Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengupas mengenai konsepsi dan implementasi pendidikan
karakter menurut dalam Islam. Konsep pendidikan karakter mengacu kepada sumber ajaran
islam yaitu Al-Quran, bagaimana pendidikan karakter dalam Al-Quran, serta implementasinya.
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka (library
research) dengan sumber data dari Al-Qur’an serta beberapa kitab tafsir dari beberapa ahli tafsir
al-Qur’an yang berkaitan dengan topik penelitian itu, yaitu pendidikan karakter dalam Al-
Qur’an, juga beberapa pandangan para ahli tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter
menjadi isu penting di dunia pendidikan hal ini disebabkan terjadinya berbagai persoalan akhlak
atau moralitas yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an mengajarkan
manusia untuk berakhlak mulia dengan Rasulullah SAW sebagai teladan utama (uswatun
hasanah). Konsep Pendidikan karakter dalam Islam berbasis Al-Qur’an merupakan pendidikan
menekakan pada pembinaan akhlak yang bersumber dari al Qur’an, meliputi tiga dimensi, yaitu
akhlak pada Sang Pencipta, akhlak pada diri sendiri, dan akhlak pada sesama manusia dan
lingkungan. Implementasi pendidikan karakter berbasis Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
sangat tergantung pada peran: 1) keluarga dan masyarakat lewat pendalaman akidah dan
akhlak nabi, serta pembiasaan dalam norma kehidupan sehari hari2) dunia pendidikan lewat
kurikulum pelajaran, sarana sekolah dan masjid, 3) pemerintah melalui kebijkan dan peraturan
daerah yang mendorong penguatan akhlak warga masyarakat.
Kata Kunci: pendidikan karakter, akhlak mulia, akhlak terhadap lingkungan sosial
Abstract
This study aims to explore the conception and implementation of character education according
to Islam. The concept of character education refers to the source of Islamic teachings, namely
the Koran, how character education in the Koran, and its implementation. The research
approach uses a qualitative approach through library research with data sources from the
Qur'an as well as several commentaries from several commentators of the Qur'an that relate to
the topic of the research, namely character education in the Qur'an , also some experts' views
on character education. Character education is an important issue in the world of education
due to the occurrence of various problems of morality or morality faced by society in their daily
lives. Al-Qur'an teaches people to be noble with the Prophet Muhammad as the main role model
(uswatun hasanah). The concept of character education in Islam based on Al-Qur'an is an
education that emphasizes on moral formation originating from the Qur'an, includes three
dimensions, namely morality to the Creator, morality in self, and morals in fellow human beings
and the environment. The implementation of Al-Qur'an based character education in daily life
is very dependent on the role of: 1) family and society through deepening the prophet's aqilah
and akhlak, as well as habituation in the norms of daily life2) the world of education through
curriculum, school facilities and mosques, 3) the government through policies and regional
regulations that encourage the strengthening of the morals of the citizens.
A bemunculan
dalam
permasalahan
masyarakat
berkaitan dengan penurunan
yang
masalah akhlak (karakter) adalah suatu
masalah yang menjadi perhatian orang di
mana saja, baik dalam masyarakat yang
nilai moral. Pembangunan nasional yang telah maju maupun dalam masyarakat
mengalami kemajuan di berbagai bidang yang masih terbelakang. Pada dasarnya,
tidak diiringi dengan peningkatan nilai- kerusakan akhlak seseorang dapat
nilai etika. Terjadi pergeseran sistem nilai mengganggu ketenteraman orang lain.
yang berdampak terhadap kehidupan Oleh sebab itu, pendidikan karakter
masyarakat dewasa ini, seperti memang perlu digalakkan dalam era
penghargaan terhadap nilai budaya dan globalisasi ini (Kompasiana, 2018).
bahasa, nilai solidaritas sosial, Dalam dunia pendidikan,
musyawarah mufakat, kekeluargaan, persoalan karakter juga menjadi
sopan santun, kejujuran, rasa malu dan perhatian pemerintah. Hasil evaluasi
rasa cinta tanah air dirasakan semakin pendidikan menunjukkan adanya
memudar (Adelia, 2019). kekurangtepatan pengajaran tentang
Hal lain yang juga menunjukkan pendidikan karakter pada kurikulum
perilaku penurunan nilai bangsa ini di nasional. Pendidikan karakter selama ini
antaranya, yaitu korupsi masih banyak lebih bersifat kognitif sehingga hanya
terjadi, identitas pribadi dan golongan dipahami secara konseptual, sedang
tertentu lebih ditonjolkan dan penerapannya masih perlu mendapat
mengalahkan identitas kebersamaan perhatian dari semua pihak yang terlibat
sehingga terlihat sekali kepentingan dalam pendidikan (Moemunah, 2012)
kelompok dan golongan seakan masih Hal tersebut menjadi salah satu
menjadi prioritas. Ruang publik yang pertimbangan dalam penyusunan
terbuka dimanfaatkan dan dijadikan kurikulum yang akhirnya populer dikenal
sebagai ruang pelampiasan kemarahan degan nama kurikulum 2013. Salah satu
dan amuk massa. Menurut Adelia (2019), aspek yang paling menonjol dari
banyak penyelesaian masalah yang kurikulum 2013 adalah dengan
cenderung diakhiri dengan tindakan menetapkan nilai karakter sebagai
anarkis. Beberapa persoalan di atas sebuah aspek yang sangat penting dan
menegaskan bahwa telah terjadi integral dalam semua mata pelajaran.
pergeseran nilai-nilai etika dalam Dalam penerapannya, aspek pendidikan
kehidupan berbangsa dan bernegara. karakter dibagi ke dalam dua kompetensi
inti (KI). Kompetensi inti pertama 12,9%. Sementara itu menurut data
bersifat moral spiritual yang UNICEF 2016 seperti dikutip dari FK UGM
menanamkan sikap keimanan dan menyatakan bahwa ada 50% remaja yang
ketaqwaan dalam menjalankan keyakinan pernah terlibat perilaku kekerasan.
terhadap tuhan yang maha esa. Sedangkan menurut data Kemenkes
Sedangkan Kompetensi Inti yang kedua 2017, ada 3,7% pelajar dan mahasiswa
lebih menekankan sikap spiritual yang yang pernah menggunakan narkotika.
lebih berisi pembiasaan sikap moral Berkaitan dengan hal tersebut
dalam pergaulan sesama manusia dan sangat perlu penguatan pendidikan moral
lingkungan (Tatang, 2014). (moral education) atau pendidikan
Kalau kita melihat ke dua karakter (character education) yang
kompetensi inti yang ditetapkan dalam bersumber dari nilai nilai ajaran Islam. Hal
kurikulum 2013 yang terkait dengan ini mengingat penduduk Indonesia yang
kompetensi sikap tersebu sudah sejalan mayoritas beragama Islam, maka menjadi
dengan pendidikan karakter dalam Al- relevan menjadikan al-Qur’an dan Sunnah
Quran. Nilai-nilai sikap spiritual Nabi sebagai sumber ajaran Islam,
kurikulum 2013 di atas dapat artikan menjadi dasar dalam pengembangan
sebagai hablumminallah, sedangkan pendidikan karakter. Implementasi nilai
nilai-nilai sikap sosial dapat kita artikan nilai karakter yang bersumber dari ajaran
sebagai perwujudan dari Islam yaitu al-Qur’an dan menjadikan
hablumminannas dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad sebagai figure
Banyak ayat yang ditemukan dalam Al- keteladanan, akan menumbuhkan apa
Qur’an dan hadis tentang pembelajaran yang disebut sebagai kecerdasan
karakter/moral. kenabian (prophetic intelligence) yaitu
Meskipun pemerintah sudah sebuah kecerdasan yang mampu
berupaya maksimal meningkatkan mendorong dan menumbuhkan potensi
pendidikan karakter anak dalam rangka hakiki insani melalui pengembangan
membangun moralitas dikalangan kesehatan ruhani. Jika kesehatan
remaja/ pelajar, akan tetapi perkara ruhaninya baik, maka bisa membangun
moralitas dikalangan pelajar tetap mental karakter yang baik (Hamdan
menjadi persoalan serius bangsa Bakran, 2004).
Indonesia yang harus menjadi perhatian Urgensi dan relevansi menjadikan
banyak pihak. Perilaku kekerasan dan al-Qur’an sebagai basis nilai dalam
tawuran pelajar, kriminalitas remaja dan pendidikan karakter anak, karena nilai
penyalahgunaan narkoba merupakan nilai ajaran moralitas dalam al-Qur’an
sesuatu hal yang sangat membahayakan yang sangat universal. Ia sudah terbukti
anak-anak dan menjadi ancaman dan teruji dalam sejarah selama kurang
terhadap masa depan bangsa. lebih 15 abad silam. Menurut Nurcholish
Berdasarkan data dari KPAI tahun Madjid, Al-Qur’an bukan hanya sekedar
2018 (metro.tempo.co), angka tawuran sumber doktrin ajaran, tapi juga menjadi
pelajar meningkat menjadi 14% dari sumber peradaban yang sudah pernah
tahun sebelumnya yang hanya mencapai teruji dalam sejarah peradaban manusia,
dalam al-Quran mengacu kepada karakter rahmah akan dapat menurunkan anak
yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. yang shaleh dan berakhlak mulia.
Bahkan misi utama kerasulan Nabi Menurut Zakiah Darajat (1977:35)
Muhamamd SAW adalah untuk “pendidikan dalam rumah tangga itu
menyempurnakan akhlak yang mulia bukan berpangkal tolak dari kesadaran
(innama buits’tu li utammima makarimal dan pengertian yang lahir dari
akhlaaq). pengetahuan mendidik melainkan secara
Dalam konteks pendidikan kodrati suasana dan strukturnya
sekolah, pendidikan karakter berbasis al- memberikan kemungkinan alami
Quran dimulai dari pembiasaan membangun situasi pendidikan. Situasi
membaca, menghafal, memahami, pendidikan itu terwujud berkat adanya
mengamalkan dalam aktifitas sehari hari pergaulan dan hubungan saling
peserta didik, dimanapun dia berada. mempengaruhi secara timbal balik antara
Selanjutnya, untuk mewujudkan orang tua dan anak.”
karakter tersebut setidaknya ada tiga Alquran banyak menceritakan
komponen utama yang paling tentang kisah-kisah sukses keluarga yang
bertanggung jawab menjalankannya, mampu mendidik anak-anaknya sehingga
yaitu masyarakat (termasuk pribadi dan menjadi generasi-generasi yang tangguh,
keluarga), dunia pendidikan, dan unggul, dan shaleh. Seperti kisah Nabi
pemerintah. Langkah itu harus dimulai Ibrahim as yang sukses membina
dengan pendidikan kejiwaan bagi setiap keluarganya sehingga anak keturunannya
pribadi, keluarga dan masyarakat dengan semuanya diangkat menjadi nabi dan
menumbuhsuburkan pengamalan aspek- rasul.
aspek akidah dan akhlak lewat gerakan Alquran pun mengabadikan
dakwah yang getol dan tanpa kenal lelah. keluarga Imran menjadi nama surat
dalam Alquran, yakni Surat Ali-‘Imran
a. Keluarga (keluarga Imran), karena keluarga ini
Al-Quran telah memberikan sudah menunaikan janjinya untuk
petunjuk bagaimana seharusnya mengajari putrinya (Maryam) dengan
kehidupan yang baik dalam suatu pendidikan agama di bawah asuhan Nabi
keluarga. Antara lain dikatakan, bahwa Zakaria as. Sehingga kelak dari wanita
pria sebagai kepala keluarga harus dapat suci Maryam ini lahirlah seorang rasul,
menjadi pembimbing, pelindung istri dan yakni Nabi Isa as. Alquran juga
pemberi nafkah (QS. an-Nisa’(4): 34) mengabadikan keluarga Luqman al-
Sebuah rumah tangga seharusnya Hakim yang bukan nabi dan rasul menjadi
didirikan atas dasar ibadah, yaitu yang Surat Luqman. Karena ia telah berhasil
bertujuan untuk mematuhi perintah mendidik anaknya dan meletakkan dasar-
Allah, sesuai dengan tuntunan Rasulullah dasar pengajaran agama dalam keluarga
bukan hanya memenuhi kebutuhan untuk mempersiapkan generasi-generasi
biologis. Bila rumah tangga didasarkan yang shaleh.
ibadah kepada Allah, maka dapat Metode yang digunakan tentu
dipastikan mendapat mawaddah dan mencontoh langkah yang ditempuh oleh
rahmah. Rumah tangga mawaddah dan
pendidikan. ini tentu saja bukan hal yang zakat, Perda pendidikan diniyah dan lain
,mudah untuk dilakukan. Akan tetapi sebagainya.
apabila tidak dimulai dan dilakukan dari Pemerintah merupakan komponen
sekarang, kapan rasa memiliki, yang sangat penting dalam kegiatan
kepedulian, keterlibatan, dan peran serta pembentukan karakter bangsa. Para
aktif masyarakat dengan tingkatan aparatur negara sebagai penyelenggara
maksimal dapat diperolah dunia pemerintahan merupakan pengambil dan
pendidikan. pelaksana kebijakan yang ikut
menentukan berhasilnya pembangunan
d. Pemerintah karakter bangsa, baik pada tataran
Peran pemerintah dapat dilakukan informal, formal maupun nonformal.
lewat tiga lembaga utamanya yaitu Terkait dengan ini maka pemerintah
eksekutif, yudikatif dan legislatifnya harus secara intens melibatkan diri dalam
berperan untuk menggunakan political pendidikan karakter ini dengan berbagai
will dan tupoksinya (dakwah bil fi’l) agar regulasi, menetapkan berbagai peraturan
konsep pendidikan karakter berbasis Al- daerah yang dapat mendukung
Qur’an bisa dikawal dan diimplemetasikan pelaksanaan pembentukan karakter
dalam bentuk lahirnya Undang-undang bangsa.
dan kebijakan strategis. Bagi pemerintah pusat perlu ada
Untuk mendorong implementasi political will ,menopang dengan berbagai
pendidikan karakter berbasis al-Qur’an, kebijakan umum yang memperkuat
beberapa daerah mendorong munculnya pengembangan program pendidikan
peraturan daerah (Perda) terkait baca karakter. Melalui Kementerian Pendidikan
tulis al-Qur’an seperti di Sumatera Barat, dan Kebudayaan, kemudian
Lombok NTB, Sulawesi Selatan, Banten mengeluarkan berbagai pedoman melalui
dan lainnnya. Tujuannya agar masyarakat para ahli untuk pelaksanaan pendidikan
khususyang yang beragama Islam karakter bangsa di berbagai daerah,
diwajibkan untuk belajar membaca dan termasuk sudah barang tentu dukungan
memahami al-Qur’an sejak dini. Nilai nilai dana (sekalipun dalam bentuk
karakter dalam Al-Qur’an tidak hanya kebijakan). Sementara itu Pemerintah
sekedar jadi bacaan dan hafalan, tapi Daerah dapat mengeluarkan berbagai
juga bisa dipraktekkan dalam tata laku peraturan daerah (Perda) untuk
kehidupan sehari hari. memback-up pelasanaan pendidikan
Selain itu, untuk mendukung karakter di daerah. Misalnya perda yang
aktualisasi nilai nilai al-Qur’an, selain terkait dengan peraturan berlalu lintas,
perda terkait baca tulis al-Qur’an, Perda tentang kost para pelajar
pemerintah daerah juga mengeluarkan mahasiswa, tentang ketertiban dan
kebijakan perda bernuansa syariah seperti kebersihan lingkungan, tentang mass
Perda larangan minuman keras, Perda media. Kemudian secara fisik,
larangan keluar malam bagi perempuan pemerintah menyediakan dana untuk
sendirian, Perda busana muslimah, Perda menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk berlangsung pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, 2015. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Jakarta: Mizania
Bakran, Hamdan Ad-Dzaiey2005. Prophetic Intelligence Kecerdasan Kenabian.
Islamica. Yogyakarta
Darajat, Zakiyah. 1977. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Cet. I. Jakarta: Bulan
Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan,
Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak. Jakarta: Depdiknas.
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendiknas.
Helmawati. 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Kaelan, Metode Peneliian Kualitatif Interdisipliner. 2010, Paradigma. Yogyakarta.
Komalasari, Kokom dan Saripudin, Didin. 2017. Pendidikan Karakter: Konsep dan
Aplikasi Living Values Education. Bandung: PT Refika Aditama
Kemendikbud. 2013. Grand Design Revitalisasi Pendidikan di Sekolah Dasar Melalui
Pendekatan Menyeluru. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Koesoema, Doni. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT Grasindo.
Lickona, Thomas. 2012. Education for Character: Mendidik Untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta.
Majid, Abdul & Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Madjid, Nurcholish. 2003. Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta.
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ja’fiy. 1422 H. Shahih alBukhari, Juz
1, Cet. I. Damaskus: Dar Thauq al-Najah.
Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam, Cet.I. Jakarta: Rajawali Pers.
Samani, Muchlas. 2017. Pendidikan Karakter. Jakarta: Rosdakarya.