Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN TADRIS DALAM AL QUR’AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


TAFSIR TARBAWY

Dosen Pengampu :
ABDUL HAMID, Lc., M.Kom.I,PhD

Disusun Oleh:

IIN INAYATILLAH (3120190079)


INDAH SALSABILA (3120190161)
PUTERI NABILA ALIYAH (3120190020)
RASIH NOVIANTI (3120190026)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat berangkaikan salam
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam rangka memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawy dengan judul
“Pengertian Tadris Dalam Al-Qur’an”. Dalam pengerjaan dan penyusunan pembuatan
makalah ini, kami mengambil sumber dari berbagai macam buku.
Tentunya makalah ini dibuat jauh dari kata sempurna, baik dari gaya bahasanya,
penulisan, maupun pembahasannya. Oleh karena itu pemakalah meminta maaf sebesar-
besarnya kepada pembaca jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Sekiranya
para peserta diskusi dapat memberikan kritikan, saran, ataupun argumen lainnya yang
dapat membuat isi pembahasan menjadi lebih sempurna lagi.
Pada akhirnya, kelak pemakalah harapkan makalah ini dapat memberi manfaat
utamanya bagi penyusunan/pemakalah maupun pembaca dan bagi umat Nabi Muhammad
SAW pada umumnya.

Jakarta, 16 Oktober 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
A. Pengertian Tadris ........................................................................................................ 5
B. Tafsir Tadris Q.S Al-An’am ayat 105 ........................................................................ 6
C. Tadris dalam Q.S Al-A’raf ayat 169 ......................................................................... 8
D. Quran Surah Al Qolam Ayat 37 ............................................................................... 10
E. Tadris dalam Q.S Saba’ ayat 44 ............................................................................... 11
F. Kandungan Tadris dalam tafsiran .......................................................................... 133
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 144
A. Kesimpulan......…………………..………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 155

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kalamullah, yang berisi tentang ketentuan dan pedoman


bagi seluruh manusia agar dapat melaksanakan syariat islam dengan benar dan harus
diimplementasikan secara kaffah dalam aspek kehidupan, baik yang menyangkut
masalah sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan maupun
pendidikan.

Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami


dari ayat: Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (al-qur’an) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. Ini adalah sebuah kitab yang
kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajar orang-orang yang mempunyai pikiran.

Menurut Abu Hasan ‘Ali An-Nadwi bahwa pendidikan dan pengajaran umat islam
itu harus berpedoman kepada aqidah islamiyyah yang berdasarkan al-qur’an dan al-
hadits. Pada makalah ini penulis akan coba menjelaskan pengertian tadris berdasarkan
ayat Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada materi
ini adalah:

1. Apakah Pengertian Tadris?


2. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-An’am ayat 105 ?
3. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-A’raf ayat 169 ?
4. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Al- Qalam’ ayat 37 ?
5. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Saba’ ayat 44 ?
6. Apa Kandungan Tadris dalam tafsiran?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Tadris.


2. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-An’am ayat 105.
3. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-A’raf ayat 169.
4. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-Qalam ayat 37
5. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah Saba’ ayat 44.
6. Mengetahui Kandungan Tadris dalam tafsiran
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TADRIS

Tadris merupakan masdar yang berasal dari kata ‫س‬ ََ ‫دَ َر‬-َ‫س‬
ُ ‫در‬
ُ َ‫ي‬-‫سا‬
ً ‫ دَر‬yang berarti
pengajaran atau pembelajaran. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti
proses, cara, perbuatan mengajar. Dalam pengajaran adanya interaksi antara yang
mengajar (muddaris) dan yang belajar (mutadaris). Secara luas At-tadris adalah
upaya menyiapkan murid agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri,
yang dilakukan dengan cara pengajar membacakan, menyebutkan berulang-ulang
dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang
terkandung di dalamnya sehingga murid mengetahui, mengingat, memahami, serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridha Allah.
At-Tadris dalam Hadits: Al-Juzairi memaknai tadarrusu dengan membaca dan
menjamin agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.1

Jadi, tadris adalah pengajaran atau pembelajaran yang dilakukan dengan cara
membacakan, menjelaskan dan mendiskusikan supaya peserta didik dapat
memamahi serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demi kebenaran Islam itu terus membara dalam kaum jiwa muslimin. Bahkan
cita-cita hidup seorang muslimin adalah membawa manusia kedalam suatu
kehidupan di mana Islam, dalam semua aspeknya, baik teologi, hukum, dan akhlak.
171 Nabi Muhammad saw adalah da'i pertama, 172 dakwahnya oleh lingkungan
masyarakat Qurasy dipandang sebagai penyimpangan dari tradisi yang sudah mapan.
Sudah menjadi keyakinan yang berurat bagi bangsa Arab, bahwa cara yang tepat bagi
manusia untuk mencapai sesuatu yang bernilai adalah kesetiaan kepada adat yang
sudah mapan. 1 Bersama sahabatnya Nabi Mhammad saw menjadi uswatun hasanah
periode Islam awal.2

Tadris adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh mudarris untuk
membacakan dan menyebutkan suatu kepada mutadarris (murid) dengan berulang-
ulang dan sering. Tadris bertujuan agar materi yang dibacakan atau disampaikan

1
D. Rosidin, Akar-akar Pendidikan Dalam Al-Qur’an an Hadist . (Bandung : Pustaka Umat, 23), h. 125.

2
Hamid, Abdul, Lc. M.Kom.I,PhD. 2015. Paradigma Dakwah Syekh Yusuf Al-Qaradhawi (Rekontruksi
Pemikiran Dakwah Harakah). Jakarta: Kencana. Cet-ke.1, h. 83

5
itu mudah dihapal dan diingat. Ia merupakan kegiatan pewarisan kepada murid dari
para leluhurnya.

a. Kegiatan dalam tadris tidak sekedar membacakan atau menyebutkan materi,


tetapi juga disertai dengan mempelajari, mengungkap, menjelaskan, dan
mendiskusikan isi dan maknanya.
b. Tadris adalah suatu upaya menjadikan dan membelajarkan murid
(mutadarris) supaya mau membaca, mempelajari, dan mengakaji sendiri.
c. Dalam tadris, seorang murid (mutadarris) diharapkan mengetahui dan
memahami benar yang disampaikan oleh mudarris (guru) serta dapat
mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tadris dilakukan dengan niatberibadah kepada Allah SWT dan mendapat
ridhaNya.
e. Kegiatan belajar dalam tadris bisa berlangsung dengan cara saling bergantian
atau bergilirian, yaitu sebagian membaca sebagian lainnya memperhatikan
dengan saing mengoreksi, emmbenarkan kesalahan lafal yang dibaca sehingga
terhindar dari kekeliruan dan lupa.
f. Tadris menunjukan kegiatan yang terjadi pada diri manusia dalam arti yang
umum.

B. Tafsir Tadris Q.S Al-An’am ayat 105

“Demikian itulah kami menganekaragamkan ayat-ayat Kami dan yang


mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan: “Engkau telah mempelajari” dan
supaya Kami menjelaskan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui.”3

Dalam tafsir Al Misbah dijelaskan bahwa, setelah mengingatkan fungsi Nabi Saw,
kelompok ayat ditutup dengan firman-Nya: Demikian, yakni seperti penjelasan yang
beranekaragam itulah Kami menganekaragamkan serta mengulang-ulangi ayat-ayat,
yakni bukti-bukti kami baik yang terhampar di alam raya maupun terhidang di dalam
al-Qur’an supaya orang-orang yang beriman mendapat petunjuk dan yang pada
akhirnya mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan terdorong oleh
kekeraskepalaannya dan kebejatan hati mereka bahwa Nabi Muhammad Saw, telah
mempelajari ayat-ayat itu dari Ahl al-Kitab atau siapa pun sehingga sekali-kali ia
bukan wahyu dari Allah, dan supaya Kami menjelaskan al-Qur’an itu kepada orang-

3
Departemen Agama Republik Indonesia. Qur’an dan terjemahannya ( Surabaya : Mahkota, 2001),
h.190

6
orang yang mengetahui, sehingga tidak seorang diantara mereka yang menduga
bahwa kamu mempelajarinya dari manusia atau makhluk apapun.4

Kata (ََ‫ )دَ َرسْت‬darasta terambil dari kata (‫ )دَ َرس‬darasa yang berarti engkau pelajari,
yakni membaca dengan seksama untuk menghafal atau mengerti. Ada juga yang
membaca dengan memanjangkan huruf dal, yakni (ََ‫ )دا َ َرسْت‬daarasta dalam arti engkau
membaca dan dibacakan, yakni oleh Ahl al-Kitab. Bacaan ketiga adalah (‫)دَ َرست‬
darasat dalam arti telah berulang, maksudnya uraian-uraian al-Qur’an telah berulang
kali terdengar dalam dongeng-dongeng lama. Bacaan mayoritas adalah yang berarti
engkau pelajari,ini serupa dengan firman Allah Swt. : dan sesungguhnya Kami
mengetahui bahwa mereka berkata :”Sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh
seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Padahal bahasa yang mereka tuduhkan
(bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang al-Qur’an adalah
bahasa Arab yang terang. (Q.S. An-Nahl : 103). Bahasa ‘Ajam ialah bahasa selain
Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik, karena orang yang dituduh
mengajar Muhammad saw. itu bukan orang Arab dan hanya tahu sedikit bahasa Arab.

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di


bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 105. ‫ت‬ َِ ‫َال َء ٰاي‬
ْ ‫ف‬ َ ُ‫( َوك َٰذلِكَ َن‬Demikianlah Kami mengulang-
ُ ‫ص ِ ِّر‬
ulangi ayat-ayat Kami) Dengan janji pemberian balasan dan ancaman, pengajaran dan
۟ ُ‫(و ِليَقُول‬dan
peringatan. ََ‫وا َدَ َرسْت‬ َ supaya orang-orang musyrik mengatakan: “Kamu telah
mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)”) Dan orang-orang musyrik apabila
mendengar penjelasan ini akan mengatakan bahwa kamu hai Muhammad tidak
mendatangkan hal ini (dari Tuhanmu), namun kamu mempelajari ilmu ahli kitab dan
belajar dari mereka. ُ‫( َو ِلنُبَيِِّ َن ۥه‬dan supaya Kami menjelaskannya) Yakni menjelaskanal-
qur’an5.

Keanekaragaman dan keistimewaan yang dipaparkan al-Quran dan penjelasan-


penjelasannya yang diuraikan oleh Nabi Muhammad Saw. sungguh mengegumkan
setiap orang. Sedemikian mengagumkannya sampai-sampai kaum musyrikin
menyatakan baha Nabi Muhammad Saw. mempelajarinya dari orang lain, karena
uraian semacam itu menurut mereka tidak mungkin datang kecuali dari seorang yang
sangat berpengetahuan padahal Nabi Saw, adalah seorang yang tidak dapat membaca
dan menulis.

4 Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 296-298

5
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

7
Apa yang dikatakan oleh kaum musyrikin adalah salah dan bukan pada tempatnya,
bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw, belajar dari Ahl al-Kitab, padahal mereka
tahu dan sejarah menginformasikan bahwa beliau tidak pernah belajar kepada
siapapun. Bahkan jika beliau mempelajarinya dari orang lain, informasi, petunjuk-
petunjuk bahkan redaksi yang disampaikan tidak akan seindah al-Qur’an.

Banyak orientalis berupanya mencari celah terhadap al-Qur’an dan mencari


kesamaan antara al-Qur’an dengan kitab-kitab sebelumnya. Menganggap al-Qur’an
sebagai teks curian, terutama bila menemui kebenaran umum yang mirip dengan yang
terdapat dalam Taurat atau Injil. Abbdurrahman Badwi memberikan contoh antara
lain yang dikemukakan Clermont Ganneau tentang perumpamaan cahaya dalam surah
an-Nuur ayat 35 yang artinya : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu
bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat,
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah Memberi petunjuk kepada cahaya-Nya
bagi orang yang Dia Kehendaki, dan Allah Membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dan berikut adalah perbandingannya, Mac Donald berpendapat, “dilihat dari


susunan bahasa, sepertinya ayat tersebut menyinggung masalah pelayanan Ketuhanan
yang terdapat di gereja-gereja dan biara-biara, yaitu bentuk pelayanan yang terlihat
pada altar gereja yang bersulam cahaya. Selain itu, ungkapan al-Qur’an ada kaitannya
dengan istilah “cahaya alam” dalam Injil dan cahaya dari cahaya. Abdurrahman
berkomentar bahwa anggapan seperti ini tidak mungkin dilewatkan begitu saja yakni
: cahaya-cahaya di altar gereja cukup banyak, sedangkan al-Qur’an menyebutkan satu
cahaya yang menyinari langit dan bumi”.

C. Tadris dalam Q.S Al-A’raf ayat 169

“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat,
yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi
ampun". dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula),
8
niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah Perjanjian Taurat sudah
diambil dari mereka, Yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar, Padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di
dalamnya? dan kampung akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka Apakah
kamu sekalian tidak mengerti?”.6

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di


bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 179.

( ‫) َولَقَدَْذَ َرأْنَاَ ِل َج َهنَّ ََم‬, Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
Allah menciptakan mereka dan Dia mengetahui bahwa kesudahan mereka adalah
masuk neraka. Karena mereka beramal dengan amalan ahli neraka sedangkan Allah
telah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan sebelum Dia menciptakan mereka.

( 0‫) لَ ُه ْم َقُلُوبٌ َََّّل َيَ ْف َق ُهونَ َ ِب َها‬, (mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami) Sebagaimana orang lain memahami.

( َۚ‫ان َََّّل َيَ ْس َمعُونَ َ ِب َهآ‬


ٌ َ‫َولَ ُه ْم َ َءاذ‬ ِ ‫) َولَ ُه ْم َأ َ ْعي ٌُن َََّّل َيُب‬, (dan mereka mempunyai mata
َ ‫ْص ُرونَ َ ِب َها‬
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar) Dinafikannya kemampuan melihat
pada sesuatu yang terdapat didalamnya petunjuk untuk berfikir dan mengambil
pelajaran meski ia masih dapat melihat hal lainnya. Dan dinafikan kemampuan
mendengar nasehat-nasehat yang bermanfaat dan syariat-syariat yang terdapat dalam
kitab-kitab yang diturunkan serta apa yang dibawa oleh para Rasul meski dapat
mendengar selain itu. ََ‫( أ ُ ۟و ٰ ٰٓل ِئك‬Mereka itu) Yang memiliki sifat-sifat ini. ‫( ك َْاْل َ ْنعٰ َِم‬layaknya
binatang ternak) Dalam hal tidak adanya pemanfaatan panca indra ini.

َ َ ‫) بَ ْل َ ُه ْم َأ‬, (bahkan mereka lebih sesat lagi) Lebih sesat dari hewan ternak,
( َۚ‫ض ُّل‬
karena hewan ternak mengetahui apa yang bermanfaat baginya dan apa yang
membahayakannya, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari sesuatu yang
bermanfaat tersebut dan menjauhi apa yang membahayakannya. Adapun orang-orang
kafir itu tidak dapat membedakan antara yang bermanfaat dan apa yang berbahaya
sesuai dengan apa yang Allah perintahkan kepada mereka.7

Telah dijelaskan sebelum ayat ini yaitu membicarakan tentang generasi-generasi


terdahulu, bahwa diantara mereka ada orang-orang yang baik (saleh) dan ada yang
tidak demikian. Selanjutnya didalam ayat ini membicarakan tentang datangnya
generasi baru (sekelompok Yahudi), generasi yang lebih buruk lagi. Yang mewarisi
kitab suci Tauratyang tidak memanfaatkan petunjuk-petunjik yang ada di dalamnya.
Mereka terus menerus mengambil barang duniawi atau barang-barang yang cara

6
Ibid, h. 231
9
mendapatkannya dengan dengan cara haram. Mereka selalu berpendapat bahwa
perbuatannya itu akan diampuni oleh Allah walaupun mereka tidak bertaubat, karena
mereka adalah kekasih Allah. Sehingga mereka merasa aman dan tidak berhenti-
berhenti melakukan perbuatan dosa dan mengumpulkan barang yang haram. Padahal
telah terdapat perjanjian yang kuat dari mereka oleh Allah melalui Rasul mereka di
dalam kitab suci Taurat, bahwa tidak ada yang menjamin adanya pengampunan dari
Allah melainkan dengan cara bertaubat.

Ada yang berkata bahwa perjanjian itu hanya diketahui oleh generasi-genersi
terdahulu dan tidak diketahui oleh generasi-generasi baru. Maka di dalam ayat ini
dilanjutkan bahwa didalam kitab suci Taurat telah terdapat tuntunan Taurat dan
perjanjian tersebut. Padahal mereka juga sudah mempelajari apa yang ada di dalam
kitab Taurat tersebut. Sungguh mereka telah mengingkari perjanjian dan
mengabaikan tuntunan-tuntunan yang ada. Sebenarnya orang-orang yang taqwa itu
hidupnya di akhirat lebih enak dari pada orang-orang yang melakukan pelanggaran.

Dapat diambil kesimpulan yang terdapat dalam kalimat “Padahal mereka juga
sudah mempelajari apa yang ada di dalam kitab Taurat” , tetapi kenyataannya
mereka telah melanggar tuntunan yang ada. Jadi generasi-generasi baru (sebagai
murid) yang terdapat dalam ayat ini meskipun telah mempelajari, mereka harus bisa
mengetahui, mengingat, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan yang di lakukan generasi sebelumnya. Dan generasi lama (sabagai
guru) harus bisa menjelaskan dan memberikan contoh yang baik sesuai dengan
tuntunan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridho Allah
SWT.

D. Tadris dalam Q.S Al Qolam Ayat 37

“Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu
pelajari?”7

Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran orang-orang kafir
itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah, karena tidak ada satu pun dari kitab Allah
yang menerangkan seperti yang demikian itu, dengan menamkan kepada mereka,
"Apakan kamu hai orang-orang kafir mempunyai suatu Kitab yang diturunkan dari
langit, yang kamu terima dari nenek moyangmu, kemudian kamu pelajari secara
turun-temurun yang mengandung suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu.

7
Departemen Agama Republik Indonesia. Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota 2002), h. 829
10
Apakah ada pada kamu kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu memilih
apa yang kamu ingini, sesuai dengan kehendak kamu.

Ayat ini dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya. Biasanya kalimat tanya itu
maksudnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi kalimat tanya di
sini untuk mengingkari dan untuk menyatakan kejelekan suatu perbuatan, seakan-
akan Allah
menyatakan kepada orang-orang kafir itu bahwa tidak ada suatu-pun wahyu Allah
yang menyatakan demikian dan ucapan mereka itu adalah ucapan yang mereka ada-
adakan dan cara mengada-adakan yang demikian itu adalah cara yang tidak terpuji.

Makna dari darosu dalam ayat ini masih sama dengan


penjelasan sebelumnya yaitu membaca.8

E. Tadris dalam Q.S Saba’ ayat 44

“Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka
dapat baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) kami mengutus kepada mereka
sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun”9

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di


bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 44.

( َۖ‫سونَ َها‬
ُ ‫بَيَد ُْر‬ ِّ ِ ‫) َو َمآَ َءاتَي ْٰن ُه‬, (Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka
ٍ ُ ‫مَمنَ ُكت‬
kitab-kitab yang mereka baca) Yakni Kami belum pernah menurunkan kepada orang
Atab kitab dari langit yang dapat mereka pelajari.

ِ َ‫س ْلنَآَإِلَ ْي ِه ْمَ َق ْبلَك‬


ٍَ ‫َمنَنَّذ‬
( ‫ِير‬ َ ‫) َو َمآَأَ ْر‬, (dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada
mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun) Yakni orang yang mengajak
mereka kepada kebenaran dan memperingati mereka dari azab. Sehingga pendustaan
mereka terhadap al-Qur’an dan Rasulullah tidak memiliki dasar atau alasan yang
dapat mereka pegang; lalu mengapa mereka mendustakanmu? Padahal mereka tidak
pernah didatangkan kitab atau pemberi peringatan dari apa yang merekalakukan itu?

8
Jalaluddin As Suyuty, Jalaluddin Al Mahally. Tafsir Jalalaini Jilid 2. ( Jeddah: Sankgkapurah.) h. 230
9
Ibid, 613.
11
Ayat-ayat diatas masih melanjutkan uraian tentang sikap dan sifat buruk kaum
musyrikin Mekkah yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw. Allah berfirman bahwa
mereka itu bersikap seperti yang diuraikan ayat yang lalu – yakni menolak tuntunan
al-Qur’an dan menilainya sihir dan Nabi saw berbohong dan yakni padahal Kami
tidak pernah memberikan kepada mereka kaum musyrikin Arab itu kitab-kitab yang
mereka senantiasa dan dari saat ke saat dapat baca sebelum kehadiran al-Qur’an ini
dan sekali-kali tidak pernah pula Kami mengutus kepada mereka secara khusus
sebelummu wahai nabi Muhammad seorang pemberi peringatan pun sehinga dengan
ketiadaan itu mereka tidak dapat berdalih mengungkap sikap penolakan mereka,
bahkan dengan kedatangan kitab suci dan kehadiran Nabi itu, mereka seharusnya
bergembira dan menyambutnya dengan baik.

Kata yadrusunaba’ terambil dari kata darasa yang berarti membaca secara
perlahan disertai dengan upaya sungguh-sungguh untuk memahami, yakni
mempelajari dengan tekun.

Ayat ini sejalan maknanya dengan firman Allah:

َ ‫س ْل‬
ََ‫طانًا فَ ُه ََو يَت َ َكلَّ َُم ِب َما اكَانُو ِب َِه يُ ْش ِر ُكون‬ ُ ‫أَ َْم أ َ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ِه َْم‬

“Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan


itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu mempersekutukan dengan
Tuhan?”

(QS. ar-Rum [30]: 35, demikian juga firman-Nya:

َْ ‫أَ َْم آت َ ْينَا ُه َْم ِكت َابًَ ا ِم‬


ََ‫ن قَ ْب ِل َِه فَ ُه َْم بِ َِه ُم ْستَ ْم ِس ُكون‬

"Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada merek sebelum Al-Qur'an,
lalu mereka berpegang dengan kitab itu (yang anjurkan penyembahan kepada
malaikat atau jin)?."

(QS.az-Zukhruf [43]:21).

Firman-Nya: Sekali-kali tadak pernah (pula) Kami mengutus kepada mereka


sebelum seorang pemberi peringatan pun yang dimaksud adalah pengutusan yang
bersifat menyeluruh mencakup semua manusia. karena itu pernyataan ayat ini tidak
bertentangan dengan kehadiran Nabi Ibrahim dan Isma’il as. yang juga diutus kepada
masyarakat Mekkah, sebab risalah mereka itu adalah risalah yang terbatas. Dapat juga
ayat diatas dipahami dalam arti Allah belum pernah mengutus seorang pemberi
peringatan pun kepada masyarakat Mekkah, sebelum Nabi Muhammad saw yakni
sejak mas Isa as.

12
Sementara ulama memahami ayat ini sebagai kecaman kepada kaum musyrikin
yang keadaan mereka tidak seperti orang Yahudi dan Nasrani yang telah memperoleh
kitab suci dan didatangi oleh para Nabi.

F. Kandungan Tadris dalam tafsiran

Nilai tarbiyah yang terkandung dari ayat-ayat yang telah dipaparkan adalah
sebagai berikut :

1. Seorang guru adalah pembimbing anak didiknya agar tidak tersesat dalam
kehidupannya.
2. Belajar itu harus dilakukan secara berulang-ulang.
3. Dalam melakukan proses pembelajaran harus mengacu pada buku (sumber
belajar). Sumber belajar harus mendukung pada tujuan pembelajaran.
4. Dalam menyampaikan ilmu seorang guru haruslah berakhlak mulia, mengajarkan
dengan kelembutan bukan dengan kekerasan, karena apabila mengajar dengan
kekerasan, maka murid akan lari dan ilmu tidak tersampaikan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tadris berasal dari tasrif ‫س‬ ََ ‫دَ َر‬-َ‫س‬


ُ ‫در‬
ُ ‫ َي‬-‫سا‬
ً ‫ دَر‬yang memiliki arti belajar atau
pembelajaran. Dapat dikatakan juga tadris adalah pengajaran atau pembelajaran
yang dilakukan dengan cara membacakan, menjelaskan dan mendiskusikan
supaya peserta didik dapat memamahi serta mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dalam tafsiran surah Al-An’am ayat 105 yaitu, dalam belajar dan pembelajaran
seorang guru harus mengetahui sumber-sumber pembelajaran yang benar.
3. Dalam tafsiran surah Al-A’raf ayat 169 yaitu, Dapat diambil kesimpulan yang
terdapat dalam kalimat “Padahal mereka juga sudah mempelajari apa yang ada
di dalam kitab Taurat” , tetapi kenyataannya mereka telah melanggar tuntunan
yang ada. Jadi generasi-generasi baru (sebagai murid) yang terdapat dalam ayat
ini meskipun telah mempelajari, mereka harus bisa mengetahui, mengingat,
memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
yang di lakukan generasi sebelumnya. Dan generasi lama (sabagai guru) harus
bisa menjelaskan dan memberikan contoh yang baik sesuai dengan tuntunan yang
ada dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridho Allah SWT.
4. Sebelumnya, Allah tidak pernah menurunkan kepada bangsa Arab kitab suci yang
dapat mereka pelajari. Dan sebelum kedatanganmu, Muhammad, Kami tidak
pernah mengutus kepada mereka seorang pemberi peringatan yang mengingatkan
akibat buruk dari sikap ingkar mereka.
5. Nilai tarbiyah yang terkandung dari ayat-ayat yang telah dipaparkan adalah
Seorang guru adalah pembimbing anak didiknya, Dalam menyampaikan ilmu
seorang guru haruslah berakhlak mulia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rosidin, Dedeng. 2003. Akar-akar Pendidikan. Bandung : Pustaka Umat.

Shihab, M Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentara Hati

Nawawi, Al-Bantani. 2014. Maroh Al-Labid Al-Tafasir. Surabaya: Al Haramain

Wahbah,Al-Zuhaili. 2003. Tafsir Munir. Damaskus: Dar Al-Fikr

Rusiadi. 2012. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Cet. Ke II. Jakarta: Sedaun

Ridwan, Yayan. 1978. Ilmu Pendidikan Islam.

Arifin, H.M. 1977. Psikologi dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara
Hamid, Abdul, Lc. M.Kom.I,PhD. 2015. Paradigma Dakwah Syekh Yusuf Al-
Qaradhawi (Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah). Jakarta: Kencana.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2001. Qur’an dan terjemahannya. Surabaya :


Mahkota

Jalaluddin As Suyuty, Jalaluddin Al Mahally. Tafsir Jalalaini. Jilid 2. Jeddah:


Sankgkapurah

15

Anda mungkin juga menyukai