Anda di halaman 1dari 7

MUKHAM DAN MUTASYABIH

MUBDI HIRZI MUHAMMAD : 220102017


MUHAMMAD IMRAN : 220102035

ULUMUL QURAN

DOSEN PENGASUH PROF. Dr. Nurdin, M.Ag.


PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan lagi Maha
Penyayang. Selain itu, Kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan
hidayah-Nya, sehingga penyelesaian makalah dengan baik dan selesai secara tepat
waktu. Makalah ini kami beri judul “MUKHAM DAN MUTASYABIH”. bisa berjalan lancar.
Kami juga berharap, agar makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca guna
memahami kandungan al-Qur`an dengan benar.

Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan kata.

Dan juga Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
kepada Bapak PROF. Dr. Nurdin, M.Ag.Pd selaku dosen kami. Dan juga tidak lupa bagi
rekan-rekan lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami juga
mengucapkan terima kasih.

Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Sekian.

Latar belakang

Al-Quran atau bisa disebut kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman hidup dalam untuk
umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Telah dimaklumi bahwa al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-hukum yang di kandung al-Qur’an dapat
diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang tercangkup dalam ulumul quran,
diperlukan Salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul qur’an itu adalah ilmu yang membahas
tentang ayat Muhkam dan Mutasyabih.
Agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an khususnya dalam ranah
Muhkam Mutasyabih, maka penulis akan menjelaskan secara rinci mengenai pengertian, pendapat para
‘ulama, terhadap MUHKAM dan MUTASYABIH.

Rumusan Masalah

1. Landasan teori
2. Definisi Muhkam dan Mutasyabih
3. Macam-macam ayat mutasyabih
4. Sebab-sebab adanya ayat mutasyabih
5. Hikmah belajar ayat mutasyabih
6. Hikmah belajar ayat muhkam
7. Ta’wil
8. sikap ulama menghadapi ayat-ayat mutasyabihat
9. kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan teori
Soal “muhkam” dan “mutasyabih” yang menjadi arah pembahasan kami ialah yang pengertiannya yang
terdapat di dalam firman Allah:

Artinya: “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-
ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-
orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk
mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an),
semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal
(AS. Ali-Imran, 7)

B. Definisi Muhkam dan Mutasyabih

a) Muhkam
Muhkam berasal dari kata ihkam yang memiliki arti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Jadi maksud dari mmuhkam adalah ayat yang dapat dipahami maksudnya dan maknanya
secara langsung. Biasanya penta`wilannya hanya satu segi

 Contoh ayat muhkam

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”


(AL-Baqarah:275)
b) Mutasyabih
Mutsyabih berasal dari kata tasyabuh yang memiliki arti keserupaan dan kesamaan, Mutasyabih berasal
dari fi‟il tasyabaha-yatasyabahu yang menurut bahasa berarti apa-apa yang saling menyerupai satu sama
lain. J adi maksud mutasyabih ialah ayat yang membutuhkan beberapa penjelasan dari ayat-ayat yang lain.
Sehingga dapat diketahui maknanya. Biasanya penta`wilan dari beberapa
C. Maca-macam ayat mustasyabih
1. Ayat yang tidak seorangpun mengetahui makna dan takwilnya, seperti terjadinya kiamat
2. Ayat tidak dapat diketahui oleh siapapun meskipun memalui kajian dan pembahasan, seperti
makna (alif lam ro)
3. Ayat yang hanya diketahui maksudnya oleh ulama tertentu yang memiliki ilmu yang tinggi yang
berhati bersih dan selalu menganilisa dan juga menghayati makna al-Qur`an

D. Sebab-sebab adanya ayat mutasyabih

1. Kesamaran pada kata/lafadz ayat


a. Kesamaran dari aspek lafadz mufradnya, karena terdiri dari lafadz yang
asing (ghoib) atau yang
musytarak (bermakna ganda)

b. Kesamaran lafadz murakkab di sebabkan tarlalu


Ringkas,dan juga murakkab terlalu
luas

2. Kesamaran pada makna ayat


Contohnya ayat-ayat al-Qur`an yang menggambarkan kenikamatan surga, siksa neraka, dan juga yang
berkaitan tentang hari kiamat, di karenakan akal pikiran manusia tidak bisa menjangkau semua hal
tersebut.

 Contoh lafadz mufrad ghoib (asing)

Artinya: “dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-
biantang ternakmu” (`Abasa :31)
Yang seharusnya secara textual: “dan buah-buahan serta ayah untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-biantang ternakmu”

 Contoh lafadz mufrad ganda


Artinya : “Maka Ibrahim maju menghantam berhala-berhala tersebut dengan tangan kanannya”
(As-Saffat :93)

Yang mana Al-Yamin bisa di terjemahkan “kanan”, atau bisa di artikan juga sebagai “kuat” namun
makna ganda tersebut tidak terlalu mengubah makna yang terkandung
 Contoh lafadz murokkab ringkas

Artinya: “dan jika kamu takut akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bila
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat.
(An-Nisa`:3)

Jika tidak ada tambahan (hak-hak), (bila kamu mengawininya), dan (lain) maka maknanya kurang
tepat,contoh: “dan jika kamu takut akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim maka
kawinilah”. Jadi kurang jelas saat pembahasan “berlaku adil” kemudian di perintahkan “kawinilah”
maka dari itu ulama tafsir sepakat untuk di tambahkan makna tambahan di terjemah agar singkron.

 Contoh lafadz murokkab terlalu luas

Artin
ya: “tidak ada apapun yang serupa dengan dia (Allah)”
(Asy-Syura:11)
Yang mana arti secara textual: “ tidak ada apapun yang seperti yang seperti-Nya (Allah)”. Karena
terdapat makna yang bertumpuk “yang seperti yang seperti” akan di khawatirkan susah di pahami,
maka dari itu akan di ringkas menjadi “yang serupa”
E. Hikmah belajar ayat mutasyabih
1. Sebagai ujian dan cobaan terhadap iman umat manusia
2. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia
3. Mendorong umat manusia untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Qura`an bahwa Al-Qur`an bukanlah karangan manusia melainkan
wahyu

F. Hikmah belajar ayat muhkam


1. Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya
2. Memudakan manusia dalam menghayati maknanya
3. Mendorong manusia untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan Al-
Qur`an
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan manusia dalam mempelajari isi ajarannya
5. Memperlancaarr usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

G. Ta’wil :
Secara istilah, ta'wil berarti memalingkan suatu lafal dari makna zahir kepada makna yang tidak zahir yang
juga dikandung oleh lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan sunnah.

H. Sikap ulama menghadapi ayat-ayat mutasyabihat

a. Mazhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat Mutasyabih itu dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pengertian
lahir yang mustahil ini bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an serta
menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka menyerahkan
urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah.

Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.

Terjemahan: Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orang-orang yang mendalam
ilmunya, “kami mempercayai”. (dikeluarkan oleh Abd. al-Razzaq dalam tafsirnya dari al-Hakim dalam
mustadraknya)

b. Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang
laik dengan zat Allah, Alasan mereka berani menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat, menurut mereka,
suatu hal yang harus dilakukan adalah memalngkan lafal dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan
kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil
kalam Allah dengan makna yang benar, maka nalar mengharuskan untuk melakukannya.
Kelompok ini, selain didukung oleh argumen aqli (akal), mereka juga mengemukakan dalil naqli berupa
atsar sahabat, salah satunya adalah hadis riwayat Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:

Terjemahan: “dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: : Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan
orang-orang yang mendalam ilmunya”. Berkata Ibnu Abbas:”saya adalah di antara orang yang
mengetahui takwilnya.(H.R. Ibnu al-Mundzir)

BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Adapun yang dapat penulis simpulkan dari penulisan makalah ini adalah:
Sederhananya muhkam adalah ayat yang jelas maksud dan penafsirannya, bahasa lainya
muhkam adalah ayat yang di tafsirkan oleh Ahli tafsir . Sedangkan mutasyabih adalah ayat tidak mampu di
jelaskan oleh para ahli tafsir karena sulit di pahami maksudnya

Ayat-ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam alqur’an yang para ulama
menilainya dengan alasannya masing-masing menjadi dua macam, yaitu pendapat ulama Salaf dan Khalaf.

Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al-Qur’an itu Muhkam. Jika maksud Muhkam adalah
kuat dan kokoh. Tetapi kita dapat pula mengatakan bahwa semua ayat itu adalah Mutasyabih, jika maksud
Mutasyabih itu adalah kesamaan ayatayatnya dalam hal Balaghah dan I’jaznya.

Anda mungkin juga menyukai