Al Haqiqotu Wal Majazi
Al Haqiqotu Wal Majazi
Dosen Pengampu
Oleh :
UNIVERSITAS GARUT
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah Subhanahu Wata'ala yang senantiasa memberikan rahmat serta
keberkahan kepada hamba-hambanya, yang telah memuliakan bani adam dengan Ilmu dan
amal. Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi tercinta yani Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kepada keluarga, sahabat, serta kita selaku
Ucapan terimakasih kepada Dosen pengampu pelajaran Study Qur’an yakni Dr.
Masripah, M.Si, Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, sarandan kritik yang membangun diharapkan demi
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB 1.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat ...............................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran ...............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari konteks hadits di atas bisa di ketahui bahwa, siapa saja yang memegang
teguh terjadap Al qur’an di tambah lagi sunnah Nabi maka selamanya tidak akan
tersesat.
Namun dewasa ini, Al qur’an di pelajari hanya sebatas bacaan saja, mungkin
karena rumitnya bahasa Al quran yang penuh dengan gaya bahasa yang indah. Di sini
penulis akan memaparkan keindahan bahasa Al qur’an lewat pembelajaran Study
Qur’an yakni “Al Haqiqotu Wal Majazi”. Dengan adanya pembahasan ini, penulis
berharap agar kita sama-sama tau tentang kekayaan bahasa Al qur’an yang ternyata
sangat penting dalam menunjang tadabbur Al qur’an.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Al Haqiqah
2. Apa yang di maksud dengan Al Majazi
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui tentang Haqiqot dalam Al qur’an
2. Mengetahui majaz dalam Al qur’an
3. Bisa membedakan makna Haqiqot dan Majaz dalam Al qur’an
1
(Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At
Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
الحقيقة
لغوية عرفية
لغوية شرعية
6
1. Dengan mempelajari haqiqah, dapat memahami suatu makna kata yang terdapat
bentuk asalnya, dan mana pula kata yang harus dimaknai setelah mengalami
transformasi;
3. Dapat memahami bahwa kata asal yang mengalami transformasi dengan kata lain,
2
http://rahmadashariuinsuska.blogspot.com/2013/07/al-haqiqah-dan-al-majaz-dalam-al-quran.html
3
http://infopesantren.web.id/ppssnh.malang/cgibin/content.cgi/artikel/dialektika_gaya_bahasa_quran.single.
7
5. Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkan majaz sebagai lawan dari haqiqat, dan
makna haqiqat menurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli,
sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih
kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaany haqiqah adalah sebuah
kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang
kemungkinan makna lain disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar
ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari
makna dasarnya.4
` Dalam kitab “Miftahul Janan Fil Ilmil Bayan” Karya Ulama K. H. Ade Hasan
Ridwanullah, ada 4 syarat suatu kalimat bisa di sebut Majaz, yakni :
1) Al-hadzfu atau an-naqsu, yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz
yang tersembunyi.
Contohnya dalam surat Yusuf: 82
Di dalam ayat ini tersimpan lafadz yang tersembunyi sebelum lafadz القرية
(negri), yaitu lafadz ) اهلpenduduk).
4
Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 4
8
2) Az-Ziyaadah,yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz atau huruf
tambahan.
Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 11
Artinya : “mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka”
Lafadz دو:( العmusuh) di dalam ayat tesebut maksudnya adalah داء:(األعsemua
musuh).
9
6) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz 'aam (umum), namun yang
dimaksudkan adalah khas (makna khususnya).
Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 5
هَلْ يَ ْستَ ِط ْي ُع َربُّكَ اَ ْن يُّن َِّز َل َعلَ ْينَا َم ۤا ِٕى َدةً ِّمنَ ال َّس َم ۤا ِء
10
10) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz as-sabab (sebab), namun yang
dimaksudkan adalah Al-musabbab (akibat).
Contoh dalam surat Al baqarah ayat 194
فَ َم ِن ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم فَا ْعتَ ُدوْ ا َعلَ ْي ِه بِ ِم ْث ِل َما ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم
Artinya : “barangsiapaa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu”
Lafaz ُدوْ ا:َ ْعتmakna asalnya adalah “lakukanlah kezaliman”. Makana ini tidak
bisa di pakai karena bertentangan dengan ajaran Islam, yang melarang dari
berbuat zalim. Jika kita artikan dengan makna Majaz, bisa di pahami bahwa
kata ُدوْ ا: َ ْعتmerupakan sebab dari makna yang di maksud, karena kezaliman
merupakan penyebab adanya زاء:::( جbalasaan). Jadi makna ُدوْ ا:::َ ْعتadalah
“balaslah”
11) Menamakan sesuatu dengan nama yang biasa di sebutkan setelah ia mengalami
proses tertentu.
Contoh dalam surat yusuf ayat 36
12) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafaz Al-hal (keadaan), namun yang di
maksudnya adalah Al-mahaal (tempat) yang keadaannya seperti yang di
ungkapkan tersebut.
Contoh dalam surat Ali Imron ayat 107
Artinya : “maka mereka berada dalaam Rahmat Allah (surga) mereka kekal di
dalamnya”
Lafaz ِ ( َرحْ َم ِة هّٰللاrahmat Allah) di dalam ayat ini, maksudnya adalah (surga), hal
ini karena keadaan surga penuh dengan rahmat Allah.
13) Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafaz Al-mahal (tempat) namun yang di
maksudkan adalah Al-hal (keadaan).
Contoh dalam surat Al-‘Alaq ayat 17
ۙٗع نَا ِديَه
ُ فَ ْليَ ْد
11
Lafaz ۙٗ نَا ِديَهadalah nama suatu tempat dan yang di maksudkan dalam ayat ini
adalah penduduk yang mendiami tempat tersebut.
ب اَلِي ۙ ٍْم
ٍ فَبَ ِّشرْ هُ ْم بِ َع َذا
Artinya : “maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih”
Lafaz بَ ِّشرdi dalam ayat ini biasanya di gunakan untuk ( الخبر السارkabar/berita
yang menyenangkan/menggembirakan). Namun di dalam ayat tersebut di
gunakan untuk kabar yang tidak menyenangkan/menggembirakan, yaitu عذاب
( اليمazab yang pedih)
15) Mengidhafahkan atau menghubungkan fi’il (kata kerja) kepada sesuatu yang
tidak biasanya di hubungkan dengannya.
contohnya dalam surat Al kahfi ayat 77
Artinya : “kemudian keduanya mendapatkan pada negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, maka (khidr) menegakkan rumah itu”
Fiil ( يريدingin) dalam ayat ini biasanya di hubungkan dengan ( الحيmakhluk
hidup), sedangkan dalam ayat ini di hubungkan dengan lafaz ( جدارdinding).
16) Menyampaikan ungkapan tentang sesuatu dengan Fi’il (kata kerja), namun
maksudnya adalah dari segi kedekatan maka Fi’il tersebut terhadapnya atau
dari segi kemulayaannya atau keinginannya.
contoh dalam surat An-nahl ayat 61
َفَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن
Artinya : “Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau
percepatan sesaat pun.”
Fiil ( َج ۤا َءtelah tiba) yang di kaitkan dengan lafaz ( اَ َج ُلsaat kematian), mkasudnya
adalah ( قرب مجيئهmendekati tibanya saat kematian)
12
Lafadz ( ِكتَابklitab) seyogyanya di dahulukan dan lafadz ٍل:( َأ َجmasa akhir) di
akhirkan , yakni ب َأ َجل
ٍ ( لِ ُك ِّل ِكتَاbagi tiap tiap kitab ada masa akhirnya)
18) Menempatkan suatu shighah (bentuk suatu lafadz) pada kedudukan shighah
lain.
Contohnya dalam surat Al baqarah ayat 255
Artinya : “dan mereka tidak mengetahui apa apa dari Ilmu Allah”
Lafadz ( علمIlmu) dalam ayat ini bersighah ( مصدرkata dasar) sedangkan yang
seyogyanya adalah bersighah ( المفعولkata kerja transitif) dari lafaz tersebut,
yakni ( معلومyang di ketahui) sehingga seyogyanya ayat tersebut bermakna “dan
mereka tidak mengetahui apa-apa yang di ketahui oleh Allah”
ِ اِنَّهٗ َم ْن يَّْأ
ۗ ت َربَّهٗ ُمجْ ِر ًما فَا ِ َّن َلهٗ َجهَنَّ َم
ۙ تَ ْد ُعوْ ا َم ْن اَ ْدبَ َر َوتَ َو ٰلّى- نَ َّزا َعةً لِّل َّش ٰو ۚى- َۙكاَّل ۗ اِنَّهَا لَ ٰظى
Artinya : “Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak, yang
mengelupaskan kulit kepala. Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang
berpaling (dari agama), ”
Pepnggunaan lafadz ( تدعوmemanggil) di dalam ayat ini adalah secara
Majaz karena di sandarkan kepada lafadz ( النارapi neraka).
6. Signigikasi Majaz
Di antara faedah-faedah penggunaan Majaz adalah sebagai berikut :
a. Al-Iijaz yakni memperingkas suatu kalimat atau ungkapan.
b. Memperluas lafadz, dimana seandainya suatu lafadz tidak dimajazkan maka
setiap makna hanya memiliki satu komposisi.
14
c. Menampilkan suatu makna dalam suatu gambaran yang dalam dan dekat
kepada akal fikiran.5
5
ibid hal 5-12
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majaz sebagai lawan dari haqiqat dan makna haqiqat adalah makna dari setiap
kata yang asli, sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya
beralih kepada makna lainnya. Sedangkan haqiqah adalah sebuah kata yang mengacu
kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang kemungkinan makna lain
disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar ke makna lainnya, karena
alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya.
B. Saran
Penulis masih harus banyak belajar tentang Ilmu kebahasaan Al qur’an ini,
tentunya penulis berharap saran dari kawan-kawan sekiranya ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan, saya berharap agar kawan-kawan bisa ikut
memperbaiki letak kesalahannya. Terimakasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
(Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm.
Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis
Sunnah, hlm. 12-13).
http://rahmadashariuinsuska.blogspot.com/2013/07/al-haqiqah-dan-al-majaz-dalam-al-
quran.html
http://infopesantren.web.id/ppssnh.malang/cgibin/content.cgi/artikel/
dialektika_gaya_bahasa_quran.single
Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 4
Muh. Haris Zubaidillah, Hakikat dan Majaz Dalam Al qur’an, Dosen STIQ Amuntai hal. 5-12
17