Anda di halaman 1dari 13

IDEALISME DAN ETIKA DAKWAH: SISTEM NILAI DAN MORAL DALAM

ISLAM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah

Oleh:

Budiasih Meyta Maulidah (04010221008)

Muh. Ahyar (04010521104)

Siti Zumaroh (04010221017)

Dosen Pengampu:

M.Yusuf, S. Sos, M.Pd.


NIP. 20220131

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ala karena atas berkat
Rahmat-Nya kami memperoleh keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Dakwah dengan membuat makalah yang berjudul “IDEALISME DAN ETIKA DAKWAH:
SISTEM NILAI DAN MORAL DALAM ISLAM”.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya menjadi laporan yang lebih baik
lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak M.
Yusuf, S. Sos, M. Pd Yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi yang
membutuhkan.

Surabaya, 20 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................i

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................................. 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 1

BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. IDEALISME DAN ETIKA DALAM BERDAKWAH .................................................................................. 2


B. SISTEM NILAI DALAM AJARAN ISLAM ................................................................................................ 4
C. SISTEM MORAL DALAM AJARAN ISLAM ............................................................................................. 6

BAB III......................................................................................................................................9

PENUTUP.................................................................................................................................9

A. KESIMPULAN................................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita wajib
untuk saling mengingatkan akan kebaikan. Dalam Islam, aktivitas ini disebut dengan
dakwah. Kata dakwah, diambil dari Bahasa Arab, memiliki makna memanggil, atau
mengajak kepada amal perbuatan yang baik secara agama. Manusia diciptakan oleh
Allah untuk menyembah kepada-Nya sekaligus menjadi Khalifah di muka Bumi. Hal
ini tentunya membuat kita bertanggungjawab untuk saling mengingatkan satu sama lain
akan kebaikan, serta tujuan kita ada di muka Bumi ini untuk menyembah kepada Allah.

Dengan demikian, dakwah menjadi kewajiban kita bersama. Dakwah pastinya


mempunyai etika dalam proses penyampaiannya. Sistem nilai dan moral dalam islam
juga salah satu aspek terpenting dalam proses menyampaikan dakwah. Oleh karena itu,
pada makalah ini akan dijelaskan sedikit mengenai idealisme dan etika dakwah, yang
mana didalamnya juga terdapat nilai dan moral dalam islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana idealisme dan etika dalam berdakwah ?
2. Bagaimana sistem nilai dalam ajaran islam ?
3. Bagaimana sistem moral dalam ajaran islam ?

C. Tujuan Pembahasan
4. Mengetahui idealisme dan etika dalam berdakwah.
5. Mengetahui sistem nilai dalam ajaran islam.
6. Mengetahui sistem moral dalam ajaran islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Idealisme Dan Etika Dalam Berdakwah


1. Pengertian Idealisme
Idealisme merupakan istilah yang pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz
pada awal abad ke-18. Kata idealisme merupakan dari bahasa inggris yaitu idealism.
Leibniz mengartikan dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato yang bertolak
belakang dengan materialisme. Idealisme merupakan kunci masuk ke hakikat realitas.
Istilah idealisme ini sudah banyak dipakai dalam pengkalafikasian filsafat dari abad ke-17
sampai abad ke-20. Idealisme adalah salah satu dari aliran filsafat yang mana idealisme ini
merupakan system filsafat yang sangat menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind),
jiwa (spirit), dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Idealisme adalah
aliran yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide atau akal
pemikiran manusia. Sehingga sesuatu itu dapat terwujud atas dasar pemikiran manusia.1

Pandangan para tokoh terhadap idealisme, diantaranya adalah:

a. Hermen Home, beliau mengemukakan bahwa idealisme merupakan pandangan


yang menyimpulkan bahwa alam merupakan ekpresi dari pikiran dan subtansi dari
dunia ini adalah dari dalam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat
materi itu dapat di jelaskan dan dimaknai melalui pikiran dan jiwa.2
b. George R. Knight, beliau mengatakan bahwa idealisme pada awalnya adalah suatu
penekanan terhadap realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikiran daripada suatu
penekanan terhadap obyek-obyek materi. Idealisme menekankan pada akal pikir
sebagai hal yang paling dasar sebelum materi. Dan juga beliau mengatakan bahwa
idealisme itu beranggapan bahwa akal pikiran (mind) merupakan sesuatu yang
nyata, sedangkan materi itu merupakan dari manifestasi dari akal pikiran.3

1
Eka Yanuarti, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat Idealisme, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup.
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (bandung: Rosdakarya, 2004, hal 144
3
George R, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Idea Press, 1981, hal 48

2
Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa idealisme merupakan sebuah aliran
filsafat yang dimana aliran ini beranggapan bahwa hakekat dari segala sesuatu ada pada
tataran akal (idea). Hal tersebut sesuai yang telah dijelaskan oleh George R. Knight pada
pengertian di atas bahwa pada dasarnya realias yang terwujud itu lebih dulu ada dalam
realitas ide dan pikiran, bukan dari hal-hal yang bersifat materi. Namun Idealisme tidak
mengingkari keberadaan adanya sebuah materi. Karena seperti yang kita ketahui bahwa
materi merupakan bagian luar dari hakekat terdalam yaitu akal. Jadi materi merupakan
bungkus luar dari apa yang disebut hakekat, akal pikiran, budi, ruh atau nilai.

2. Etika Dalam Berdakwah

Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan,
kecenderungan hati dalam melakukan perbuatan dan perasaan batin. Dalam kamus bahasa
Indonesia, etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Pengertian etika di
Indonesia merupakan terjemahan dari kata ethics, yaitu asas-asas nilai prilaku manusia
dalam kaitannya dengan sifat-sifat benar, salah dan baik, buruk. Jadi dapat dipahami bahwa
etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang perbuatan atau juga tingkah laku
manusia. Mengenai mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk. Etika dakwah
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan dakwah agar dalam berdakwah dapat diterima masyarakat sebagaimana
mestinya yaitu mewujudkan tatanan masyarakat dan ummat yang akan tetap pada koridor
ajaran Islam, serta sebagai perwujudan dari suri tauladan bagi mad’u.

Dalam berdakwah hal yang perlu diperhatikan adalah etika, karena etika sangat
berpengaruh diterimanya pendakwah. Etika Ketika diterapkan dalam system dakwah, ia
menjadi orientasi bagi usaha dai menjawab pertanyaan mendasar mengenai bagaimana
seorang pendakwah atau dai seharusnya melaksanakan tugasnya sebagai dai. Adapun etika
berdakwah yang penting untuk dimiliki seorang pendakwah yaitu:

a. Dai sebisa mungkin berlaku sopan. Sopan di sini berhubungan dengan adat dan
kebiasaan yang berlaku umum dalam setiap kelompok. Kesopanan meliputi
pembicaraan dan perbuatan. Gaya berbicara, dan juga cara berpakain yang baik dan
rapi dan lain sebagainya.
b. Jujur terutama dalam menyampaikan dalil-dalil. Jujur merupakan hal yang wajib
yang dimiliki seorang yang berdakwah. Kejujuran tidak hanya berlaku bagi orang
yang berdakwah dengan bil lisan tetapi juga berlaku dalam dakwah bil Qalam.

3
Dari pendapat lain Haijir Tajiri mengemukakan beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang dai, antara lain: pengenalan dan kesanggupan dai dalam mematuhi norma
dan ketentuan dakwah, baik berupa norma teologis maupun norma sosial dakwah,
pengenalan dan kesanggupan dai dalam mengimplementasikan kaidah-kaidah dakwah,
serta pengenalan dan kesanggupan dalam meraih segi-segi keutamaan dakwah. Norma
teologis maksudnya aturan-aturan yang berasal dari umber ajaran Islam Alquran dan hadis.
Sedangkan norma sosial merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Norma
dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau
wajar, seperti menyangkut tata cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat, dan hukum.4

Jika dikaitkan idealisme dan etika dalam berdakwah ialah berarti cara bersikap yang
beranggapan bahwa prilaku yang benar serta tepat dalam berdakwah dapat menghasilkan
dampak baik yang di harapkan dalam berdakwah. Ketika berdakwah diperlukan idealisme
dan etika, karena seorang yang idealis memiliki prinsip, jika merugikan individu lain
merupakan hal yang harus bisa dihindarkan dan mereka tidak mungkin berprilaku yang
mengacu pada prilaku yang menghasilkan dampak negative.5 Oleh karena itu, jika seorang
dai memiliki sifat idealis dan menjalankan dakwah sesuai dengan etika yang telah
diajarkan oleh agama. Maka hal ini dapat mengasilkan dampak yang sangat baik yang
diharapkan dalam berdakwah. Etika berdakwah dalam perspektif idealisme dimaknai
sebagai suatu pola atau strategi dalam melaksanakan dakwah, agar dalam berdakwah
masyarakat atau para mad’u dapat menerima dakwah tersebut.

B. Sistem Nilai Dalam Ajaran Islam


Sistem nilai dan moral dalam islam yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi
rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah muslim ialah nilai dan moralitas yang
diajarkan oleh Agama Islam sebagai wahyu Allah. Yang diturunkan kepada Utusan-Nya
Nabi Muhammad SAW. Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan
terpadu, tidak berpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
Suatu kebulatan nabi dan moralitas itu mengandung aspek normatif (kaidah, pedoman) dan
operatif (menjadi landasan amal perbuatan). Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua
kategori arti dilihat dari segi normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah. Hak dan batil

4
Asep Muhyiddin,dkk, Kajian Dakwah multiperspektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014) hal 203.
5
Azhari Efendi, Nuraini, pengaruh perlindungan hukum, orientasi etika idealisme, orientasi etika relativisme
dan retaliasi terhadap intensi whistleblowing (survei pada mahasiswa universitas negeri di provinsi aceh),
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, Vol. 4, No. 3, hal 506.

4
diri dari dan diutus oleh Allah swt. Sedangkan bila dilihat dari segi operatif nilai tersebut
mengandung lima pengertian kategori yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia
yaitu sebagai berikut:

• Wajib atau fardu yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala dan bila
ditinggalkan orang akan mendapat siksa Allah. Sunnah atau mustahab, yaitu bila
dikerjakan orang akan mendapat pahala dan bila ditinggalkan orang tidak akan disiksa.
• Mubah atau jaiz, yaitu bila dikerjakan orang tidak akan disiksa dan tidak diberi pahala
dan bila ditinggalkan tidak pula disiksa oleh Allah dan juga tidak diberi pahala.
• Makruh. yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa, hanya tidak disukai oleh Allah dan
bila ditinggalkan orang akan mendapatkan pahala.
• Haram, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapatkan siksa dan bila ditinggalkan orang
akan memperoleh pahala.

Nilai-nilai yang tercakup didalam sistem nilai islami yang merupakan komponen
atau sub sistem adalah sebagai berikut: Sistem nilai kultural yang senada dan senapas
dengan Islam. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada
kehidupan sejarah di dunia dan bahagia diakhirat. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari
masing-masing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku
secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya yaitu Islam. Sistem nilai
tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung inter relasi atau inter komunikasi
dengan yang lainnya.

Sedangkan pengertian norma disini ialah suatu pola yang menetukan tingkah laku
yang diinginkan bagi suatu bagian (unit) atau kelompok unit beraspek khusus dan yang
membedakan dari tugas-tugas kelompok lainnya. Norma bersifat integratif ia mengatur
berbagai macam proses yang membantu mengimplementasikan komitmen terhadap nilai
yang terpolakan. Dengan demikian sistem nilai Islami yang hendak dibentuk dalam pribadi.
Dengan demikian, sistem nilai Islami yang hendak dibentuk dalam pribadi anak didik
dalam wujud keseluruhannya dapat diklasifkasikan kedalam norma-norma. Misalnya,
norma hukum (syari’ah) Islam, norma akhlak dan sebagainya. Norma tersebut diperlukan
untuk memperjelas pedoman operatif dalam proses kependidikan.

Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan pokok pada pembinaan akhlak mulia,
maka sistem moral islami yang ditumbuhkan dalam proses kependidikan adalah norma
yang berorientasi kepada nilai-nilai Islami. Sistem moral Islami itu menurut Sayyid Abdul

5
A’la Al-Maududi, adalah memiliki ciri-ciri yang sempurma berbeda dengan norma moral
non-Islam. Ciri-ciri tersebut terletak pada tiga hal yaitu dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Keridaan Allah, merupakan tujuan hidup manusia dan keridaan Allah ini menjadi
sumber standar moral yang tinggi dan menjadi jalan bagi evolusi moral kemanusiaan.
Semua lingkup kehidupan manusia senantiasa ditegakkan diatas moral Islami sehingga
moralitas Islami berkuasa penuh atas semua urusan kehidupan manusia. Sedangkan
bahwa nafsu dan tidak diberi kesempatan menguasai kehidupan manusia. Islam
menuntut manusia agar melaksanakan sistem kehidupan yang didasarkan pada norma-
norma kebajikan dan jauh dari kejahatan.6

C. Sistem Moral Dalam Ajaran Islam


Moralitas merupakan watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan
menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak
itu merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral
seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai kebajikan. Pendidikan moral
merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau
tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai
kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja
sama yang menekankan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meningkatkan ranah
kognitif (berpikir rasional) dan ranah skill atau psikomotorik (keterampilan, terampil
mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama.
John Vaise dalam Fajar mengemukakan bahwa pendidikan adalah dasar pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi, sains, dan teknologi yang menekankan dan mengurangi
kemiskinan ketimpangan pendapatan peningkatan kualitas peradaban manusia pada
umumnya.7 Adanya pendidikan moral berusaha mengembangkan pola perilaku seseorang
sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan
yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat, karena menyangkut
dua aspek yaitu nilai-nilai dan kehidupan nyata. Lebih jelas lagi definisi yang diungkapkan
oleh Frans Magnis Suseno bahwa norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan

6
Muhammad Bintang, ‘’Sistem Nilai dan Moral dalam Islam”, diakses melalui
https://www.academia.edu/49278531/Jelaskan_dan_berikan_contoh_tentang_Idealisme_dan_Etika_dakwah
_Sistem_nilai_dan_Moral_dalam_islam, pada tanggal 19 Mei 2022.

7
Mulyono, Desain dan Pengembangan Pembelajaran PAI, Pembelajaran Diklat, (Malang: UIN Press, 2007), 15.

6
betul salahnya sikap atau tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia
dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Sementara itu, pengertian moralitas
menurut draft kurikulum bebasis kompetensi dapat ditinjau secara konsepsional dan
operasional.
1. Pengertian Pendidikan Moralitas secara Kopsepsional Pendidikan moralitas secara
konsepsional mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang
berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan
datang.
b. Upaya membentukan, pengembangan peningkatan, pemeliharaan dan perilaku
peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya
secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin, material spiritual, dan individual
social
c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya
yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran
dan latihan serta keteladanan.8
2. Pengertian Pendidkan Moralitas secara Operasional

Pendidikan moralitas secara operasional adalah upaya untuk membekali pesrta


didik melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan selama pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang
bersih, berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban
terhadap tuhan dan sesame mahluk. Dengan demikian terbentuklah pribadi seutuhnya
yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran,perasaan, kerja
dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa.9

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan moral adalah dasar, nilai yang dapat dijadikan pedoman, tolak ukur untuk
menentukan baik buruknya, betul salahnya suatu perbuatan manusia dalam satu lingkup

8
Muhammad Qorib, Mohammad Zaini, Integrasi Etika dan Moral Spirit dan Kedudukannya dalam Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020), 16-17.

9
Nurul zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti (Jakarta: Sinar Graϐika Offset, 2007), 20.

7
masyarakat, sehingga persesuaiannya adalah dengan adat istiadat yang diterima oleh
masyarakat yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.10

10
Frans Magnis Suseno, Etika Dasar, (Jakarta: Kanisius, 1989), 19.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Idealisme adalah salah satu dari aliran filsafat yang mana idealisme ini merupakan
system filsafat yang sangat menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), jiwa
(spirit), dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Idealisme adalah aliran
yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide atau akal pemikiran
manusia. Sehingga sesuatu itu dapat terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam
berdakwah hal yang perlu diperhatikan adalah etika, karena etika sangat berpengaruh
diterimanya pendakwah. Etika Ketika diterapkan dalam system dakwah, ia menjadi
orientasi bagi usaha dai menjawab pertanyaan mendasar mengenai bagaimana seorang
pendakwah atau dai seharusnya melaksanakan tugasnya sebagai dai.

Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu, tidak
berpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Suatu kebulatan
nabi dan moralitas itu mengandung aspek normatif (kaidah, pedoman) dan operatif
(menjadi landasan amal perbuatan). Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti
dilihat dari segi normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah. Moralitas merupakan
watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang
tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu merupakan keseluruhan
dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakup
dalam satu istilah sebagai kebajikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bintang M. ‘’Sistem Nilai dan Moral dalam Islam”. Diakses melalui


https://www.academia.edu
_contoh_tentang_Idealisme_dan_Etika_dakwah_Sistem_nilai_dan_Moral_dalam_isla
m. Pada tanggal 19 Mei 2022.

Efendi A., Nuraini. Pengaruh perlindungan hukum. Orientasi etika idealisme, orientasi etika
relativisme dan retaliasi terhadap intensi whistleblowing (survei pada mahasiswa
universitas negeri di provinsi aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,
Vol. 4. No. 3.
Knight, George R. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Idea Press. 1981.

Mulyono. Desain dan Pengembangan Pembelajaran PAI. Pembelajaran Diklat. Malang:


UIN Press. 2007.

Muhyiddin Asep, dkk. Kajian Dakwah multiperspektif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014..

Suseno Frans M. Etika Dasar. Jakarta: Kanisius, 1989.

Tafsir A., Filsafat Umum, (bandung: Rosdakarya, 2004, hal 144

Qorib M, M. Zaini. Integrasi Etika dan Moral Spirit dan Kedudukannya dalam Pendidikan
Islam. Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020.
Yanuarti Eka. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat Idealisme, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Curup.
Zuriah Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Jakarta: Sinar Graϐika Offset. 2007.

10

Anda mungkin juga menyukai