Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKHLAK TASAWWUF, HUBUNGAN AKHLAK DENGAN ILMU YANG LAIN


Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Tauhid dan Akhlak Tasawwuf
Dosen Pengampu : Ahmad Zubaeri, S.H.I M.H

Disusun Oleh :

Umi Kalzum (2202046082)


Hasna Nurhaniyah (2202046036)

PRODI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2022-2023

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Akhlak tasawwuf, hubungan akhlak dengan ilmu yang lain”, dalam bentuk yang
sangat sederhana. Untaian shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Nabiullah Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Adapun
penulisan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Tauhid dan akhlak tasawwuf yang
telah diberikan kepada kami. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pemahaman
serta pengetahuan dan wawasan mengenai Akhlak tasawwuf, hubungan akhlak dengan ilmu
yang lain. Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, oleh karena itu kami mengharap kiritik dan saran yang membangun, agar
kedepannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik. Kami ucapkan banyak
terimakasih kepada bpk Ahmad Zubaeri, S.H.I M.H selaku dosen pengampu mata kuliah
Tauhid dan akhlak tasawwuf yang telah mempercayai kami untuk membuat makalah dengan
tema ini yang mana makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi banyak manfaat bagi berbagai kalangan.

Semarang, 29 September 2022

2
Daftar isi

Kata Pengantar................................................................................................................................ 2
Daftar isi .......................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
BAB II .............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
1.PENGERTIAN AKHLAK DAN ILMU AKHLAK, RUANG LINGKUP DAN
MANFAAT MEMPELAJARI ILMU ILMU AKHLAK ............................................... 5
A. Ruang linkup mempelajari ilmu akhlak ......................................................................... 6
B. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak……………………………………………………..7
2. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU LAINNYA..................................... 9
BAB III .......................................................................................................................................... 15
Kesimpulan : ................................................................................................................... 15
Saran : ............................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka............................................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Suatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya. Diantara ilmu-ilmu itu ada yang
memberikan manfaat dengan segera dan ada pula yang dipetik buahnya setelah agak lama
diamalkan dengan segala ketekunan. Pada hakikatnya setiap ilmu pengetahuan antara yang
satu dengan yang lainnya yaitu saling berhubungan. Akan tetapi hubungan tersebut ada yang
sifatnya berdekatan, pertengahan, bahkan ada pula yang jauh. Pada pembahasan kali ini kita
akan mengkaji bersama tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak, yaitu
diantaranyailmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu pendidikan, filsafat.Konsep akhlakul
karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur hubungan antara
manusia dengan alam sekitarnya, tetapi juga terhadap penciptanya. Allah menciptakan ilmu
pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an. Namun tidak semua orang mengetahui atau percaya
akan hal itu. Ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-
ilmu yang ada dalam Alqur’an itu sendiri.
Oleh karena itu penting sekali permasalahan hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmulainnya ini diangkat. Dalam uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan dibatasi
padailmu-ilmu yang memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana tersebut di atas.Ilmu-
ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu Akhlak tersebut dapat dikemukakan pada bab
selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan kami ambil sebagai acuan pada makalah ini
adalah, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian akhlak dan ilmu akhlak
2. Apa saja ruang lingkup dan manfaat mempelajari ilmu akhlak
3. Apa hubungan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak dan ilmu akhlak
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan manfaat mempelajari ilmu akhlak
3. Untuk mengetahui hubunngan ilmu akhlak dan ilmu lainnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKHLAK DAN ILMU AKHLAK, RUANG LINGKUP DAN


MANFAAT MEMPELAJARI ILMU ILMU AKHLAK

A. Pengertian akhlak dan Ilmu aklak


Pengertian akhlak menurut Bahasa ungkapan akhlak merupakan kata yang sudah sangat
familiar bagi masyarakat Indonesia, walaupun sesungguhnya kata akhlak itu berasal dari
bahasa Arab ‫ اخالق‬.Dalam bahasa Indonesia kata akhlak sama dengan budi pekerti, adab,
sopan santun, susila dan tata kerama.1 Hamzah Ya‘qub menyebut arti akhlak sama dengan
perangai, tingkah laku atau pekerti.2. Didalam kamus Istilah Agama Islam (KIAI) disebutkan
bahwa akhlak menurut bahasa adalah tindak-tanduk atau kebiasaan-kebiasaan.3 Ada juga
yang mengartikan akhlak dengan agama, hal ini berpedoman pada firmah Allah surah Al-
Qalam ayat 4 :

َ ٍ ُ‫َواِنَّكَ قَ َع ٰلى ُخل‬


‫ع ِظي ٍْم‬

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.


Kata pada ayat 4 surah Al-Qalam tersebut menurut versi penafsiran Abdullah bin Abbas
R.A, diterjemahkan dengan kata ad diin yang berarti agama. Berdasarkan bahasa aslinya
(Arab), kata ini diucapkan dalam dua bentuk pengucapan, yaitu akhlaq dalam bentuk jamak
dan khuluqun dalam bentuk tunggal, seperti :
- Al-akhlâq al-karîmah (budi pekerti yang baik)
- Al-akhlâq al-mazmûmah (budi pekerti tercela)
-Khuluqun „azhim (budi pekerti agung)
- Kâna khuluquhu al-Qurân (budi pekertinya adalah al-Quran)
Akhlak secara terminologi yaitu tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. 4 Seorang ulama
mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesunggahnya akhlak itu ialah kemauan yang kuat
tentang suatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang
mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itupun terjadi secara kebetulan tanpa
disengaja maupun dikehendaki. mengenai yang baik maupun yang buruk, hal tersebut tidak

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustka, 2005), hlm. 19
2
Hamzah Ya‘qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung: Diponegoro, 1983,
hlm. 11
3
Nogarsyah Moede Gayo, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), Jakarta : Progres 2004, hlm. 39
4
Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher,2006), 45-50.

5
dinamakan akhlak. Didalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan yang baik merupakan
akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. 5
Ilmu akhlak adalah : Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia
yang dapat dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu dapat
dikatakan sebagai perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut perbuatan
akhlaki, dan tidak daapat dikatakan baik atau buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan tidak
atas dasar baik atau buruk perbuatan manusia yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau
pilihannya seperti bernafas, berkedip, berbolak-baliknya hati, dan kaget ketika tiba-tiba terang
setelah sebelumnya gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut tanpa pilihan. 6
B. Ruang Lingkup Ilmu Akhlak
Dilihat dari pengertian akhlak, kita tahu bahwasanya ruang lingkup pembahasan ilmu
akhlak adalah mengenai perbuatan-perbuatan manusia, yang kemudian dari perbuatan
tersebut dapat dibedakan menjadi akhlak baik atau akhlak buruk.

Pokok-pokok masalah yang membahas mengenai ilmu akhlak pada dasarnya adalah
perbuatan manusia. Yang kemudian perbuatan tersebut menentukan apakah masuk kriteria
akhlak baik atau buruk. Ahmad Amin mengatakan bahwa obyek ilmu akhlak adalah
membahas perbuatan manusia yang kemudian perbuatan tersebut akan ditentukan baik atau
buruk. Banyak contoh yang masuk kedalam perbuatan akhlak, akhlak tidak dapat dijadikan
sebagai perbuatan akhlak, jika hal tersebut tidak dilakukan secara kontinue atau terus
menerus.

Adapun ruang lingkup akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Akhlak Pribadi
Yakni akhlak yang paling dekat dengan diri sendiri, Oleh karena itu kita mesti menyadari diri
sendiri karena pangkal kesempurnaan dari akhlak adalah budi yang tinggi. Selain itu, manusia
terdiri dari jasmani dan rohani sehingga memiliki kelebihan dan dimanapun pasti melakukan
perbuatan.

b. Akhlak Berkeluarga
Yakni akhlak yang terdiri dari kewajiban orang tua, anak dan juga karib kerabat. Dalam Islam
sendiri ada beberapa akhlak orang tua untuk memberikan pertanggung jawaban untuk
mengarahkan dan mendidik anak-anaknya. Begitupun sebaliknya sebagai seorang anak harus
mengetahui akhlak yang baik untuk kedua orang tua dengan cara menghormati, menyayangi,
memiliki sopan santun yang baik.

c. Akhlak Bermasyarakat
Yakni akhlak dalam bermasyarakat, bagaimana kita bisa memposisikan diri dalam
masyarakat. Jika kita melihat tetangga susah maka kitapun ikut merasakannya, jika senang
maka kitapun ikut merasakan kesenangan dan kegembiraan. Kitabharus saling membantu dan
tentu saling menghargai.

5
Amaran as, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),2.
6
Ahmad Amin, kitab al-akhlak, hal 2-3

6
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu ada tata tertib yang harus diikuti, sehingga kita
sebagai anggota dari masyarakat harus mengikuti aturan tersebut dengan baik dan bijak.

d. Akhlak Bernegara
Yakni akhlak dalam menyikapi suatu negara dan berbakti pada negara. Karena mereka yang
bersamamu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan

berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan
penanggungan yang sama.

e. Akhlak Beragama
Yakni akhlak terhadap agama dan Tuhannya. Dimana kita harus melakukan perbuatan yang
baik sesuai dengan yang diajarkan oleh agama, dan melakukan segala perbuatan yang
diperintah oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT.

Akhlak memiliki cakupan yang sangat luas yakni mencakup seluruh aspek kehidupan, baik
secara vertikal (dengan Tuhan) dan secara horizontal.

C. Manfaat mempelajari ilmu akhlak

Mempelajari akhlak yang baik adalah perbuatan yang sangat mulia dan utama. Hal ini
dikarenakan akhlak mulia adalah tujuan dari manusia diciptakan itu sendiri untuk menjadi
manusia beradab seutuhnya. Adapun beragam manfaat mempelajari ilmu akhlak adalah
sebagaimana berikut ini:
1. Menjadi umat sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Karena nabi sendiri diutus kepada umat manusia tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis yang terkenal,

َ ‫ِإنَّ َمل بُ ِعثْتُ ِِلُت َِم َم‬


ِ ‫صل ِق َح ْاِل َ ْخ ََل‬
‫ق‬

“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR.
Ahmad)
Dengan demikian, mempelajari akhlak yang baik adalah salah satu upaya untuk menjadi
orang yang menjadi tujuan diutusnya Rasulullah Saw. yaitu menyempurnakan akhlak-akhlak
yang luhur.

7
2. Memiliki kedudukan bersama Rasulullah Saw. dan Menjadi hamba yang paling dicintai
Hal ini sebagaimana sabda dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis berikut ini:

‫سل َي ْو َم اق ِق َيل َم ِة أ َ َحل ِسنَكُ ْم أ َ ْخ ََلقًل‬


ً ‫ي َوأ َ ْق َر ِبكُ ْم ِم ِني َمجْ ِل‬
َّ َ‫ِإ َّن ِم ْن أ َ َح ِبكُ ْم ِإق‬

“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya
denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.”
(HR. Tirmidzi).
Hadis ini berhubungan dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya di atas, bahwa
nabi diutus sebagai penyempurna akhlak, maka orang yang dicintai beliau adalah orang yang
memiliki akhlak terbaik.
3. Menjadi sosok yang dihormati dan mampu menjadi teladan akan akhlak yang baik.
Sosok semacam ini adalah seorang teladan yang mampu memecahkan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat berkaitan dengan norma dan budaya. Ia akan menjadi panutan akan hal yang
baik dan mendapatkan kepercayaan dari siapapun.
4. Mempelajari akhlak yang baik adalah salah satu bentuk benteng terhadap diri pribadi
Mempelajari akhlak yang baik dapat membendung dan mencegah kita secara terus-menerus
untuk tidak terperangkap kepada keinginan-keinginan nafsu yang senantiasa mengajak
kepada kemungkaran.
5. Sebaliknya, mempelajari akhlak akan mengajak manusia untuk melakukan segala hal yang
baik dan mulia.
Manusia yang berakhlak mulia akan mengerti benar-benar bahwa perbuatan yang buruk akan
berakhir kehancuran, dimana dia akan memilih pekerjaan atau perbuatan yang nilai
kebaikannya lebih besar untuk ia kerjakan.

Selanjutnya, jika dengan memahami dan mengerti perbuatan baik akan mendorong seseorang
untuk senantiasa maju dan menghadapi perbuatan itu dengan penuh percaya diri dan mantap.
6. Orang yang memiliki ilmu akhlak yang mendalam akan menjadi orang yang bijak
Dia tidak akan mudah menghakimi orang lain secara dangkal dengan melihat sepintas dan
penampilan. Tanpa melakukan pertimbangan yang matang orang yang bijaksana tidak akan
serta-merta memberi penilaian atau mengambil kesimpulan. 7

7
Kangdidik, Manfaat mempelajari ilmu akhlak, December 04, 2019

8
2. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU LAINNYA

a. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

Antara ilmu akhlak dan ilmu tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan.
Pengertian ilmu adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait
dengan kebaikan dan keburukan jiwa. Tujuan ilmu tasawuf adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang
tercela, dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam
proses pencapaian tujuan bertasawuf, seseorang harus terlebih dahulu berakhlak
mulia. Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan sebagainya.

Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf lebih lanjut dapat diuraikan
sebagai berikut. Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa al-Quran dan al-
Hadits mementingkan akhlak. Al-Quran dan al-Hadits menekankan nilai-nilai
kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong
menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar,
pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin,
mencintai ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh
seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.
Jadi hubungan antara ilmu akhlak dan ilmu tasawuf dalam Islam ialah, bahwa akhlak
merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu
sendiri.

b. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tauhid

Antara ilmu akhlak dan ilmu tauhid memiliki hubungan yang bersifat berdekatan.
Hal ini dikarenakan di antara keduanya terdapat kesamaan sumber normative teologis,
sekaligus aspek tipologi pemikiran yang sama, yakni sama-sama membahas tentang
hubungan manusia dengan sang penciptanya.
Menurut Ibnu Miskawaih8, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Sedangkan ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang cara-
cara mengesakan Tuhan sebagai salah satu sifat yang terpenting di antara sifat Tuhan
lainnya. Hubungan ilmu antara ilmu akhlak dengan ilmu tauhid dapat dilihat melalui
beberapa analisis.

Pertama, dilihat dari segi obyek pembahasannya, ilmu tauhid membahas


masalah Tuhan baik dari segi dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang
mantap terhadap Tuhan yang demikian itu akan menjadi landasan sehingga perbuatan
yang dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian ilmu
tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan ini
merupakan salah satu akhlak yang mulia.

8
Ibnu Miskawaih, Tahdzih al-Akhlaq wa Tathhira al-A’raq (Mesir: tp, tt.), 12.

9
Kedua, dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid menghendaki agar seseorang
yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan
dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru
dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu.
Misalnya jika seseorang beriman kepada malaikat, maka yang dimaksudkan antara
lain adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat
jujur, Amanah, tidak pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang
diperintahkan Tuhan, percaya kepada malaikat juga dimaksudkan agar manusia
merasa diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani
melanggar larangan Tuhan. Dengan demikian, maka percaya kepada malaikat akan
membawa kepada perbaikan akhlak yang muia.

Dari uraian tersebut, dapat dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat antara
keimanan yang dibahas dalam ilmu tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam
ilmu akhlak. Ilmu tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap ilmu akhlak,
dan ilmu akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari ilmu tauhid.
Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa
tauhid tidak akan kokoh. Selain itu, tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan
akhlak memberi isi terhadap arah tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan
deka tantara tauhid dan akhlak.

c. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Jiwa

Psikologi atau disebut juga dengan ilmu jiwa merupakan salah satu cabang ilmu
yang membahas tentang gejala-gejala kejiwaan dilihat dari perilaku. Sedangkan ilmu
akhlak sebagaimana telat disampaikan di atas, merupakan cabang ilmu yang
mempelajari tentang perilaku atau tingkah laku manusia. Maka jika dilihat dari aspek
pokok kajian, kedua ilmu ini memiliki keterkaitan yang sangat erat karena keduanya
sama-sama mempelajari tingkah laku manusia. Namun demikian, keduanya
menitikberatkan pada fokus kajian yang berbeda. Kalau ilmu jiwa memfokuskan
kajiannya pada gejala kejiwaan manusia, sedangkan ilmu akhlak memfokuskan pada
tingkah laku manusia dilihat dari baik dan buruknya.

Sebagaimana disampaikan Quraisy Syihab9 dan bukunya wawasan Al-Quran


bahwa pada dasarnya manusia memiliki dua bentuk potensi, yakni potensi baik dan
potensi buruk. Maka dalam kehidupan ini, potensi itu akan selalu mewujud dalam diri
manusia, sehingga nampak, terkadang seseorang itu berbuat baik, tetapi terkadang
pula berbuat buruk. Hal demikian sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Balad ayat
10 yang berbunyi:

‫َو َهدَي ْٰنهُ اقنَّجْ دَي ِْن‬

Artinya: “Maka Kami akan memberi petunjuk (kepada)nya (manusia) dua jalan
medaka (baik dan buruk). (QS. Al-Balad: 10)
9
Quraish Sihab, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), 253.

10
Asy-Syams ayat 7-8 juga disampaikan:

‫) فَل َ ْق َه َم َهل فُ ُج ْو َرهَل َوتَ ْق ٰوى َه ۖل‬7( ‫س ّٰوى َه ۖل‬


َ ‫( َونَ ْف ٍس َّو َمل‬8)

Artinya: “Dan (demi) jiwa serta perumpamaan ciptaan-Nya, maka Allah mengilhami
(jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan.” (QS. Asy-Syams: 7-8)

Dua ayat tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki dasar
(potensi) baik dan buruk, yang dalam kehidupan ini akan mengalami praktiknya yakni
berupa kebaikan dan keburukan. Pusat dari kebaikan dan keburukan itu adalah kondisi
jiwa atau batin manusia. Apabila jiwa manusia itu penuh dengan kebaikan, maka
secara otomatis akan menggiring manusia untuk berbuat kebajikan yang jauh dari
perbuatan-perbuatan kotor dan keji. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam jiwa
manusia itu dipenuhi dengan keburukan, maka secara otomatis akan mengawal
manusia itu untuk berbuat keburukan, kemungkaran, kekejian, jorok, dan dosa 10.
Penjelasan ini dapat memberikan benang merah hubungan antara ilmu jiwa dengan
ilmu akhlak yang sangat symbiosis mutualisme, yakni saling membutuhkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Ilmu jiwa butuh kepada ilmu akhlak. Demikian pula
ilmu akhlak butuh dengan ilmu jiwa. Karena ilmu jiwa memfokuskan pada kajian
gejala kejiwaan, yang wujudnya melalui perilaku, sedangkan ilmu akhlak
mempelajari tentang perilaku itu sendiri. Dilihat dari baik buruknya, maka ilmu jiwa
dapat mengambil manfaat dari kajian ilmu akhlak untuk menjadi bahan referensial
dalam kajiannya. Termasuk sumber-sumber dasar dalam kajian ilmu akhlak, yakni al-
Quran dan al-Hadits.

Ilmu akhlak juga sebaliknya, dapat mengambil banyak manfaat dari hasil kajian
ilmu jiwa, karena ilmu akhlak mengkaji tentang baik buruk manusia yang pada
akhirnya nanti akan memberikan penilaian tentang baik dan buruknya tindakan
seseorang. Maka untuk itu dapat memanfaatkan hasil kajian ilmu jiwa tentang
perilaku orang tersebut, apakah suasana batinnya itu telah dipenuhi dengan kebaikan
atau keburukan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa apabila seseorang itu
jiwanya dipenuhi dengan keburukan akan cenderung berbuat buruk. Begitu pula
sebaliknya, apabila seseorang itu dipenuhi dengan kebaikan, maka orang itu akan
cenderung berbuat baik.

D. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Pendidikan.

Ilmu akhlak sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Terutama bagi aliran
yang menyatakan bahwa perbuatan atau perilaku seseorang itu tidaklah kekal
melainkan dapat berubah. Proses perubahan itulah dipercayakan kepada pendidikan
yang dapat menentukan. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Amin dan Al-Ghazali,
bahwa pada dasarnya akhlak itu melalui proses pembelajaran yang cukup panjang,
dalam tasawuf dikenal dengan istilah riyadlah.

10
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 45.

11
Abuddin Nata11 mengatakan bahwa tujuan dari Pendidikan Islam adalah
membentuk manusia yang berakhlak mulia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
pendapat pakar pendidikan Islam, seperti Ahmad D. Marimbah, yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu
menjadi hamba Allah yang memiliki kepercayaan dan kepasrahan yang tinggi kepada-
Hal senada juga disampaikan Abdul Fatah Jalal dan al Attas, bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah menjadi manusia hamba Allah yang baik. Pendapat lain juga
disampaikan Moh. Athiyah al Abrasyi, bahwa jiwa dari pendidikan Islam adalah budi
pekerti atau akhlak. Dari pendapat pakar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari pendidikan Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak baik dan
mulia. Dengan kata lain, bahwa akhlak merupakan tujuan dari pendidikan Islam.
Muara dari proses panjang yang dilakukan dalam pendidikan, baik mulai perbaikan
kualitas guru, penentuan metode pembelajaran, pemilihan media pembelajaran,
kelengkapan bahan dan referensi, dan lainnya tidak lain yaitu untuk mencapai akhlak
yang mulia sebagai tujuan pendidikan.

Dengan demikian sangatlah jelas, bahwa antara ilmu akhlak dengan ilmu
pendidikan memang memiliki hubungan dan kaitan yang sangat erat, sama-sama
meletakkan objek kajiannya pada perilaku manusia. Ilmu akhlak merupakan bagian
dari ilmu pendidikan, begitu pula sebaliknya, bahwa dalam ilmu pendidikan di
dalamnya terkandung ilmu akhlak. Contohnya, seorang siswa apabila sudah diajari
tentang doa makan, dan Ketika makan belum mempraktekkannya maka dalam ilmu
akhlak, siswa tersebut dapat dinilai akhlak makannya tidak baik. Hal yang sama akan
dikatakan pula oleh ilmu pendidikan bahwa nilai siswa tersebut adalah tidak baik,
karena tujuan dari diajarkannya doa makan adalah supaya dalam kehidupan sehari-
hari, yakni Ketika makan, siswa tersebut dapat makan yang terlebih dahulu diawali
dengan doa.

E. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Filsafat

Ilmu akhlak yang juga lazim disebut dengan etika, merupakan cabang
daripada filsafat. Sebagaimana dipaparkan dalam buku “Seluk Beluk Filsafat Islam”
bahwa dari pandangan para ahli, dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya
yang baru mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika,
epistemology, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.12
Berkaitan dengan hal tersebut, maka berikut akan dikemukakan hubungan antara ilmu
akhlak dengan ilmu logika dan estetika, karena kedua ilmu tersebut mempunyai
hubungan yang erat dengan ilmu akhlak.

11
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf …, 37.
12
Poerwantara, Seluk Beluk Filsafat Islam (Bandung: Rosdakarya, 1993), 6.

12
F. Hubungan Akhlak dengan Logika

Logika (ilmu mantiq) adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dijadikan


petunjuk bagi manusia dalam berfikir agar terhindar dari kekeliruan dan kesesatan.13.
Jadi mempergunakan logika tidaklah berarti memaksa atau memperkosa pikiran
manusia dalam suatu kerangka tertentu, tetapi menghaluskan dan mempertajam
pikiran agar dapat bekerja dengan lebih tepat, teliti dan lebih mudah dalam menjawab
suatu permasalahan yang didasarkan pada pikiran.
Kalua logika dipandang sebagai alat penimbang, mengontrol dan memeriksa sesuatu
yang berasal dari pikiran, maka logika sangat kuat ikatannya dengan ilmu akhlak dari
dua segi:
a. Logika dan ilmu akhlak masing-masing bertugas sebagai penimbang sesuatu.
Kalau ilmu akhlak merumuskan aturan-aturan dimana manusia harus berperilaku
sesuai dengan aturan itu, maka logika merumuskan aturan-aturan dimana manusia
harus berpikir sesuai aturan yang telah dirumuskan itu.
b. Logika dan ilmu akhlak keduanya membahas dan meneliti manusia dari segi yang
bersifat kejiwaan. Kalua ilmu akhlak menyorot manusia dari segi tingkah lakunya,
sedangkan logika menyorot dari segi hasil pikirannya. Oleh karena itu, logika sebagai
kunci untuk mengerti dan memahami tentang filsafat, maka orang yang tidak
memahami ilmu logika tidak akan mampu memahami filsafat, begitu juga dengan
ilmu akhlak (yang pada masa akhir-akhir ini lazim disebut dengan istilah Filsafat
Akhlak atau Filsafat Etika) maka orang tidak akan mengerti Filsafat/Akhlak bila tidak
mengerti logika. Jadi mengarah baik atau tidak suatu perbuatan sangat tergantung dan
dipengaruhi kepada baik tidaknya dalam berpikir.

2.Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Estetika

Estetika merupakan cabang dari filsafat yang definisinya adalah ilmu


pengetahuan yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta
tanggapan manusia terhadapnya.14 Kebanyakan ahli lmu mengatakan, sangat erat
hubungannya antar ilmu akhlak dan ilmu estetika, tak ubahnya laksana hubungan
antara paman dengan kemenakannya, dimana di atasnya bertemu pada satu garis
nasab atau keturunan, hanya saja kalua ilmu akhlak yang menjadi sasarannya adalah
segi perilaku (suluk) sedang ilmu estetika yang menjadi sasarannya adalah segi
kelezatan yang tetap sama yaitu manusia. Jiwa seseorang sangat berkesan bila melihat
bunga mawar yang sedang mekar di waktu pagi, atau bulan purnama di malam hari
atau melihat riya' dan gelornbang yang pasang surut di tepi laut, semua fenomena
alam tersebut sedap dipandang mata dan menghilangkan kesedihan jiwa, walaupun
hanya sejenak menetralkannya dan menimbulkan semangat gembira.

Pernandangan yang indah dan permai adalah tali pengikat yang kuat terhadap
kemauan dan cita-cita, mendidik tabiat serta membersihkan jiwa. Oleh karenanya

13
Muhammad Nur Al Ibrahimi, Ilmu al-Manthiq (Surabaya: Naser Nabhan, tt), 6.

14
Departemen P&K, 236.

13
orang yang bekerja tanpa disertai perasaan yang baik dan meremehkan perasaan
keindahan pada hakekatnya orang tersebut telah hilang daripadanya kebahagiaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dapatlah dipahami rahasia betapa al-Qur'an
menyuruh memperhatikan alarn serrita (al-Kaun), mcmperhatikan pergantian malam
dengan siang dan sesuatu yang diciptakan Allah baik yang ada di langit dan di bumi.
Hal ini merupakan sebab yang paling kuat berpengaruh ke dalam jiwa, yang
membawa manusia mudah beriman kepada Allah dengan mengamati alam semesta
yang begitu indah dan sedemikian rupa teraturnya. Maka betapa besar pengaruh
keindahan dalam menirnbulkan sifat cinta (ntahabbah) yang dibarengi pula oleh unsur
akal. Memang keindahan itu inenyenangkan jiwa dan melapangkan hati, sedangkan
kejelekan dapat menimbulkan pengaruh kc dalam jiwa, perasaan resah dan pedih. Dan
Allah adalah Maha Indah Dia rnencintai keindahan.

Dan uraian di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa hubungan antara ilmu akhlak
dan ilmu estetika adalah sangat erat, seseorang kalau sudah terbiasa dengan
keindahan, maka langkah berikutnya dia akan scnang kepada akhlak yang karimah.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

Akhlak secara terminologi yaitu tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Seorang ulama
mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesunggahnya akhlak itu ialah kemauan yang kuat
tentang suatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang
mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itupun terjadi secara kebetulan
tanpa disengaja maupun dikehendaki. mengenai yang baik maupun yang buruk, hal tersebut
tidak dinamakan akhlak.
Dilihat dari pengertian akhlak, kita tahu bahwasanya ruang lingkup pembahasan ilmu
akhlak adalah mengenai perbuatan-perbuatan manusia, yang kemudian dari perbuatan
tersebut dapat dibedakan menjadi akhlak baik atau akhlak buruk. Pokok-pokok masalah yang
membahas mengenai ilmu akhlak pada dasarnya adalah perbuatan manusia.

Saran :

Dengan disusunnya makalah ini kami mohon maaf atas kekurangannya kami harap
kepada seluruh pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis
dimakalah ini sedikit menambah pengetahuan dari teman-teman mengenai akhlak dan
hubungan akhlak dengan ilmu lainnya.

15
Daftar Pustaka

Ya‘qub hamzah, Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1983,Pembinaan Akhlaqul Karimah


(Suatu Pengantar),
Nogarsyah Moede Gayo, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), Jakarta : Progres 2004.

A.K. Muda Ahmad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher,2006)

Amaran as, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Sihab Quraish, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 1996)

Miskawaih Ibnu, Tahdzih al-Akhlaq wa Tathhira al-A’raq (Mesir: tp, tt.)


Daradjat Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)

16

Anda mungkin juga menyukai