Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 2746-7074

Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter/Moral Pelajar IT


Telkom Surabaya

Ahmad Zahi Irfani Madjid,


Institut Teknologi Telkom Surabaya,
zahiirfani@gmail.com

Siti Maizul Habibah


Universitas Negeri Surabaya
sitihabibah@unesa.ac.id

Abstract
The increasingly advanced era has resulted in the erosion of student behavior to be
arrogant, damaged morale, and lack of tolerance. Their behavior is getting farther and
farther away from religious values. There are many influencing factors, such as
environmental influences and misuse of advanced technology. The purpose of this study
is to awaken and shape character and moral through Pancasila Education among IT
Telkom Surabaya students. The research method uses qualitative with data collection
techniques in the form of interviews with my friends (active students) ITTS. The results of
this study show that Pancasila Education has an important role in solving all problems,
especially in this religious character education. The hope of the researcher is that the
next one can describe the religious character as a formula to unite Indonesian society,
especially ITTS students who are multicultural.
Keywords: Pancasila Education, Moral, student

I. PENDAHULUAN
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang selalu
disertakan Universitas Ketentuan ini berdasarkan Pasal 35(5) UU No. 12 Tahun
2012pendidikan tinggi. Pasal tersebut menyatakan bahwa kurikulum universitas adalah
wajib meliputi pendidikan agama, pendidikan pancasila, kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, Pendidikan Pancasila adalah pendidikan ideologis
Indonesia. Tujuan Pendidikan Tinggi Pancasila adalah: 1) MengonfirmasiPancasila
sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui kebangkitan nilai-nilai
intiPancasila sebagai standar dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Agar Mahasiswa dapat mengembangkan sifat manusia Pancasilian dalam pemikiran,
sikap dan keterampilannya. 3) Mendorong pemahaman dan penghayatan jiwa dan nilai-
nilai inti Pancasila peserta didik untuk menjadi warga negara Republik Indonesia dan
mampu membimbingnya mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pengaruh globalisasi dunia telah membawa warna dan tatanan

[64]
ISSN: 2746-7074

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4) Mempersiapkan mahasiswa


dapat menganalisis berbagai masalah kehidupan dan menemukan
solusinyaBermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran berbasis
nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5)
Pembentukan sikap mental cakap pada diri mahasiswamenjunjung tinggi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air dan persatuan bangsa, dan untuk memperkuat
masyarakat sipil yang demokratis, adil dan layakPancasila untuk berinteraksi dengan
dinamika internal dan eksternal masyarakat nasional Indonesia.
Kendala yang cukupmempengaruhi moral Mahasiswa. Dikutip dari (Baihaqi,
2018) beberapa di neraca pengaruh pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah,
yaitukeluarga, lingkungan dan kurikulum danPelatih. Dalam hal ini untuk
memahatbukan hanya moral mahasiswa materi yang disajikan, tetapi juga peranunsur
utama sekolah. Sebagai perantara elemen utama sekolah adalah guru, kontenBahan dan
mahasiswa diperlukan. Hubungan ketiga unsur tersebut yang menciptakan situasi belajar
yang baikjuga indah dan harmonis bersamalah diselenggarakan sebagaimana
mestinyaTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiPeran kewarganegaraan
dalam pembentukan karakterMoral mahasiswa di zaman modern. Berhubungan
denganmasalah yang dilaporkan oleh penelitipada latar belakang di atas. Kemudian
rumusnyamasalah dalam penelitian ini “Bagaimana peran PKn dalam pembangunan
Karakter Moral Mahasiswa di Zaman Modern”.
Menurut Winataputra dan Budimansyah, krisis moral bangsa Indonesia Bukunya
menyatakan bahwa bentuk krisis moral yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
kebrutalan, nolalu lintas teratur, penipuan dalam masyarakat, arogansi politik, perilaku
korup, konspirasi dalam birokrasi,nepotisme lokal institusional, oknum oknum, konflik
antar umat beragama, pemalsuan ijazah, konflik pekerja dan majikan, konflik antara
orang dan otoritas, demonstrasi destruktif, koalisi Pihak tidak langsung dan pelaksanaan
implementasi kebijakan kecurangan berdasarkan waktupemilihan umum dan pemilihan
kepala daerah, otonomi daerah mempengaruhi pertumbuhanintrosentrisme dalam
masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mendorong
pembaharuan penggunaan hasil teknologi. Teknologi memegang peranan penting dalam
perubahan globalisasi (Musa,2015). Teknologi memengaruhi kehidupan. Perkembangan

[65]
ISSN: 2746-7074

teknologi tidak dapat dihindari dalam budaya dan peradaban manusia(Indratmoko,2017)


apalagi di era
kekacauan saat ini. Dijelaskannya, masuknya unsur globalisasi secara masif dalam
waktu yang begitu cepat telah menyebabkan perubahan sosial budaya yang berlangsung
lama. Dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat bersifat positif dan
negatif, salah satu yang terberat adalah sisi negatifnya yaitu perilaku manusia yang
menyimpang dari nilai, norma dan moral. Peradaban manusia telah mengalami
perubahan yang signifikan sejak zaman pertanian, beralih ke industri, dan kini menjadi
digital (Fikri, 2019). Efek lainnya adalah kemudahan akses video porno bagi anak-anak,
remaja dan masyarakat. Begitu juga serangan teroris, serikat geng motor, tawuran
sekolah, kecanduan narkoba, sejumlah kasus hukum dan tuntutan hukum.
Berbagai permasalahan yang ada merupakan banyak pekerjaan rumah yang harus
segera diselesaikan, khususnya pembangunan karakter bangsa. Masalah utama orang
Indonesia terkait dengan bidang politik, hukum, sosial budaya dan
pendidikanGatransantara Edisi Oktober Mempersiapkan Sumber Daya Manusia untuk
Bersaing di Era Global dan Kemerosotan dan Krisis Nilai-Nilai Karakteristik Bangsa
(Ghufron, 2010). Kerjasama antara pemerintah dan warga sangat dibutuhkan, terutama
untuk meningkatkan pemahaman dan sosialisasi kepada generasi muda. Membentuk
kebiasaan dan menjadi warga negara yang beradab. Salah satu kekurangannya adalah
keengganan pemerintah menangani persoalan bangsa, banyak anggota DPR yang tidak
disiplin dalam etos kerjanya, dll. Selain itu, masalah keteladanan pemimpin atau
pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi terkadang memberikan contoh yang
buruk, seperti maraknya kasus korupsi, pertikaian elit dan serangan terhadap gagasan
publik.
Realitas menunjukkan bahwa ada yang salah dengan penyelenggaraan negara di
segala bidang kehidupan. Sistem ketatanegaraan Indonesia, khususnya sistem
pendidikan nasional, dinilai sudah membaik. Pendidikan adalah pintu ilmu yang menuju
ke jalan kebenaran. Saat ini model pendidikan tidak hanya bidang kognitif, tetapi era
digital saat ini harus berhubungan dengan keterampilan dan keterampilan afektif.
Tentunya sebagai bangsa yang beradab kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan
nilai-nilai pancasila. Tujuan dari proses pendidikan saat ini tidak hanya untuk
mengembangkan intelektual mahasiswa dengan pengetahuan sebanyak mungkin, tetapi

[66]
ISSN: 2746-7074

pendidikan adalah proses menanamkan pengertian, pengertian dan penghayatan terhadap


amalan yang mereka ketahui cara amalkan (Ramdhani, 2017)
Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk memahami pendidikan pancasila sebagai
upaya pembentukan karakter dan moral. Pencarian ini merupakan jenis pencarian
kepustakaan atau literatur yang mencari sumber-sumber teori untuk kasus atau masalah
yang ditemukan. Referensi teoritis yang diperoleh melalui penelitian literatur menjadi
dasar dan alat utama untuk pendidikan lebih lanjut di lapangan. Dengan demikian untuk
membentuk karakter religius melalui Pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila dapat
menyatukan konsep karakter religius karena berhubungan erat dengan nilai, moral, dan
norma.
Pendidikan tidak hanya bertanggung jawab terhadap tingkah laku mahasiswa,
tetapi juga digunakan sebagai saluran kemampuan mahasiswa untuk mengembangkan
seluruh potensinya untuk bersaing dengan para pesaingnya (Ningsih, 2019). Pendidikan
juga memiliki tugas untuk menghadirkan, memahami dan membentuk nilai-nilai
karakter agar meresap ke dalam kehidupan peserta didik (Puspitasari, 2014). Oleh karena
itu, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam perilaku mahasiswa di
era globalisasi saat ini. Penerapan statistik karakter pada mahasiswa sangatlah penting,
terutama karakter religius. Globalisasi menggerus akhlak mulia (Dalyono &
Lestariningsih, 2017). Dampak yang dapat kita rasakan seperti ketidakpatuhan banyak
anak kepada orang tuanya, peredaran miras dan narkoba, perilaku seks bebas, tawuran
dan tindakan kriminal lainnya yang diakibatkan oleh memudarnya akhlak. Karakter
terdiri dari nilai-nilai tindakan yang terus menerus. Terus menerus dilakukan oleh
masyarakat sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada setiap individu (Anshori,
2014). Statistik karakter dapat dibangun melalui pembangunan karakter. Pembentukan
karakter adalah proses, bukan tujuan (Cahyono et al., 2018). Artinya tujuan akhir tidak
dijadikan sebagai ukuran baik buruknya perilaku seseorang, tetapi merupakan proses
yang harus ditekankan dalam terwujudnya karakter.

II. Metode Penelitian


Metode penelitian kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistik
(Nurgiansah & Widyastuti, 2020). Teknik pengumpulan data dengan

[67]
ISSN: 2746-7074

III. PEMBAHASAN
Mata pelajaran Pedagogik Pancasila sangat erat kaitannya dengan pendidikan nilai
dan moral. Salah satu keterampilan dasar mata pelajaran ini adalah mengikuti ajaran
agama sesuai dengan keyakinan seseorang. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter
mahasiswa yang religius. Banyak orang beranggapan bahwa karakter religius hanya bisa
diterapkan di sekolah-sekolah agama seperti madrasah atau pondok pesantren, padahal
paradigma tersebut sangat keliru karena mahasiswa di sekolah umum juga bisa memiliki
karakter religius. Salah satu isi kurikulum kelas X adalah tentang penerapan nilai – nilai
pancasila. Nilai pertama adalah nilai ketuhanan, yang erat kaitannya dengan karakter
religius. Nilai ketuhanan adalah nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh
aktivitas kehidupan, baik dalam hubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
sesama dan dengan lingkungan (Widiatmaka, 2016). Hubungannya dengan Tuhan
memandu proses ibadah atau doa. Hubungannya dengan dirinya sendiri dan orang lain
menentukan semua perilaku manusia yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Karakter religius meliputi sikap dan perilaku taat dalam menjalankan ajaran
masing-masing agama (Sulistiyorini & Nurfalah, 2019). Sifat religius juga menekankan
toleransi terhadap perbedaan agama. Sifat religius berarti menjadi orang yang saleh
dalam beribadah, memiliki sikap toleran terhadap perbedaan keyakinan dan berusaha
hidup rukun dengan perbedaan agama (Nurgiansah et al., 2020). Perkembangan zaman
yang dinamis membawa perubahan yang radikal dalam segala aspek kehidupan. Era
globalisasi telah mendistorsi semua pertanyaan antara yang baik dan yang jahat atas dasar
kebebasan. Globalisasi memberikan dampak positif dan negatif bagi setiap warga negara
Indonesia (Kurniawan, 2015). Dalam banyak hal, dampak positif dari globalisasi adalah
kemudahan, karena dibantu dengan meningkatnya perkembangan teknologi yang
menghubungkan setiap sudut dunia. Globalisasi juga telah melintasi batas-batas wilayah
negara melalui akulturasi budaya yang menimbulkan kesan negatif terhadap budaya
asing yang tidak sesuai dengan budaya timur negara kita. Globalisasi juga
mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, paradigma pembelajaran tradisional telah digantikan
dengan paradigma yang lebih modern. Pembelajaran saat ini tidak lagi membutuhkan
pertemuan tatap muka di ruangan yang sama, melainkan pembelajaran jarak jauh dengan
bantuan internet. Ini menjadi tantangan bagi para peneliti. Di satu sisi terkesan sangat

[68]
ISSN: 2746-7074

bermanfaat karena lebih luwes, di sisi lain mengkhawatirkan karena perilaku mahasiswa
tidak dikontrol secara langsung. Dengan demikian, kegiatan yang bernuansa religi juga
harus dikembangkan dalam pendidikan agar perilaku mahasiswa tetap terkendali di
tengah arus globalisasi (Novitasari et al., 2019)
Untuk mengontrol perilaku mahasiswa tidak hanya melalui kegiatan keagamaan,
tetapi juga sebagai tugas bersama semua pihak. Pendidikan merupakan tanggung jawab
orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, masyarakat dan negara (Nafisah, 2016).
Tanggung jawab atas tingkah laku anak didik di lingkungan keluarga terletak pada orang
tua dan masyarakat yang berperan sebagai otoritas pengendali di lingkungan tersebut.
Lembaga keagamaan kurang penting sebagai kerangka bagi mahasiswa untuk
berperilaku sesuai dengan norma agama. Selama adanya negara adalah terciptanya
peraturan-peraturan berupa peraturan perundang undangan yang harus dipatuhi.
Berdasarkan observasi lapangan, setelah mengamati perilaku mahasiswa, dapat
dirumuskan gambaran nilai karakter dan indikatornya sebagai berikut:
Deskripsi dan Indikator Karakter Religius No. Karakter Religius Deskripsi Indikator 1
Mengikuti ajaran agama Mengucapkan salam, membaca doa sebelum dan sesudah
belajar, membaca kitab suci, melaksanakan sholat Dzuhur, 23 Menoleransi praktik
keagamaan lain Hidup rukun dengan pemeluk agama lain Dilarang membiarkan orang
lain melakukan ibadah agama, menerima perbedaan agama lain, mengolok olok agama
lain, berurusan dengan peneliti tahun 2020. Berdasarkan hasil di atas, Pendidikan
Pancasila dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam kehidupan sekolah sehari-hari
dalam interaksi dengan teman.
Pertama adalah bahwa sifat religius adalah taat menjalankan agama sesuai dengan
keyakinannya. Kemudian perilaku mahasiswa dapat diamati melalui tindakan mereka,
misalnya. Salam saat bertemu rekan atau guru, mengawali dan mengakhiri kegiatan
belajar dengan doa agar berkah dan ilmu yang diterima bermanfaat, membaca ayat ayat
Al-Qur'an, menunaikan sunnah dan fardhu. berdoa bersama Gambaran lain tentang
karakter religius menyatakan bahwa karakter religius berarti toleransi terhadap praktik
keagamaan lainnya. Indikatornya adalah santri beribadah sesuai dengan ajarannya dan
tidak memaksakan kehendaknya kepada santri lain. Ketiga adalah hidup rukun dengan
mahasiswa yang berbeda keyakinan, sehingga indikatornya tidak saling menghina,
mengejek dan menganggap yang terbaik adalah keyakinan yang lain. Pendidikan

[69]
ISSN: 2746-7074

Pancasila dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari di


sekolah saat berinteraksi dengan teman temannya. Gambaran pertama adalah bahwa sifat
religius adalah taat menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya. Kemudian perilaku
mahasiswa dapat diamati melalui tindakan mereka, misalnya. B. Salam saat bertemu
rekan atau guru, mengawali dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa agar
berkah dan ilmu yang diterima bermanfaat, membaca ayat-ayat Al-Qur'an, menjalankan
sunnah dan fardhu. berdoa bersama Gambaran lain tentang karakter religius menyatakan
bahwa karakter religius berarti toleransi terhadap praktik keagamaan lainnya.
Indikatornya adalah santri beribadah sesuai dengan ajarannya dan tidak memaksakan
kehendaknya kepada santri lain. Gambaran ketiga adalah hidup rukun dengan mahasiswa
yang berbeda keyakinan indikatornya tidak menghina, mengejek dan menganggap bahwa
keyakinan orang lain adalah yang terbaik.
Bersama untuk saat ini perkembangan teknologi yang pesat perubahan perilaku
dan fungsional Kehidupan mahasiswa di sekolah dan di dalam ruanganlingkungan sosial
terjadi penting mahasiswa tidak diragukan lagiuntuk melakukan tindakan yang tidak
pantasdengan moralitas yang berlaku untuk lingkungan. Perilaku dipertimbangkan
menyimpang jika tidak cocokRuang lingkupnya meliputi aturan, nilai, dan norma sosial
lingkungan masyarakat atau sekolah dengan kata lain, penyimpangan adalah semua jenis
perilaku yang tidakberhasil beradaptasikehendak masyarakat(Jumriani, 2018).
Meskipun kekurangan Moral mahasiswa harus ada faktor atau alasan mahasiswauntuk
melakukan perbuatan menyimpang.(Sudarsono, 2012) menyatakan bahwaKenakalan
remaja, yang biasa terjadi Tidak ada negara dalam masyarakat yang berdiri sendiri
kenakalan remajaAda beberapa alasan untuk inialasan, yaitu keluarga, pendidikan
formal,serta masyarakat. Keluarga adalah di sekitarnya dewasa, dewasa dllmemberikan
pelatihan untuk pertama kalinya. Jika Keluarga tidak dapat berfungsibagaimana
seharusnya itu datang remaja melayang dalam menemukan identitas. Itu jugaberlangsung
dalam pendidikan formal dan masyarakat yang berlangsunginforman lain nantikeluarga
Oleh karena itu penemuan kayu jatiDiri remaja bisa didapatkan dari ketiganyaaspek ini.
(Sudarsono, 2012).Perilaku anak-anak di zaman modern sesuai dengan moral, standar
dankarakter mulai memburuk. Hal-hal yangmenyimpang dari aturan dan norma Banyak
dari anak muda ini melakukan itubaik secara langsung maupun tidak langsunglangsung
Berdasarkan penelitian Ani Yuniat (Ardiyansyah et al., 2019) di sekolah SMA di

[70]
ISSN: 2746-7074

Pekalongan"perilaku abnormal yang diamati Moralitas ditemukan dalam bentuk


tindakankekerasan pelajar, tawuran, Pelecehan dan Kencanbatas normal, terjadi
karenagangguan mood yang tidak stabil. Setelah (Elivianda, 2017) dan (Nurgiansah,
2020) Peer Action Pubertas memainkan peran pentingmenjadikan masa muda lebih
bermakna. (Elivianda, 2017). Bangun nilai moral untuk diri sendiriMahasiswa mungkin
tidak siaphanya dalam implementasi tertentuhanya Semua elemen baik di
lingkungansekitar dan sekolah harus bisaBersama-sama kita membuat sistemyang dapat
dilakukan mahasiswa untuk melakukan perbuatan baik. Model Pendidikan moral yang
baik juga pentingberikan kepada semua pihak peranan penting dalam
pendidikanSemangat, dan guru, konten dan materi bagaimana menerapkannya.Berikan
nilai moral pada materiPembelajaran mahasiswa juga merupakan aspekpenting untuk
mempromosikan nilai-nilai moralpada mahasiswa. Pemerintah melalui kurikulum
mahasiswapantat sipil salah satu bahan penggerak untuk mengembangkan kualitas moral
Mahasiswa. Pendidikan politik dipandangan umum bekerjaPendidikan moral, karena
memang begitu adanyaberisi tentang pendidikan nilai luhur Pancasila, jadi mungkin
akan bisa melakukan itumembangun moralnya. (MengendusNajicha, 2021) sebagai
dasar bumi Pancasila digunakan sebagai pedoman berperilaku diri sendiri dan
menggunakannya sebagai dukunganjuga keputusan penyelenggara Implementasi
Pancasila selesaiDasar hukum Indonesia.

IV. KESIMPULAN
Pendidikan Pancasila merupakan mata pelajaran yang cocok untuk membentuk
karakter religius mahasiswa ITTelkom Surabaya. Salah satu muatan materi mata kuliah
ini menyangkut nilai-nilai pancasila yang terdiri dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai sosial dan nilai keadilan, yang menuntut peserta didik untuk
berperilaku religius, diantaranya adalah indikator; Mengawali dan mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan membacakan doa sesuai dengan ajaran agama masing-masing,
membaca Al-Qur'an sebelum belajar, melaksanakan sholat sunnah dhuha dan fardu
dhuhur berjamaah dan bersikap toleran. Dengan Pendidikan Pancasila diharapkan
mahasiswa tidak hanya memiliki karakter religius, tetapi juga nilai-nilai karakter lainnya

[71]
ISSN: 2746-7074

seperti kejujuran, membaca dan kepedulian terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan menjadi tonggak awal bagi peneliti lain untuk memajukan
konsep-konsep terkait nilai-nilai karakter melalui Pendidikan Pancasila. Harapan saya
dengan adanya artikel ini, pembaca mampu mengubah sikap dan perilakunya dan juga
dapat membedakan perilaku terhadap orang yang lebih muda, dengan teman sebaya
maupun dengan orang yang lebih tua. Perlunya perencanaan terstrukturdari studi yang
dilakukan di Kampus. Tujuan pelatihan kewarganegaraan sendiri dimaksud mahasiswa
cerdas, kritis, kreatif dan aktif dalam mengejar sesuatuUrusan. Harus ada sistemterobosan
dalam mengajardan bukan tentang isi materi menjadi basismencapai tujuan dari pelatihan
tersebutkewarganegaraan sendiri.Setelah sistem dirancang efektif, maka implementasiIsi
materi yang dibawakan oleh guru diterima dengan baik oleh mahasiswa.Selain
pembentukan karakter moral Mahasiswa tidak hanya menemukan diri mereka tercermin
dalam materiuntuk belajar, tetapi juga untuk mendukunglingkungan dan bantuan unsur
sekolah. Unsur-unsur yangapa artinya ini guru, isi materi, dan mahasiswa. Jika semua
item Bersama-sama mereka saling membangundan dukungan dan itu akan
terjadiperubahan penting dalam karakter mahasiswa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Istianah, A., Rini, ), Susanti, P., Pengajar, S., & Purwokerto, U. M. (n.d.).
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER
PELAJAR PANCASILA Staf Pengajar pada Universitas Nusa Cendana 2).
Nurgiansah, T. H. (2022). Pendidikan Pancasila sebagai Upaya Membentuk Karakter
Religius. Jurnal Basicedu, 6(4), 7310–7316.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3481

Fikri, A. (2019). Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-
Nilai Keislaman. Sukma: Jurnal Pendidikan, 3(1), 117-136.

Ghufron, Anik. (2010). Integrasi nilai-nilai karakter bangsa pada kegiatan


pembelajaran. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(3), 13-24. Indratmoko, J. A.
(2017). Pengaruh Globalisasi Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidomukti
Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Citizenship Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan, 5(2), 121-133.

Musa, M. I. (2015). Dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia.


Jurnal Pesona Dasar, 3(3), 9-11. Ramdhani, M. A. (2017). Lingkungan
pendidikan dalam implementasi pendidikan karakter. Jurnal Pendidikan
UNIGA, 8(1), 28-37.

[72]
ISSN: 2746-7074

Nafisah,D(2016). Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap Pembangunan


Karakter Bangsa. Citizenship Jurnal Pancasila Dan
Kewarganegaraan,4(2), 451.
Https://Doi.Org/10.25273/Citizenship.V4i2.1078

Ningsih,T(2019). Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Mahasiswa Di


Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Insania,24(2),220–231.

Novitasari,D.Ladamay, I., & Wadu, L. B. (2019).Upaya Pembentukan Karakter


Religius Islam Pada Mahasiswa Melalui Keteladanan Di Sekolah Menengah
Kejuruan.Prosiding Seminar Nasional,3,174- 181

Saihu. (2019). Pendidikan Karakter Dalam Upaya Menangkal Radikalisme Di Sma


Negeri 3 Depok Jawa Barat. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 23–
54

Sulistiyorini,D.,&Nurfalah, Y. (2019). Pembentukan Karakter Religius


Mahasiswa Melalui Kegiatan Dewan Jama’ah Mushola (Djm) Di Smk Pgri
2 Kota Kediri. Indonesian Journal Of Islamic Education Studies (Ijies),
2(1), 40–49. Https://Doi.Org/10.33367/Ijies.V2i1.834

Widiatmaka, P. (2016). Pembangunan Karakter Nasionalisme Peserta Didik Di


Sekolah Berbasis Agama Islam. Jpk (Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan),
1(1), 25–
33.Http://Journal.Umpo.Ac.Id/Index.Php/Jpk/Article/View/301

Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena

Persada. Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. In

Solok: CV Mitra Cendekia Media

Angraini, R. (2017a). Karakteristik Media yang Tepat dalam Pembelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai. Journal of Moral and
Civic Education, 1(1), 14–24. https://doi.org/10.24036/8851412020171116

Angraini, R. (2017b). Karakteristik Media yang Tepat dalam Pembelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai. Journal of Moral and
Civic Education, 1(1), 22–23. https://doi.org/10.24036/8851412020171116

[73]

Anda mungkin juga menyukai