Anda di halaman 1dari 21

 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

KONSEPSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


DALAM ISLAM
Fawziah
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Email: evafawziah@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengupas mengenai konsepsi dan implementasi pendidikan
karakter menurut dalam Islam. Konsep pendidikan karakter mengacu kepada sumber ajaran
islam yaitu Al-Quran, bagaimana pendidikan karakter dalam Al-Quran, serta implementasinya.
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka (library
research) dengan sumber data dari Al-Qur’an serta beberapa kitab tafsir dari beberapa ahli tafsir
al-Qur’an yang berkaitan dengan topik penelitian itu, yaitu pendidikan karakter dalam Al-
Qur’an, juga beberapa pandangan para ahli tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter
menjadi isu penting di dunia pendidikan hal ini disebabkan terjadinya berbagai persoalan akhlak
atau moralitas yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an mengajarkan
manusia untuk berakhlak mulia dengan Rasulullah SAW sebagai teladan utama (uswatun
hasanah). Konsep Pendidikan karakter dalam Islam berbasis Al-Qur’an merupakan pendidikan
menekakan pada pembinaan akhlak yang bersumber dari al Qur’an, meliputi tiga dimensi, yaitu
akhlak pada Sang Pencipta, akhlak pada diri sendiri, dan akhlak pada sesama manusia dan
lingkungan. Implementasi pendidikan karakter berbasis Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
sangat tergantung pada peran: 1) keluarga dan masyarakat lewat pendalaman akidah dan
akhlak nabi, serta pembiasaan dalam norma kehidupan sehari hari2) dunia pendidikan lewat
kurikulum pelajaran, sarana sekolah dan masjid, 3) pemerintah melalui kebijkan dan peraturan
daerah yang mendorong penguatan akhlak warga masyarakat.

Kata Kunci: pendidikan karakter, akhlak mulia, akhlak terhadap lingkungan sosial

Abstract

This study aims to explore the conception and implementation of character education according
to Islam. The concept of character education refers to the source of Islamic teachings, namely
the Koran, how character education in the Koran, and its implementation. The research
approach uses a qualitative approach through library research with data sources from the
Qur'an as well as several commentaries from several commentators of the Qur'an that relate to
the topic of the research, namely character education in the Qur'an , also some experts' views
on character education. Character education is an important issue in the world of education
due to the occurrence of various problems of morality or morality faced by society in their daily
lives. Al-Qur'an teaches people to be noble with the Prophet Muhammad as the main role model
(uswatun hasanah). The concept of character education in Islam based on Al-Qur'an is an
education that emphasizes on moral formation originating from the Qur'an, includes three
dimensions, namely morality to the Creator, morality in self, and morals in fellow human beings
and the environment. The implementation of Al-Qur'an based character education in daily life

18  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

is very dependent on the role of: 1) family and society through deepening the prophet's aqilah
and akhlak, as well as habituation in the norms of daily life2) the world of education through
curriculum, school facilities and mosques, 3) the government through policies and regional
regulations that encourage the strengthening of the morals of the citizens.

Keywords: character education, noble character, morality to the social environment

PENDAHULUAN Menurut Zakiah Daradjat dalam


khir-akhir ini banyak sekali Helmawati (2017:12) menyatakan bahwa

A bemunculan
dalam
permasalahan
masyarakat
berkaitan dengan penurunan
yang
masalah akhlak (karakter) adalah suatu
masalah yang menjadi perhatian orang di
mana saja, baik dalam masyarakat yang
nilai moral. Pembangunan nasional yang telah maju maupun dalam masyarakat
mengalami kemajuan di berbagai bidang yang masih terbelakang. Pada dasarnya,
tidak diiringi dengan peningkatan nilai- kerusakan akhlak seseorang dapat
nilai etika. Terjadi pergeseran sistem nilai mengganggu ketenteraman orang lain.
yang berdampak terhadap kehidupan Oleh sebab itu, pendidikan karakter
masyarakat dewasa ini, seperti memang perlu digalakkan dalam era
penghargaan terhadap nilai budaya dan globalisasi ini (Kompasiana, 2018).
bahasa, nilai solidaritas sosial, Dalam dunia pendidikan,
musyawarah mufakat, kekeluargaan, persoalan karakter juga menjadi
sopan santun, kejujuran, rasa malu dan perhatian pemerintah. Hasil evaluasi
rasa cinta tanah air dirasakan semakin pendidikan menunjukkan adanya
memudar (Adelia, 2019). kekurangtepatan pengajaran tentang
Hal lain yang juga menunjukkan pendidikan karakter pada kurikulum
perilaku penurunan nilai bangsa ini di nasional. Pendidikan karakter selama ini
antaranya, yaitu korupsi masih banyak lebih bersifat kognitif sehingga hanya
terjadi, identitas pribadi dan golongan dipahami secara konseptual, sedang
tertentu lebih ditonjolkan dan penerapannya masih perlu mendapat
mengalahkan identitas kebersamaan perhatian dari semua pihak yang terlibat
sehingga terlihat sekali kepentingan dalam pendidikan (Moemunah, 2012)
kelompok dan golongan seakan masih Hal tersebut menjadi salah satu
menjadi prioritas. Ruang publik yang pertimbangan dalam penyusunan
terbuka dimanfaatkan dan dijadikan kurikulum yang akhirnya populer dikenal
sebagai ruang pelampiasan kemarahan degan nama kurikulum 2013. Salah satu
dan amuk massa. Menurut Adelia (2019), aspek yang paling menonjol dari
banyak penyelesaian masalah yang kurikulum 2013 adalah dengan
cenderung diakhiri dengan tindakan menetapkan nilai karakter sebagai
anarkis. Beberapa persoalan di atas sebuah aspek yang sangat penting dan
menegaskan bahwa telah terjadi integral dalam semua mata pelajaran.
pergeseran nilai-nilai etika dalam Dalam penerapannya, aspek pendidikan
kehidupan berbangsa dan bernegara. karakter dibagi ke dalam dua kompetensi

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  19


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

inti (KI). Kompetensi inti pertama 12,9%. Sementara itu menurut data
bersifat moral spiritual yang UNICEF 2016 seperti dikutip dari FK UGM
menanamkan sikap keimanan dan menyatakan bahwa ada 50% remaja yang
ketaqwaan dalam menjalankan keyakinan pernah terlibat perilaku kekerasan.
terhadap tuhan yang maha esa. Sedangkan menurut data Kemenkes
Sedangkan Kompetensi Inti yang kedua 2017, ada 3,7% pelajar dan mahasiswa
lebih menekankan sikap spiritual yang yang pernah menggunakan narkotika.
lebih berisi pembiasaan sikap moral Berkaitan dengan hal tersebut
dalam pergaulan sesama manusia dan sangat perlu penguatan pendidikan moral
lingkungan (Tatang, 2014). (moral education) atau pendidikan
Kalau kita melihat ke dua karakter (character education) yang
kompetensi inti yang ditetapkan dalam bersumber dari nilai nilai ajaran Islam. Hal
kurikulum 2013 yang terkait dengan ini mengingat penduduk Indonesia yang
kompetensi sikap tersebu sudah sejalan mayoritas beragama Islam, maka menjadi
dengan pendidikan karakter dalam Al- relevan menjadikan al-Qur’an dan Sunnah
Quran. Nilai-nilai sikap spiritual Nabi sebagai sumber ajaran Islam,
kurikulum 2013 di atas dapat artikan menjadi dasar dalam pengembangan
sebagai hablumminallah, sedangkan pendidikan karakter. Implementasi nilai
nilai-nilai sikap sosial dapat kita artikan nilai karakter yang bersumber dari ajaran
sebagai perwujudan dari Islam yaitu al-Qur’an dan menjadikan
hablumminannas dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad sebagai figure
Banyak ayat yang ditemukan dalam Al- keteladanan, akan menumbuhkan apa
Qur’an dan hadis tentang pembelajaran yang disebut sebagai kecerdasan
karakter/moral. kenabian (prophetic intelligence) yaitu
Meskipun pemerintah sudah sebuah kecerdasan yang mampu
berupaya maksimal meningkatkan mendorong dan menumbuhkan potensi
pendidikan karakter anak dalam rangka hakiki insani melalui pengembangan
membangun moralitas dikalangan kesehatan ruhani. Jika kesehatan
remaja/ pelajar, akan tetapi perkara ruhaninya baik, maka bisa membangun
moralitas dikalangan pelajar tetap mental karakter yang baik (Hamdan
menjadi persoalan serius bangsa Bakran, 2004).
Indonesia yang harus menjadi perhatian Urgensi dan relevansi menjadikan
banyak pihak. Perilaku kekerasan dan al-Qur’an sebagai basis nilai dalam
tawuran pelajar, kriminalitas remaja dan pendidikan karakter anak, karena nilai
penyalahgunaan narkoba merupakan nilai ajaran moralitas dalam al-Qur’an
sesuatu hal yang sangat membahayakan yang sangat universal. Ia sudah terbukti
anak-anak dan menjadi ancaman dan teruji dalam sejarah selama kurang
terhadap masa depan bangsa. lebih 15 abad silam. Menurut Nurcholish
Berdasarkan data dari KPAI tahun Madjid, Al-Qur’an bukan hanya sekedar
2018 (metro.tempo.co), angka tawuran sumber doktrin ajaran, tapi juga menjadi
pelajar meningkat menjadi 14% dari sumber peradaban yang sudah pernah
tahun sebelumnya yang hanya mencapai teruji dalam sejarah peradaban manusia,

20  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

pernah di praktekkan oleh generasi yaitu pertama, menyiapkan perlengkapan


sahabat dan tabiien serta pernah mencpai peralatan, melakukan seperti buku,
puncaknya pada masa kejayaan Islam. pulpen, laptop dan lainnya. Kedua;
(Nurcholis Madjid, 2005) menyusun bibliografi kerja berupa list
Rumsuan masalah dalam atau daftar sumber sumber pustaka baik
Penelitian ini adalah; (i) bagaimana yang berasal dari buku, majalah, jurnal
konsep nilai pendidikan karakter dalam dan lainnya yang akan dijadikan bahan
Islam, (ii) bagaimana implementasi studi. Ketiga, mengatur waktu kerja
pendidikan karakter menurut ajaran Islam untuk menentukan target selesainya
dalam pendidikan di sekolah dan di penelitian, serta yang keempat
masyarakat, serta (iii) apa kebijakan melakukan aktifitas membaca dan
yang bisa dilakukan untuk mendorong mencatat temuan temuan hasil
implementasi nilai karakter dalam penelitian, melakukan verifikasi,
kehidupan social masyarakat. klasifikasi hasil temuan yang ada
Nilai kebaruan (novelitas) dalam (Mestika Zed, 2008)
penelitian ini adalah sebuah upaya untuk Adapun sumber data primer dari
mengkaji nilai nilai karakter yang penelitian ini adalah Al-Qur’an serta
bersumber dari ajaran islam, tidak hanya beberapa kitab tafsir dari beberapa ahli
dari sisi pendekatan dogmatif doktriner, tafsir al-Qur’an yang berkaitan dengan
akan tetapi juga dari sisi praktis historis topic penelitian itu yaitu pendidikan
yang pernah ada,serta upaya untuk karakter dalam al-Qur’an, juga beberapa
melakuan reaktualisasi dan revitalisasai pandangan para ahli tentang pendidikan
dari konsep dan doktrin nilai karakter karakter. Sumber data sekundernya
dalam Al-Qur’an dengan situasi kondisi adalah artikel, makalah serta beberapa
sekarang sehingga bisa tetap relevan, up buku buku pendukung terkait yang bisa
to date dengan dinamika perkembangan memperkuat kebutuhan data, serta
yang ada, tanpa harus terjebak pada peraturan atau kebijakan pemerintah
sikap konservativisme yang anti kepada daerah yang mendorong penguatan
kemajuan dan kebaruan. pendidikan karakter berbasis al-Qur’an
yang ada di wilayahnya.
METODE PENELITIAN Menurut Kaelan, dalam penelitian
Penelitian ini merupakan kepustakaan, kadang memiliki ciri
penelitian kualitatif dengan deskritptif dan kadang historis. Ciri
menggunakan teknik pengumpulan data deskriptif terkait pemaknaan dan
melalui penelitian kepustakaan (library penafsiran sebuah dalil ayat terkait
research). Menurut Mestika Zed (2008), pendidikan karakter dalam al-Qur’an
penelitian kepustakaan atau riset pustaka menurut beberapa ahli. Sedangkan ciri
adalah sebuah penelitina yang membatasi historis karena ada nilai nilai historis
pengumpulan bahannya melalui koleksi terkait karakter yang pernah ada dalam
kepustakaan tanpa harus turun lapangan sejarah peradaban manusia seperti pada
(field research). Ada 4 tahapan dalam masa Nabi dan Sahabat. (Kaelan, 2010)
riset kepustakaan yang harus dilakukan

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  21


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

Teknik pengolahan data dalam Menurut Zubaedi mengutip


penelitian ini adalah melakukan pandangan David Elkind yang
identitfikasi dan klafisikasi ayat ayat al- mengatakan bahwa konsep pendidikan
Qur’an terkait dengan persoalan karakter dimaknai sebagai sebuah usaha
pendidikan karakter, lalu mencoba yang sengaja (sadar ) untuk membantu
menganalisis secara lebih kritis terhadap manusia memahami, peduli tentang dan
asumsi yang ada, menguji kebenaran melaksanakan nilai nilai etika inti
sumber sumbernya serta , dengan (character education is the deliberate
menggunakan beberapa kitab kitab tafsir effort to help people understand, care
dan hadis yang relevan sehingga bisa about, and act upon core ethical
dipahami secara lebih komprehensif value)(Zubaedi, 2011: 15).
makna dan kandungan ayat tersebut. Sedangkan menurut Thomas
Setelah itu penulis akan membuat Lickona membagi karakter dari nilai
sebuah rumusan kesimpulan berdasarkan operatif, nilai dalam tindakan.
data temuan tersebut untuk menjawab Menurutnya, kita berproses dalam
rumusan masalah yang ada, sehingga karakter kita, seiring suatu nilai menjadi
bisa dibuat sebuah analisis temuan suatu kebaikan, suatu disposisi batin
penelitian secara lebih sistematik. yang dapat diandalkan untuk
menanggapi situasi dengan cara yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menurut moral itu baik (Lickona, 2012:
1. Konsep Dasar Pendidikan 81). Selanjutnya, Lickona juga
Karakter mengemukakan bahwa pendidikan
karakter mengandung tiga unsur pokok,
Istilah karakter berasal dari bahasa yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
Yunani, charassein, yang memiliki arti good), mencintai kebaikan (desiring the
menggambar atau mengukir. Ini good), dan melakukan kebaikan (doing
diartikan bahwa membentuk karakter the good). Ia kemudian mengidentifikasi
seseorang itu diibaratkan seperti komponen karakter yang baik dalam
mengukir di atas batu permata atau sebuah diagram sebagaimana Diagram 1
permukaan besi yang keras (Komalasari, di bawah ini (Lickona, 2012: 84).
2017: 2). Selanjutnya, KBBI Melihat diagram tersebut, dapat
mendefinisikan karakter sebagai sifat- disimpulkan menurut Lickona adanya
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti hubungan yang terkait erat antara
yang membedakan seseorang dengan komponen karakter yang satu dengan
orang lain (Dikbud, 2018: 623). yang lainnya. Semua komponen tersebut
Definisi karakter dimaknai sebagai saling mempengaruhi.
nilai dasar yang membangun pribadi Sedangkan dalam Islam, ada
seseorang, terbentuk baik pengaruh beberapa pendapat yang dikemukan
hereditas maupun pengaruh lingkungan, tentang konsep karakter (akhlak),
yang membedakannya dengan orang lain, khususnya akhlak yang baik. Pendapat-
serta diwujudkan dalam sikap dan pendapat tersebut dirangkum oleh Al-
perilakunya dalam kehidupan sehari hari Ghazali antara lain:
(Sumani, 2017: 43).

22  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

Komponen Karakter yang Islam menekankan bahwa


Baik pendidikan Karakter merupakan nilai
yang terdapat dalam diri sesorang yang
Pengetahuan Perasaan Moral juga dikenali sebagai sifat. karakter
Moral 1. Hati Nirani sangat berkaitan dengan akal. Manusia
1. Kesadaran 2. Harga Diri sebagai khalifah di muka bumi ini
Moral 3. Empati dianugrahi Allah dengan akal. Akal ini
2. Pengetahuan 4. Mencintai kemudian dapat digunakan manusia
Nilai Moral untuk menentukan baik dan buruk sebuah
Hal yang
3. Penentuan
Baik tindakan. Untuk menjaga agar akal
Perspektif
4. Pemikiran 5. Kendali Diri tersebut dapat dipergunakan oleh
Moral 6. Kerendahan manusia dengan baik, salah satu caranya
5. Pengambilan Hati melalui proses pendidikan. Melalui
Keputusan pendidikan, anak akan memperoleh
6. Pengetahuan pengalaman dan pembiasaan yang lama
Pribadi kelamaan akan membentuk karakter
mereka.
Menurut Akhmad Sodiq, karakter
dalam kajian modern pada dasarnya
Tindakan Moral
1. Kompetensi memiliki kaitan yang sangat erat dengan
2. Keinginan persoalan akhlak dalam kajian Islam.
3. Kebiasaan Persamaan keduanya terlihat pada inti
kajiannya berupa permasalahan
Diagram 1. Unsur Karakter
penanaman nilai sehingga menjadi sifat
yang menetap. Nilai-nilai yang
Al-Hasan menyatakan akhlak yang diharapkan menetap dalam diri seseorang
baik adalah menghadapi manusia dengan tersebut mencakup nilai-nilai yang ada
wajah cerah, memberi bantuan setiap kali dalam Al-Quran dan hadis serta nilai-nilai
diperlukan, serta menjaga diri sendiri dari yang tertanam dalam pribadi Rasulullah
mengganggu orang lain; SAW (Sodiq, 2018: 1). Sejalan dengan
Al-Washithy mengemukakan pendapat Sodiq, dalam UU No. 20
akhlak yang baik adalah keadaan tentang Sistem Pendidikan Nasional
seseorang yang tidak mau bertengkar ditegaskan bahwa tujuan pendidikan
ataupun diajak bertengkar oleh siapan nasional adalah menbentuk insan-insan
pun, disebabkan makrifatnya yang beriman, bertaqwa, serta berakhlak
mendalam berkaitan dengan Allah SWT; mulia.
dan Al-Karmaniy berpendapat akhlak Memperhatikan beberapa
yang baik adalah mencegah diri sendiri pengertian di atas, dapat dipahami
daripada mengganggu orang lain, serta bahwa karakter identik dengan akhlak,
bersabar dalam melaksanakan kewajiban, sehingga karakter merupakan nilai-nilai
betapa pun beratnya (Al-Ghazali, 2015: perilaku manusia yang universal yang
26). meliputi seluruh aktivitas manusia, baik

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  23


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

dalam rangka berhubungan dengan berperadaban, dari masyarakat yang


Tuhannya, dengan dirinya, dengan biadab menuju masyarakat yang beradab.
sesama manusia, maupun dengan Untuk itu, misi utama kenabiannya
lingkungannya. Semua hal tersebut adalah akhlak sebagaimana dijelaskan
tercermin dalam pikiran, sikap, perasaan, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
perkataan, dan perbuatan berdasarkan oleh Imam Malik:
norma-norma agama, hukum, tata
ِ ‫إِمَّنَا بعِثْت ألُتَِمم م َكا ِرم األَخ‬
‫الق‬
karma, budaya, dan adat istiadat. ْ َ ََ ُ ُ
Sasaran utama pendidikan adalah “Sesungguhnya aku diutus untuk
pembentukan karakter manusia. Menjadi menyempurnakan akhlak...”
manusia yang disebut manusiawi
bergantung pada akhlaknya. Dapat Misi utama ini bukan sekedar
dipastikan manusia yang berakhlak baik simbol, semboyan, atau jargon untuk
akan berhasil dalam kehidupannya. menarik simpati audiens, tetapi
Rasulullah sendiri terlebih dahulu
2. Pendidikan Karakter dalam Al- menghiasi dirinya dengan akhlak mulia
Quran berupa kejujuran dan amanah. Itulah
Dalam Islam, tidak ada disiplin sebabnya sehingga Allah menyangjung
ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Rasulullah dalam Q.S. al-Qalam/68: 4:
Dan pentingnya komparasi antara akal
dan wahyu dalam menentukan nilai-nilai
‫مك لَ َعلَ ٰى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم‬
َ ‫َوإِن‬
moral terbuka untuk diperdebatkan. Bagi “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
kebanyakan muslim segala yang berbudi pekerti yang agung”
dianggap halal dan haram dalam Islam,
dipahami sebagai keputusan Allah Quraish Shihab menafsirkan ayat
tentang benar dan baik. Dalam Islam ini dengan Sesungguhnya kamu benar-
terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, benar berpegang teguh pada sifat-sifat
adab, dan keteladanan (Majid, 2017: dan perbuatan-perbuatan baik yang telah
58). ditetapkan Allah untukmu. Ayat ini
Dalam filsafat pendidikan Islam, mengesankan bahwa Nabi Muhammad
akhlak termasuk di antara makna yang saw. berada di atas tingkat budi pekerti
terpenting dalam hidup dan kehidupan yang luhur, bukan sekedar berbudi
seseorang atau manusia secara pekerti luhur. Allah menegur Rasulullah
keseluruhan. Iman dan ibadah manusia jika bersikap dengan sikap yang hanya
tidak sempurna kecuali jika dari situ baik dan telah biasa dilakukan oleh
timbul akhlak yang mulia dan mu’amalah orang-orang yang dinilai sebagai
yang baik terhadap Allah dan makhluknya berakhlak mulia. Keluhuran budi pekerti
(Helmawati, 2017: v). Nabi saw. yang mencapai puncaknya itu
Allah mengutus Nabi Muhammad bukan saja dilukiskan oleh ayat di atas
saw dengan tujuan untuk melakukan dengan Innaka (sesungguhnya engkau),
transformasi budaya dari masyarakat tetapi juga dengan tanwin (bunyi
jahiliyah menuju masyarakat yang dengung) pada kata khuluqin dan huruf

24  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

lam yang digunakan untuk mengukuhkan Urgensi dan eksistensi akhlak


kandungan pesan yang menghiasi kata sendiri dalam ajaran Islam dapat
ala disamping kata ala itu sendiri dipahami dari hadis Nabi saw. ketika
(Shihab, 2002: 44). didatangi oleh Jibril dan diajukan tiga
Dengan akhlak mulia tersebut pertanyaan tentang pengertian Iman,
Allah swt. menjadikan nabi muhammad Islam, dan Ihsan.
sebagai model akhlak (uswatun hasanah) Hadis di atas dapat dipahami
untuk semua manusia. Allah bahwa ajaran Islam mengandung tiga
swt.berfirman dalam Q.S. al-Ahzab/33: dimensi pokok yaitu, keimanan, ibadah,
21. dan akhlak. Iman biasa diartikan dengan
Selanjutnya, terkait dengan pembenaran. Sementara ulama
karakter yang sesuai dengan Al-Qur’an, mendefinisikan “iman” dengan
Aisyah ra. menyatakan bahwa adalah “pembenaran hati terhadap seluruh yang
akhlak yang dimiliki oleh rasulullah. Hal disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.”
ini dinyatakan ketika Aisyah ditanya dengan demikian, iman tidak terbatas
tentang akhlak rasul: pada pengakuan akan keesaan Tuhan,
tetapi mencakup pembenaran tentang
‫كان ُخلُ ُقهُ ال ُقرآن‬ banyak hal. Bahkan, tidak sedikit pakar
yang menekankan tiga aspek
“Akhlak Nabi saw adalah al-Qur’an” (HR.
pembenaran, yaitu hati, lidah, dan
Ahmad)
perbuatan. Seorang beriman dituntut
Jika ditelaah secara seksama,
untuk mengucapkan pembenaran
akhlak-akhlak tersebut adalah: beriman,
tersebut, tidak hanya disimpan di dalam
khusyuk dalam shalat, menjauhkan diri
hati, melainkan harus dapat dibuktikan
dari perbuatan dan ucapan tidak
dengan perbuatan. Dengan demikian,
berguna, menunaikan zakat, memelihara
aspek keimanan dalam ajaran Islam juga
kemaluan dan menyalurkannya pada yang
mengandung pesan moral. Ibadah juga
dihalalkan, memelihara janji dan amanah,
demikian, sehingga dapat dipahami
serta konsisten menjalankan shalat.
bahwa Islam sangat menekankan
Semua itu merupakan indikator utama
pentingnya pendidikan karakter.
yang harus ada pada diri seseorang yang
Perhatian al-Qur’an terhadap
disebut berakhlak/berkarakter.
pendidikan karakter dapat dibuktikan
Dengan memahami konsep dasar
dengan banyaknya ayat dalam Al-Qur’an
pendidikan karakter, maka dapat
yang berkaitan dengan akhlak meskipun
dipastikan bahwa al-Qur’an telah
kata-kata akhlak itu sendiri jumlahnya
menjelaskan konsep pendidikan karakter
sedikit, tetapi substansi dari ayat-ayat
ini dengan menggunakan term “akhlak”
tersebut berkaitan dengan akhlak. Hal itu
sebagaimana yang terbaca dalam ayat
disebabkan karena seluruh aspek ajaran
dan hadis di atas. Sebab akhlak menurut
Islam yang disebutkan di dalam Al-Qur’an
bahasa adalah bentuk jamak dari
mengandung nilai-nilai pendidikan
“khuluq” yaitu moral atau “ethics” yang
karakter. Misalnya, ketika al-Qur’an
berarti sebuah kebiasaan dan perbuatan
berbicara tentang keimanan, maka selalu
yang terus diulang.

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  25


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

digandengkan dengan amal shaleh Dari keterangan di atas, dapat


(perbuatan baik/akhlak). Hal ini antara dijelaskan bahwa konsep pendidikan
lain dijumpai dalam Q.S. al-Ashr: 13. karakter dalam al-Qur’an, dapat
Pada ayat yang lain Allah menyebutkan ditemukan melalui tiga dimensi akhlak
bahwa indikator orang yang yang yang harus diaktualisasikan dalam diri
beriman adalah mereka yang tenang manusia yaitu: akhlak kepada Allah
jiwanya ketika dibacakan ayat-ayat (kecerdasan spiritual), akhlak terhadap
alQur’an, berserah diri kepada Allah, diri sendiri (kecerdasan emosional),
melaksanakan shalat, berinfak di jalan akhlak terhadap makhluk Tuhan yaitu
Allah (QS. al-Anfal: 2-3) manusia dan lingkungan (kecerdasan
Dengan demikian, akhlak yang sosial).
mulia dalam ajaran Islam dibangun di atas Akhlak kepada Allah dapat
kerangka hubungan dengan Allah melalui diimplementasikan dalam bentuk
perjanjian yang diatur dalam syariat-Nya ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar,
berkenaan dengan kewajiban tawakal, mahabbah, dan sebagainya.
menunaikan hak-hak Allah dan juga Dengan kata lain, akhlak ini lebih
kerangka hubungan dengan makhluk- mengacu pada keterampilan,
Nya. Allah swt.berfirman dalam Q.S. al- kemampuan, dan usaha untuk
Tin/95: 4-6. mengembangkan dan mempertahankan
Ayat di atas menjelaskan bahwa hubungan dengan Allah atau dengan
setiap orang memiliki potensi baik dan istilah lainnya “kecerdasan spiritual”.
potensi buruk. Apabila orang tersebut Kecerdasan ini melahirkan kepekaan yang
ingin mengembangkan potensi baiknya, mendalam dalam rangka menegaskan
hendaklah menjadikan Nabi Muhammad wujud Tuhan, melahirkan kemampuan
saw. yang merupakan suri tauladan untuk menemukan makna hidup, serta
sebagai insan kamil serta mengikuti memperhalus budi pekerti. Inilah yang
petunjuk-petunjuk Allah swt. yang selama melahirkan apa yang diistilahkan dengan
ini telah menurunkan wahyuwahyu-Nya mata ketiga atau indera keenam bagi
kepada para nabi (Shihab, vol 15: 430) manusia, sehingga mampu
Ayat tersebut menjelaskan tentang mengantarnya menuju serta memuja
kemuliaan manusia terletak pada peran suatu realitas yang Mahasempurna, tanpa
gandanya, yaitu sebagai hamba yang taat cacat, tanpa batas, dan tanpa akhir, yakni
beribadah kepada Allah yang terindikasi Allah. Adapun tolok ukur kecerdasan ini
lewat ungkapan kata “amanu” yang dilihat dari segi sejauh mana intensitas
berarti hubungan vertikal yang lebih komunikasi spritual seseorang dengan
bersifat personal kepada Allah. Tuhan-Nya yang termanifestasi dalam
Sementara kata “wa amilushshalihat” bentuk frekuensi do’a, kedalam
berkaitan dengan hubungan horizontal mahabbah yang bersemayam dalam hati,
yang menuntut adanya tanggung jawab serta rasa syukur kehadirat-Nya (Shihab,
sosial dalam hubungannya dengan 2011: 206).
sesama manusia dan lingkungan. Akhlak terhadap diri sendiri, yaitu
akhlak terpuji yang terinternalisasi dalam

26  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

diri seseorang seperti kejujuran, disiplin, mengandung makna penuh dan


amanah, mandiri, istiqamah, menutupnya dengan rapat, seperti wadah
keteladanan, kewibawaan, optimis, yang penuh air lalu ditutup rapat agar
tawadhu’, dan sebagainya. Kecerdasan tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa
emosional ini berupa kemampuan perasaan tidak bersahabat masih
mengendalikan diri atau nafsu, yang memenuhi hati yang bersangkutan,
mampu menjadikan jiwa manusia pikirannya masih menuntut balas, tetapi
seimbang secara fikiran dan fisik tidak memeperturutkan ajakan hati dan
sehingga bisa berfikir logis, objektif, dan pikiran itu, dia menahan amarah. Dia
sehat tanpa perlu meniadakan atau menahan diri sehingga tidak
membunuhnya. mencetuskan kata-kata buruk atau
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa perbuatan negatif. Kedua, yang
salah satu indikator orang yang bertakwa memaafkan. Kata al-‘fin ini antara lain
adalah mereka yang memiliki kecerdasan berarti menghapus. Seorang yang
emosional. Sebagaimana disebutkan memafkan orang lain adalah yang
dalam Q.S. Ali Imran/3: 133-134 menghapus bekas luka hatinya akibat
ٍ ِ ِ
‫ض َها‬ُ ‫َو َسا ِرعُوا إِ ََل َم ْغفَرةٍ م ْن َربِم ُك ْم َو َجنمة َع ْر‬
kesalahan yang dilakukan orang lain
terhadapnya. Kalau dalam peringkat
- ‫ني‬ ِ ِ ‫ال مسماوات واألرض أ ُِعد‬
َ ‫مت ل ْل ُمتمق‬ْ ُ ْ َ ُ ََ pertama di atas, yang bersangkutan baru
sampai pada tahap menahan amarah,
‫ضمر ِاء‬
‫ين يُْن ِف ُقو َن ِِف ال مسمر ِاء َوال م‬ ِ‫م‬
َ ‫الذ‬ kendati bekas-bekas luka itu masih

ِ ‫ني َع ِن الن‬ ِ ِِ memenuhi hatinya, pada tahapan ini


ُ‫اَّلل‬
‫ماس َو م‬ َ ‫ني الْغَْي َظ َوالْ َعاف‬
َ ‫َوالْ َكاظم‬ yang bersangkutan telah menghapus
‫ني‬ ِِ ُّ ‫ُُِي‬
bekas-bekas luka itu. Dengan demikian,
َ ‫ب الْ ُم ْحسن‬ seakan-akan tidak pernah terjadi satu
“Dan bersegeralah kamu mencari kesalahan atau suatu apa pun. Namun,
ampunan dari Tuhanmu dan karena pada tahap ini seakan-akan tidak
mendapatkan surga yang luasnya seluas pernah terjadi sesuatu, boleh jadi juga
langit dan bumi yang disediakan bagi tidak terjalin hubungan. Ketiga, yang
orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) mampu berbuat kebajikan, yakni bukan
orang yang berinfak, baik di waktu yang sekedar menahan amarah atau
lapang maupun sempit, dan orang-orang memaafkan, tetapi justru yang berbuat
yang menahan amarahnya dan baik kepada yang pernah melakukan
memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan kesalahan (Shihab, vol.2:265)
Allah mencintai orang yang berbuat Selanjutnya, terkait akhlak
kebaikan” terhadap sesama manusia dan
Quraish Shihab mengatakan lingkungan yang diterjemahkan dengan
bahwa dalam konteks menghadapi kecerdasan sosial, yaitu nilai-nilai yang
kesalahan orang lain, ayat ini harus dikembangkan dalam melakukan
menunjukkan tiga kelas manusia dengan interaksi dengan makhluk Tuhan. Pada
jenjang sikapnya. Pertama, yang mampu manusia, seperti tolong-menolong,
menahan amarah. Kata al-kazhimin empati, kasih-sayang, kerjasama, saling

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  27


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

mendoakan dan memaafkan, hormat- pengabdian kepada Allah SWT (Fazlur,


menghormati, dan sebagainya. Pada 1997: 49).
hewan dan tumbuh-tumbuhan, seperti: Dari semua uraian diatas dapat
keseimbangan, kepekaan, kepeduliaan, kita pahami bahwa pendidikan karakter
kelestarian, kebersihan, keindahan, dan dalam Al-Qur’an pada dasarnya dibangun
sebagainya. melalui tiga dimensi, yaitu dimensi
Tidak sedikit ayat dalam al-Qur’an akhlak pada Sang Pencipta, akhlak pada
yang mensinyalir tentang pentingnya diri sendiri, dan akhlak pada sesama
menjalin interaksi sosial dengan sesama manusia dan lingkungan. Hal teresbut
manusia dan menjaga ekosistem alam dapat mencerminkan adanya persatuan;
semesta. Bahkan Allah mengklaim adanya nilai luhur yang disepakati;
mereka yang memutuskan hubungan bekerja keras, disiplin, dan menghargai
silaturahim dan melakukan pengrusakan waktu; punya kepedulian; moderat dan
di bumi sebagai orang-orang fasik dan terbuka; siap berkorban; serta tegar dan
merugi. Sebagaimana firman-Nya dalam teguh menghadapi berbagai tantangan.
Q.S. al-Baqarah/2: 27 sebagai berikut Pendidikan karakter dalam Islam
memiliki keunikan dan perbedaan dengan
‫اَّلل ِم ْن بَ ْع ِد‬
ِ‫الم ِذين ي ْن ُقضو َن عه َد م‬
َْ ُ َ َ
pendidikan karakter di dunia Barat.
Perbedaan-perbedaan tersebut
ِِ ‫ِميثَاقِ ِه وي ْقطَعو َن ما أَمر م‬
َ ُ‫اَّللُ به أَ ْن ي‬
‫وص َل‬ mencakup penekanan terhadap prinsip-
ََ َ ُ َ َ prinsip agama yang abadi, aturan dan
ِ
‫اْلَاس ُرو َن‬
ْ ‫ك ُه ُم‬ ِ ٰ
َ ‫ض ۚ أُولَئ‬ِ ‫َويُ ْف ِس ُدو َن ِِف ْاأل َْر‬ hukum dalam memperkuat moralitas,
perbedaan pemahaman tentang
“(yaitu) orang-orang yang melanggar
kebenaran, penolakan terhadap otonomi
perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
moral sebagai tujuan pendidikan moral,
diteguhkan, dan memutuskan apa yang
dan penekanan pahala di akhirat sebagai
diperintahkan Allah untuk disambungkan
motivasi perilaku bermoral. Inti dari
dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka
perbedaan-perbedaan ini adalah
itulah orang-orang yang rugi”
keberadaan wahyu Ilahi sebagai sumber
Al-Qur’an memberikan perhatian
dan rambu-rambu pendidikan karakter
yang besar terhadap pendidikan karakter.
dalam Islam. Akibatnya, pendidikan
Fazlur Rachman dalam bukunya, al-Islam
karakter dalam Islam lebih sering
misalnya mengatakan, bahwa dasar
dilakukan secara doktriner dan dogmatis,
ajaran Al-Qur’an adalah moral yang
tidak secara demokratis dan logis (Majid,
memancarkan titik beratnya pada
2017: 58).
monoteisme dan keadilan sosial. Hukum
moral tidak dapat diubah. Ia merupakan
3. Implementasi Pendidikan
perintah Tuhan; manusia tidak dapat
Karakter Berbasis Al-Quran
membuat hukum moral; bahkan ia sendiri
Implementasi pendidikan karakter
harus tunduk kepadanya; ketundukan itu
berbasis Al-Quran adalah mendidik anak
disebut “Islam” dan perwujudan Islam
untuk memiliki nilai nilai karakter yang
dalam kehidupan disebut ibadah atau
bersumber dari Al-Qur’an. Nilai karakter

28  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

dalam al-Quran mengacu kepada karakter rahmah akan dapat menurunkan anak
yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. yang shaleh dan berakhlak mulia.
Bahkan misi utama kerasulan Nabi Menurut Zakiah Darajat (1977:35)
Muhamamd SAW adalah untuk “pendidikan dalam rumah tangga itu
menyempurnakan akhlak yang mulia bukan berpangkal tolak dari kesadaran
(innama buits’tu li utammima makarimal dan pengertian yang lahir dari
akhlaaq). pengetahuan mendidik melainkan secara
Dalam konteks pendidikan kodrati suasana dan strukturnya
sekolah, pendidikan karakter berbasis al- memberikan kemungkinan alami
Quran dimulai dari pembiasaan membangun situasi pendidikan. Situasi
membaca, menghafal, memahami, pendidikan itu terwujud berkat adanya
mengamalkan dalam aktifitas sehari hari pergaulan dan hubungan saling
peserta didik, dimanapun dia berada. mempengaruhi secara timbal balik antara
Selanjutnya, untuk mewujudkan orang tua dan anak.”
karakter tersebut setidaknya ada tiga Alquran banyak menceritakan
komponen utama yang paling tentang kisah-kisah sukses keluarga yang
bertanggung jawab menjalankannya, mampu mendidik anak-anaknya sehingga
yaitu masyarakat (termasuk pribadi dan menjadi generasi-generasi yang tangguh,
keluarga), dunia pendidikan, dan unggul, dan shaleh. Seperti kisah Nabi
pemerintah. Langkah itu harus dimulai Ibrahim as yang sukses membina
dengan pendidikan kejiwaan bagi setiap keluarganya sehingga anak keturunannya
pribadi, keluarga dan masyarakat dengan semuanya diangkat menjadi nabi dan
menumbuhsuburkan pengamalan aspek- rasul.
aspek akidah dan akhlak lewat gerakan Alquran pun mengabadikan
dakwah yang getol dan tanpa kenal lelah. keluarga Imran menjadi nama surat
dalam Alquran, yakni Surat Ali-‘Imran
a. Keluarga (keluarga Imran), karena keluarga ini
Al-Quran telah memberikan sudah menunaikan janjinya untuk
petunjuk bagaimana seharusnya mengajari putrinya (Maryam) dengan
kehidupan yang baik dalam suatu pendidikan agama di bawah asuhan Nabi
keluarga. Antara lain dikatakan, bahwa Zakaria as. Sehingga kelak dari wanita
pria sebagai kepala keluarga harus dapat suci Maryam ini lahirlah seorang rasul,
menjadi pembimbing, pelindung istri dan yakni Nabi Isa as. Alquran juga
pemberi nafkah (QS. an-Nisa’(4): 34) mengabadikan keluarga Luqman al-
Sebuah rumah tangga seharusnya Hakim yang bukan nabi dan rasul menjadi
didirikan atas dasar ibadah, yaitu yang Surat Luqman. Karena ia telah berhasil
bertujuan untuk mematuhi perintah mendidik anaknya dan meletakkan dasar-
Allah, sesuai dengan tuntunan Rasulullah dasar pengajaran agama dalam keluarga
bukan hanya memenuhi kebutuhan untuk mempersiapkan generasi-generasi
biologis. Bila rumah tangga didasarkan yang shaleh.
ibadah kepada Allah, maka dapat Metode yang digunakan tentu
dipastikan mendapat mawaddah dan mencontoh langkah yang ditempuh oleh
rahmah. Rumah tangga mawaddah dan

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  29


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

Nabi dalam membentuk akhlak mulia. mengembangkan kemampuan semata,


yaitu: 1) Mengubah pola pikir (mindset) melainkan juga berfungsi untuk
umat manusia yang bertumpu pada membentuk watak dan peradaban bangsa
keharusan mempercayai dan mengikuti yang bermatabat. Dari hal ini maka
perintah Tuhan dalam arti yang seluas- sebenarnya pendidikan watak (karakter)
seluasnya, 2) Memberikan contoh-contoh tidak bisa ditinggalkan dalam
konkret, mempraktikkan dan berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu,
membiasakan mengikuti perintah Tuhan sebagai fungsi yang melekat pada
tersebut dalam hubungan-Nya berbuat keberadaan pendidikan nasional untuk
baik kepada sesama manusia, dan dengan membentuk watak dan peradaban
jagat alam raya. Contoh dan pembiasaan bangsa, pendidikan karakter merupakan
akhlak mulia ini misalnya ia tunjukkan manifestasi dari peran tersebut. Untuk
dalam hal berumah tangga, bersikap baik itu, pendidikan karakter menjadi tugas
terhadap keluarga, sahabat dan sesama, dari semua pihak yang terlibat dalam
berjual beli, bergaul dengan komunitas usaha pendidikan (pendidik).
yang berbeda agama, dalam Pendidikan karakter dalam satuan
berdiplomasi, berperang, dan memimpin pendidikan dikelompokkan menjadi
Negara, 3) Melakukan proses seleksi, empat pilar yaitu: kegiatan belajar
akomodasi dan reintegrasi dengan nilai- mengajar di kelas, kegiatan keseharian
nilai dan adat istiadat (‘uruf) yang sesuai dalam bentuk budaya satuan pendidikan
dan relevan, 4) Melakukan perubahan, dan kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan
modifikasi, difusi, pembatalan dan keseharian di rumah (Majid, 2013: 40).
penghapusan terhadap akhlak masa lalu Pengembangan nilai karakter
yang tidak baik dengan cara evolutif, 5) perlu didukung oleh semua warga negara
Berpijak pada konsep fitrah manusia secara terintegrasi yang melibatkan
sebagai makhluk yang mencintai peserta didik, pendidik, tenaga
kebaikan (etika), keindahan (estetika), pendidikan (Kemendikbud, 2011: 23).
dan kebenaran (logika), dan 6) Semua warga sekolah harus terlibat
Memberikan reward dan funishment dalam pengembangan nilai karakter.
secara bijaksana terhadap setiap orang Adapun strategi pengembangan nilai-
yang melakukan pelanggaran terhadap nilai pendidikan karakter yaitu sebagai
ajaran Tuhan (Nata, 2012: 212). berikut:
1) Kegiatan pembelajaran
b. Lembaga Pendidikan
Pendidikan karakter dapat
Peran dunia pendidikan, baik
diintegrasikan dalam pembelajaran.
sekolah maupun masjid, serta media
Materi pembelajaran yang berkaitan
massa untuk mengantarkan dan
dengan norma dan nilai perlu
menjamin hadir dan sampainya dakwah
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
ke semua anak bangsa dan lapisan
dengan konteks kehidupan. Dengan
masyarakat.
demikian pembelajaran nilai karakter
Pendidikan bukan sekedar
tidak hanya pada ranah kongnitif, nemun
berfungsi sebagai media untuk
menyentuh pada internalisasi dan

30  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

pengalaman nyata”(Kemendiknas, 2010: kelas, shalat berjamaah, membaca Al-


4). Kegiatan pembelajaran dalam Qur’an setiap pagi ataupun setiap hari
kerangka pengembangan karakter jumat, berbaris ketika masuk kelas,
peserta didik dapat menggunakan berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan
pendekatan belajar aktif seperti diakhiri, dan mengucapkan salam
pendekatan belajar kontekstual, apabila bertemu guru, tenaga
pembelajaran kooperatif, dan pendidik, dan teman. baca juga
sebagainya. Dalam kegiatan pembentukan karakter gemar
pembelajaran membaca Al-Qur’an di membaca Al-Qur'an di Indonesia
sekolah, beberapa sekolah memasukkan Selain itu juga perlu didorong
mata pelajaran membaca Al-Qur’an dan dikembangkan pembiasaan baik
sebagai mata pelajaran wajib bahkan seperti budaya gotong royong,
menjadi program unggulan, tetapi juga budaya malu, budaya disiplin, budaya
banyak yang hanya sebagai budaya tertib, budaya rela berkorban,
sekolah saja, kegiatan pembelajaran toleransi dan saling menghormati,
membaca Al-Qur’an di sekolah telah anti kekerasan dan lainya.
banyak menggunakan metode Ummi Pembiasaan ini harus dimulai dari
sebagai metode pembelajarannya, keteladanan para guru, orang tua,
metode Ummi sendiri adalah metode kepala sekolah dan lainnya. Untuk
belajar membaca Al-Qur’an yang mendisiplinkna pembiasaan postifi ini
dikembangkan oleh Ummi Foundation, perlu dibuat aturan tata tertib,
yang mengajarkannya sebagaimana ibu bahkan sanksi kepada mereka yang
(Ummi) dalam mendidik anaknya. melanggar. Tujuannay agar semua
pihak mau menaati dan mengikuti
2) Pengembangan Budaya pembiasaan postif
Sekolah/kegiatan keseharian di
sekolah b) Kegiatan spontan
Pendidikan karakter di sekolah Kegiatan yang dilakukan
mengarah pada pembentukan kultur peserta didik secara spontan pada
sekolah (proses pembudayaan), yaitu saat itu juga, misalnya,
nilai-nilai yang melandasi perilaku, mengumpulkan sumbangan ketika
tradisi, dan simbol-simbol yang ada teman yang terkena musibah atau
dipratekkan. Adapun metode sumbangan untuk masyarakat ketika
peengembangan nilai pendidikan terjadi bencana. Kegiatan spontan
karakter dalam keseharian di sekolah lainnya apabila guru mengetahui
sebagai berikut: adanya perilaku dan sikap yang
a) Kegiatan rutin kurang baik maka pada saat itu juga
Kegiatan rutin yaitu kegiatan guru harus melakukan koreksi
yang dilakukan peserta didik secara sehingga peserta didik tidak akan
terus menerus dan konsisten setiap melakukan tindakan yang tidak baik
saat. Misalnya kegiatan upacara hari itu. Contoh kegiatan itu: membuang
Senin, upacara besar kenegaraan, sampah tidak pada tempatnya,
pemeriksaan kebersihan badan, piket berteriak-teriak sehingga

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  31


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

mengganggu pihak lain, berkelahi, Qur’an, karena anak tidak akan


memalak, berlaku tidak sopan, melakukan protes karena gurunya
mencuri, berpakaian tidak senonoh. sudah memberikan teladan yang baik,
Kegiatan spontan berlaku untuk semisal membaca Al-Qur’an lebih dulu
perilaku dan sikap peserta didik yang dari siswa maupun membaca Al-
tidak baik dan yang baik sehingga Qur’an di waktu-waktu senggang
perlu dipuji, misalnya: memperoleh dengan begitu anak didik akan
nilai tinggi, menolong orang lain, mengikuti perilaku guru mereka. baca
memperoleh prestasi dalam olah raga juga dasar pembentukan karakter
atau kesenian, berani menasehati dalam islam
perilaku teman yang tidak terpuji, d) Pengkondisian
berbagai jenis nasehat misalnya Pengkondisian ini harus
menasehati temannya ketika makan diciptakan lingkungan sekolah yang
berdiri. nyaman, aman dan tertib (Majid,
c) Keteladanan 2013: 40). Pengkondisian yaitu
Merupakan perilaku, sikap penciptaan kondisi yang mendukung
guru, tenaga kependidikan dan keterlaksanaan pendidikan karakter,
peserta didik dalam memberikan misalnya kebersihan badan dan
contoh melalui tindakan-tindakan pakaian, toilet yang bersih, tempat
yang baik sehingga diharapkan sampah, halaman yang hijau dengan
menjadi panutan bagi peserta didik pepohonan, poster kata-kata bijak di
lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran sekolah dan di dalam kelas, berbagai
guru yang lebih awal dibanding poster motivasi islami dalam Al-
peserta didik), kebersihan, Qur’an, berbagai foto-foto dan sejarah
kerapihan, kasih sayang, cinta damai, dalam Al-Qur’an.
kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja
3) Kegiatan ekstrakurikuler
keras dan percaya diri. “Guru
(pengembangan diri)
bagaikan jiwa bagi pendidikan
Terlaksananya ekstrakurikuler
karakter, sebab guru (mayoritas)
yang mendukung pendidikan karakter
menentukan karakter murid. Indikasi
memerlukan perangkat pedoman
adanya keteladanan dalam pendidikan
pelaksanaan, pengembangan
karakter ialah model peran pendidik
kapasitas sumber daya manusia, dan
bisa diteladani oleh murid. Apa yang
revitalisasi kegiatan yang sudah
murid pahami tentang nilai-nilai itu
dilakukan sekolah, misalnya kegiatan
memang bukan sesuatu yang jauh dari
pramuka, kompangan, outbond dan
kehidupan mereka, namun ada di
sebagainya. “Aktivitas ekstrakulikuler
dekat mereka yang mereka temui
yang selama ini diselenggarakan
dalam perilaku pendidik”(Koesoema,
sekolah merupakan salah satu media
2007:212).
strategis untuk pembinaan karakter
Keteladanan guru adalah kunci
dan peningkatan mutu akademik
utama dalam membentuk karakter
murid”.
anak, khususnya dalam membaca Al-

32  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

4) Kegiatan keseharian di rumah dan di pembentukan karakter anak bangsa.


masyarakat Dalam hal ini yang dimaksud dengan
Dalam kegiatan ini sekolah masyarakat disini adalah orang yang lebih
dapat mengupayakan terciptanya tua yang “tidak dekat“, “tidak dikenal“
keselarasan antara karakter yang “tidak memiliki ikatan famili“ dengan
dikembangkan di sekolah dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan
pembiasaan di rumah dan sang anak atau melihat tingkah laku si
masyarakat. Sekolah dapat membuat anak. Orang-orang inilah yang dapat
angket berkenaan nilai yang memberikan contoh, mengajak, atau
dikembangkan di sekolah, dengan melarang anak dalam melakukan suatau
responden keluarga dan lingkungan perbuatan.
terdekat anak/siswa. Dalam UUD Contoh-contoh perilaku yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat diterapkan oleh masyarakat: 1.
BAB IV Pasal 7, dinyatakan bahwa Membiasakan gotong royong, misalnya:
“Orangtua berhak berperan serta membersihkan halaman rumah masing-
dalam memilih satuan pendidikan …”, masing, membersihkan saluran air,
dan pasal 9 dinyatakan “Masyarakat menanami pekarangan rumah. 2.
berkewajiban untuk memberikan Membiasakan anak tidak membuang
dukungan sumber daya dalam sampah dan meludah di jalan, merusak
penyelenggara pendidikan” (Diknas, atau mencoret-coret fasilitas umum. 3.
2006: 4). Menegur anak yang melakukan perbuatan
Prinsip pengembangan yang yang tidak baik. Kendala – kendala yang
telah disebutkan di atas semuanya itu dihadapi dimasyarakat: 4. Tidak ada
terkait dengan pengelolaan sekolah kepedulian 5. Tidak merasa bertanggung
sebagaimana kemendiknas jawab 6. Menganggap perbuatan anak
mengatakan bahwa “pengelolaan adalah hal yang sudah biasa
ialah bagaimana pendidikan karakter Lingkungan masyarakat luas jelas
direncanakan, dilaksanakan, dan memiliki pengaruh besar terhadap
dikendalikan dalam aktivitas-aktivitas keberhasilan penanaman nilai-nilai
pendidikan secara memadai. estetika dan etika untuk pembentukan
Pengelolaan tersebut meliputi nilai- karakter. Dari perspektif Islam, situasi
nilai yang perlu ditanamkan, kemasyarakatan dengan sistem nilai yang
kurikulum, pembelajaran, penilaian, dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara
pendidik, dan tenaga kependidikan pandang masyarakat secara keseluruhan.
dan komponen terkait lainnya. Jika sistem nilai dan pandangan mereka
Dengan demikian manajemen sekolah terbatas pada “kini dan di sini”, maka
merupakan salah satu media efektif upaya dan ambisinya terbatas pada kini
dalam membangun pendidikan dan di sini pula.
karakter (Diknas, 2010: 4). Peran serta Masyarakat dalam
pendidikan memang sangat erat sekali
c. Masyarakat berkait dengan pengubahan cara
Masyarakat pun memiliki peran pandang masyarakat terhadap
yang tidak kalah pentingnya dalam upaya

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  33


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

pendidikan. ini tentu saja bukan hal yang zakat, Perda pendidikan diniyah dan lain
,mudah untuk dilakukan. Akan tetapi sebagainya.
apabila tidak dimulai dan dilakukan dari Pemerintah merupakan komponen
sekarang, kapan rasa memiliki, yang sangat penting dalam kegiatan
kepedulian, keterlibatan, dan peran serta pembentukan karakter bangsa. Para
aktif masyarakat dengan tingkatan aparatur negara sebagai penyelenggara
maksimal dapat diperolah dunia pemerintahan merupakan pengambil dan
pendidikan. pelaksana kebijakan yang ikut
menentukan berhasilnya pembangunan
d. Pemerintah karakter bangsa, baik pada tataran
Peran pemerintah dapat dilakukan informal, formal maupun nonformal.
lewat tiga lembaga utamanya yaitu Terkait dengan ini maka pemerintah
eksekutif, yudikatif dan legislatifnya harus secara intens melibatkan diri dalam
berperan untuk menggunakan political pendidikan karakter ini dengan berbagai
will dan tupoksinya (dakwah bil fi’l) agar regulasi, menetapkan berbagai peraturan
konsep pendidikan karakter berbasis Al- daerah yang dapat mendukung
Qur’an bisa dikawal dan diimplemetasikan pelaksanaan pembentukan karakter
dalam bentuk lahirnya Undang-undang bangsa.
dan kebijakan strategis. Bagi pemerintah pusat perlu ada
Untuk mendorong implementasi political will ,menopang dengan berbagai
pendidikan karakter berbasis al-Qur’an, kebijakan umum yang memperkuat
beberapa daerah mendorong munculnya pengembangan program pendidikan
peraturan daerah (Perda) terkait baca karakter. Melalui Kementerian Pendidikan
tulis al-Qur’an seperti di Sumatera Barat, dan Kebudayaan, kemudian
Lombok NTB, Sulawesi Selatan, Banten mengeluarkan berbagai pedoman melalui
dan lainnnya. Tujuannya agar masyarakat para ahli untuk pelaksanaan pendidikan
khususyang yang beragama Islam karakter bangsa di berbagai daerah,
diwajibkan untuk belajar membaca dan termasuk sudah barang tentu dukungan
memahami al-Qur’an sejak dini. Nilai nilai dana (sekalipun dalam bentuk
karakter dalam Al-Qur’an tidak hanya kebijakan). Sementara itu Pemerintah
sekedar jadi bacaan dan hafalan, tapi Daerah dapat mengeluarkan berbagai
juga bisa dipraktekkan dalam tata laku peraturan daerah (Perda) untuk
kehidupan sehari hari. memback-up pelasanaan pendidikan
Selain itu, untuk mendukung karakter di daerah. Misalnya perda yang
aktualisasi nilai nilai al-Qur’an, selain terkait dengan peraturan berlalu lintas,
perda terkait baca tulis al-Qur’an, Perda tentang kost para pelajar
pemerintah daerah juga mengeluarkan mahasiswa, tentang ketertiban dan
kebijakan perda bernuansa syariah seperti kebersihan lingkungan, tentang mass
Perda larangan minuman keras, Perda media. Kemudian secara fisik,
larangan keluar malam bagi perempuan pemerintah menyediakan dana untuk
sendirian, Perda busana muslimah, Perda menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk berlangsung pembentukan

34  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

karakter bagi individu, masyarakat, b. Al-Qur’an sebagai sumber doktrin


termasuk warga belajar. Misalnya dan ajaran tentang karakter, tidak
pemasangan banner-banner, spanduk, hanya sekedar memerintahkan tapi
papan nama yang berisi pesan-pesan atau juga mencontohkan dalam perilaku
slogan agar seseorang atau masyarakat sehari hari kehidupan Rasulullah
berperilaku baik dalam kegiatan sehari- sebagai teladan utama (uswatun
hari. Pemerintah menguasahakan hasanah) bahkan akhlak Rasulullah
lingkungan yang bersih dan indah, yang adalah al-Qur’an berjalan, artinya
membawa nuansa lingkungan hidup yang segala macam nilai karakter yang
rapi, sehat, dan nyaman. terdapat dalam al-Qur’an, bentuk
Perlu ditambahkan bahwa dalam implementasinya ada pada perilaku
pengembangan pendidikan karakter perlu rasulullah
keteladanan. Dalam hal ini pemerintah c. Pendidikan karakter dalam Al-Qur’an
memiliki peranan yang sangat strategis. pada dasarnya dibangun melalui tiga
Pemerintah sebagai aparatur negara dan dimensi, yaitu dimensi akhlak pada
penyelenggara pemerintah dikenal Sang Pencipta, akhlak pada diri
sebagai pemimpin masyarakat akan sendiri, dan akhlak pada sesama
selalu dicontoh. Oleh karena itu, manusia dan lingkungan. Identitas
pemerintah memiliki peran keteladanan utamanya adalah adanya persatuan;
yang amat kuat. Dengan demikian para adanya nilai luhur yang disepakati;
elit pimpinan, elit politik haruslah bekerja keras, disiplin, dan
berperilaku sebagai teladan dalam menghargai waktu; punya
berbagai hal. Dengan prinsip keteladanan kepedulian; moderat dan terbuka;
ini akan diharapkan pengembangan siap berkorban; serta tegar dan
pendidikan karakter bagi masyarakat teguh menghadapi berbagai
dapat berjalan efektif. tantangan.
d. Dalam konteks pendidikan di
PENUTUP sekolah, nilai nilai ajaran al-Qur’an
1. Simpulan sangat layak untuk dijadikan sumber
Berdasarkan uraian dan analisis ajaran dalam proses internalisasi nilia
yang dikemukakan di atas, dapat diambil nilai karakter kepada anak, baik
beberapa kesimpulan yaitu: dalam kurikulum pelajaran di kelas,
a. Konsepsi nilai pendidikan karakter peraturan sekolah maupun
dalam Islam yang bersumber dari membangun kebiasaan positif di
ajaran Al-Qur’an sangat jelas, nyata sekolah
dan lengkap. Hal ini karena misi e. Implementasi pendidikan karakter
utama Nabi Muhammad sebagai akan semakin berhasil jika didukung
pembawa ajaran islam tidak hanya oleh berbagai pihak
sekedar mengajak kepada keimanan (multistakeholder) diantaranya
(masuk Islam) tapi juga ingin keluarga, lingkungan masyarakat
membangun akhlakul karimah dan pemerintah daerah. Karena pada
(akhlak yang mulia). hakikatnya penanaman nilai

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  35


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

pendidikan karakter terhadap anak, pegawai kantor, petugas kebersihan


bukan hanya tanggung jawab guru di dan keamanan.
sekolah tapi juga semua pihak c. Pada lingkungan masyarakat sekitar,
hendaknya bisa dilakuan melalui
2. Rekomendasi pembiasaan tradisi melalui kegiatan
a. Pada tingkat keluarga, perlu ada peringatan hari besar keagamaan,
keteladanan dan pembiasaan dari membangun tradisi gotong royong,
orang tua kepada anak-anaknya. saling menghormati dan menghargai
Orang tua hendaknya bisa menjadi di antara sesama warga yang
teladan dan ditiru dalam segala berbeda penganut agama,
perbuatan. mengembangan semangat toleransi
b. Pada lingkungan sekolah, pendidikan dan saling menghormati setiap
nilai nilai karakter berbasis al-Qur’an perbedaan yang ada
dilakukan dengan mengintegrasikan d. Pada level pemerintahan daerah,
semua mata pelajaran yang ada, semua aparatur pemerintah harus
dengan nilai-nilai karakter yang ada mengembangkan perilaku akhlakul
di dalam al-Qur’an. Sekolah juga karimah, tidak melakukan tindakan
perlu membangun kultur tercela. Pemerintah juga perlu
kedisiplinan, penanaman moral, membuat aturan kebijakan
serta saling menghormati melalui pengembangan pendidikan karakter
keteladanan kepala sekolah, guru, berbasis al-Qur’an yang lebih inklusif.

36  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, 2015. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Jakarta: Mizania
Bakran, Hamdan Ad-Dzaiey2005. Prophetic Intelligence Kecerdasan Kenabian.
Islamica. Yogyakarta
Darajat, Zakiyah. 1977. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Cet. I. Jakarta: Bulan
Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan,
Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak. Jakarta: Depdiknas.
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendiknas.
Helmawati. 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Kaelan, Metode Peneliian Kualitatif Interdisipliner. 2010, Paradigma. Yogyakarta.
Komalasari, Kokom dan Saripudin, Didin. 2017. Pendidikan Karakter: Konsep dan
Aplikasi Living Values Education. Bandung: PT Refika Aditama
Kemendikbud. 2013. Grand Design Revitalisasi Pendidikan di Sekolah Dasar Melalui
Pendekatan Menyeluru. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Koesoema, Doni. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT Grasindo.
Lickona, Thomas. 2012. Education for Character: Mendidik Untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta.
Majid, Abdul & Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Madjid, Nurcholish. 2003. Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta.
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ja’fiy. 1422 H. Shahih alBukhari, Juz
1, Cet. I. Damaskus: Dar Thauq al-Najah.
Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam, Cet.I. Jakarta: Rajawali Pers.
Samani, Muchlas. 2017. Pendidikan Karakter. Jakarta: Rosdakarya.

Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019  37


 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

Shihab, Quraish. 2011. Membumikan al-Qur’an: Memfungsikan Wahyu dalam


Kehidupan, Jilid 2, Cet. I. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, vol.
XIV. Jakarta: Lentera Hati.
Sodiq, Akhmad. 2018. Prophetic Character Building. Jakarta: Kencana
Rahman, Fazlur. 1997. Islam. Terj. Ahsin Mohammad Cet.III. Bandung: Pustaka
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan, Obor. Jakarta
Kompasiana.Simalakama wajah pendidikan saat ini, alasan pendidikan budaya dan
karakter bangsa digalakkan.
https://www.kompasiana.com/dianisarizkika/5ab3ad6bdd0fa8468169a242/s
imalakama-wajah-pendidikan-saat-ini-alasan-pendidikan-budaya-dan-
karakter-bangsa-digalakkan?page=all (diakses: 27 Mei 2019, pukul 12.43)
M Maemonah. 2012. Aspek-Aspek dalam Pendidikan Karakter. Edukasia Islamika. e-
journal.iainpekalongan.ac.id (diakses: 27 Maret 2019, pukul 12.47)
Muktar, Tatang. 2014. Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Nilai Karakter
Bangsa. Ejournal UPI.
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/viewFile/879/613
(diakses: 27 Maret 2019, 13.06)
Putri, Adelia. 2019. Bergesernya Nilai-Nilai Etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.https://www.academia.edu/32513982/Bergesernya_Nilai-
nilai_Etika_dalam_Kehidupan_Berbangsa_dan_Bernegara. (diakses: 27 Mei
2019, pukul 12.01).
https://metro.tempo.co/read/1125876/kpai-tawuran-pelajar-2018-lebih-tinggi-
dibanding-tahun-lalu/full&view=ok (diakses: 28 Juni 2019, pukul 12.05)

38  Volume: VII No. 1 Januari – Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai