. Jakarta: KALAM

MULIA, 2011.

Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,

2013.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ikhlas, t.t.

17

Anda mungkin juga menyukai