Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAQIQAH DAN MAJAZ DALAM Al QUR’AN

Dosen Pengampu

Dr. Masripah, M.Si

Oleh :

Piqhi Abdul Latif (24092122015)

Yulian Deglang (24092122016)

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS GARUT

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Subhanahu Wata'ala yang senantiasa memberikan rahmat serta

keberkahan kepada hamba-hambanya, yang telah memuliakan bani adam dengan Ilmu dan

amal. Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi tercinta yani Nabi

Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kepada keluarga, sahabat, serta kita selaku

penerus risalahnya. Amiin.

Ucapan terimakasih kepada Dosen pengampu pelajaran Study Qur’an yakni Dr.

Masripah, M.Si, Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, sarandan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Garut, 20 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2

BAB 1.....................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat ...............................................................................................................3

BAB II....................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................................................5

A. Haqiqah Dalam Al qur’an....................................................................................................5


1. Definisi Haqiqah (ُ‫)الحقِ ْيقَة‬
َ dalam Al qur’an..................................................................5
2. Klasifikasi Haqiqahdalam Al qur’an...........................................................................5
a. Lughawiyyah Wadh`iyyah........................................................................................5
b. Lughawiyah Manqulah..............................................................................................5
1. Haqiqah lughawiyah ‘Urfiyah.............................................................................6
2. Haqiqah Lughawiyah Syar’iyah..........................................................................6
3. Signifikasi haqiqah dalam Al qur’an...........................................................................6
4. Pengertian Majaz (‫ )المجاز‬dalam Al-qur'an...................................................................7
5. Klasifikasi Majaz dalam Al qur’an...............................................................................8
a. Majaz Fii Mufrad........................................................................................................8
b. Majaz Fii At-Tarkiib..................................................................................................13
6. Signifikansi Majaz...........................................................................................................14

BAB III..................................................................................................................................................16

PENUTUP.............................................................................................................................................16

A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran ...............................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-qur’an merupakan pedoman hidup yang penting untuk di pelajari oleh


seluruh umat manusia. Bagi siapa saja yang mempelajari Al qura’an dan
menjadikannya pedoman hidup maka hidup yang takkan pernah tersesat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
]‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه [رواه مالك‬ ِ َ‫ت فِ ْي ُك ْم َأ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬
َ ‫ضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫تَ َر ْك‬ .B
Artinya: “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara, selama-lamanya tidak
akan tersesat jika kamu sekalian senantiasa berpegang kepada keduanya; Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya.” [HR. Malik] 1

Dari konteks hadits di atas bisa di ketahui bahwa, siapa saja yang memegang
teguh terjadap Al qur’an di tambah lagi sunnah Nabi maka selamanya tidak akan
tersesat.
Namun dewasa ini, Al qur’an di pelajari hanya sebatas bacaan saja, mungkin
karena rumitnya bahasa Al quran yang penuh dengan gaya bahasa yang indah. Di sini
penulis akan memaparkan keindahan bahasa Al qur’an lewat pembelajaran Study
Qur’an yakni “Al Haqiqotu Wal Majazi”. Dengan adanya pembahasan ini, penulis
berharap agar kita sama-sama tau tentang kekayaan bahasa Al qur’an yang ternyata
sangat penting dalam menunjang tadabbur Al qur’an.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Al Haqiqah
2. Apa yang di maksud dengan Al Majazi
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui tentang Haqiqot dalam Al qur’an
2. Mengetahui majaz dalam Al qur’an
3. Bisa membedakan makna Haqiqot dan Majaz dalam Al qur’an

1
(Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At
Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
3
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Haqiqah Dalam Al qur’an

1. Definisi Haqiqah (ُ‫)الحقِ ْيقَة‬


َ dalam Al qur’an
ُّ ‫ َح‬yang artinya
Haqiqah dalam pengertian bahasa, berasal dari bahasa Arab ‫ق‬
nyata, kenyataan, atau asli. Haqiqah dari kata haqqa yang berarti tetap. Sebagai
makna subjek (fā’il) memiliki arti yang tetap, atau sebagai objek (maf’ūl) yang berarti
ditetapkan Haqiqah berarti adalah sebuah kata yang maknanya asli sebagaimana yang
ditetapkan di dalam al-Qur’an.
Haqiqah menurut istilah, adalah kata yang digunakan sebagaimana pertama
kali dipergunakan dalam konteks kebahasaan. Menurut Ibnu Subki menyatakan
bahwa hakikat adalah lafaz yang digunakan untuk apa lafaz itu ditentukan pada
mulanya. Ibnu Qudamah mendefinisikannya sebagai lafaz yang digunakan untuk
sasarannya semula. Sementara Al-Sarkhisi berpendapat bahwa hakikat adalah setiap
lafaz yang ditentukan menurut asalnya untuk hal tertentu.
Berdasarkan beberapa istilah diatas, haqiqah adalah sebuah kata dalam ayat al-Qur’an
yang digunakan seperti makna semulanya yang telah ditentukan, dan memiliki tujuan
tertentu.
2. Klasifikasi Haqiqahdalam Al qur’an
a. Lughawiyyah Wadh`iyyah
Lughawiyyah Wadh`iyyah atau biasa disebut dengan al-haqiqah al-
lughawiyyah ini adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan makna hakiki
berdasarkan konteks penggunaan asal kata tersebut. Contohnya kata ar-rajul yang
digunakan untuk mennyebut laki-laki dewasa.
b. Lughawiyyah Manqulah
Lughawiyyah Manqulah ini adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan
makna hakiki setelah mengalami transformasi atau perubahan makna. Perubahan
ini dilakukan oleh ahli bahasa, atau syari’at. Pada bagian ini, terbagi kedalam dua
bentuk pula, yaitu :
1. Haqiqah lughawiyyah `urfiyyah
5
Yaitu kata yang mengalami transformasi makna, dari makna asal
penggunaannya kepada makna lain yang kemudian makna tersebut menjadi
populer sehingga makna asalnya ditinggalkan.
Contohnya, kata ad-dabbah yang artinya hewan melata, konotasinya bisa
manusia dan hewan. Namun kemudian digunakan oleh orang Arab dengan
konotasi hewan berkaki empat saja sehingga makna awalnya ditinggalkan.
2. Haqiqah lughawiyyah syar`iyyah
Yaitu kata yang mengalami trasformasi makna, dari makna asal kepada
makna yang lain yang digunakan oleh pembuat syri`at. Makna yang lain ini
berdasarkan dalil syari’at, contohnya shalat, shiyam, al-kufr, dan sebagainya.
Dari beberapa klasifikasi haqiqah tersebut, dapat disimpulkan bahwa
haqiqah lughowiyyah wadh`iyyah adalah kata yang digunakan sesuai makna
hakikinya, sedangkan haqiqah lughowiyyah manqulah adalah makna yang
menunjukkan makna asal setelah mengalami transformasi makna, baik secara
bahasa, maupun secara syari`at.

‫الحقيقة‬

‫لغوية منقولة‬ ‫لغوية وضعية‬

‫لغوية عرفية‬
‫لغوية شرعية‬

3. Signifikansi Haqiqah dalam al-Qur’an


Setelah memahami haqiqah dari berbagai macam pengertian, dan melihat dari

klasifikasinya, haqiqah memiliki signifikansi sebagai berikut :

6
1. Dengan mempelajari haqiqah, dapat memahami suatu makna kata yang terdapat

didalam al-Qur’an dengan baik;

2. Kemudian dapat membedakan, antara kata yang harus diartikan sebagaimana

bentuk asalnya, dan mana pula kata yang harus dimaknai setelah mengalami

transformasi;

3. Dapat memahami bahwa kata asal yang mengalami transformasi dengan kata lain,

memiliki kaitan yang erat dan memiliki maksud tertentu. 2

4. Pengertian Majaz (‫ )المجاز‬dalam Al-qur'an


Bentuk majaz dalam Alquran, dari bentuk denotatif (haqiqah) ke bentuk
metafora (majaz). Menurut Abd al-Qahir al-Jurjani (471 H) majaz adalah kebalikan
haqiqah. Sebuah kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa
mengundang kemungkinan makna lain disebut dengan haqiqah. Sedangkan majaz
adalah sebaliknya, yaitu perpindahan makna dasar ke makna lainnya, atau pelebaran
medan makna dari makna dasar karena ada alasan tertentu. Secara teoritik, majaz
adalah peralihan makna dari yang leksikal menuju yang literer, atau dari yang
denotatif menuju yang konotatif karena ada alasan-alasan tertentu. 3
Majaz secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab ‫ المجاز‬, bentuk masdar
(infinitif) dari kata‫از‬::‫ ج‬. Sedangkan secara terminologis para ulama telah banyak
mendefinisikannya dengan beberapa ibarah atau perkataan, diantaranya:
1. Ibn Qutaibah mendefinisikannya sebagai bentuk gaya tutur, atau seni bertutur
2. Sibawayh mendefinisakannya dengan seni bertutur yang memungkinkan
terjadinya perluasan makna.
3. Al-Mubarrad mengatakan bahwa majaz merupakan seni bertutur dan berfungsi
untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya.
4. Al-Qaadhy ‘Abd al-Jabbaar mengatakan bahwa majaz adalah peralihan makna dari
makna dasar atau leksikal ke makna lainnya, yang lebih luas

2
http://rahmadashariuinsuska.blogspot.com/2013/07/al-haqiqah-dan-al-majaz-dalam-al-quran.html
3
http://infopesantren.web.id/ppssnh.malang/cgibin/content.cgi/artikel/dialektika_gaya_bahasa_quran.single.
7
5. Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkan majaz sebagai lawan dari haqiqat, dan
makna haqiqat menurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli,
sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih
kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaany haqiqah adalah sebuah
kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang
kemungkinan makna lain disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar
ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari
makna dasarnya.4

` Dalam kitab “Miftahul Janan Fil Ilmil Bayan” Karya Ulama K. H. Ade Hasan
Ridwanullah, ada 4 syarat suatu kalimat bisa di sebut Majaz, yakni :

1. ُ‫ َكلِ َمةٌ ُم ْستَ ْع َملَة‬artinya “Kalimat yang bigunakan”


ْ ‫ض َع‬
2. ُ‫ت لَه‬ ِ ‫ فِى َغي ِْر َما ُو‬artinya “di pakai pada kalimat yang bukan makna aslinya”
3. Adanya ‘Alaqoh (ٌ‫ ) َعاَل قَة‬artinya “adanya hubungan antara makna asal dengan makna
bukan asal/majaz”
4. Ada Qarinah Mani’ah ( ٌ‫ ة‬:‫ )قَ ِر ْينَةٌ َمانِ َع‬artinya “adanya tanda/ciri yang bisa menghalangi
terhadap makna asalnya”
َ ‫ْت َأ َسدًا فِى‬
Contoh pada kalimat “‫الح َم ِام‬ ُ ‫” َرَأي‬
5. Klasifikasi Majaz dalam Al quran
a. Majaz Fil Mufrad
Majaz fi al-murad adalah majaz yang menggunakan lafadz bukan pada
permulaan asal peletakannya. Macam ini disebut juga majaz al-lughawi, dan ia
terbagi ke dalam beberapa macam.

1) Al-hadzfu atau an-naqsu, yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz
yang tersembunyi.
Contohnya dalam surat Yusuf: 82

‫َوا ْسَأ ِل القَرْ يَةَ الَّتِى َعلَ ْيهَا‬

Artinya : “dan tanyalah (Pendudu) Negeri yang kami ada di situ”

Di dalam ayat ini tersimpan lafadz yang tersembunyi sebelum lafadz ‫القرية‬
(negri), yaitu lafadz ) ‫ اهل‬penduduk).

4
Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 4
8
2) Az-Ziyaadah,yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz atau huruf
tambahan.
Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 11

‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َشيُْئ‬


َ ‫لَي‬

Artihya : “tidak ada satupun yang serupa degan dia”


Sebagian ulama mengatakan bahwa hurup ‫ ك‬di depan lafadz ‫ مثله‬secara makna
mufradnya merupakan tambahan.

3) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz plural (jama') namun yang


dimaksudkan adalah sebagian saja.
Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 19:

‫صابِ َعهُ ْم فِى ٰأ َذانِ ِه ْم‬


َ ‫يَجْ َعلُوْ نَ َأ‬

Artinya : “mereka menumbat telinganya dengan (anak) Jari mereka”


Kata ‫ اصابع‬di atas secara leksikal atau makna yang sebenarnya adalah jari-jari.
Kiranya mustahil bagi orang-orang munafik Mekkah menyumbat telinganya
dengan semua jari karena takut bunyi guntur yang mematikan. Tetapi yang
dimaksud ‫ابع‬:::‫ اص‬dalam ayat tersebut adalah sebagian dari jari-jari, bukan
semuanya.
4) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz yang merupakan bagian dari
suatu nama benda, namun yang dimaksudkan adalah keseluruhannya; bukan
sebagiannya.
Contohnya dalam surat Ar-Rahman: 27

َ ِّ‫َويَب ْٰقى َوجْ هُ َرب‬


‫ك‬

Artinya : “dan tetap kekal (dzat Tuhanmu)”


Lafaz ‫( وجه‬wajah) dalam ayat ini merupakan bagian dari ‫( ذات‬dzat) Tuhan,
namun dalam ayat tersebut tidak di ambil Makna ‫( وجه‬wajah) tetapi di maknai
‫( ذات‬Dzat)

5) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz khas (khusus), namun yang


dimaksudkan adalah 'aam (makna umumnya).
Contohnya dalam surat Ar-Rahman: 27

‫هُ ُم ال َعد ُُّو فَاحْ َذرْ هٌم‬

Artinya : “mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka”
Lafadz ‫دو‬:‫( الع‬musuh) di dalam ayat tesebut maksudnya adalah ‫داء‬:‫(األع‬semua
musuh).

9
6) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz 'aam (umum), namun yang
dimaksudkan adalah khas (makna khususnya).
Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 5

ِ ْ‫َويَ ْستَ ْغفِرُوْ نَ لِ َم ْن فِى اَألر‬


‫ض‬

Artinya : “dan memohonkan ampun bagi yang ada di bumi”


Lafaz ‫( من‬orang) pada ayat tersebut di maksudkan khusus bagi orang ‫المؤمن‬
(orang-orang yang berimana)

7) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz al- 'malzuum (yang


diharuskan), namun yang dimaksudkan adalah al-laazim (yang
mengharuskan).
Contoh dalam surat Al-An’am ayat 39

‫ت‬ ُّ ‫ص ٌّم بُ ْك ٌم فِى‬


ِ ‫الظلُ َما‬ ُ

Artinya : “pekak dan bisu berada dalam gelap gulita”


Kalimat ‫( فى الظلمات‬dalam kegelapan) dalam ayat tersebut –secara majaz- dari
segi asalnya adalah ‫( عمي‬buta), karena dalam ayat lain di sebutkan ‫ص ٌم بٌ ْك ٌم ُع ْم ٌي‬
ُ ,
maka penyebutan dalam ayat tersebut di karenakan kalimaat tersebut
termasuk dari keharusan orang yang buta ‫ فى الظلمات‬, artinya mata orang buta
pasti merasakan gelap gulita.

8) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk Lafaz Al-laazzim (yang mengharuskan)


namun yang di maksudkan adalah Al malzuum (yang di haruskan).
Contoh dalam surat Al maidah ayat : 112

‫هَلْ يَ ْستَ ِط ْي ُع َربُّكَ اَ ْن يُّن َِّز َل َعلَ ْينَا َم ۤا ِٕى َدةً ِّمنَ ال َّس َم ۤا ِء‬

Artinya : “sanggupkah tuhannmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”


Lafadz ‫( يَ ْستَ ِط ْي ُع‬sanggup/bisa) di dalam ayat tersebut –secara majaz- dari segi
asalnya adalah ‫( يفعل‬melakukan), hal ini di karenakan kesanggupan untuk
melakukan.

9) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafaz Al-musabbab (akibat), namun


yang di maksudkan adalah Al-sabab (sebab).
Contoh dalam surat Al mu’min ayat 13

‫َويُن َِّز ُل لَ ُكم ِمنَ ال َّس َماء ِر ْزقًا‬

Artinya : “dan dia menurunkan untuk mu rizki dari langit”


Lafaz ‫( رزقا‬rizki) di dalam ayat ini merupakan akibat dari turunnya ‫( مطر‬hujan)

10
10) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz as-sabab (sebab), namun yang
dimaksudkan adalah Al-musabbab (akibat).
Contoh dalam surat Al baqarah ayat 194

‫فَ َم ِن ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم فَا ْعتَ ُدوْ ا َعلَ ْي ِه بِ ِم ْث ِل َما ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم‬

Artinya : “barangsiapaa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu”
Lafaz ‫ ُدوْ ا‬:َ‫ ْعت‬makna asalnya adalah “lakukanlah kezaliman”. Makana ini tidak
bisa di pakai karena bertentangan dengan ajaran Islam, yang melarang dari
berbuat zalim. Jika kita artikan dengan makna Majaz, bisa di pahami bahwa
kata ‫ ُدوْ ا‬: َ‫ ْعت‬merupakan sebab dari makna yang di maksud, karena kezaliman
merupakan penyebab adanya ‫زاء‬:::‫( ج‬balasaan). Jadi makna ‫ ُدوْ ا‬:::َ‫ ْعت‬adalah
“balaslah”

11) Menamakan sesuatu dengan nama yang biasa di sebutkan setelah ia mengalami
proses tertentu.
Contoh dalam surat yusuf ayat 36

ِ ‫اِنِّ ْٓي اَ ٰرىنِ ْٓي اَ ْع‬


‫ص ُر َخ ْمرًا‬

Artinya : “sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur”


Lafaz ‫( خَ ْمرًا‬arak) yang di sebutkan di dalam ayat ini adalah nama minuman
yang di buat dari perasan ‫( عنب‬anggur)

12) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafaz Al-hal (keadaan), namun yang di
maksudnya adalah Al-mahaal (tempat) yang keadaannya seperti yang di
ungkapkan tersebut.
Contoh dalam surat Ali Imron ayat 107

َ‫فَفِ ْي َرحْ َم ِة هّٰللا ِ ۗ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬

Artinya : “maka mereka berada dalaam Rahmat Allah (surga) mereka kekal di
dalamnya”
Lafaz ِ ‫( َرحْ َم ِة هّٰللا‬rahmat Allah) di dalam ayat ini, maksudnya adalah (surga), hal
ini karena keadaan surga penuh dengan rahmat Allah.

13) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafaz Al-mahal (tempat) namun yang di
maksudkan adalah Al-hal (keadaan).
Contoh dalam surat Al-‘Alaq ayat 17
ۙٗ‫ع نَا ِديَه‬
ُ ‫فَ ْليَ ْد‬

Artinya : “maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya)

11
Lafaz ۙٗ‫ نَا ِديَه‬adalah nama suatu tempat dan yang di maksudkan dalam ayat ini
adalah penduduk yang mendiami tempat tersebut.

14) Menamakan sesuatu dengan nama kebalikannya atau mengungkapkan suatu


lafaz yang biasa di gunakan untuk sesuatu kebalikannya.
Contoh dalam surat Al-insyiqaaq ayat 24

‫ب اَلِي ۙ ٍْم‬
ٍ ‫فَبَ ِّشرْ هُ ْم بِ َع َذا‬

Artinya : “maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih”
Lafaz ‫ بَ ِّشر‬di dalam ayat ini biasanya di gunakan untuk ‫( الخبر السار‬kabar/berita
yang menyenangkan/menggembirakan). Namun di dalam ayat tersebut di
gunakan untuk kabar yang tidak menyenangkan/menggembirakan, yaitu ‫عذاب‬
‫( اليم‬azab yang pedih)

15) Mengidhafahkan atau menghubungkan fi’il (kata kerja) kepada sesuatu yang
tidak biasanya di hubungkan dengannya.
contohnya dalam surat Al kahfi ayat 77

ۗ ٗ‫فِ ْيهَا ِجدَارًا ي ُِّر ْي ُد اَ ْن يَّ ْنقَضَّ فَاَقَا َمه‬

Artinya : “kemudian keduanya mendapatkan pada negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, maka (khidr) menegakkan rumah itu”
Fiil ‫( يريد‬ingin) dalam ayat ini biasanya di hubungkan dengan ‫( الحي‬makhluk
hidup), sedangkan dalam ayat ini di hubungkan dengan lafaz ‫( جدار‬dinding).

16) Menyampaikan ungkapan tentang sesuatu dengan Fi’il (kata kerja), namun
maksudnya adalah dari segi kedekatan maka Fi’il tersebut terhadapnya atau
dari segi kemulayaannya atau keinginannya.
contoh dalam surat An-nahl ayat 61

َ‫فَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬

Artinya : “Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau
percepatan sesaat pun.”
Fiil ‫( َج ۤا َء‬telah tiba) yang di kaitkan dengan lafaz ‫( اَ َج ُل‬saat kematian), mkasudnya
adalah ‫( قرب مجيئه‬mendekati tibanya saat kematian)

17) Menempatkan dua lafaz secara terbalik


Contoh dalam surat Ar-ru’d ayat 38

‫لِ ُك ِّل َأ َج ٍل ِكتَاب‬

Artinya : “bagi tiap tiap masa ada kitab (orang tertentu)”

12
Lafadz ‫( ِكتَاب‬klitab) seyogyanya di dahulukan dan lafadz ‫ ٍل‬:‫( َأ َج‬masa akhir) di
akhirkan , yakni ‫ب َأ َجل‬
ٍ ‫( لِ ُك ِّل ِكتَا‬bagi tiap tiap kitab ada masa akhirnya)

18) Menempatkan suatu shighah (bentuk suatu lafadz) pada kedudukan shighah
lain.
Contohnya dalam surat Al baqarah ayat 255

‫َواَل ي ُِح ۡيطُ ۡونَ بِ َش ۡى ٍء ِّم ۡن ِع ۡل ِم ٖ ۤه‬

Artinya : “dan mereka tidak mengetahui apa apa dari Ilmu Allah”
Lafadz ‫( علم‬Ilmu) dalam ayat ini bersighah ‫( مصدر‬kata dasar) sedangkan yang
seyogyanya adalah bersighah ‫( المفعول‬kata kerja transitif) dari lafaz tersebut,
yakni ‫( معلوم‬yang di ketahui) sehingga seyogyanya ayat tersebut bermakna “dan
mereka tidak mengetahui apa-apa yang di ketahui oleh Allah”

19) Menamakan sesuatu dengan yang bisa di sebut sebelumnya


Contohnya dalam surat Taha ayat 74

ِ ‫اِنَّهٗ َم ْن يَّْأ‬
ۗ ‫ت َربَّهٗ ُمجْ ِر ًما فَا ِ َّن َلهٗ َجهَنَّ َم‬

Artinya : “Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan


berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam”
Dalam ayat ini, orang yang datang kepada Tuhannya pada hari kiamat di
namai ‫رم‬::‫( مج‬penjahat). Hal itu di sesuaikan dengan keadaan dia sewaktu
melakukan kejahatan/dosa di dunia ini.
b. Majaz Fii At-Tarkiib
Majaz fi at-tarkiib adalah majaz yang menyandarkan suatu perbuatan atau
kesangsian kepada sesuatu yang tidak memiliki originalitas, dikarenakan adanya
hubungan keterkaitan antara keduanya. Majaz ini di sebut juga majaz al-aql dan
majaz al-isnaad.
Contohnya dalam surat Al-anfal ayat 2

‫ت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ َزا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا‬


ْ َ‫َواِ َذا تُلِي‬

Artinya : “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)


imannya”
Di dalam ayat ini terdapat suatu perbuatan Allah, yaitu ‫( الزيادة‬penambahan)
yang di sandarkan pada ‫( األيات‬ayat-ayat) hal ini karena dengan di bacakannya
ayat-ayat tersebut menjadi sebab di tambahnya keimanan mereka.
Majaz ini terbagi ke dalam 4 macam, yaitu:
1) Penyandaran yang ke dua, sisanya adalah Haqiqat (makna asli)
13
contohnya dalam surat Al zalzalah aayat 2

‫ت ااۡل َ ۡرضُ اَ ۡثقَالَهَا‬


ِ ‫َواَ ۡخ َر َج‬

Artinya : “dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya”


Penggunaan lafaz ‫ت‬ :ۡ َ‫( ا‬telah mengeluarkan) dan ُ‫( ااۡل َ ۡرض‬bumi) di dalam
ِ ‫خ َر َج‬
ayat ini adalah secara haqiqat.
2) Penyandaran yang ke dua adalah sisanya Majaz
Contoh dalam surat Al baqarah ayat 16

ْ ‫فَ َما َربِ َح‬


‫ت تِّ َجا َرتُهُ ْم‬

Artinya : “maka tidaklah beruntung perniagaan meraka”


Penggunaan lafaz ‫ت‬ ْ ‫( َربِ َح‬beruntung) dan ‫( تجارة‬perniagaan) di dalam ayat ini
adalah Majaz.

3) Penyandaran yang sisi pertamanya Haqiqat dan sisi lainnya Majaz.


Contoh dalam surat Ar rum ayat 35

‫اَ ْم اَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم س ُْل ٰطنًا‬

Artinya : “Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan,”


Penggunaan lafadz ‫( انزل‬telah menurunkan) di dalam ayat ini adalah secara
haqiqat, sedangkan penggunaan lafadz ‫لطانا‬::‫( س‬kekuasaan) adalah secara
majaz sehingga ia di maknai ‫( برهان‬dalil/keterangan).

4) Penyandaran yang sisi pertamanya Majaz dan sisi lainnya Haqiqat


Contoh dalam surat Al-Ma’aarij ayat 15-17

ۙ‫ تَ ْد ُعوْ ا َم ْن اَ ْدبَ َر َوتَ َو ٰلّى‬- ‫ نَ َّزا َعةً لِّل َّش ٰو ۚى‬- ۙ‫َكاَّل ۗ اِنَّهَا لَ ٰظى‬

Artinya : “Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak, yang
mengelupaskan kulit kepala. Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang
berpaling (dari agama), ”
Pepnggunaan lafadz ‫( تدعو‬memanggil) di dalam ayat ini adalah secara
Majaz karena di sandarkan kepada lafadz ‫( النار‬api neraka).

6. Signigikasi Majaz
Di antara faedah-faedah penggunaan Majaz adalah sebagai berikut :
a. Al-Iijaz yakni memperingkas suatu kalimat atau ungkapan.
b. Memperluas lafadz, dimana seandainya suatu lafadz tidak dimajazkan maka
setiap makna hanya memiliki satu komposisi.

14
c. Menampilkan suatu makna dalam suatu gambaran yang dalam dan dekat
kepada akal fikiran.5

5
ibid hal 5-12
15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Majaz sebagai lawan dari haqiqat dan makna haqiqat adalah makna dari setiap
kata yang asli, sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya
beralih kepada makna lainnya. Sedangkan haqiqah adalah sebuah kata yang mengacu
kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang kemungkinan makna lain
disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar ke makna lainnya, karena
alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya.
B. Saran
Penulis masih harus banyak belajar tentang Ilmu kebahasaan Al qur’an ini,
tentunya penulis berharap saran dari kawan-kawan sekiranya ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan, saya berharap agar kawan-kawan bisa ikut
memperbaiki letak kesalahannya. Terimakasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm.
Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis
Sunnah, hlm. 12-13).

http://rahmadashariuinsuska.blogspot.com/2013/07/al-haqiqah-dan-al-majaz-dalam-al-
quran.html

http://infopesantren.web.id/ppssnh.malang/cgibin/content.cgi/artikel/
dialektika_gaya_bahasa_quran.single

Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 4

Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 5-12

17

Anda mungkin juga menyukai