Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP DASAR DAKWAH


Makalah ini ditijau guna memenuhi mata kuliah Dakwah Islamiyyah
Dosen Pengampun : Syarif Hidayat. S.Ag,M.Pd.I

Disusun Oleh:
N. Winda Widiatul Awaliyah
2122.050.1

UNIVERSITAS ISLAM K.H RUHIYAT CIPASUNG


SINGAPARNA - TASIKMALAYA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
1.4 Definisi Dakwah ........................................................................................................2
1.5 Dasar Dakwah ............................................................................................................3
1.6 Hakikat Dakwah .......................................................................................................3
BAB III PENUTUPAN ....................................................................................................5
1.7 Kesimpulan ...............................................................................................................5
1.8 Saran .........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah. Islam tidak memusuhi, tidak menindas unsur-unsur
fitrah. Islam mengakui adanya hak dan wujud jasad, nafsu, akal dan rasa dengan
fungsinya masing-masing. Dakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi munkar adalah
syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan
kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk ijtima’i (M. Natsir, 1977:
26). Untuk mencapai tujuan ini, perlu direnungkan betapa pentingnya dakwah dalam
kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada asumsi bahwa dakwah
ditujukan hanya kepada orang non muslim, sedangkan orang muslim sejak lahir hidup
dalam keluarga muslim, tidak lagi membutuhkan dakwah. Yang perlu dipahami bahwa
dakwah harus dimulai dari diri sendiri sebelum berdakwah kepada orang lain. Oleh
karena itu, berdakwah secara berkesinambungan, bukan pekerjaan yang mudah.
Berdakwah tidak cukup hanya dilakukan dengan lidah, tetapi juga harus praktekkan
dalam bentuk perbuatan. Berdakwah merupakan sesuatu yang sangat penting demi
tercapainya tujuan dakwah Islam. Dalam hubungan ini, seorang da’i harus benar-benar
memiliki akhlak yang terpuji sehingga dapat menjadi panutan bagi yang orang-orang
yang didakwahinya.
Agar dakwah berhasil, diperlukan berbagai elemen yang terkait dengan unsur-unsur
dakwah yang merupakan satu kesatuan konsep yang utuh. Beberapa landasan ayat Al-
Qur’an dalam pembahasan, diantaranya QS. Al-Hjj: 67, QS. Fushilat: 33, QS.
Para ulama telah menjelaskan bahwa dakwah itu hukumnya fardlu kifayah. Karena
itu, apabila di suatu tempat sudah ada para da'i yang telah menegakkan dakwah, maka
kewajiban dakwah bagi yang lain akan gugur dengan sendirinya. Jika di suatu tempat
(daerah) membutuhkan dakwah secara kontinyu, maka dalam keadaan seperti ini dakwah
menjadi fardlu kifayah, artinya apabila dakwah telah dilakukan oleh orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian, maka beban kewajiban itu akan gugur bagi yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dakwah?
2. Bagaimana dasar dakwah?
3. Bagaimana hakikat dakwah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dakwah
2. Untuk mengetahui dasar dakwah
3. Untuk mengetahui hakikat dak

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dakwah
Kata dakwah adalah kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata dakwah merupakan suatu istilah dari Kata kerja Bahasa Arab yaitu menyeru,
memanggil, mengajar, menjamu (H. Mahmud Junus, 1973: 127).
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa pendapat yang
berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah
dakwah. Namun antara definisi yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda.
Beberapa contoh definisi dakwah yang penulis kemukakan di sini adalah:
1. Shalahuddin Sanusi
”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang
positif, memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak
atas yang batil’’.

2. H. Timur Djaelani, M.A.


’’Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat baik dan menjauhi yang
buruk sebagai pangkal tolak kekuatan mengubah masyarakat dan keadaan yang
kurang baik kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu
pembinaan”

3. Prof. H.M. Thoha Yahya Omar


’’Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat.’’

4. Prof. A. Hasymi
’’Dakwah islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan mengamalkan
aqidah dan syariah islamiah yang terdahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah sendiri.’’

5. Dr. Abdul Karim Zaidan


’’Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.’’ Dakwah adalah kegiatan untuk
mengajak dan menyeru manusia kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan
hidup yang baik, diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama
berada di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia
adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi.
Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa
ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara
lain: pendapat Syekh Ali Makhfuz dalam kitabnya Hidayat al-Mursyidin bahwa
dakwah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk,
menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar,
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akherat.

2
Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan seorang Muslim, di mana intinya berada pada ajakan dorongan (motivasi,
rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama
dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan
pengajaknya. Jadi berbeda (bertolak belakang) dengan propaganda.
B. Dasar Dakwah
Ada pandangan yang menyatakan bahwa dakwah hukumnya fardu 'ain
didasarkan hadits Nabi saw: " Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran,
hendaklah merubahnya dengan tangan, jika tidak mampu dengan lisan, jika tidak
mampu dengan hati dan itu selemah-lemah dari pada iman". Perintah ini disampaikan
Rasulullah kepada umatnya agar mereka menyampaikan dakwah meskipun hanya satu
ayat. Ajakan ini berarti bahwa setiap invidu wajib menyampaikan dakwah sesuai
dengan kadar kemampuannya.
Para ulama telah menjelaskan bahwa dakwah itu Hukumnya fardlu kifayah.
Karena itu, apabila di suatu tempat sudah ada para da'i yang telah menegakkan;
dakwah, maka kewajiban dakwah bagi yang lain akan gugur dengan sendirinya. Jika
di suatu tempat (daerah) membutuhkan dakwah secara kontinyu, maka dalam keadaan
seperti ini dakwah menjadi fardlu kifayah, artinya apabila dakwah telah dilakukan
oleh orang yang memiliki kemampuan dan keahlian, maka beban kewajiban itu akan
gugur bagi yang lain.
Dalam kondisi yang demikian itu, dakwah bagi yang lain menjadi sunnah
muakad dan merupakan amal shalih. Sebaliknya, apabila di suatu tempat atau daerah
tertentu tidak ada yang melaksanakan dakwah sama sekali, maka dosanya ditanggung
oleh seluruh umat dan beban kewajiban ditanggung oleh semuanya. Dalam kondisi
semacam ini, setiap pribadi umat Islam diharuskan berdakwah menurut kadar
kemampuannya.
Dengan demikian, dakwah bisa menjadi fardlu 'ain apabila di suatu tempat tidak
ada seorang pun yang melakukan dakwah dan dakwah bisa menjadi fardlu kifayah
apabila di suatu tempat sudah ada orang yang melakukan dakwah. Demikian juga,
ketika jumlah da'i masih sedikit, sementara tingkat kemunkaran sangat tinggi dan
kebodohan merajalela, maka dakwah menjadi wajib 'ain bagi setiap individu sesuai
dengan kemampuannya.

C. Hakikat Dakwah
Ada tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah, yaitu kebebasan,
rasionalitas, dan universal.
1. Kebebasan
Maksud kebebasan di sini adalah bahwa obyek dakwah harus benar-benar
yakin tentang kebenaran Islam dari penilaiannya sendiri, bebas dari ancaman atau
paksaan. Kebebasan ini merupakan prinsip dalam berdakwah yang memiliki nilai
tinggi dan merupakan ciri manusia yang spesifik. Kebebasan berakidah
merupakan hak asasi manusia yang paling pertama. Islam mendahulukan ajaran
dalam hal seruan kepada kebebasan naluri manusia dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia.
Artinya, penyampaian dakwah Islam dilakukan dengan cara persuasif, tanpa
paksaan, penuh damai, kasih sayang, toleran dan lain-lain. Dalam kondisi apapun,
tidak diperkenankan untuk memaksa sasaran dakwah, sebagaimana diisyaratkan

3
dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 256 : “ Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada
buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui“ (QS. Al-Baqarah: 256).

2. Rasionalitas
Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berpikir, berdebat, dan berargumen,
dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Yang diupayakan dalam dakwah
adalah penilaian, maka dari hakikat sifat penilaian tujuan dakwah tak lain adalah
kepasrahan yang beralasan, bebas, dan sadar dari objek dakwah terhadap
kandungan dakwah. Dakwah harus merupakan penjelasan tentang kesadaran,
dimana akal dan hati tidak saling mengabaikan. Keputusannya harus berupa
tindak akal diskursif mendisiplinkan dan intuisi emosi dari nilai-nilai yang
terlibat. Sementara itu, tindak akal diskursif mendisiplinkan dan intuisi emosi
memperkayanya. Karenanya, dakwah Islam merupakan proses kritis penalaran. Ia
tidak bersifat dogmatis. Dakwah harus selalu terbuka dengan bukti baru dan
membangun bentuk baru berulang-ulang, memperhatikan temuan baru ilmu
pengetahuan, kebutuhan baru situasi manusia.

3. Universalisme
Universalitas dakwah berarti bahwa dakwah Islam berlaku bagi semua orang
(tidak terkotak-kotak dalam ras, suku, dan bangsa) di setiap tempat dan waktu.
Objek dakwah Islam adalah semua manusia dan tanpa mengenal batasan
(universal). Islam memandang semua orang mempunyai kewajiban untuk
mendengar bukti dan menerima kebenaran. Dakwah menyeru semua manusia
kepada-Nya, karena semua manusia adalah makhluk-Nya.
Dengan demikian, universalitas dakwah memiliki dua dimensi, yaitu
universalitas dalam arti ia berlaku di setiap tempat, tanpa mengenal batas etnis,
dan universalitas dalam arti ia berlaku di setiap waktu tanpa ada batasan.
Konsekuensi logisnya, ajaran Islam harus bersifat permanen, elastis, akomodatif
dan fleksibel hingga akhir jaman.

BAB III

4
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
 Berdakwah adalah suatu keharusan dalam rangka mengajak manusia untuk
kembali kepada jalan yang benar. Siapa yang mengabaikan kegiatan dakwah
berarti ia telah melakukan pembiaran kesesatan terhadap umat. Berdakwah bukan
hanya tanggung jawab kelompok atau komunitas tertentu, akan tetapi kegiatan ini
adalah tanggung jawab setiap muslim.
 Ajaran Islam secara gamblang telah membukakan ruang yang seluas-luasnya bagi
para da’i untuk beramal melalui pintu dakwah dalam rangka memberikan
pencerahan.
 Para ulama berpendapat bahwa hukum dakwah adalah wajib kifayah. Apabila
dakwah sudah dilakukan oleh sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah
segala kewajiban dakwah atas seluruh kaum muslimin, sebab sudah ada yang
melaksanakan walaupun oleh sebagian orang.

B. Saran
Dalam mengerjakan makalah ini, sungguh saya mengakui masih terdapat banyak
kesalahan maupun kelemahan di dalamnya. Oleh sebab itu, saya memberikan ruang
kepada Dosen dan teman teman atas maklah ini agar memberikan kritik kritik yang
membangun saya menjadi lebih baik untuk kedepannya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN


Walisongo,1985.
A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Muhammad Natsir, Fiqh al-Dakwah Dalam Majalah Islam, Jakarta: Kiblat Jakarta,
1971
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, Cet 1, Jakarta: Wijaya, 1992
Zafry Zamzam, Pengantar Ilmu Dakwah Etika, Banjarmasin: Fakultas Publistik
UNISAN, 1963

Anda mungkin juga menyukai