Anda di halaman 1dari 10

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No.

1 Tahun 2021 | 1 – 10

JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index
ISSN 2527-7057 (Online)
ISSN 2549-2683 (Print)
Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Pancasila melalui Keteladanan dan
Pembiasaan di Sekolah Dasar

Fitri Kusumawardani  1, Akhwani  2, Nafiah  3, Mohammad Taufiq  4

Informasi artikel ABSTRAK


Sejarah Artikel: Menurunnya kesadaran untuk menghayati dan menjiwai nila-nilai Pancasila akan
Diterima Desember 2021 menyebabkan terjadinya degradasi karakter bangsa. Jika terus dibiarkan akan
Revisi Januari 2021 berdampak pada moral dan akhlak generasi muda yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Dipublikasikan Januari Pancasila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter berbasis
2021 nilai-nilai Pancasila melalui keteladaan dan pembiasaan. Penelitian didasarkan pada
proses studi kepustakaan atau library research. Jenis penelitian yang digunakan
Keywords : adalah deskriptif kualitatif-kritis yakni dengan lebih menekankan pada kemampuan
Pancasila, analisis dan penelaahan terhadap sumber-sumber kepustakaan terpilih. Hasil
Character Education, penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila melalui
Role Model, keteladanan (role model) dilakukan dengan cara meningkatkan sisi religius siswa,
Habituation, memberikan bimbingan dan melatih ketaatan siswa untuk mematuhi tata tertib,
membangkitkan semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air, menanamkan sikap
demokratis pada siswa, mengajarkan peduli sosial dan tidak apatis. Implementasi
nilai-nilai Pancasila melalui pembiasaan (habituation) dilakukan dengan
membiasakan siswa memiliki sikap toleransi beragama, saling mencintai dan
menghargai sesama manusia, tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk
terpecah belah, terbiasa mengambil keputusan secara musyawarah, berteman dengan
siapa saja dan memiliki solidaritas yang tinggi.
How to Cite : ABSTRACT
Fitri Kusumawardani, Character Education Based on Pancasila Values through Modeling and Habit in
Akhwani, Nafiah & Elementary Schools. Decreased awareness to internalize and inspire the values of
Mohammad Taufiq Pancasila will lead to the degradation of the nation's character. If left unchecked will
(2021). Pendidikan have an impact on the morale and attitudes of the younger generation that are not in
Karakter Berbasis Nilai- accordance with the values of Pancasila. This study aims to determine the
nilai Pancasila melalui implementation of character education based on Pancasila values through role
Keteladanan dan models and habituation. This research is based on the library research process. The
Pembiasaan di Sekolah type of research used is descriptive qualitative-critical, namely by emphasizing the
Dasar. Jurnal Pancasila ability of analysis and analysis of selected library sources. The results showed that
dan Kewarganegaraan, the implementation of Pancasila values through role models was done by improving
6(1), pp. 1-10. DOI: the religious side of students, providing guidance and training students' obedience
http://dx.doi.org/10.2426 to obey the rules, arouse the national spirit and love of the motherland, instilling
9/jpk.v6.n1.2021.pp1-10 democratic attitudes in students, teaching social care and not apathetic. Whereas the
implementation of the values of Pancasila through habituation is done by
accustoming students to having an attitude of religious tolerance, mutual love and
respect for fellow human beings, not making a difference as an excuse to be divided,
accustomed to making deliberative decisions, making friends with anyone and having
solidarity.

Alamat korespondensi:
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia 1,2,3,4

E-mail:
fitri.sd16@student.unusa.ac.id 1; akhwani@unusa.ac.id 2; nefi_23@unusa.ac.id 3; mtaufiq79@unusa.ac.id 4;
Copyright © 2021 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENDAHULUAN pedoman dan rujukan dalam kehidupan


Pancasila merupakan identitas nasional berbangsa dan bernegara. Sangat wajar jika
Bangsa Indonesia. Jati diri bangsa yang di nilai-nilai tersebut kemudian dipromosikan
dalamnya melekat nilai-nilai luhur sekaligus melalui berbagai bidang dan lapisan masyarakat.
cita-cita bangsa. Nilai-nilai Pancasila menjadi Sekolah merupakan salah satu instansi yang

DOI: http://dx.doi.org/ 10.24269/jpk.v6.n1.2021.pp1-10 email: jpk@umpo.ac.id


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

konsisten mempromosikan Pancasila di bidang terdapat banyak sekali instrumen yang


pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 mempengaruhi, salah satunya adalah pendidikan
Tahun 2003 Pasal 37 disebutkan bahwa formal. Pendidikan formal memiliki peran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata penting dalam rangka pendidikan etika dan nilai
pelajaran wajib disetiap jenjang sekolah, mulai (Akhwani, 2019). Terlebih lagi dalam rangka
dari SD sampai perguruan tinggi. Pendidikan mempersiapkan generasi masa depan bangsa.
Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran yang Disintegrasi nilai-nilai Pancasila kian hari
secara fokus mengkaji dan mempromosikan semakin nampak. Berbagai permasalahan moral
Pancasila di berbagai jenjang pendidikan. bangsa menjadi suguhan rutin setiap harinya.
Kebijakan tersebut dalam rangka Anehnya anak-anak usia Sekolah Dasar turut
menumbuhkembangkan Pancasila sebagai menjadi subjek menurunnya nilai-nilai
identitas nasional bangsa. Pancasila. Pada tahun 2019 dalam rentang bulan
Pancasila banyak dimaknai sebagai lima Januari hingga April tercatat 37 kasus yang
dasar dalam kehidupan berbangsa dan diadukan pada KPAI. Kasus-kasus tersebut
bernegara. Artinya di dalam Pancasila terdapat didominasi oleh kekerasan dan perundungan.
lima prinsip dasar yang dijadikan pedoman Presentase tertinggi yakni mencapai 67% atau
hidup bermasyarakat di suatu negara. Lima sebanyak 25 kasus dari jumlah keseluruhannya
prinsip tersebut menjadi konsensus dan terus terjadi di Sekolah Dasar (Rahayu, L. S.
dihayati setiap warganya. Menurut Warsono Detik.com:2019). Kekerasan dan perundungan
(2016:180) Pancasila digali dari kearifan lokal merupakan sebagian kecil dari sekian banyak
serta budaya bangsa. Hakikat dan nilai-nilai kenakalan siswa yang melanggar nilai-nilai
Pancasila bersumber dari budaya yang hidup dan Pancasila. Hal ini menjadi bukti kelamnya
telah lama mengakar pada masyarakat pendidikan di Indonesia yang belum bisa
Indonesia. Sila ke-Tuhan-an, kemanusiaan, dikatakan berhasil mendidik anak bangsa.
persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Lima Rachmah (2013:7) memaparkan bahwa
sila yang tidak hanya dipahami namun juga laju modernisasi dan perkembangan teknologi
diamalkan oleh masyarakat Indonesia. Pancasila informasi serta komunikasi telah mendatangkan
digali dan diambil dari budaya bangsa, banyak dampak negatif yang mempengaruhi
semestinya perwujudannya tidak susah untuk perilaku tidak terpuji dan tidak menghargai
diimplementasikan. budaya bangsa. Pudarnya sikap kebhinnekaan
Pada setiap sila terdapat nilai-nilai dan kegotong-royongan serta anarkisme dan
karakter yang terkandung. Pada sila pertama ketidakjujuran telah mencerminkan rendahnya
mencerminkan karakter religius, nilai yang moral dan akhlak bangsa saat ini Perilaku moral
mengindikasikan hubungan manusia dengan menyimpang sederhana seperti berbohong,
Tuhan. Pada sila kedua, terkait dengan membolos, dan mencontek, nantinya akan
kemanusiaan mencerminkan karakter peduli menjadi cikal bakal rusaknya moral yang lebih
sosial. Mengindikasikan hubungan hidup parah seperti tindak kekerasan, tawuran antar
sesama manusia. Sementara sila ketiga, yakni pelajar, merusak lingkungan dan alam sekitar,
persatuan. Mencerminkan karakter patriotisme menjadi pengguna maupun pengedar narkoba,
dan kebersamaan. Pada sila keempat, merujuk bahkan hingga sampai pada kasus pemerkosaan.
pada kerakyatan dalam kehidupan Tindakan-tindakan tersebut sangat jelas sekali
bermasyarakat. Sila yang mencerminkan sudah jauh menyimpang dari moral dan akhlak
karakter demokratis. Terakhir, pada sila kelima pendidikan yang semestinya. Adanya degradasi
keadilan mencerminkan karakter adil. Adil bagi karakter dalam pendidikan yang semakin marak
semua pihak tanpa pandang bulu. dewasa ini menjadi bukti kuat perlu adanya
Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai implementasi pendidikan karakter berbasis nilai-
luhur Pancasila seyogyanya tidak hanya nilai Pancasila di Sekolah Dasar.
dipromosikan pada tataran tekstual saja, Dalam pandangan Rachmah, H.
melainkan lebih jauh pada tataran praksis. (2013:8) degradasi karakter yang melanda anak-
Menurut Waruwu & Sari (2020:87) pendidikan anak disebabkan karena adanya contoh kurang
karakter adalah pendidikan yang lebih baik dari orang yang lebih dewasa. Anak-anak
mengedepankan hakikat dan makna terhadap cenderung meniru perilaku yang telah dilakukan
moral dan akhlak. Pendidikan yang mampu oleh orang dewasa. Jika hal demikian tidak
membentuk pribadi yang terpuji dalam diri segera dipangkas, maka regenerasi mendatang
seseorang. Pada konteks pendidikan karakter,

2| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

akan menghasilkan masalah yang sama. Bisa pendidikan karakter berdasarkan Pancasila,
jadi menabung permasalahan untuk masa depan. menunjukkan hasil perubahan sikap dan perilaku
Orang tua, keluarga, sekolah dan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
lingkungan memegang peran penting dalam mengetahui pendidikan karakter berdasarkan
pembentukan karakter anak (Samani, M. & nilai-nilai Pancasila, maka peneliti melakukan
Hariyanto. 2017). Orang dewasa memegang penelitian tentang Pendidikan Karakter Berbasis
peranan penting dalam membentuk karakter Nilai-Nilai Pancasila Melalui Keteladanan (Role
anak. Dalam konteks di sekolah, seorang guru Model) dan Pembiasaan (Habituation) di
merupakan pemegang peranan terpenting di Sekolah Dasar.
lingkup sekolah dalam membentuk karakter
melalui keteladan yang dicerminkan kepada METODE
siswanya (Hendriana, E. C., & Jacobus, A. Penelitian ini didasarkan pada proses studi
2016:27). kepustakaan atau library research. Penelitian
Kata kuncinya adalah pada keteladanan. yang memanfaatkan sumber kepustakaan untuk
Keteladan merupakan timbulnya sikap dan memperoleh data penelitiannya (Zed, 2004).
perilaku siswa karena meniru sikap dan perilaku Data yang didapatkan akan dipilih sesuai tujuan
guru. Atau dengan kata lain siswa menjadikan penelitian. Dengan begitu, peneliti dapat
guru sebagai role model. Guru seharusnya dapat memperoleh informasi tentang penelitian yang
menjadi teladan atau contoh yang baik dalam ada kaitannya dengan masalah yang akan dikaji.
berbagai aspek seperti kejujuran, kedisiplinan, Data diperoleh dengan cara
kerapian, kebersihan, tanggung jawab, dan lain mengumpulkan sumber kepustakaan berupa
sebagainya. karya ilmiah dari hasil penelitian maupun non
Segala teori dalam buku yang telah penelitian, penulis buku, akademisi, intelektual
diajarkan tidak sepatutnya hanya akan berhenti dan ahli yang berkompeten di bidang kajian
pada ujian saja. Teori tersebut semestinya pendidikan karakter, bidang kajian Pancasila,
diwujudkan dan diimplementasikan dalam serta bidang kajian keteladanan dan pembiasaan.
praktek nyata kehidupan. Pembelajaran akan Metode yang digunakan dalam penelitian
menjadi lebih bermakna jika siswa dapat melihat ini adalah metode penelitian kualitatif. Jenis
dan mengalami apa yang dipelajarinya secara penelitian kualitatif-kritis dengan lebih
langsung. Pembiasaan (habituation) merupakan menekankan pada kemampuan analisis dan
perwujudan atas pemahaman, keterampilan, penelaahan terhadap sumber kepustakaan yang
serta sikap dan karakter yang telah dipelajari didapat, data hasil penelitian lain, teori yang
selama ini (Muthoharoh, A. I., Tijan., & sesuai dengan topik penelitian, dan sebagainya
Suprayogi. 2015:8). yang dapat diarahkan pada tujuan utama
Suatu hal yang dibiasakan dan dilakukan penelitian.
secara berulang-ulang dan terus menerus, akan Penelitian dimulai dari mengidentifikasi
membuat siswa menjadi terbiasa. Pendidikan topik yang diteliti kemudian mencari dan
karakter yang ditanamkan dapat terimplementasi mengumpulkan sumber data atau rujukan berupa
dengan baik apabila terus menerus dibiasakan buku, artikel, jurnal, dan karya ilmiah lainnya
dalam pelaksanaannya. Sehingga siswa akan baik penelitian maupun non penelitian. Peneliti
menjadikan kebiasaan tersebut sebagai budaya melakukan kajian secara mendalam terkait
yang akan terus dibawanya hingga tua nanti. kepustakaan yang terpilih sebagai sumber data.
Selain keteladan (role model), strategi Kemudian dilanjutkan dengan telaah kritis
yang dapat digunakan untuk membentuk terhadap sumber data terpilih. Peneliti
karakter siswa adalah melalui pembiasaan menentukan teori yang akan dijadikan landasan
(habituation). Strategi ini tentunya juga dapat dalam penelitian.
digunakan untuk menumbuhkembangkan nilai-
nilai Pancasila. Sekolah perlu mengambil alih HASIL DAN PEMBAHASAN
dan mencermati dua sisi ini dalam rangka
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila di Pendidikan Karakter berbasis nilai-nilai
sekolah. Terlebih lagi pada usia Sekolah Dasar, Pancasila
implementasi Pendidikan karakter sangat Karakter dapat diartikan sebagai sifat
diperlukan. kejiwaan, akhlak serta budi pekerti yang dimiliki
Dari hasil beberapa sumber kepustakaan seseorang yang membuatnya berbeda jika
yang telah melakukan penelitian tentang dibandingkan dengan orang lainnya. Seseorang

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|3


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

yang berkarakter berarti memiliki sebuah watak Pancasila. Pendidikan karakter sudah
serta kepribadian (Waruwu, W. A. K., & Sari, S. semestinya diimplementasikan pada setiap
M. 2020:87). Sedangkan pendidikan karakter jenjang sekolah. Terutama pada jenjang Sekolah
merupakan suatu pendidikan yang memiliki Dasar, sebagai pondasi awal yang dibangun
tujuan untuk membentuk karakter, menanamkan sejak dini pada siswa. Pada usia Sekolah Dasar
moral dan akhlak mulia, serta memberikan siswa akan lebih mudah dibentuk dan diarahkan
pengetahuan tentang perilaku yang dilarang daripada setelah dewasa.
berkaitan dengan norma-norma. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Upaya untuk implementasi pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3
karakter berbasis Pancasila dapat dilakukan mengamanatkan pendidikan karakter di bidang
dengan cara menerapkan nilai-nilai Pancasila pendidikan. Pendidikan tidak terbatas pada
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di ranah kognisi atau psikomotor saja melainkan
sekolah. Pancasila memiliki peran penting juga pada aspek afeksi. Pada ranah afeksi, dalam
sebagai pondasi awal untuk membentuk karakter penelitian Juliardi, B. (2015:124-125)
siswa. Salah satunya yakni dapat mengarahkan menyebutkan bahwa Pendidikan Pancasila
dan mengendalikan perilaku seseorang untuk Kewarganegaraan (PPKn) sebagai sarana untuk
menjalin hubungan sosial pada sesama manusia mengimplementasikan nilai-nilai dalam
maupun alam sekitar dalam menjalani kehidupan pendidikan karakter. Telah diketahui bersama
berbangsa dan bernegara. bahwa PPKn adalah mata pelajaran yang
Sebagaimana yang telah dituliskan oleh memiliki peran pendidikan dalam pendidikan
Darmodiharjo, D. (1991:16) dalam bukunya karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila
yang berjudul “Santiaji Pancasila” bahwasannya Pada pembelajaran di Sekolah Dasar,
Pancasila memiliki fungsi sebagai pandangan materi PPKn sudah terintegrasi dengan materi
hidup bangsa atau way of life. Maksudnya yaitu yang lain. Kurikulum di sekolah dasar
Pancasila berfungsi sebagai petunjuk hidup dan mengintruksikan menggunakan pembelajaran
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. dengan tematik. Artinya Pendidikan karakter
Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai secara otomatis sudah masuk dalam kegiatan
petunjuk arah untuk melakukan segala kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar. Selain itu, tema-
atau aktifitas hidup dan kehidupan di dalam tema pada pembelajaran SD telah
segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah mengindikasikan tema yang mengarah pada
laku dan tindak perbuatan setiap manusia pendidikan karakter.
Indonesia harus dijiwai dan merupakan Sutarna N. (2018:35-39) dalam bukunya
cerminan dari semua sila Pancasila. yang berjudul “Pendidikan Karakter Siswa
Pancasila dinilai dapat menjalankan Sekolah Dasar” menuliskan bahwa Pancasila
perannya sebagai pembentuk karakter dalam diri dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan
siswa yang nantinya setelah lulus dari sekolah pendidikan karakter. Timbulnya permasalahan
diharapkan tidak hanya memiliki intelektual kebangsaan seperti adanya penurunan kesadaran
yang tinggi namun juga mempunyai moral dan dalam menghayati nilai-nilai Pancasila menjadi
akhlak yang baik dalam menjalani perannya di salah satu penyebab yang melatarbelakangi
masyarakat. pembangunan karakter. Sebagai usaha
Implementasi pendidikan karakter mewujudkan tujuan pembangunan nasional
berbasis Pancasila pada siswa sangat penting, yakni menjadikan masyarakat berakhlaq mulia,
karena bertujuan untuk membangun moral bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
sesuai dengan karakter bangsa yang tertuang di berdasarkan falsafah Pancasila, maka
dalam Pancasila. Siswa diharapkan dapat pemerintah menjadikan pembangunan karakter
mempertahankan nilai-nilai Pancasila dan sesuai amanat Pancasila sebagai salah satu
mempunyai filter terhadap budaya asing yang program yang diprioritaskan. Sehubungan
tidak sesuai dengan budaya masyarakat dengan ini, dalam dunia pendidikan sudah
Indonesia. Dengan begitu, sekolah sebagai semestinya siswa sebagai generasi penerus
lembaga pendidikan telah menjalankan perannya bangsa mampu memahami, menghayati, serta
sebagai pembentuk karakter sesuai dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sejak dini.
tujuan sistem pendidikan nasional Sekolah Dasar merupakan wadah yang paling
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tepat dalam mengasah, mengasih, dan mengasuh
formal memiliki peran penting untuk siswa untuk menanamkan dan menerapkan
membentuk karakter siswa berlandaskan karakter berdasarkan Pancasila.

4| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

guru yang disertai dengan perbuatan akan lebih


Membangun Karakter Pancasila Melalui mudah diterima dan ditiru oleh siswa daripada
Keteladanan (Role Model) hanya penjelasan secara teoretis saja.
Guru merupakan seseorang yang Senada dengan pepatah dalam bahasa
mempunyai keahlian, kemampuan, dan sikap inggris yang berbunyi “action speak louder than
serta perilaku yang pantas untuk dijadikan words” bahwa segala tindakan yang dilakukan
teladan atau contoh yang baik (Gunawan, I. oleh seorang guru, akan dirasa lebih bermakna
2016:77-78). Oleh sebab itu guru memiliki daripada hanya sekedar kata-kata yang terucap
peran yang cukup signifikan di sekolah dalam melalui teori dalam kelas. Berbicara merupakan
membangun karakter siswa. Guru haruslah hal yang mudah dan bisa dilakukan oleh
memiliki sikap, perilaku, dan kepribadian yang siapapun, tetapi tidak semua orang mampu
baik. Baik buruknya seorang guru akan menjadi mewujudkan perkataannya dengan perbuatan.
cerminan bagi siswanya. Jika gurunya baik maka Oleh karena itu sebuah keteladanan yang
siswa juga akan baik, dan begitu pula sebaliknya. dicerminkan oleh seorang guru merupakan obat
Meskipun begitu, tidak dibenarkan jika guru yang sangat manjur untuk dapat membentuk
hanya berperilaku baik hanya pada saat di karakter pada siswa. Dengan melihat sikap dan
sekolah saja. Guru haruslah tetap berperilaku perilaku guru yang menerapkan nilai-nilai
baik walaupun berada di luar sekolah terutama di Pancasila dalam keseharian di sekolah, akan
masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi rasa menjadikan siswa untuk turut menirunya. Siswa
kepercayaan dan keyakinan siswa akan sosok tidak hanya menghafal Pancasila secara tekstual
yang ia jadikan teladan. Keteladanan dapat saja, tetapi mampu mengerti dan memahami
menjadi salah satu penentu faktor keberhasilan makna dari kelima sila Pancasila yang kemudian
pendidikan karakter di sekolah (Prasetyo, D., & dipraktekkan langsung dalam kehidupan nyata.
Marzuki, M. 2016:218). Berdasarkan hasil penelitian yang
Sebagai seorang teladan bagi siswanya, dilakukan Prasetyo, D., & Marzuki, M. (2016)
guru memiliki beberapa peran yang harus dan Mariatun, I. L., & Indriani, D. E. (2018)
dimainkan dengan baik, diantaranya adalah menunjukkan hasil bahwa pendidikan karakter
sebagai berikut: (1) guru terlibat langsung dalam yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
proses pembelajaran sebagai upaya untuk diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Upaya
membangun karakter. (2) guru memiliki tersebut diketahui telah berhasil memunculkan
tanggung jawab penuh untuk menjadi model karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai
dalam memperagakan perilaku baik yang Pancasila. selain itu keteladanan dapat
dicontohkan kepada siswanya. (3) guru diterapkan dengan cara guru dan semua warga
melakukan pemantauan secara berkala untuk sekolah berusaha memberi contoh dengan
mengetahui perkembangan karakter pada berkelakuan baik dalam segala hal. Keteladanan
siswanya. (4) guru berperan aktif dalam tersebut meliputi perkataan, tingkah laku, dan
mengedukasi kepada siswa tentang nilai-nilai juga tindakan.
baik yang perlu diterapkan dan juga nilai-nilai Pendidikan karakter yang diterapkan
buruk yang harus ditinggalkan (Cahyaningrum, adalah dengan menjadikan Pancasila sebagai
E. S., Sudaryanti, S., & Purwanto, N. A. salah satu sumbernya. Sebelum membentuk
2017:208). karakter pada siswa, guru telah menguasai dan
Siswa akan menjadikan guru sebagai role menerapkan karakter tersebut dalam dirinya
model atau panutan. Dalam akronim jawa, guru sendiri terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
memiliki makna yang terdiri dari dua kata yakni siswa dapat merasakan contoh nyata dan
digugu dan ditiru. Maksudnya adalah digugu kemudian menjadi peniru yang handal.
atau dipercaya segala ucapannya dan ditiru Pada sila pertama, guru mencerminkan
segala perilaku serta perbuatannya. Seperti yang karakter religius. Upaya guru dalam
dikatakan oleh Hendriana, E. C., & Jacobus, A. mencerminkan karakter religius terhadap siswa
(2016:27) bahwa guru merupakan cermin indah dilakukan dengan cara berusaha datang lebih
bagi setiap anak didiknya. Apa yang dilakukan awal ke masjid lalu duduk di barisan paling
oleh guru adalah apa yang akan ditiru oleh siswa. depan dan membaca Al-Quran sambil menunggu
Baik atau buruknya bergantung pada yang waktu sholat tiba. Guru memberikan kesempatan
memberi contoh. Jika ingin siswa melakukan mengumandangkan adzan pada siswa yang
kebaikan, maka guru juga harus mencontohkan datang paling awal. Sehingga siswa akan
kebaikan pula pada siswanya. Suatu perkataan berlomba menjadi yang paling pertama tiba di

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|5


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

masjid. Selanjutnya, guru mencontohkan cara pertanyaan. Guru dengan terbuka menerima jika
berpenampilan yang baik yaitu rapi dalam ada perbedaan pendapat bahkan sanggahan dari
berpakaian dan tidak menggunakan bahan yang siswanya. Hal ini akan memicu tumbuhnya sikap
ketat. Selain itu guru juga selalu mengucap demokratis dalam diri siswa untuk menerima
salam dan berdoa setiap akan memulai dan pendapat orang lain.
mengakhiri pelajaran. Selain itu, dalam setiap tugas yang
Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan pengerjaannya secara kelompok, guru
harapan agar siswa dapat termotivasi untuk membebaskan siswa untuk berdiskusi dan
beribadah tepat waktu, menambah hafalan menyepakati keputusan yang dibuat oleh
bacaaan Al-Quran, berpenampilan sesuai syariat masing-masing kelompok. Guru juga
agama, dan menjadikan salam sebagai ciri khas menjadikan dirinya sebagai seorang pemimpin
orang islam setiap bertemu dengan orang lain dalam mengarahkan musyawarah pembentukan
serta selalu mengucap doa dalam memulai dan pengurus kelas, jadwal piket, peraturan dan tata
mengkahiri segala kegiatan yang dilakukan. tertib serta lainnya. Dengan begitu, guru telah
Pada sila kedua, keteladanan ditunjukan mencontohkan musyawarah mufakat menerima
melalui bimbingan dan ketaatan. Ketika siswa dan menjalankan keputusan yang telah
menunjukkan sikap negatif di dalam kelas disepakati bersama.
seperti membuat kegaduhan, guru tidak akan Sementara itu pada sila kelima
mengambil tindakan untuk menyuruh siswanya keteladanan dilakukan melalui mencerminkan
keluar kelas. Justru sebaliknya, guru akan terus karakter peduli sosial. Guru melatih kepekaan
berusaha untuk tetap membimbing siswa agar siswa terhadap sesama dengan turut membantu
terlepas dari hal negatif tersebut. Sebab setiap dan meringankan beban serta peduli apabila ada
siswa memiliki hak dan kewajiban yang sama warga sekolah yang sedang tertimpa musibah.
dalam belajar. Sekolah memiliki program beramal yang
Tata tertib dan peraturan yang telah ditujukan untuk kegiatan bakti sosial secara
disepakati juga diberlakukan untuk seluruh rutin. Selain itu, jika ada yang sakit maka guru
siswa tanpa terkecuali. Siapapun wajib akan menyampaikan kepada siswa dan
mematuhi dan menerima hukuman jika memimpin doa bersama memohon kesembuhan
melanggarnya. Hal ini mampu mencontohkan kepada Allah SWT. Kemudian guru jugalah
sikap adil tidak pandang bulu dan melihat siapa yang akan mengkoordinasikan siswa agar
serta darimana orang lain berasal. menjenguk dan membawa buah tangan untuk
Pada sila ketiga, keteladanan dilakukan warga sekolah yang sedang sakit.
melalui membangkitkan semangat kebangsaan Hal yang sama juga akan dilakukan
dan rasa cinta tanah air pada siswanya, setiap apabila mendengar kabar kematian. Bahkan guru
pagi hari sebelum dimulai pelajaran guru akan mengajak dan menjadi imam bagi siswanya
memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk melaksanakan sholat ghaib serta
dan lagu-lagu nasional. Saat bernyanyi guru mendoakannya bersama-sama. Guru menjadikan
mengintruksikan semua siswa untuk berhenti dirinya sebagai teladan untuk turut peduli
dari aktifitasnya dan fokus memaknai setiap lirik terhadap musibah dan kesedihan yang menimpa
lagu yang dinyanyikan. orang-orang disekitar. Maka dengan cara
Selain itu kegiatan lain yang dapat tersebut guru dapat mendidik siswa untuk tidak
menjadikan siswa bangga terhadap tanah air menjadi pribadi yang apatis dan anti sosial.
yakni pada saat perayaan hari bersejarah bangsa Keteladanan memiliki pengaruh besar
Indonesia seperti Hari Kartini. Memakai pakaian dalam tingkat keberhasilan pendidikan karakter
adat dapat membuat siswa mengenal dan disekolah. Guru tidak akan dapat mengajarkan
mencintai keragaman budaya nusantara. sebuah karakter jika karakter tersebut tidak
Sementara itu pada sila keempat, guru dimodelkan atau dicontohkan. Melalui
memberikan teladan melalui cerminan karakter pemodelan, siswa memiliki kecenderungan
demokratis. Guru melakukan komunikasi dua untuk meniru sikap dan perilaku baik yang telah
arah di setiap pembelajaran yang berlangsung di ditampilkan oleh guru sebagai role model atau
kelas. Tidak hanya menyampaikan pelajaran saja panutannya.
tetapi guru juga menerima respon secara
langsung dari siswanya. Sebagai subjek Membangun Karakter Pancasila Melalui
pembelajaran, siswa dilatih untuk turut aktif Pembiasan (Habituation)
berpendapat, mengajukan dan menjawab

6| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

Selain keteladanan, cara lain yang juga konsisten oleh sekolah berkaitan dengan
dinilai ampuh dalam implementasi pendidikan implementasi nilai-nilai Pancasila, dapat
karakter berbasis Pancasila yaitu dengan menjadikan siswa terbiasa. Sehingga nantinya
melakukan pembiasaan (habituation). siswa juga akan membawa kebiasaan tersebut di
Pembiasaan merupakan suatu kegiatan yang masa yang akan datang saat menjalani
dilakukan secara berulang-ulang dan memiliki kehidupan bermasyarakat.
tujuan untuk membuat seseorang menjadi Upaya sekolah untuk melakukan
terbiasa dalam melakukan suatu hal. Sebuah pembiasaan karakter berbasis nilai-nilai
gagasan akan melahirkan perbuatan, sebuah Pancasila dapat dilakukan dalam kegiatan-
perbuatan akan melahirkan kebiasaan, sebuah kegiatan yang telah disusun berkelanjutan dan
kebiasaan akan melahirkan karakter, dan sebuah terorganisir dengan baik. Ada banyak kegiatan
karakter akan menentukan nasib (Hendriana, E. yang bisa diadakan secara rutin oleh sekolah
C., & Jacobus, A. 2016:28). Inti dari pernyataan untuk menjadikan siswa terbiasa. Karena telah
tersebut adalah suatu kebiasaan dapat terbiasa maka siswa juga akan membawa
membentuk sebuah karakter. Jika kebiasaan kebiasaan tersebut walaupun ketika tidak sedang
yang dilakukan baik, maka akan baik juga berada di lingkup sekolah.
karakter seseorang. Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2016:28-
Pierre Bourdieu menggagas hal ini dengan 29) menyatakan bahwa ada 18 karakter yang
teori habitus. Maksud dari teori ini adalah dapat diimplementasikan di sekolah untuk
kebiasaan merupakan perilaku yang tertanam merealisasikan pendidikan karakter, diantaranya
sejak lama bahkan berlangsung dari generasi ke yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
generasi sehingga sudah menjadi kebiasaan keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin
(Mustofa & Karya, D. F. 2018:4). Kebiasaan tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
memberikan arahan bahwa penanaman karakter menghargai prestasi, bersahabat atau
dilakukan melalui kondisi yang dilakukan secara komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
berkesinambungan. peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
Pembiasaan merupakan sesuatu yang jawab. Sedangkan beberapa contoh kegiatan
dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan yang dapat dibiasakan oleh sekolah yaitu seperti:
untuk membuat seseorang menjadi terbiasa membiasakan doa bersama, sholat berjamaah,
dalam bersikap, berperilaku, bertindak dan budaya membuang sampah pada tempatnya,
berpikir menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan budaya disiplin, budaya sopan santun, budaya
yang telah ditetapkan (Nisa, C. 2017:31-34). cinta lingkungan, budaya melestarikan tarian
Tujuan yang dimaksud yakni untuk membentuk tradisional, dan lain sebagainya.
karakter siswa yang menetap, karena dilakukan Siswa Sekolah Dasar berada pada fase
secara berulang-ulang agar terbiasa. Sehingga anak-anak yang belum mengetahui mana yang
diharapkan di masa yang akan datang siswa baik dan mana yang buruk. Oleh sebab itu,
dapat membawa kebiasaan baik tersebut dalam mereka perlu melihat sosok ideal dan sempurna
kehidupan sehari-hari dan menjalankan yang dapat dijadikan teladan untuk
perannya sebagai warga negara yang baik dan mencerminkan karakter yang sesuai dengan
memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai nilai-nilai Pancasila. Sosok tersebut adalah
Pancasila. seorang guru di sekolah. Jika siswa telah berhasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan meneladani sikap dan perilaku guru, kemudian
oleh Efendi, Y., & Sa’diyah, H. (2020) siswa mulai menunjukkan perubahan karakter
menunjukkan hasil bahwa penerapan nilai-nilai dari belum baik menjadi baik, dari baik menjadi
yang terkandung dalam kelima sila Pancasila, lebih baik lagi maka karakter tersebut harus
mulai dari penerapan sila pertama hingga sila dipertahankan. Siswa perlu dibiasakan untuk
kelima di sekolah, yaitu siswa tidak hanya dapat terus mempertahankan karakter tersebut.
mengembangkan daya intelektualnya namun Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan di usia
juga sikap dan perilakunya. Sikap dan perilaku dini akan sulit untuk dirubah dan tetap dibawa
siswa dalam kehidupan sehari-hari merupakan hingga ia dewasa bahkan tua nanti.
cerminan dari karakter berdasarkan nilai-nilai Berdasarkan hasil penelitian oleh
Pancasila yang berhasil diimplentasikan atau Wahyono, I. (2018) di SDN 1 Sekarsuli Bantul
diterapkan oleh sekolah. Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa sekolah
Kegiatan yang dilakukan secara terus telah menggunakan metode pembiasaan
menerus, berkelanjutan (continue), dan (habituation) untuk menerapkan nilai-nilai

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|7


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila dalam berbagai kegiatan sehari-hari yang tinggi serta menekan sikap individualisme
siswa di sekolah. Pembiasaan-pembiasaan yang yang dimiliki siswa.
dilakukan tersebut diantaranya adalah: Berdasarkan hasil penelitian oleh
Implementasi sila pertama, Siswa Rachmah, H. (2013) menunjukkan hasil bahwa
dibiasakan untuk selalu mengucap salam dan pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah
berdoa setiap akan memulai dan mengakhiri dapat menekan angka degradasi karakter yang
pelajaran. Bagi siswa muslim dilanjutkan semakin banyak terjadi terutama pada anak-
dengan membaca bacaan surat pendek dan anak. Hal ini disebabkan lantaran anak meniru
berdoa bagi siswa non muslim. Selain itu perilaku negatif dari orang-orang disekitarnya.
kegiatan sholat dhuha dan sholat dhuhur Upaya untuk menangani kasus tersebut yakni
berjamaah juga dilakukan setiap hari. Karena dengan menggunakan metode pembiasaan
sudah terbiasa maka siswa akan mengerjakannya (habituation) sebagai upaya untuk membiasakan
tanpa menunggu diperintah atau dipaksa. Saat karakter-karakter baik agar tertanam dalam diri
siswa muslim beribadah, siswa non muslim tidak siswa. Pendidikan karakter dapat menumbuhkan
pernah mengganggu begitupun sebaliknya. sikap dan perilaku yang sesuai dengan
Sikap toleransi akan tumbuh dengan sendirinya kepribadian bangsa. Pancasila merupakan cita-
karena siswa saling menghargai walaupun cita dan tujuan bangsa. Karena di dalam
berbeda agama dan keyakinan. pancasila terkandung aturan hidup untuk
Pada sila kedua, yakni melalui mengatur tingkah laku masyarakat Indonesia.
pembiasaan seperti senyum, salam, sapa, sopan, Oleh sebab itu pendidikan karakter
dan santun atau yang biasa dikenal dengan dikembangkan dari nilai-nilai yang terkandung
sebutan 5 S adalah budaya yang wajib dan telah di dalam Pancasila.
dibiasakan kepada seluruh warga sekolah. Keteladan (role model) dan pembiasaan
Tersenyum, lalu megucap salam, kemudian (habituation) dapat membentuk karakter yang
saling bertegur sapa, yang muda menghormati relatif menetap dan tidak mudah berubah.
yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda. Dengan menggunakan kedua metode atau cara
Dengan begitu siswa akan memiliki sikap tersebut maka implementasi pendidikan karakter
memanusiakan manusia, saling mencintai berbasis nilai-nilai Pancasila dapat berjalan
sesama, dan juga mempunyai adab yang baik. dengan baik dan mencapai tujuannya, yakni
Implementasi sila ketiga, siswa melahirkan generasi muda sebagai manusia yang
dibiasaakan melalui Sholat berjamaah menjadi pancasilais. Tidak hanya menjunjung tinggi
salah satu perantara untuk dapat menguatkan nilai-nilai Pancasila, tetapi juga
rasa persatuan antar siswa. Perbedaan ras, suku, mengamalkannya dalam menjalani kehidupan
golongan, bahkan warna kulit bukan merupakan berbangsa dan bernegara.
alasan untuk terpecah belah. Selain itu, dengan
menyanyikan dan memaknai lagu Indonesia SIMPULAN
Raya juga dapat membangkitkan semangat siswa Degradasi moral terjadi akibat adanya
untuk mencintai tanah air dan menghargai jasa penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.
para pahlawannya. Oleh sebab itu perlu diadakannya pendidikan
Sementara itu, pada sila keempat, siswa karakter yang mengacu dan menjadikan
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan Pancasila sebagai sumber utamanya. Pancasila
bebas mengungkapkan pendapatnya. Siswa juga merupakan pandangan hidup bangsa. Dalam
dibiasakan untuk selalu mengambil keputusan kelima silanya terkandung nilai-nilai ideal
secara musyawarah mufakat seperti pada saat bangsa yang dapat mengatur masyarakat
pemilihan ketua kelas agar siswa dapat belajar Indonesia. Lembaga pendidikan Sekolah Dasar
menghargai pendapat orang lain, tidak merupakan wadah yang tepat untuk
memaksakan kehendak, mementingkan mengimplementasikan pendidikan karakter
kepentingan bersama, dan menerima dengan berbasis nilai-nilai Pancasila. Dalam
lapang hati serta menjalankan keputusan hasil pelaksanaannya, metode keteladanan (role
musyawarah. model) dan pembiasaan (habituation)
Pada sila kelima, Siswa dibiasakan untuk merupakan langkah menanamkan karakter
berteman dengan siapa saja tanpa melihat Pancasila pada siswa. Implementasi nilai-nilai
perbedaan kasta atau golongan. Siswa juga tak Pancasila melalui keteladanan (role model)
segan saling berbagi satu sama lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru memberi contoh
meningkatkan rasa kekeluargaan dan solidaritas untuk meningkatkan ibadah seperti sholat

8| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

berjamaah, membaca Al-Quran, berpakaian nilai-nilai karakter anak usia dini


sesuai syariat, mengucap salam, serta berdoa melalui pembiasaan dan keteladanan.
sesuai dengan nilai-nilai sila pertama. Guru Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 203-213.
melakukan bimbingan dan melatih siswa Darmodiharjo, D. (1991). Santiaji Pancasila.
menaati tata tertib sesuai dengan nilai-nilai pada Surabaya: Usaha Nasional.
sila kedua. Menyanyikan lagu nasional dan
Efendi, Y., & Sa’diyah, H. (2020). Penerapan
daerah, memperingati hari bersejarah, memakai
Nilai-Nilai Pancasila dalam Lembaga
baju adat sesuai dengan nilai-nilai sila ketiga.
Pendidikan. JPK (Jurnal Pancasila dan
Guru melakukan komunikasi dua arah, melatih
Kewarganegaraan), 5(1), 54-65.
siswa berpendapat, mengadakan diskusi dan
musyawarah sesuai dengan nilai-nilai sila Gunawan, I. (2016, March). Merevitalisasi
keempat. Guru mengajarkan siswa untuk peka Kepemimpinan Pancasila dalam Bidang
terhadap sesama dan menjauhi sikap apatis serta Pendidikan. In Prosiding Seminar
anti sosial sesuai dengan nilai-nilai sila kelima. Nasional Penguatan Manajemen
Sedangkan implementasi nilai-nilai Pancasila Pendidikan di Era Kompetisi Global,
melalui pembiasaan (habituation) dilakukan Jurusan Administrasi Pendidikan
dengan membiasakan siswa untuk bertoleransi Universitas Negeri Malang, Malang
dan beribadah sesuai keyakinan masing-masing (Vol. 12, pp. 67-84).
seperti pengamalan sila pertama. Membiasakan Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2016).
budaya 5 S, saling mencintai sesama, sopan Implementasi Pendidikan Karakter di
santun, dan beradab baik seperti pengamalan sila Sekolah melalui Keteladanan dan
kedua. Menerima perbedaan, memaknai lagu Pembiasaan. JPDI (Jurnal Pendidikan
Indonesia Raya, dan menghargai jasa pahlawan Dasar Indonesia), 1(2), 25-29.
seperti pengamalan sila ketiga. Siswa terbiasa Juliardi, B. (2015). Implementasi Pendidikan
mengambil keputusan secara musyawarah Karakter Melalui Pendidikan
seperti pengamalan sila keempat. Siswa Kewarganegaraan. Bhineka Tunggal
berteman dengan siapa saja, bersikap adil, saling Ika: Kajian Teori dan Praktik
berbagi, dan memiliki solidaritas tinggi seperti Pendidikan PKn, 2(2), 119-126.
pengamalan sila kelima. Nilai-nilai Pancasila Mariatun, I. L., & Indriani, D. E. (2018).
yang ditanamkan mampu menjadikan siswa Penguatan Pendidikan Karakter
berkarakter, yakni memiliki moral dan akhlak Berbasis Pancasila melalui Kurikulum
yang baik sebagai bekal untuk dapat menjalani K13 di Sekolah Dasar. Civic-Culture:
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan Jurnal Ilmu Pendidikan PKN dan Sosial
bernegara. Nilai-nilai tersebut dijadikan dasar Budaya, 2(2).
sebagai pengembangan karakter pada siswa
yakni: karakter religius dalam sila Ke-Tuhan-an, Mustofa & Karya, D. F. (2018). Indisiplin
karakter peduli sosial dalam sila kemanusiaan, Ditinjau Dari Teori Habitus Pierre
karakter patriotisme dan kebersamaan dalam sila Bourdieu. (Laporan Penelitian, Digilib
persatuan, karakter demokratis dalam sila Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya).
musyawarah mufakat, dan karakter adil dalam Muthoharoh, A. I., Tijan., & Suprayogi. (2015).
sila keadilan. Siswa diharapkan tidak hanya Pendidikan Nasionalisme Melalui
menghafal Pancasila secara tekstual saja, tetapi Pembiasaan Di SD Negeri Kuningan 02
juga mampu untuk mewujudkan dan Semarang Utara. Unnes Civic Education
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam Journal, 1(2).
menjalani kehidupan yang sebenarnya. Nisa, C. (2017). Implementasi Metode
Pembiasaan Kegiatan Keagamaan
DAFTAR PUSTAKA Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai
Karakter Siswa Di Mts Negeri Surabaya
Akhwani, A. (2019). Strategy of Digital I. (Doctoral Dissertation, UIN Sunan
Etiquette Education of Elementary School Ampel Surabaya).
Students. PrimaryEdu - Journal of Primary Prasetyo, D., & Marzuki, M. (2016). Pembinaan
Education, 3(2), 43. Karakter Melalui Keteladanan Guru
https://doi.org/10.22460/pej.v3i2.1378 Pendidikan Kewarganegaraan Di
Cahyaningrum, E. S., Sudaryanti, S., &
Purwanto, N. A. (2017). Pengembangan
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|9
Fitri Kusumawardani, dkk | Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta. Wahyono, I. (2018). Implementasi Nilai-nilai


Jurnal Pendidikan Karakter, 6(2). Pancasila dalam Kegiatan Pembelajaran
Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam di SDN 1 Sekarsuli. Basic Education,
Pendidikan Karakter Bangsa Yang 7(2), 124-130.
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Warsono. (2016). Pancasila-isme Dalam
E-Journal WIDYA Non-Eksakta, 1(1). Dinamika Pendidikan. Surabaya: Unesa
Rahayu, L. S. (2019). University Press.
https://news.detik.com/berita/d- Waruwu, W. A. K., & Sari, S. M. (2020).
4532984/kpai-angka-kekerasan-pada- Penguatan Pendidikan Karakter
anak-januari-april-2019-masih-tinggi Berbasis Pancasila Pada Siswa Di Era
(diakses pada tanggal 17 Juni 2019 Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah
pukul 20:51 WIB) Aquinas, 3(1), 84-95.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Zed, M. (2004). Metode Penelitian
Nomor 20, Sistem Pendidikan Nasional. Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Samani M. & Hariyanto. (2017). Pendidikan Nasional.
karakter. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Sutarna, N. (2018). Pendidikan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pustaka
Diniyah.

10| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai