Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MUHKAM DAN MUTASABBIH

Dosen Pengampu : M.Fuad Badruddin,M.PD

Oleh Kelompok 5 :

Ahmad Muzayyin Kutsi


Adibatun Maulidia

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN
– PROBOLINGGO
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya, serta tak lupa Sholawat dan Salam kepada junjungan Nabi besar, Muhammad SAW atas
petunjuk dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang benderang.
Atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu kami memberikan
referensi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan acuan dari berbagai
sumber, baik itu buku buku ekonomi maupun dari penjelajahan dari dunia maya (internet).
Sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah “MUHKAM DAN MUTASABBIH pada
mata kuliah AL-QUR’AN

Kami dapat menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan maklah
ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

.Kraksaan, 19 September 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................1

C. Tujuan Masalah..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian Muhkam Dan Mutasabbih........................................................................3

B. Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan Mutasabbih...........................................4

C. Fawatih As.Suwar......................................................................................................

D. Hikmah Keberadaan Ayat Muhkam Dan Mutasabbih...............................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an, selain merupakan wahyu, juga merupakan bagian kehidupan umat yang
dapat membukakan mata hati dalam diri setiap insan. Firman Ilahi tersebut sudah
dipandang sebagai kehidupan itu sendiri dan tidak semata-mata kitab biasa. Layaknya
sebuah kehidupan, untuk dapat memahaminya biasanya diperlukan alat bantu yang kadang
kala tidak sedikit. Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak dihafal
dan dipahami oleh para sahabat nabi SAW. 1 Sehingga kemudian tidak ada alternatif lain
bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya. Apabila tidak dituliskan, maka mutiara
yang bernilai demikian luhur dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal lain yang
tidak diperlukan. Sehingga, firman Ilahi yang mengiringi kehidupan umat Islam (dan juga
seluruh umat manusia) telah tersedia dalam bentuk tertulis, bahkan berbentuk sebuah
kitab. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian berkembang ilmu pengetahuan
tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya untuk mempermudah dalam memahaminya.
Salah satu ilmu pengetahuan tentang Al-qur’an adalah ilmu muhkam dan mutasyabih,
biasa diartikan sebagai ilmu yang menerangkan tentang ayat-ayat muhkamat dan
mutasyabihat.*

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengertian Muhkam Dan Mutasabbih?
b. Bagaimana Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan Mutasabbih?
c. Apa Fawatih As.Suwar?
d. Apa Hikmah Keberadaan Ayat Muhkam Dan Mutasabbih?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui Pengertian Muhkam Dan Mutasabbih
1
Muhammad Abd Alazhim azZarqani, Manahilul Irfan Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar alKutub al‘Ilmiyah,
1988),Juz 6/II, Cet. Ke3, h. 355
1
b. Utuk mengetahui Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan Mutasabbih
c. Untuk mengetahui Fawatih As.Suwar
d. Untuk mengetahui Hikmah Keberadaan Ayat Muhkam Dan Mutasabbih

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam Dan Mutasabbih


Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan, kesempurnaan,
keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat-ayat
yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh: Surat
Al-Baqarah ayat 83.
‫ِذ‬ ‫ِل‬ ‫ِئ‬ ‫ِم‬
‫َو ِإْذ َأَخ ْذ َنا يَثاَق َبيِن ِإْس َر ا يَل اَل َتْع ُبُد وَن ِإاَّل الَّلَه َو ِباْلَو ا َد ْيِن ِإْح َس اًنا َو ي اْلُقْر ٰىَب َو اْلَيَتاَم ٰى‬
‫ِإ ِل ِم‬ ‫ِق‬ ‫ِل‬ ‫ِكِني‬
‫َو اْلَم َس ا َو ُقوُلوا لَّناِس ُحْس ًنا َو َأ يُم وا الَّصاَل َة َو آُتوا الَّز َك اَة َّمُث َتَو َّلْيُتْم اَّل َق ياًل ْنُك ْم َو َأْنُتْم‬

‫ُمْع ِر ُضوَن‬
Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat janji dengan Bani Israil, supaya jangan
mereka menyembah melainkan kepada Allah, dan terhadap kedua Ibu Bapak hendaklah
berbuat baik, dan (juga) kepada kerabat dekat, dan anak-anak yatim dan orang orang
miskin , dan hendaklah **mengucapkan perkataan yang baik kepada manusia, dan
dir0ikanlah sholat dan keluarkanlah zakat. Kemudian, berpaling kamu , kecuali sedikit,
padahal kamu tidak memperdulikan.2
Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Tasyabaha,
Isytabaha sama dengan Asybaha (mirip, serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga
menjadi kabur, tercampur. Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat
yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya. Con0toh: Surat Thoha ayat

. ‫الَّر َٰمْحُن َعَلى اْلَعْر ِش اْس َتَو ٰى‬

2
Manna’ alQathan, Mabahits  Ulum Al-Qur’an, Op. cit., h. 219.
3
Artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arasy’.
Adapun menurut pengertian terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih memiliki arti
sebagai berikut:
1. Menurut kelompok Ahlussunnah, ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya
dapat diketahui dengan gamblang, baik melaui takwil (metafora) ataupun tidak.
Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maksudnya hanya dapat
diketahui Allah, seperti saat kedat6angan Hari Kiamat, keluarnya Dajjal, dan arti huruf-
huruf muqaththa’ah.
2. Menurut Al- Mawardi, ayat-ayat muhkam adalah yang maknanya dapat dipahami akal,
seperti ayat-ayat mutasyabih adalah sebaliknya.
3. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa
penakwilan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih memerlukan penakwilan untuk
mengetahui maksudnya.
4. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji,
sedangkan ayat-ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan. Pada
kesimpulannya, Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar
lagi. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. 3
B. Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan Mutasabbih
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat mutasyabih dapat
diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan
mereka terdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada (QS. ‘Ali Imran : 7

‫ِك ِب‬ ‫ِم‬ ‫ِك‬ ‫َّلِذ‬


‫ُه َو ا ي َأْنَز َل َع َلْي َك ا ْل َتا َب ْن ُه آ َيا ٌت ُم ْح َك َم ا ٌت ُه َّن ُأُّم ا ْل َتا َو ُأَخ ُر‬
‫َتَش ا ِب ا ۖ َفَأَّم ا ا َّلِذ ي ِفي ُلو ِبِه ٌغ َّتِب و َن ا َتَش ا ِم ْن ا ِتَغا ا ْلِف َنِة‬
‫َبَه ُه ْب َء ْت‬ ‫َن ُق ْم َز ْي َفَي ُع َم‬ ‫ُم َه ٌت‬
‫َو ا ْبِتَغا َء َتْأ ِو ي ِلِه ۗ َو َم ا َيْع َلُم َتْأ ِو ي َلُه ِإاَّل ال َّلُهۗ َو ال َّر ا ِس ُخ و َن ِفي ا ْلِع ْل ِم َيُق و ُلو َن آ َم َّنا‬

‫ِبِه ُك ٌّل ِم ِع ْن ِد ِّبَنا ۗ ا َّذ َّك ِإاَّل ُأو ُلو ا َأْلْل ا ِب‬
‫َب‬ ‫َو َم َي ُر‬ ‫َر‬ ‫ْن‬
Artinya : “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi)

3
Muhammad Abd alAzhim azZarqani, Op. cit., h. 272275
4
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-
ayat) m5utasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada
yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal”.

C. Fawatih As.Suwar

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia mengandung pembukaan-pembukaan


surat yang sangat mendalam artinya.Ada yang berisi perintah, larangan, kata-kata syukur,
bahkan huruf-huruf yang tidak diketahui pasti artinya.Hal tersebut merupakan sebagian
rahmat bagi umat Islam.Pembukaan-pembukaan tersebut disebut dengan Fawatih as-
Suwar.Istilah fawatih adalah jamak dari kata “fatiha” yang secara lughowi berarti
pembuka. Sedangkan “suwar” adalah jamak dari kata “surah” sebagai sebutan dari
sekumpulan ayat-ayat al-qur’an yang diberi nama tertentu.Sehingga arti Fawatih as-
Suwar secara bahasa berarti pembukaan-pembukaan yang berada di awal-awal surah Al-
Qur’an.[1]Juga dapat diartikan secara istilah Fawatih as-Suwar berarti pembukaan-
pembukaan surah, karena posisinya berada diawal surah-surah dalam Al-
qur’an. [2]Pembuka-pembuka surat dalam Al-Qur’an(Fawatih as-Suwar) biasa juga
disebut dengan Awail as-Suwar (permulaan-permulaan surat); al-huruf al Muqatha’ah
(penggalan huruf-huruf). Huruf-huruf semacam ini(al-huruf al Muqatha’ah) dalam
konteks yang tersurat (manthiq 2al-nash) tidak memberikan pemahaman sama sekali, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, atas dasar inilah kemudian ayat-
ayat2 Mutasyabihat hanya dapat diketahui ta’wilnya oleh Allah SWT, seperti halnya
pengetahuan tentang hari kiamat, turunnya hujan, apa yang ada dalam rahim, dan
pengetahuan tentang roh.
D. Hikmah Keberadaan Ayat Muhkam Dan Mutasabbih
Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
5
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan oleh umat
di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita tanpa ada
sebabnya. Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan
mutasyabih, diantara hikmahnya adalah :
1. Andai kata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah
ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
2. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya
sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa
Al-Qur’an seluruhnya dari sis Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan
tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

. ‫اَل َيْأ ِتي ِه ا ْل َبا ِط ُل ِم ْن َبْي ِن َيَد ْيِه َو اَل ِم ْن َخ ْل ِفِه ۖ َتْن ِز ي ٌل ِم ْن َح ِك ي ٍم َح ِم يد‬

Artinya: “Tidak akan datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan
maupun dari belakang, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji”.(Q.S. Fushshilat [41]: 42)
3. Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat, menjadi
motivasi bagi umat Islam untuk terus menerus menggali berbagai kandungannya
sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil
merenung dan berpikir.
4. Ayat-ayat Mutasyabihat ini mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap
maksudnya, sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya. Jika Al-Quran
mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara
penafsiran dan tarjih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan berbagai
ilmu, seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ilmu bayan, ushul fiqh dan sebagainya.
Apabila ayat-ayat mutasyabihat itu tidak ada niscaya tidak akan ada ilmu-ilmu tidak
akan muncul.
Menurut Yusuf Qardhawi, adanya muhkam dan mutasyabih sebenarnya merupakan ke-
mahabijaksanaan-Nya Allah, bahwa Al-Qur’an ditujukan kepada semua kalangan, karena bagi
orang yang mengetahui berbagai tabiat manusia, di antara mereka ada yang senang terhadap
bentuklahiriyah dan telah merasa cukup dengan bentuk literal suatu nash. Ada yang memberikan

6
perhatian kepada spritualitas suatu nash, dan tidak merasa cukup dengan bentuk lahiriyahnya saja,
sehingga ada orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan
pentakwilan, ada manusia intelek dan manusia spiritual. mengajarkan ”ajaran” muhkam dan
mutasyabih kepada manusia agar kita mengakui adanya perbedaan karakter pada setiap individu,
sehingga kita harus menghargainya. Kalau kita sebagai guru, sudah sepatutnya meneladani-Nya
untuk kita aplikasikan dalam menyampaikan pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik yang
berbeda-b9eda dalam kecerdasan dan karakter.4

4
Lihat Buhuts al-Mutanawwiah  Ululm Al-Qur’an., Op. cit., h. 3
7
+

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwasannya ayat – ayatAl-Qur’an baik yang muhkam maupun yang mutasyabih
semuanya bersumber dari Allah SWT. Jikayang muhkam maknanya jelas dan
mudah di pahami, sementara yang mutasyabih
maknanya samar dan tidak semua orang dapat menangkapnya, mengapa tidak sekalian saja
diturunkan muhkamsehingga semua orang dengan mudah memahaminya.
Adanya ayatayat mutasyabih dalam AlQur’an merupakan sebuah bukti kemukjiza
tannya.Mempermudah orang menghafal dan memeliharanya. Sebab, setiap lafal yang
mengandung banyak penafsiran yang berakibat pada ketidakjelasan akan
menunjuk pada banyak makna. Hal ini tentunyamenyulitkan untuk menghafal dan
memeliharanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ayat Muhkam dan Ayat Mutasyabih.Institut Agama Islam Darussalam.04 Maret2013.https


://iai-darussalam.ac.id/news-detail.cfm?NewsID=12.

Hamid, A. 2016. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana.

Liht Buhuts al-Mutanawwiah fi Ululm Al-Qur’an, (Maktabah asySyamilah), Juz 7, h.


1.Lihat Buhuts al-Mutanawwiah fi Ululm Al-Qur’an., Op. cit., h. 3.Manna’ alQathan,
Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Op. cit., h. 219.Muhammad Abd Alazhim azZarqani,
Manahilul Irfan fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyah, 1988), Juz II,
Cet. Ke3, h. 355.Muhammad Abd alAzhim azZarqani, Op. cit., h. 272275

Anda mungkin juga menyukai