i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelaksanaan penilaian SKP dilakukan dengan membandingkan realisasi
kerja dengan target yang telah ditetapkan. Dalam melakukakn penilaian dilakukan
analisis terhadap hambatan pelaksanaan pekerjaan untuk mendapatkan umpan balik
serta menyusun rekomendasi perbaikan dan menetapkan hasil penilaian. Untuk
memperoleh objektivitas dalam penilaian prestasi kerja digunakan parameter
penilaian beupa hasil kerja yang nyata dan terukur yang merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan tujuan organisasi (Yordhianswi, 2017). Penilaian SKP mengikuti
beberapa pedoman yang diberikan oleh pemerintah dan Badan Kepegawaian
Negara sehingga proses penilaian yang dilakukan oleh pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai terhadap pegawai yang dinilai memiliki dasar hukum, pedoman
yang dimaksud antara lain Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2011, Peraturan
Kepala BKN nomor 1 tahun 2013 dan Peraturan Kepala BKN nomor 3 tahun 2016
tentang pedoman penyusunan SKP (Hidayatullah, dkk., 2019)
Pembuatan SKP merupakan suatu hal yang masih relatif baru bagi sebagian
pegawai khususnya dosen dan tenaga kependidikan (karywan) sehingga
penerapannya masih belum maksimal seperti yang diharapkan. Memberi nilai
dilakukan saat menjelang akhir tahun dengan melihat berkas yang dibutuhkan
dalam penilaian dari seorang pegawai. Setelah pencarian arsip dilakukan langkah
selanjutnya memasukkan nilai untuk masing-masing kriteria yang ada. Walaupun
sudah menggunakan aplikasi excel buatan Microsoft dan rumusnya juga sudah
dimasukkan tetapi berkas yang dibutuhkan masih belum tersimpan dalam komputer
sehingga masih perlu melakukan pencarian dengan cara manual. Dalam
menggunakan excel, pengguna masih memasukkan satu per satu nilai dari tiap
kriteria dalam waktu yang bersamaan berdasarkan arsip yang ada. Proses penilaian
terkesan dilakukan mendadak karena arsip atau data yang diperlukan belum
dimasukkan sebelumnya.
2
b. Bagaimana membuat sistem untuk menilai perilaku kerja dosen dengan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) agar menghasilkan nilai yang lebih obyektif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil adalah rencana kerja dan target yang akan
dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). SKP ini merupakan metode
baru dalam melihat kinerja PNS, yang sebelumnya dikenal dengan DP-3 (Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang diatur dalam PP Nomor 10 tahun 1979.
DP3-PNS yang dikenal di lingkungan PNS, lebih berorientasi pada
penilaian kepribadian (personality) dan perilaku (behavior) yang terfokus
pada pembentukan karakter individu dengan menggunakan kriteria behavioral,
belum terfokus pada kinerja, peningkatan hasil, produktivitas (end result) dan
pengembangan pemanfaatan potensi. Komponen penilaian dalam DP3-PNS antara
lain adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,
kerjasama, prakasa, dan kepemimpinan bagi PNS yang menduduki jabatan. DP3-
PNS lebih menekankan pada aspek perilaku PNS dan tidak mengukur secara
langsung produktivitas dan hasil akhir kerja PNS (BKN: 2010). Sedangkan
penilaian prestasi kerja melalui SKP terdiri dari dua unsur yaitu SKP dan
Perilaku Kerja dengan bobot penilaian unsur SKP sebesar 60% dan perilaku kerja
sebesar 40% (Ramadhan, dkk., 2018).
Penilaian SKP ini untuk menentukan berapa besaran remunerasi yang akan
diterima oleh PNS. Unsur-unsur SKP meliputi :
a. Kegiatan tugas jabatan. Mengacu pada penetapan kinerja/RKT. Dalam
melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya pekerjaan dibagi
habis dari tingkat jabatan tertinggi sampai jabatan terendah secara hierarki dan
harus berorientasi pada hasil secara nyata dan terukur.
b. Angka Kredit. Satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai
butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang pejabat fungsional dalam
rangka pembinaan karier yang bersangkutan ditetapkan dengan jumlah angka
kredit yang akan dicapai. Oleh sebab itu, pejabat fungsional tertentu harus
menetapkan target angka kredit yang akan dicapai dalam 1 (satu) tahun.
c. Target. Menetapkan target, meliputi aspek-aspek seperti kuantitas, kualitas,
waktu, dan biaya. Sementara penilaian perilaku kerja, meliputi orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan
(Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil).
5
Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip :
a. Objektif, yakni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi oleh penilaian subyektif pribadi dari pejabat penilai.
b. Terukur, yakni dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Akuntabel, yakni seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang.
d. Partisipatif, yakni seluruh proses penilaian prestasi kerja melibatkan secara
aktif antara pejabat penilai dengan PNS yang dinilai.
e. Transparan, yakni seluruh proses dan hasil penilaian pretasi kerja bersifat
terbuka dan tidak bersifat rahasia.
Penilaian SKP, meliputi beberapa aspek di antaranya adalah aspek kuantitas,
kualitas, waktu, dan atau biaya. Sementara penilaian perilaku kerja meliputi
beberapa unsur di antaranya adalah unsur orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. SKP ditetapkan setiap tahun
pada bulan Januari dan digunakan sebagai dasar penilaian prestasi kerja. Sasaran
Kerja Pegawai dan Penilaian Capaian Sasaran Kerja PNS jabatan fungsional
tertentu. SKP ini dibuat atas dasar komitmen kesepakatan bersama antara atasan
dengan bawahan. Oleh karena itu, kedua belah pihak harus proaktif agar proses
penilaian kerja berlangsung dengan lancar (Sriwiyanti & Effiyaldi, 2019).
6
alternatif dengan lebih dari satu kriteria dan memilih satu alternatif dengan
banyak kriteria.
Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin
diurutkan.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria
yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan dari
pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya.
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2 1
A3 1
A4 1
A5 1
Sumber : Effraim dalam Setyadi & Nugroho (2017)
Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan
bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen
terhadap elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai
dengan 9. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk
pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap levelnya.
Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan dengan dirinya sendiri,
maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j
dibanding i merupakan kebalikkannya. Berikut ini skala kuantitatif 1 sampai
dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya
dapat dilihat pada tabel 2.2
7
Tabel 2.2 Rasio Kepentingan atau Skala Kuantitatif
Intensitas Definisi Penjelasan
Kepentingan
Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai
1 Pentingnya pengaruh yang sama besar
terhadap tujuan
Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit
3 penting dari pada elemen yang menyokong satu elemen
lainnya dibandingkan elemen yang
Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian sangat
5 penting dari pada elemen yang kuat menyokong satu elemen
lainnya dibandingkan elemen yang
Satu elemen jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat disokong
7 penting dari pada elemen yang dan dominan terlihat dalam
lainnya praktek
Satu elemen mutlak penting Bukti yang mendukung elemen
dari pada elemen yang lainnya yang satu terhadap elemen lain
9 memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin
Nilai-nilai antara 2 nilai menguatkan
Nilai ini diberikan bila ada dua
2, 4, 6, 8 pertimbangan yang berdekatan kompromi diantara 2 pilihan
8
9