Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
makalah ini dapat di selesaikan pada waktunya. Makalah ini di tulis demi untuk
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan syarat yang membangun dari para
pembaca. Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari banyak motifasi dari
memotifasi dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan pendengar. Atas
semua ini kami mengucapkan ribuan terimakasih yang tidak terhingga. Semoga
segala bantuan dari semua motivasi mudah-mudahan mendapat amal baik yang di
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian Islam.................................................................................................6
2.2 Kewajiban Setiap Umat Islam Untuk Berdakwah...............................................6
2.3 Bagaimana Membumikan Islam Di Indonesia...................................................10
2.4 Menanyakan Alasan Perbedaan Ekspresi dan Praktik Keberagamaan.............17
2.5 Menggali Sumber Historis................................................................................19
BAB III...........................................................................................................................37
PENUTUP.......................................................................................................................37
3.1 KESIMPULAN................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................38
3
BAB I
PENDAHULUAN
ajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat
rahman dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama
islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf setelah mengetahui semua
kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum dalam al-Quran.
orang-orang yang beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri.
makna islam. Ada juga orang yang islam KTP atau islam hanya sebagai
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
4
1.3 Tujuan
Islam
5
BAB II
PEMBAHASAN
Islam pada suatu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi
lain disebut sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama islam adalah firman
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaandi dunia dan akhirat, termasuk dalam
nash (teks suci) kemudia dihimpun dalam shuhuf dan kitap suci (Al Quranul
Karim). Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang paling mengetahui
seluruh maksud, arti, dan maknasetiap Firman-Nya. Oleh karena itu, kebenaran
islam dalam dataran high tradition ini adalah mutlak. Bandingakn dengan islam
pada sebutan kedua: Low tradition. Pada dataran ini islam yang mengandung
dalam nash ata teks –teks suci bergumul dengan realitas sosial pada berbagai
rang, islam kahirnya tidak hanya melulu ajaran yang tercatum dalam teks-teks
Berikut ini Dasar Dalil Kewajiban Setiap Umat Islam Untuk Berdakwah
ًصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل بَلِّ ُغوا َعنِّي َولَوْ آيَة َّ ِع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َأ َّن النَّب
َ ي
6
“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan
tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya;
dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah
Terjemahan :
yang hendak mengajak kepada kebaikan maka dia akan memperoleh pahala atas
perbuatan baiknya itu serta pahala orang yang mengikuti dan melaksanakan
kebaikan dengan tanoa dikurangi sedikitpun. Sebaliknya bagi siapa saja yang
mengajak kesesatan atau kemungkaran, maka dia mendapat dosa sebagai balasan
mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun” (HR Abu Dawud, Ahmad, Nasai,
kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena
itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan
– Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah
Ta’ala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan
untuknya.
7
– Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang
mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah Allah Ta’ala,
– Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi
Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan
semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi
kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para
Nabi ‘alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah
kemurahan-Nya”
maupun Non Muslim.Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt,
dan berikut Dasar Dalil Kewajiban Setiap Umat Islam Untuk Berdakwah
8
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ;
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ” (TQS. An-
Nahl : 125).
9
Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban
dakwah (membumikan islam ) atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah
islam), atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”.
Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah
masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini
menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan
yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang
menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi
siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah
adalah wajib.
Apabila manusia diberi kesempatan untuk membaca dan memahami alam dengan
segenap potensi nalar, rasa, dan jiwa yang dimilikinya, ia akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai jawaban final. Namun berkat Wahyu, proses
yang panjang dan berliku tersebut dapat disingkat sedemikian rupa sehingga
manusia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan jawaban final kehidupan.
Wahyu Allah yang terbentang dalam alam geografis dan sosial budaya Arab,
akan ditangkap oleh nabi berkebangsaan Arab dan dibesarkan dalam tradisi
intelektual Arab, otomatis akan menjadi Wahyu yang berbahasa Arab lengkap
dengan kultur Arab pada masa wahyu difirmankan. Contohnya AlQuran sangat
10
dipengaruhi oleh kultur Arab Nabi Muhammad karena ia diturunkan kepada Nabi
ruang, Wahyu akan menyesuaikan dengan keadaan budaya pada suatu tempat dan
Bila dalam sebutan pertama islam adalah agama wahyu yang seolah seolah
berada di langit dan keeradaannya bersifat mutlak, maka pada sebutan kedua
islam telah berada di bumi menjadi agama masyarakat dan kebenarannya pun
menjadi relatif. Implikasinya, pada dataran ini islam berubah menjadi “Islams”.
Dalam ajaran islam, wahyu Allah selain berbentuk tanda-tanda (ayat) yang
Untuk memudahkan pemahaman, kita bedakan antara istilah wahyu (dengan “w”
kecil) dan Wahyu (dengan “W” besar ). Wahyu dengan w kecil menyaran pada
nirbahasa, dan mewujudkan dalam alam semesta dan isinya, termasuk dinamika
sosial budaya yang terjadi didalamnya. Adapun Wahyu dengan W besar menyaran
difirmankan melalui utusan-Nya (malaikat) dan diakses secara khusus oleh orang-
orang pilihan yang disebut sebagai nabi atau rasul (meskipun kedua istilah ini
terbentang, untuk memotivasi manusia agar makin detil dalam membaca dan
memahami alam yang terbentang, sehingga ia bisa memperoleh makna dari setiap
fenomena yang dialaminya. Tidak hanya itu, Wahyu difirmankan juga untuk
11
memperpendek proses pembacaan terhadap alam (wahyu yang terbentang).
Apabila manusia dieri kesempatan untuk membaca dan memahami alam dengan
segenap potensi nalar, rasa, dan jiwa yang dimilikinya, ia akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai jawaban final. Namun berkat Wahyu, proses
yang panjang dan yang berliku tersebut dapat disingkat sedemikian rupa sehingga
manusia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan jawaban final kehidupan.
Islam telah membeli kontribusi yang amat signifikan bagi keindonesiaa dan
perabadan, baik dalam bentuk nilai-nilai maupun bengunan fisik. Islam Indonesia
islam masa depan. Sepak masa Wali Songo, silam di indonesia memiliki dua
model diatas. Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fisik dan poltik
polemik antara kedua model keberagaman ini masih tetap ada. Coba anda telusuri
lebih lanjut kedua model diatas sejak masa kemerdekaan sampai pascareformasi,
islam monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan zaman yang
dihadapi umat islam di berbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman islam yang
dan turats) meminta maaf dan memaafkan adalah ajaran islam yang universal,
12
‘sungkem’ sedangkan komunitas Betawi tentunya tradisi tersebut tidak dikenal.
Uraian diatas menunjukkan bahwa ekspresi tentang islam tidak bisa tunggal. Hal
itu dikarenakan islam tidak lahir diruang hampa sejarah. Tabiat, karakter, tradisi,
budaya, lingkungan, dan lain-lain menjadi penentu dan pembeda corak berfikir,
mengajarkan untuk bertutur kata halus dan penuh makna. Ini tidak berarti orang
Batak atau orang Arab harus berbicara dengan nada lembut seperti orang Jawa.
Alam Nusantara
maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia
nasional.
akulturasi dengan unsur arsitektur tradisional Bali atau menyerupai stil wantilan.
menjadikan tempat suci umat Islam di Bali tampak berbeda dengan bangunan
13
Pemeluk agama Islam di Aceh merupakan mayoritas, dibandingkan
hukum Islam berupa cambuk dan denda emas bagi pelanggar syariat, termasuk
hukuman cambuk atau denda dengan bayar emas murni bagi pelaku pemerkosaan,
muhrim. Bukan hanya pelaku, orang yang ikut menceritakan ulang perbuatan atau
pengakuan pelaku jarimah secara langsung atau melalui media juga dikenakan
hukuman cambuk.
14
Sanksi cambuk bukan hanya berlaku bagi mereka yang beragama Islam.
Aceh, jika melakukan pelanggaran syariat, juga akan dikenakan hukuman dalam
qanun ini. Hanya saja bagi non-muslim diberi kelonggaran yakni bisa memilih
Selain itu corak keberagamaan muslim di aceh terlihat dari tradisi orang
Menurut Andrew Beatty, karena hidup berkeluarga adalah arena utama dari
kehidupan social dan bidang di mana tindakan moral dibentuk dan dinilai, maka
musholla memiliki arti penting praktis yang lebih besar. Sebuah desa di Aceh
dapat bertahan tanpa masjid karena shalat Jumat dilakukan di sebuah mesjid
15
Sidodadi memang memiliki sebutan tersendiri terkait orientasikeagamaan mereka,
§ Istilah orang Sunnah terkadang digunakan secara bertukaran dengan istilah orang
Pengajian
§ istilah orang Yasin juga digunakan bertukaran dengan orang Perwiridan (muslim
tradisionalis
Perbedaan
belah pihak.
· Orang Yasin misalnya mendukung tradisi pesejeuk (kenduri) saat mendirikan
rumah, baca yasin bersama, tahlilan, membacakan talkin untuk mayat yang
pernikahan.
16
· Orang Sunnah menentang semua tradisi tersebut karena tidak ditemukanlandasan
hukumnya dalam al-Qur'an dan hadist. Tradisi baca yasin bersama menurutorang
sunnah sama bid'ahnya dengan pementasan orgen tunggal saat resepsi pernikahan.
keduanya masih tetap berpijak pada landasan yang sama. Al-Quran dan hadis
Definisi serta wilayah cakupan agama juga diturunkan oleh keduanya melalui dua
sumber ajaran Islam ini. Tetapi masing-masing pihak ingin merealisasikan ideal
yang terkandung dalam teks suci ke dalam kehidupan nyata dalam versinya
menghampiri Islam.
Terdapat dua hal yang secara dominan mempengaruhi dinamika dan struktur
sosial masyarakat, yaitu agama dan budaya lokal. Dalam masyarakat Indonesia,
dua hal tersebut memiliki peranan penting dalam membentuk karakter dan
perilaku sosial yang kemudian sering disebut sebagai”jati diri” orang Indonesia.
Karakter tersebut mewarnai hampir semua aspek sosial masyarakat Indonesia baik
sebagai satu dogma yang kaku. Namun, nilai-nilai budaya relatif dipandang lebih
standar normatif. Karena adanya perbedaan karakter agama dan budaya itulah
maka sering kali nilai-nilai agama dipertentangkan dengan nilai-nilai budaya lokal
17
Islam ke Indonesia (Nusantara) masih diperdebatkan. Ada yang berpendapat
bahwa sejak sebelum hijrah telah ada orang Arab yang tinggal di kepulauan ini.
Lalu pada abad ke-13 muncullah untuk pertama kali sebuah komunitas Islam, ang
Mulanya Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Gujarat dan Malabar
India. Lalu belakangan masuk pula pedagang dan dai-dai Islam dari Hadramaut,
damai dengan aliansi politik dan pembiaran terhadap budaya-budaya lokal yang
budaya lokal non-islam (Arab) bahkan melekat dalam karakter, pemikiran, dan
Model akulturasi budaya lokal dengan Islam ini sering dianggap sebagai
orang bahkan menilai bahwa para Wali Songo sebagai ikon dai-dai awal islam di
bagi pihal yang mendukung metde dakwah Wali Songo di ats, praktik-praktik
yang sering dituduh sebagai sinkretisme tersebut bukan sepenuhnya amalan yang
Islam.
18
2.5 Menggali Sumber Historis
berhasil menahan gejolak kekerasan yang terjadi atas nama agama tersebut.
dialog bagi adanya hal-hal keberbedaan. Ini dapat dilihat, dari falsasah
kebudayaan yang ada. Artinya, secara historis, Indonesia merupakan bangsa yang
Dapat pula dijumpai dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara ini melalui
jalur kebudayaan. Hasilnya, Islam menyebar tidak lewat konflik. Malah, pada
gilirannya Islam dijalankan dengan formulasi baru yang khas Indonesia. Inilah
Pada sisi yang lain, para pelaku tindak kekerasan atas nama agama tidak terlihat
Maka dari itu, tulisan ini dapat dipahami sebagai upaya menengok kembali relasi
19
2. Menawarkan Gagasan Pribumisasi Islam
KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus
Dur, telah berupaya menjawab tantangan itu sejak tahun 1980 yang lalu, lewat
Gus Dur merespon secara intens dengan mengajukan alternatif antitesa sebagai
Karena itu, yang ditawarkan adalah lokalisasi Islam, bukannya artikulasi dari
keislaman yang harus serba seragam, apalagi serba arab. Dia seolah yakin bahwa
kebudayaan setempat pada saat Islam disebar dan ditafsirkan ulang. Keberislaman
yang disampaikan dengan cara seperti ini akan lebih mampu mengakomodir cipta,
rasa, dan karsa para pemeluknya, sesuai dengan penghayatan budayanya yang
Ide “Islam Pribumi” lahir untuk melawan gagasan otentifikasi Islam, yang
meyakini tiga sifat, yaitu: sifat kontekstual, Islam dipahami sebagai ajaran
Islam dipahami sebagai agama yang progresif, kemajuan zaman bukan dipahami
untuk melakukan respon kreatif secara intens. Ketiga, “Islam Pribumi” memiliki
20
karakter membebaskan, yaitu ajaran yang mampu menjawab problem-problem
kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnis [14].
akulturasi antara agama, tradisi, lokalitas, dan kemodernan sekaligus. Karena itu,
keberislaman dipahami bukan hanya ritualisme, tetapi lebih dari itu. Akomodasi
tradisi dan kultur lokal melakukan “penafsiran silang” yang saling menghargai
Sebab, itu hanya akan membuat tercerabutnya masyarakat Indonesia dari akar
hukum itu sendiri. Juga bukan meninggalkan norma demi budaya. Tetapi agar
peluang yang disediakan oleh variasi pemahaman nash (ketentuan) dengan tetap
“Pribumisasi Islam” yang digagas Gus Dur pada akhir tahun 80-an itu
keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta
21
berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama
dan budaya [16]. Dengan demikian tidak ada lagi pertentangan antara agama dan
beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan
majemuk. Tidak lagi ada anggapan bahwa Islam yang di Timur-Tengah sebagai
Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami
dan ke-16 di pulau Jawa. Dalam hal ini walisongo telah berhasil memasukan nilai-
nilai lokal dalam Islam yang khas indonesia. Kreatifitas walisongo ini melahirkan
gagasan baru nalar Islam Indonesia yang tidak harfiah meniru Islam di Arab.
Tidak ada nalar Arabisasi yang melekat dalam penyebaran Islam awal di
Jabiri, Mohammad Arqoun, Nashr Hamid Abu Zayd, dan Muhammad Shahrur
telah menjadi rujukan utama dari kelompok Islam tradisional untuk melakukan
kritik nalar Islam, sekaligus menjadikan tradisi sebagai jembatan emas menuju
22
gagasan “Islam Pribumi” sebagai kelanjutan dari pemikiran-pemikiran Islam yang
antar pribadi, antar kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
2003: 12).
yang religius juga kultural akan lebih mudah terwujud, tanpa kehilangan
dunia. Fenomena ini tentu tidak bisa dilepaskan dari jasa para dai muslim
sepanjang sejarah masuknya Islam di Indonesia. Mereka berasal dari Arab, Persia,
India bahkan dari Cina. Kedatangan mereka ke Indonesia tidak saja untuk
23
memeperkenalkan Islam, tetapi juga dengan membawa seperangkat keilmuan
yang sudah berbentuk agama formal seperti Hindu atau Buddha. Namun
demikian, berdasarkan catatan sejarah yang ada, kedatangan Islam tidak disertai
generasi awal setidaknya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor strategi dakwah
dan faktor daya tarik ajaran Islam itu sendiri. Gerakan Wahabi ternyata berimbas
ke Indonesia. Jika pada masa lampau, kaum Paderi di Sumatera Barat yang
menjadi agennya, dan juga Muhammadiyah, maka pada era sekarang ini,
Secara sosiologis, potret Islam Indonesia sangat toleran dengan tradisi dan
komunitas lain yang berbeda keyakinan, menerima Bhineka Tunggal Ika. Islam
memersatukan segenap entitas bangsa Indonesia. NKRI sudah final bagi Islam
kepekaan sosial, etos kerja, kompetisi positif, sportivitas, komitmen, trust, dan
lain-lain.
24
Islam Indonesia juga inhern dengan nasionalisme. Bahkan NU sebagai
dari Islam Modernis menginginkan negara Islam, dan Soekarno yang ingin
bermaksud merdeka ketika Indonesia menjadikan Islam sebagai dasar negara. KH.
Wahid Hasyim, selaku anggota perumus dari NU, pulang ke rumah menemui KH,
Hasyim Asy’ari, dan hasilnya diterima Pancasila sebagai dasar negara demi
utuhnya NKRI yang baru didirikan. Kelompok Islam Modernis walau jengkel
dengan sikap tersebut tetapi tidak bisa berbuat banyak karena yang akhirnya bisa
pada Muktamar NU tahun 1938 di Menes, Banten, ada dua pertanyaan searah
Belanda menawari NU untuk masuk menjadi anggota Volskraad, dengan itu maka
25
Islam). Yaitu, kawasan yang mayoritas penduduknya pemeluk Islam, pernah
dikuasai kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam tidak dibatasi dan dilarang untuk
dalam Volksraad adalah masalah politik dan kekuasaan, oleh karena itu bisa
ditolak dan bisa juga diterima seandainya hasil voting itu menghasilkan
bangsa, karena itu harus dipertahankan dengan basis argumen Islam. Dalam
konteks inilah bisa dipahami ketika KH Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar
PBNU mengeluarkan fatwa “resolusi jihad” pada Oktober 1945 yang mewajibkan
baru belum ada dua bulan merdeka. Maka terjadilah Perang 10 Nopember 1945 di
Surabaya.
negara dalam Islam Indonesia yang kosmopolit. Dari catatan ini pula adanya
dikembangkan oleh NU sejak masa otoritarianisme Orde Baru, yang waktu itu
26
gerakannya bahkan dilakukan secara “undergorund.” Topik-topik tersebut tidak
hanya menjadi gerakan pemikiran tetapi juga gerakan praktis. Demikian juga
menjadi pergulatan intensif saat ini, sehubungan dengan kian derasnya arus
multikulturalisme serta maraknya korupsi sejak Orde Baru. Dengan kata lain,
bangsa Indonesia itu sendiri. Sejumlah isu juga sedang diyang belum terangkum
seumber daya alam dan tradisi lokal. Semua ini menanti sebuah karya lanjutan
berikutnya.
yaitu aspek esoteris (aspek dalam) dan aspek eksoterik (aspek luar). Dalam tataran
esoteris, semua agama adalah sama karena ia berasal dari Tuhan Yang Tunggal.
Dalam pandangan sufistik, bahkan dikatakan semua yang maujud di alam ini pada
hakikatnya berasal dari Wujud Yang Satu (Tuhan Yang Maha Esa). Alam ciptaan
universal yang berasal dari Sang Pencipta Yang Tunggal. Perbedaan maujud
dalam ciptaan Tuhan semuanya dibingkai dalam keesaan wujud. Tuhanlah satu-
satunya wujud (la wujud illa Allah). Perbedaan hanya tampak pada aspek
eksoterik, yaitu unsur lahir dan amalan kasat mata saja. Sejalan dengan
pemahaman ini, maka substansi keagamaan adalah satu, cara manusia dapat
27
menyembah (tunduk, patuh, dan berserah diri) kepada Tuhan sebagai kebenaran
berbeda-beda karena perbedaan kebutuhan dan tuntutan fisik dan materi yang
berbeda pula.
tiada illah selain Allah, tapi pemaknaan terhadap tauhid melampaui dari sekedar
pengakuan atas eksistensinya yang tunggal. Jika kita tarik pemaknaan tauhid
dalam ranah realitas ciptaan (makhluk), maka tauhid berarti pengakuan akan
pluralitas atas selain Dia (makhluk-Nya). Hanya Dia yang tunggal, dan selain Dia
Secara bahasa, Urgensi berasal dari bahasa Latin yaitu “urgere” yang
berarti mendorong. Adapun secara istilah, Urgensi yaitu menunjuk pada sesuatu
yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk menyelesaikan suatu hal. Urgensi
pentingnya kepemimpinan.
28
Dalam ‘Pribumisasi Islam’ tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran
yang berasal dari manusia tanpa kehilangan kemurnian dari Islam itu sendiri.
Abdurrahman Wahid (selanjutnya disebut Gus Dur) pada tahun 1980-an kultur
karena sifatnya permanen. Menurut Gus Dur, Pribumisasi Islam adalah suatu
adalah agar terjadinya dialog Islam dan kebudayaan sehingga keduanya dapat
yakni dengan ushul fiqh dan qaidah fiqhiyah seperti al-‘adah muhakkamah (adat
bil jadid al-ashlah (memelihara hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang
lebih baik).
Pribumisasi Islam ini sangat berbeda dengan pola atau cara berislam yang
sangat berorientasi pada purifikasi atau pemurnian yang mempunyai hasrat kuat
pada keaslian dan masa lalu. Pribumisasi islam tidak berorientasi pad masa lalu,
namun berpijak pada tradisi, kelokalan dan kekinian. Proses panjang penjumlahan
Islam dengan budaya lokal di nusantara juga telah melahirkan beragam ekspresi
keagamaan, yang bagi sebagian orang kemudian dituduh sebagai bid’ah. Dengan
29
proses semacam itu Islam tidak hadir sebagai pemberangus budaya lokal. Islam
hadir di nusantara yang saat itu sudah merupakan peradaban dengan khazanah dan
keragaman yang begitu kaya. Semua itu tidak dibumihanguskan atau dilenyapkian
sebagaimana Rasulullah yang juga tidak lantas melenyapkan budaya lokal Arab.
atau corak Islam Nusantara. Sebuah corak keberislaman yang moderat, damai,
dan lain sebagainya. Orientasi yang terakhir memang mewarnai secara dominan
sesungguhnya sudah digagas pertama kali oleh tokoh pembaharu dari mesir,
ontologis jika melihat gagasan kedua orang diatas. Jika Quraish Shihab
sedangkan Gus Dur lebih menelisik pada tataran kontruks ajaran Islam itu sendiri.
Pribumi islam model pertama nampaknya tidak mendapat kendala otokritik dari
kalangan umat Islam. Kita memang sepakat bahwa tidak semua gagasan
30
dengan konteks Indonesia Kekinian. Oleh karena itu, harus ada ikhtiar untuk
membumi.
ada lagi pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktik keagamaan
mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti mencabut akar budaya
kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan timbulnya
tersebut tidak hilang. Inti dari pribumisasi Islam adalah kebutuhan, bukan untuk
mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
yang selama ini melintas antara agama dan budaya. Islam Pribumi justru memberi
wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian Islam tidak lagi dipandang secara
tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak lagi ada anggapan Islam yang di Timur
Tengah sebagai Islam yang murni dan yang paling benar, karena Islam sebagai
31
Sebagai contoh, dapat dilihat dari praktik ritual dalam budaya populer di
perkawinan antara Islam dengan budaya lokal cukup erat. Upacara Pangiwahan di
Jawa Barat sebagai salah satunya dimaksudkan agar manusia dapat menjadi
ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia.
Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh kultur
mengambil semangat yang telah diajarkan oleh Wali Songo dalam dakwahnya ke
wilayah Nusantara sekitar abad 15 dan 16 M di pulau Jawa. Dalam hal ini, Wali
Songo telah berhasil memasukkan nilai-nilai lokal dalam Islam yang khas
keindonesiaan. Kreatifitas Wali Songo ini melahirkan gugusan baru bagi nalar
Islam yang tidak harfiyah meniru Islam di Arab. Tidak ada nalar arabisme yang
melekat dalam penyebaran Islam awal di Nusantara. Para Wali Songo justru
gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu menjadi bernuansa
dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan trascendental. Tombo Ati salah
satu karya Sunan Bonang dalam pentas perwayangan, Sunan Bonang mengubah
hilangnya sifat asli agama, sementara Gus Dur menginginkan agar islam tetap
32
pada sifat Islamnya. Misalnya, Al-Qur’an harus tetap dalam berbahasa Arab
terutama dalam hal sholat, sebab hal itu merupakan norma. Adapun terjemahan
Kontekstualisasi Islam
1. Islam Pribumi bersifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaran yang
(Islam), tetapi didliaht sebagai pemicu untuk melakukan respon kreatif secara
intens.
3. Islam Pribumi bersifat karakter bebas, yakni Islam menjadi ajaran yang dapat
33
upaya untuk merekonstruksi konteks psiko-sosio-historisis yang melingkupi
dengan menerapkan prinsip kajian teks secara komprehensif. Dan ketiga adalah
yang terdapt dalam teks suci untuk kemudian diproyeksikan dalam konteks waktu,
dapat tumbuh dengan baik apabila latar belakang sejarah bangsa dipahami denga
baik.
positif dan negatif tanpa disertai pemahaman wawasan kebangsaan yang baik dan
bagi kemajuan bangsa dan negara. Untuk itu, perjalanan sejarah bangsa dan nilai-
nilai dasar kebangsaan perlu tetap menjadi acuan dalam menyikapi perubahan
agar kita terus mampu membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa besar dan
modern.
satu sama lain karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu yang
menyebar di berbagai penjuru umat dunia. Dalam konteks ini, semua umat
34
manusia sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Hampir sama dengan
ukhuwah basyariyah juga tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial
Islam pribumi ini lahir dari sikap keterbukaan Islam dalam berdialog
diwarnai oleh ajaran Islam. Mereka memulainya dari persoalan bahasa seperti
hari kelahiran diganti dengan yaum al-milad, istilah sahabat diganti dengan
budaya lokal yang dinilai tidak Islami. Mereka mencangkan budaya Islam sebagai
budaya alternatif. Menurut Gus Dur, sebagai ajaran normatif yang berasal dari
Tuhan Islam harus mengakomodasi kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
kehilangan identitasnya. Tumpang tindih antar agama dan budaya itu menurut
Gus Dur akan terjadi terus menerus sebagai suatu proses yang akan memperkaya
kehidupan dan membuatnya tidak gersang. Namun, perbedaan agama dan budaya
35
rangka menifestasi budaya Islam ke dalam budaya lokal itulah Gus Dur
Dengan kaidah itu, Gus Dur tidak berarti mengungkapkan bahwa adat
setempat, karena manifestasi norma Islam adalah bagian dari budaya, seperti
membangun masjid Demak. Mungkin saja, orang berdalil bahwa dalam tradisi
pengertian salam kini mengalami pergesekan makna. Kalau dulu hanya sebatas
antar seseorang Islam, kini mulai melebar terutama jika diucapkan oleh pejabat di
dalam sebuah forum terbuka. Karena itu, maka ucapan salam sudah masuk ke
dengan ucapan Shobakhul Khoir yang biasa digunakan orang Arab ketika bertemu
36
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh
manusia hingga akhir zaman. Kewajiban sebagai umat islam untuk membumikan
Islam sudah tertera dalam berbagai hadist dan Surat di Alquran. Banyak cara yang
bergantung pada sejauh mana mereka berpedoman dan berpegang teguh pada
yang mencakup segala aspek dan segi kehidupan manusia di mana pun.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gusdurian.net/id/article/kajian/Menimbang-Gagasan-Pribumisasi/
http://www.islammadani.net/kajian/dari-pribumisasi-islam-ke-islam-nusantara-
sebuah-tinjauan-kritis-1
https://muslim.or.id/4703-keutamaan-menyebarkan-ilmu-agama.html
http:/mutiarahaticieka.blogspot.com/Pribumisasi-Islam
38