Anda di halaman 1dari 8

Implementasi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

Ana Mentari1, Hermi Yanzi, Devi Sutrisno Putri

Prodi PPKn, Universitas Lampung. Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong
Meneng Bandarlampung, Lampung, Indonesia.

e-mail: ana.mentari@fkip.unila.ac.id1

Abstrak
Artikel bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) implementasi pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan tinggi; (2) nilai-niali karakter yang terinternalisasi dalam perkuliahan; dan (3) pola serta wadah
implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan tinggi. Metode penelitian menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data di lakukan melalui observasi dan studi
literatur. Analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan tinggi,
diantaranya pada kegiatan ko-kurikuler dan ektrakurikuler, (2) nilai-nilai karakter yang terinternalisasi dalam
perkuliahan, terutama pada mata kuliah tertentu seperti pendidikan etika dan kearifan lokal, pendidikan
integritas dan anti korupsi, serta pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan, (3) pola serta wadah
implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan tinggi, khususnya di Universitas Lampung
Nampak dari beberapa kebijakan kampus diantaranya kebijakan parker terpadu, green campus, pasar rakyat,
dan penerapan kartu parkir.

Kata kunci: implementasi, pendidikan karakter, perguruan tinggi.

Implementation of Character Education in Higher Education


Abstract
The article aims to identify and describe (1) the implementation of character education at the higher
education level; (2) character values that are internalizing in lectures; and (3) the pattern and container for
the implementation of character education at the higher education level. a research method used qualitative
research with descriptive methods. Data collection was through observation and literature study. Data
analysis includes data collection, data reduction, data presentation, and concluding. Results of the study
showed that (1) the implementation of character education at the higher education level, including co-
curricular and extracurricular activities, (2) character values that are internalizing in lectures, especially in
absolutely subjects such as ethics education and local wisdom, integrity and anti-corruption education, as
well as Pancasila education and citizenship education, (3) patterns and containers for implementing
character education at the higher education level, especially at the University of Lampung. It can be forward
from several campus policies included integrated parking policy, green campus, people's market, and
application of parking cards.

Keywords: implementation, character education, higher education

| Jurnal Kultur Demokrasi: Volume 10, No.1, Juli 2021


PENDAHULUAN diantaranya masalah krisis multidimensional
dan degradasi moral karakter, serta isu
Salah satu masalah yang dihadapi dunia disintegrasi bangsa sehingga pendidikan
pendidikan kita adalah masalah krisis karakter dianggap menjadi solusi alternatif yang
multidimensional dan degradasi moral, serta ampuh untuk menghadapi permasalahan moral
isu disintegrasi bangsa sehingga pendidikan bangsa yang makin memburuk. Fenomena saat
karakter dianggap menjadi solusi alternatif ini, sering kita jumpai anak tidak lagi hormat
yang ampuh untuk menghadapi permasalahan pada orang tua, pergaulan bebas remaja, sikap-
moral bangsa yang makin memburuk (Mentari, sikap anti sosial yang nampak dari kehidupan
2017). Contohnya, anak tidak lagi hormat pada sehari-hari baik di sekolah maupun masyarakat.
orang tua, kehidupan bebas remaja, dan 80%
sudah berani mencoba dan menggunakan obat-
obatan terlarang (narkotika) (Anastasya, 2013;
Mentari, 2017).
Permasalahan moral dipicu juga karena
adanya kontrol media dan keluarga yang
kurang, serta adanya globalisasi dan serbuan
budaya dari luar membuat sebagian generasi
muda kita yang mengikuti budaya luar
Source: Mentari (2020; Soedarsono, 2009;Samani & Hariyanto, 2016)
sehingga budaya sendiri terkesampingkan.
Tilaar (2009. hlm.19; Newsweek, 2000; Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat
Mentari, 2017) mengungkapkan bahwa terlihat pada proses pengembangan karakter
“masyarakat dan bangsa Indonesia kini berada pada usia remaja dan pemantapan karakter pada
di dalam era baru, era reformasi. Era reformasi usia dewasa, peran keluarga, sekolah dan
sebagian merupakan perubahan yang besar masyarakat masih belum maksimal. Pada proses
melanda Asia”. Pada masa transisi ini, pemantapan karakter pada usia dewasa di
masyarakat akan menuju masyarakat baru masyarakat masih terjadi low trust society, yang
demokratis yang telah melahirkan suatu tidak saling menghargai, sehingga langkanya
euphoria yang mampu bermuara pada teladan.
disintegrasi bangsa, terlepas dari pengendalian
Selain itu, Yanzi, dkk (2019)
diri. Sehingga berdampak pada lunturnya
mengungkapkan bahwa “while studies on the
kebudaayan lokal/ kearifan lokal yang ada di
formation of global citizen awareness can be
masyarakat, karena masyarakat hijrah dan
done effectively through cosmopolitan ethics,
ketertarikan yang berlebihan pada kebudayaan
values of local wisdom, global moral education,
baru.
and education for the preservation of the social
Keadaan tersebut pada hari ini sudah mulai and natural environment”. Hal ini bermaksud
menyebar keseluruh sendi lapisan masyarakat bahwa pembentukan kesadaran warga global
Indonesia, terutama kalangan mahasiswa pada dapat dilakukan secara efektif melalui etika
kehidupan kampus. Tilaar menambahkan salah kosmopolitan, nilai-nilai kearifan lokal,
satu yang menjadi masalah terbesar abad 21 pendidikan moral global, dan pendidikan untuk
adalah munculnya kesadaran akan identitas pelestarian lingkungan sosial dan alam.
suatu bangsa atau suku bangsa (2009. hlm.
Sehingga peran penting pendidikan dan
116; Eley & Ronal, 1996; Mentari, 2017).
lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam
Karena disebabkan oleh adanya dua
proses pemantapan nilai-nilai karakter pada
gelombang besar di dalam perubahan sosial,
generasi muda di jenjang pendidikan tinggi. Hal
yakni globalisasi dan demokrasi. Pertama,
ini akan berdampak pada kematangan jiwa dan
Globalisasi akan dapat mengancam budaya
karakter individu generasi muda, serta
bangsa (Tilaar, 2009. hlm.4; Mentari, 2017).
pendampingan peran lembaga dalam proses
Budaya global akan muncul dan dapat
pendidikan karakter yang mereka lalui pada
mematikan budaya lokal, dan sangat
jenjang pendidikan tinggi
berbahaya, karena sebab hancurnya budaya
lokal, berarti lunturnya identitas suatu bangsa. Meskipun penanaman dan internalisasi nilai
sudah mereka dapatkan di keluarga dan jenjang
Nurmalisa, dkk (2019; Mentari, dkk, 2020)
pendidikan dasar, serta pemahaman konsep dan
menegaskan bahwa, dunia pendidikan
aktualisasi lebih lanjut pada proses pendidikan
memiliki masalah krusial yang dihadapi
menengah. Namun proses pendidikan karakter Pengembangan dan pendampingan proses
tidak selesai dan tuntas disana, karena pendidikan karakter di perguruan tinggi
seyogyanya perlu ada pemantapan karakter merupakan dasar pijakan dalam
yang sudah terinternalisasi tersebut melalui penyelenggaraan pendidikan karakter di
proses pendidikan yang lain. Maka pada perguruan tinggi. Tujuan pendidikan karakter
jenjang pendidikan tinggi, perguruan tinggi pada dasarnya adalah untuk mendorong
mengambil peran dalam peran fungsi dalam lahirnya manusia yang baik, yang memiliki
pemantapan karakter pada mahasiswa, agar kepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur,
mereka menjadi individu yang memiliki cerdas, peduli, dan tangguh.
karakter yang matang dan pengetahuan yang Tumbuh dan berkembangnya karakter
memadai untuk siap menjadi warga yang baik akan mendorong peserta didik
masyarakat. tumbuh dengan kapasitas dan komitmen untuk
melakukan berbagai hal yang terbaik dan
Berdasarkan uraian tersebut, maka hal ini
melakukan segalanya dengan benar dan
yang membuat penulis mengangkat judul
memiliki tujuan hidup. Individu yang
artikel implementasi pendidikan karakter di
berkarakter baik dan tangguh adalah seseorang
perguruan tinggi, karena perguruan tinggi
yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik
memiliki peran penting dalam proses
terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
pemantapan karakter pada jiwa dan individu
lingkungan, bangsa, negara, serta dunia
generasi muda di kampus.
internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai
METODE dengan kesadaran, emosi, dan motivasi.
Pendekatan penelitian yang digunakan Pendidikan seharusnya tidak hanya
dalam penelitian ini adalah pendekatan sebatas mentransfer ilmu pengetahuan. Namun
kualitatif. Moleong (2007:6), mempertegas lebih dari itu, yakni dapat mengubah dan
bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian membentuk karakter dan watak seseorang agar
yang bermaksud untuk memahami fenomena menjadi lebih baik, mempunyai skill yang
tentang apa yang dialami oleh subyek mumpuni, lebih sopan dalam tataran etika dan
penelitian secara holistik, dan dengan cara estetika, serta yang lebih penting adalah
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan Melalui UU No 20 tahun 2003 tentang
dengan memanfaatkan berbagai metode Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan
ilmiah. komitmen tentang pendidikan karakter
Metode penelitian yang digunakan sebagaimana termuat dalam rumusan fungsi
adalah deskriptif. Penelitian deskriptif dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan
berusaha menuturkan pemecahan masalah nasional berfungsi mengembangkan
yang ada sekarang berdasarkan data-data. kemampuan dan membentuk watak serta
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang peradaban bangsa yang bermartabat dalam
digunakan pada penelitian ini untuk rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
memperoleh informasi mengenai bertujuan untuk berkembangnya potensi
implementasi pendidikan karakter di peserta didik agar menjadi manusia yang
perguruan tinggi, terutama di Universitas beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Lampung. Pengumpulan data di lakukan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
melalui observasi dan studi literatur. Analisis cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
data meliputi pengumpulan data, reduksi data, negara yang demokratis serta bertanggung
penyajian data, penarikan kesimpulan (Miles jawab.
dan Huberman, 1992:16). Dalam kaitannya dengan perguruan
tinggi, Peraturan Pemerintah No 17 tahun
2010 pasal 84 ayat 2, menyebutkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN perguruan tinggi memiliki tujuan membentuk
Implementasi Pendidikan Karakter Pada insan yang beriman dan bertaqwa kepada
Jenjang Pendidikan Tinggi Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
Perguruan tinggi adalah satuan berkepribadian luhur, sehat, berilmu dan
pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
yang berkewajiban untuk ikut andil dalam percaya diri, dan berjiwa wirausaha, serta
pembentukan karakter bangsa. toleran, peka sosial dan lingkungan, demokrtis
dan bertanggung jawab. di perguruan tinggi sesuai budaya
Berdasarkan UU Sisdiknas Tahun 2003 kampus masing-masing.
dan PP No 17 tahun 2010 diatas, nampak c) Pada kegiatan kokurikuler,
jelas bahwa pemerintah Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter
memberikan dukungan secara konkrit pada dilakukan melalui kegiatan belajar di
pendidikan karakter ini. luar kelas yang terkait langsung
Berdasarkan hasil analisis, bahwasanya dengan suatu materi dari suatu mata
implementasi pendidikan karakter pada pelajaran. Sedangkan pada kegiatan
jenjang pendidikan tinggi terintegrasi dalam ekstrakurikuler, kegiatan yang
kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler di dilaksanakan bersifat umum dan tidak
kampus. Hal ini sesuai dengan pernyataan terkait langsung dengan mata
Winataputra (2012) menjelaskan tentang pelajaran. Kegiatan ko-kurikuler dan
desain induk pendidikan karakter yang ekstrakurikuler dapat menunjang
disusun oleh kementerian pendidikan. pelaksanaan pendidikan karakter.
Desain induk pendidikan karakter tersebut Seperti kegiatan organisasi kampus
meliputi desain induk pendidikan karakter maupun di luar kampus.
secara makro dan secara mikro. d) Pelaksanaan pendidikan karakter di
1. Secara makro pengembangan karakter lingkungan keluarga dan masyarakat
dapat dibagi dalam tiga tahap antara lain: diupayakan melalui proses penguatan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari orang tua dan tokoh-tokoh
hasil. masyarakat sehingga dapat dijadikan
2. Secara mikro, pendidikan karakter panutan terhadap perilaku berkarakter
dapat dibagi dalam empat pilar, antara mulia bagi peserta didik. Perilaku-
lain: kegiatan belajar mengajar di kelas, perilaku yang mulai tersebut
kegiatan keseharian dalam bentuk dikembangkan sehingga menjadi
budaya satuan pendidikan (school kegiatan keseharian di rumah dan di
culture), kegiatan ko-kurikuler dan/atau lingkungan masyarakat
ekstrakurikuler, serta kegiatan Sebagai upaya untuk meningkatkan
keseharian di rumah dan di masyarakat. kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,
a) Pendidikan karakter melalui kegiatan Kementerian Pendidikan Nasional
belajar mengajar di kelas mengembangkan grand design pendidikan
dilaksanakan pengembangan karakter karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis
dengan menggunakan pendekatan satuan pendidikan. Grand design menjadi
terintegrasi dalam mata kuliah rujukan konseptual dan operasional
(embeded approach). Beberapa mata pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
kuliah tersebut di Universitas pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Lampung diantaranya, Pendidikan Berdasarkan grand design yang dikembangkan
Pancasila, Pendidikan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan
Kewarganegaraan (PKn), dan sosial kultural pembentukan karakter dalam
Pendidikan Agama, serta Pendidikan diri individu merupakan fungsi dari seluruh
Etika dan Kearifan lokal, yang potensi individu manusia (kognitif, afektif,
mengembangkan nilai/karakter konatif, dan psikomotorik) dalam konteks
sebagai dampak pembelajaran interaksi sosial kultural (dalam keluarga,
(instructional effects) dan juga sekolah, dan masyarakat)danberlangsung
dampak pengiring (nurturan effects). sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam
b) Pelaksanaan pendidikan karakter di konteks totalitas proses psikologis dan sosial-
lingkungan satuan pendidikan kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam:
dikondisikan baik lingkungan fisik olah hati (spiritual and emotional
dan sosial kultural satuan pendidikan development), olah pikir (intellectual
sehingga memungkinkan para peserta development), olah raga dan Kinestetik
didik bersama dengan warga satuan (physical and kinestetic development), dan
pendidikan yang lain terbiasa olah rasa dan karsa (affective and creativity
membangun kegiatan keseharian development).
yang mencerminkan perwujudan Nilai-nilai karakter yang diterapkan
nilai/karakter. Seperti kebijakan diperguruan tinggi khususnya di LPTK
kampus dan pola pendidikan karakter sebagai penghasil guru, hanya memilih nilai-
nilai karakter inti (core values) yang akan dengan kegiatan kemahasiswaan.
dikembangkan dalam implementasi Pendidikan karakter di perguruan tinggi
pendidikan karakter, khususnya pada masing- bertujuan untuk meningkatkan mutu
masing jurusan/program studi. penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
Penyelenggaraan pendidikan karakter di mengarah pada pencapaian pembentukan
perguruan tinggi dilakukan secara terpadu karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
melalui tiga jalur, yaitu: terintegrasi dalam utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
pembelajaran, manajemen jurusan dan kompetensi lulusan. Melalui pendidikan
program studi, serta pada kegiatan karakter diharapkan mahasiswa mampu secara
kemahasiswaan. Langkah pendidikan mandiri meningkatkan dan menggunakan
karakter meliputi perancangan, implementasi, pengetahuannya, mengkaji dan
evaluasi, dan tindak lanjut. Pertama, menginternalisasi nilai-nilai karakter dan
perancangan. Beberapa hal perlu dilakukan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
dalam tahap penyusunan rancangan antara perilaku sehari-hari.
lain sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di Nilai-Nilai Karakter yang Terinternalisasi
kampus yang dapat merealisasikan dalam Perkuliahan
pendidikan karakter yang perlu Pendidikan karakter bukan pendidikan
dikuasai, dan direalisasikan peserta yang mengajarkan aspek kognisi tentang
didik dalam kehidupan sehari-hari. pilihan baik maupun buruk (Haryanto, 2012:
Dalam hal ini, program pendidikan 52). Pendidikan karakter merupakan
karakter peserta didikdirealisasikan internalisasi nilai-nilai positif melalui proses
dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu pembelajaran yang baik dan benar (Kesuma,
(1) terpadu dengan pembelajaran pada 2010: 20). Pemerintah telah mengidentifikasi
semua matakuliah; (2) terpadu dengan 18 nilai-nilai yang mengindikasikan karakter
manajemen PT; dan (3) terpadu yang bersumber dari agama, budaya, sosial dan
melalui kegiatan kemahasiswaan. falsafah kabangsaan guna memperkokoh
2) Mengembangkan materi pembelajaran pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu
untuk setiap jenis kegiatan di (Syarbini, 2012: 25 - 28) yaitu Religius, Jujur,
jurusan/program studi. Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif,
3) Mengembangkan rancangan Mandiri, Demokratis, Semangat Kebangsaan,
pelaksanaan setiap kegiatan di Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi Nilai,
jurusan/prodi (tujuan, materi, fasilitas, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar
jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan Membaca, Peduli Lingkungan dan Tanggung
pelaksanaan, evaluasi). Jawab.
4) Menyiapkan fasilitas pendukung
pelaksanaan program pembentukan Dalam upaya mengembangkan
karakter di perguruan tinggi. pendidikan karakter di perguruan tinggi
Perencanaan kegiatan program kompetensi kepemimpinan berhubungan:
pendidikan karakter di perguruan tinggi 1) Kemampuan membuat perencanaan
mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang pembudayaan karakter mulia di
setidaknya memuat unsur-unsur: tujuan, lingkungan kampus sebagai bagian dari
sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pembelajaran.
pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang
2) Kemampuan mengorganisasikan potensi
terkait, mekanisme pelaksanaan,
unsur perguruan tinggi secara sistematis
keorganisasian, waktu dan tempat, serta
untuk pembudayaan karakter mulia.
fasilitas pendukung. Kedua, implementasi.
Pendidikan karakter di perguruan tinggi 3) Kemampuan menjadi inovator,
(LPTK) dilaksanakan dalam tiga kelompok motivator, fasilitator, pembimbing, dan
kegiatan, seperti berikut: konselor dalam pembudayaan karakter
1) Pembentukan karakter yang terpadu mulia di perguruan tinggi.
dengan pembelajaran pada mata kuliah. 4) Kemampuan menjaga, mengendalikan,
2) Pembentukan karakter yang terpadu dan mengarahkan pembudayaan karakter
dengan manajemen perguruan tinggi mulia Dari keempat potensi di atas
(jurusan/ prodi). hanya akan dapat dimiliki seorang dosen
3) Pembentukan karakter yang terpadu yang memiliki karakter yang mulia.
Dosen sebaiknya memiliki tanggung memberikan penilaian yang tidak membedakan
jawab terhadap mahasiswa terutama bidang setiap mahasiswa atau dosen bersifat objektif;
pendidikan karakter. Dengan demikian tidak 5) Peduli (caring) ; berkaitan dengan apa yang
ada alasan bahwa membentuk karakter hanya ada didalam hati dan pertimbangan etika moral
dibebankan pada mata kuliah dan dosen manakala menghadapi orang lain.
tertentu. Setiap dosen memiliki kewajiban Dosen yang memiliki watak ini akan
membentuk kepribadian, sikap, dan menggunakan kehalusan budi dan perasaan
internalisasi nilai-nilai karakter. sehingga bisa berempati terhadap mahasiswa
Dosen salah satu unsur utama dalam atau ketika mengalami prestasi yang baik
menjalankan tugas dan fungsi pokoknya di Menjadi warga negara yang baik (citizenship);
perguruan tinggi yang didukung tenaga berhubungan dengan bagaimana seorang dosen
kependidikan, infrastruktur, program melaksanakan tugas dan tanggungjawab
akademik dan non akademik, serta sebagai warga negara.
melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi.
Kegiatan-kegiatan yang disebutkan Pola Implementasi Pendidikan Karakter
merupakan inti dari semua aktivitas dosen di Pada Jenjang Pendidikan Tinggi
perguruan tinggi dan masyarakat. Meskipun Pola implementasi pendidikan karakter
karateristik pembelajaran di perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi, khususnya di
sangat mengutamakan kemandirian, dosen Universitas Lampung terlihat dari budaya
tetap memegang peranan penting bahkan kampus dan beberapa kebijakan kampus yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses dilaksanakan oleh semua sivitas akademika
pembelajaran dan pembentukan pendidikan Universitas Lampung. Pola pengembangan
karakter. pendidikan karakter di Universitas Lampung,
Singkat kata peran dosen dalam diantaranya,
keberhasilan internalisasi pendidikan karakter 1) kebijakan parkir terpadu, kebijakan
kepada para mahasiswa adalah kunci utama, parkir yang berlangsung secara berkala
seperti melalui kurikulum, budaya, dan dalam kehidupan mahasiswa serta
kegiatan-kegiatan spontan yang merupakan mampu menguatkan sikap disiplin dalam
dukungan dari para dosen. Secara ringkas diri mahasiswa dan juga memberikan
strategi pendidikan karakter di perguruan pemahaman terkait pentingnya patuh dan
tinggi dapat dilakukan melalui pembiasaan tertib dalam berkehidupan.
kehidupan keseharian di kampus. 2) green campus, meliputi kebun binatang
UNESCO menurut Zamroni dalam yang terintegrasi dengan track jogging,
Rynder (2006) ada 6 dimensi karakter yang kebun botani kampus, serta penghijauan
bersifat universal: 1) dapat dipercaya kampus. Seperti adanya himbauan untuk
(trustworthiness), yaitu memiliki kejujuran, tidak membuang sampah sembarangan
integritas, loyalitas, dan reliabilitas. Dosen dan tidak boleh memberikan makan
yang memiliki watak ini akan menggunakan hewan sembarangan kecuali yang telah
waktu saat perkuliahan, tidak berbohong, ditentukan. Hal ini merupakan
mengutamakan institusinya, dan satu kata implementasi nilai-nilai karakter,
dalam perbuatan; 2) Respek (respect); diantaranya peduli lingkungan dan
menghormati/menghargai orang lain, tanggung jawab
menjunjung tinggi harkat martabat orang lain, 3) pasar rakyat, yang dilaksanakan pada
memiliki toleransi, mudah menerima orang saat weekend. Kegiatan ini menjadi
dengan tulus. Dengan sikap ini berarti dosen semarak dan menjadi salah satu
dapat menghindari tindak kekerasan implementasi dari pola pengembangan
(bulliying), tidak merendahkan dan pendidikan karakter di kampus, karena
mengekspresikan para mahasiswanya; 3) dengan kegiatan ini ada nilai-nilai
Bertanggungjawab (responbility); karakter terimplementasi, seperti kerja
menunjukkan siapa dia dan apa yang telah keras, bersahabat dan komunikasi.
diperbuat. Watak ini akan menimbulkan kerja 4) penerapan kartu parkir, kebijakan kartu
keras dan bekerja sebaik mungkin untuk parkir yang berlangsung secara berkala
mencapai prestasi terbaik; 4) Adil (fairness) ; dalam kehidupan sivitas akademika kapus
bersifat adil tanpa dipengaruhi yang lain. mampu menguatkan sikap disiplin dan
Dosen yang memiliki watak ini akan juga memberikan pemahaman terkait
pentingnya patuh dan tertib aturan yang Mentari, A. (2017). Kajian Pemikiran Ki
berlaku. Hajar Dewantara tentang Karakter
Bangsa dan Pendidikan Kebangsaan,
2017 (Doctoral dissertation, Universitas
SIMPULAN
Pendidikan Indonesia).
Kesimpulan dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) implementasi Mentari, A., Yanzi, H., & Nopiana, N. (2020,
pendidikan karakter pada jenjang pendidikan August). Character Building Since Early
tinggi, diantaranya pada kegiatan ko-kurikuler Childhood Through Story Telling About
dan ektrakurikuler, (2) nilai-niali karakter yang Folklore. In International Conference on
terinternalisasi dalam perkuliahan, terutama Early Childhood Education and
pada mata kuliah tertentu seperti pendidikan Parenting 2009 (ECEP 2019) (pp. 43-
etika dan kearifan lokal, pendidikan integritas 47). Atlantis Press.
dan anti korupsi, serta pendidikan Pancasila Miles, Mathew B, & A. Michael Huberman.
dan pendidikan kewarganegaraan, (3) pola 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
serta wadah implementasi pendidikan karakter Sumber Tentang Metode-Metode Baru.
pada jenjang pendidikan tinggi, khususnya di Dialih bahasakan oleh Tjetjep Rohendi
Universitas Lampung Nampak dari beberapa Rohidi & Mulyarto. Cetakan I. Jakarta:
kebijakan kampus diantaranya kebijakan parkir Penerbit Universitas Indonesia (UI-
terpadu, green campus, pasar rakyat, dan Press).
penerapan kartu parkir.
Newsweek. Special Edition. July-September
(2000). The New Asia.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasya. (2013). Globalisasi dan Nurmalisa, Y., Mentari, A., Nurhayati, N., &
Dampaknya pada Kebudayaan Yanzi, H. Peranan Pendidikan Budi
Indonesia. [Online]. diakses Pekerti Dalam Pembinaan Warga Negara
http://summerviscountess.blogspot.co.id Cerdas yang Berkarakter di Era Revolusi
/2013/10/globalisasi-dan-dampaknya- Industri 4.0. In Prosiding Seminar
pada.html. Nasional Pendidikan Fkip 2019 (pp. 413-
426).
Eley, G., & Ronald Grigor Sony (ed.). (1996).
Becoming National, A Reader. New Samani, M., & Hariyanto (2016). Konsep dan
York: Oxford University Press. model pendidikan karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Haryanto. 2011. Pendidikan Karakter
Menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal Soedarsono, S. (2009). Karakter mengantar
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. bangsa dari gelap menuju terang.
XXX, 15-27. Edisi Khusus Dies Natalis Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
UNY.
Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Edisi
Karakter di Sekolah Menengah Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pertama. Jakarta.
Tilaar, H.A.R. & Riant Nugroho. (2009).
Kesuma, Ine Aryani & Markum Susatim. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
2010. Pendidikan Kewarganegaraan Memahami Kebijakan Pendidikan dan
Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan
Publik. (Cetakan Kedua). Yogyakarta:
Mentari, A. 2017. Study Thought Ki Hajar Pustaka Pelajar.
Dewantara on The Concept of Character
and National Education. In 4th Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan
International Conference on English Pendidikan: Manajemen Pendidikan
Literature and Humanities (ELH-2017) Nasional dalam Pusaran Kekuasaan.
(pp. 480-484). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tilaar, H.A.R. (2009). Membenahi
Pendidikan Nasional. (Cetakan Kedua).
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Winataputra, Udin Saripudin. 2012.


Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Perspektif Pendidikan untuk
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
(Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis).
Bandung: Widya Aksara Press.

Winataputra, Udin Saripudin. 2012.


Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Perspektif Internasional (Konteks,
Teori, dan Profil Pembelajaran).
Bandung: Widya Aksara Press

Yanzi, H., Hidayat, O. T., Mentari, A., &


Budimansyah, D. (2019). Global
Citizens Awareness through Digital
Literacy in the Fourth Industrial
Revolution: A Review of the
Literature. Series: Advances in Social
Science, Education and Humanities
Research, 317(13), 65-69.

Anda mungkin juga menyukai