Anda di halaman 1dari 47

BAB 9

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KONSEP,


METODE KASUS DAN AUDIT STRATEGIK

Kemampuan Yang Diharapkan :

Memahami Tujuh Prinsip Dasar Audit Manajemen Strategis

Pokok Bahasan

1. Metode Pemecahan Kasus


2. Aplikasi Teori-Teori Dan Prosedur Yang Telah Mereka Pelajari Untuk Memecahkan
Contoh Kasus
3. Teknik memecahkan Kasus

Pembahasan

A. Kasus Sistem Kurikulum Pendidikan

Salah satu persoalan pelik yang dihadapi oleh masyarakat, selain ekonomi dan politik,
adalah persoalan pendidikan. Ketika tawuran antar pelajar marak terjadi di berbagai kota,
ditambah dengan sejumlah perilaku mereka yang sudah tergolong kriminal, penyalahgunaan
narkoba dan meningkatnya seks bebas di kalangan pelajar, dunia pendidikan kembali
dituding telah gagal membentuk watak mulia pada anak didik. Maka, seperti biasa, segera
muncul saran untuk memperbaiki kurikulum atau muatan pada mata ajaran, misalnya seruan
untuk kembali diajarkan budipekerti beberapa waktu lalu. Tapi, bila sebelumnya yang
dipersoalkan hanya sebatas masalah mata pelajaran atau paling jauh struktur kurikulum, kini
Ajip Rosidi dan mungkin banyak dari kalangan pemerhati dan pelaku pendidikan,
mempersoalkan hal yang lebih mendasar. Yakni tentang sistem pendidikan nasional yang
ditudingnya masih mewarisi sistem pendidikan kolonial.
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.
Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara
pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai
permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri
terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi dan menentukan arah dan
intensitas proses pengembangan kurikulum.
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru
seperti yang telah diungkapkan diatas.

Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang membantu
praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya
mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah
berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan
perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat.

Prof. Dr. Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah
membuat 4 (empat) rumus pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya. Pertama,
kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran. Keiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiata-kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan
kegiatan-kegiatan, serta segala sesuati yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami
pengertian kurikulum. Rumus ini sama sekali tidak melenceng dari definisi yang telah
dikemukakan para ahli, misalnya Hilda Taba menjelaskan dengan amat singkat bahwa
“curriculum is a plan of learning”. Demikian juga bila dibandingkan dengan pengertian
kurikulum dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang
adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik. Bila disebut bahwa sistem pendidikan
nasional masih mewarisi sistem pendidikan kolonial, maka watak sekuler-materialistik inilah
yang paling utama, yang tampak jelas pada hilangnya nilai-nilai transedental pada semua
proses pendidikan, mulai dari peletakan filosofi pendidikan, penyusunan kurikulum dan
materi ajar, kualifikasi pengajar, proses belajar mengajar hingga budaya sekolah/kampus
sebagai hidden curiculum, yang sebenarnya berperan sangat penting dalam penanaman nilai-
nilai.Akhir-akhir ini institusi pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk menyediakan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas itu sendiri didefinisikan sebagai sesuai
dengan kebutuhan pasar lapangan kerja. Kurikulum-kurikulum pendidikan yang dibuat,
universitas- universitas yang didirikan adalah untuk mencetak masyarakat yang siap
dimanfaatkan oleh pasar.

Orientasi pendidikan yang sejatinya sebagai proses pembentukan kepribadian dan


pendewasaan kedepannya akan berubah menjadi alat produksi yang penekanannya fokus
untuk menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar, lebih tepatnya
kebutuhan para pemilik modal.

Sistem pendidikan seperti ini pada akhirnya melahirkan manusia-manusia mesin.


Pandai secara akademis tapi buta pemahaman agamanya, memiliki ketrampilan tetapi tidak
memiliki kepribadian baik. Lebih buruk lagi, yang dihasilkan adalah orang pandai tapi korup.
Profesional tapi bejat moral. Ini adalah out put umum dari sistem pendidikan dewasa ini.
Hal ini terjadi karena sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan bebas. Sebagaimana yang tertuang pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang
berbunyi: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
advokasi, keagamaan, dan khusus. Dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan,
yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini
merupakan kesalahan paling mendasar sistem pendidikan Indonesia. Terbukti, sistem model
seperti itu  telah gagal melahirkan manusia yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab
tantangan perkembangan zaman melalui penguasaan sains dan teknologi.

Betapa banyak kaum intelektual lulusan pendidikan umum yang tetap saja 'buta
agama' dan rapuh kepribadiannya? Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan
pendidikan agama memang menguasai tsaqâfah dan sisi kepribadiannya secara relatif
tergarap baik. Akan tetapi, di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi.
Akhirnya, sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan, dan jasa) diisi oleh
orang-orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti agama
tidak mampu terjun di sektor modern, mereka terkumpul di dunianya sendiri (pesantren,
madrasah, dosen/guru agama, Depag).

Dunia pendidikan dikatakan semakin maju dengan pengembangan ilmu pengetahuan -


teknologi (iptek) dan riset di berbagai bidang keilmuan. Tapi faktanya, universitas-universitas
terkemuka yang sibuk dengan urusan pemeringkatan riset ilmiah, justru gagal memberikan
jawaban untuk masalah narkoba, free sex, tawuran, hura-hura, kebencian, iri hati, balas
dendam, ketidakjujuran, korupsi dan berbagai bentuk kehancuran moral lainnya. Yang lahir
dari pendidikan bebas tersebut adalah sikap materialistic. Dimana pendidikan bukan lagi
sebuah proses pembentukan kepribadian dan pendewasaan diri untuk bisa hidup bermartabat
tetapi pendidikan tidak lebih sekadar upaya atau sarana mencari pekerjaan. Pendidikan
merupakan sabuk pengaman untuk meraih sukses materi dan karier dimasa depan.

Lebih jauh pendidikan ini berkontribusi melahirkan peserta didik yang pragmatis.
Mungkin hanya sedikit di antara mereka yang memegang nilai idealisme, selebihnya lebih
pragmatis. Sekadar ilustrasi, pernah ada salah seorang tenaga pengajar mengadakan survei 
mengenai sosok guru yang diidealkan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Sosok guru ideal
adalah yang santai, tidak banyak tugas  dan memberi nilai mudah. Sebaliknya, yang dibenci
adalah yang konsisten, disiplin, banyak tugas dan nilainya mahal.

Hanya saja, ketika dunia dikendalikan oleh kaum intelektual produk pendidikan
seperti itu hasilnya adalah seperti yang sekarang ini sudah kita lihat bersama. Ketimpangan
ekonomi, ketidakadilan hukum, degradasi moral, makin terkikisnya kohesi sosial, kezaliman
dimana-mana dan semua kebrobrokan menghiasi negeri ini. Aktor-aktor utama yang bermain
dibalik semua kehancuran yang menimpa Indonesia dan seluruh dunia adalah mereka yang
berasal dari kalangan intelektual produk pendidikan .

Mereka yang berasal dari kalangan intelektuallah yang membuat negeri kaya ini
terpuruk dalam perangkap hutang.  Mereka yang berasal dari kalangan intelektuallah yang
memberikan kekayaan alam negeri ini kepada asing dan membiarkan rakyatnya mati
kelaparan. Ini semua tidak boleh didiamkan terus menerus jika tidak kehancuran akan
semakin parah.. Disinilah peran kita. Bahwa kita semua berkewajiban untuk menyelesaikan
persoalan pendidikan negeri ini dengan penyelesaian mendasar secara fundamental. Itu hanya
dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara total yang diawali dari perubahan
paradigma pendidikan. Bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU
Sistem Pendidikan yang ada dan asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah
yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan
Sistem pendidikan yang materialistik-sekularistik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan
bagian belaka dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga bebas. Maka
upaya untuk menciptakan pendidikan yang ideal tidak akan sampai pada tujuan jika negara
yang menaungi masih negara sekuler
.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal kelemahan fungsional pada tiga unsur pelaksana
pendidikan, yakni
1. kelemahan pada lembaga pendidikan formal yang tercermin dari kacaunya kurikulum
sertatidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah/kampus sebagai medium
pendidikan sebagaimana mestinya,
2. kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan
3. keadaan masyarakat yang tidak kondusif .

Tidak berfungsinya guru/dosen dan rusaknya proses belajar mengajar tampak dari peran
guru yang sekadar berfungsi sebagai pengajar dalam proses transfer ilmu pengetahuan
(transfer ofknowledge), tidak sebagai pendidik yang berfungsi dalam transfer ilmu
pengetahuan dan kepribadian (transfer ofpersonality), karena memang kepribadian
guru/dosen sendiri banyak tidak lagi pantas diteladani. Lingkungan fisik sekolah/kampus
yang tidak tertata dan terkondisi (ditambah dengan minimnya sarana pendukung, turut
menumbuhkan budaya yang tidak memacu proses pembentukan kepribadian peserta didik.
Akumulasi kelemahan pada unsur sekolah itu akhirnya menyebabkan tidak optimalnya
pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Begitu halnya dengan kelemahan pada unsur keluarga yang umumnya tampak dari
lalainya para orang tua untuk secara sungguh-sungguh menanamkan dasar-dasar moral yang
memadai kepada anaknya. Lemahnya pengawasan terhadap pergaulan anak dan minimnya
teladan dari orang tua dalam sikap keseharian terhadap anak-anaknya, makin memperparah
terjadinya disfungsi rumah sebagai salah satu unsur pelaksana pendidikan.

Sementara itu, masyarakat yang semestinya menjadi media pendidikan yang riil justru
berperan sebaliknya akibat dari berkembangnya sistem nilai kehidupan yang tampak dari
penataan semua aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, termasuk tata pergaulan
sehari-hari yang bebas dan tak acuh pada norma agama; berita-berita pada media masa yang
cenderung mempropagandakan hal-hal negatif seperti pornografi dan kekerasan, serta
langkanya keteladanan pada masyarakat. Kelemahan pada unsur keluarga dan masyarakat ini
pada akhirnya lebih banyak menginjeksikan beragam pengaruh negatif pada anak didik.
Maka yang terjadi kemudian adalah sinergi pengaruh negatif kepada pribadi anak didik.

Secara paradigmatik, pendidikan harus dikembalikan pada asas yang bakal menjadi
dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu
pengetahuan serta proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru/dosen
serta budaya sekolah/kampus yang akan dikembangkan. Sekalipun pengaruhnya tidak
sebesar 0unsur pendidikan yang lain, penyediaan sarana dan prasarana juga harus mengacu
pada asas di atas.

Paradigma baru pendidikan yang berasas agama itu semestinya juga harus
berlangsung secara berkesinambungan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi yang pada
ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (output) peserta didik yang
berkepribadian menguasai tsaqofah agama dan ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan
keahlian).

Melihat kondisi obyektif pendidikan saat ini, langkah yang diperlukan adalah
optimasi pada proses-proses pembentukan kepribadian dan penguasaan ilmu serta
meningkatkan pengajaran sains-teknologi dan keahlian sebagaimana yang sudah ada
dengan menata ontologi, epistemologi dan aksiologi keilmuan yang berlandaskan pada
nilai-nilai agama dan pendidikan, sekaligus mengintegrasikan ketiganyaPendidikan yang
integral harus melibatkan tiga unsur pelaksana: yaitu keluarga, sekolah/kampus dan
masyarakat. Bagan Faktual 3 Unsur Pelaksana Pendidikan. Sinergi Pengaruh Negatif,
menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan saat ini, di mana ketiga unsur
pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur
tersebut juga belumlah berfungsi secara benar. Oleh karena di tengah masyarakat terjadi
interaksi antar ketiganya, maka kenegatifan masing-masing

Itu juga memberikan pengaruh kepada unsur pelaksana pendidikan yang lain.
Maksudnya, buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada
sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah masyarakat seperti
terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba dan sebagainya. Sementara, situasi
masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil
ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimum. Apalagi
bila pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran
dari tiga pilar pendidikan tersebut.

RUMAH
(+/-)

-
-

-
-

MASYARAKAT
SEKOLAH/KAMPUS
(+/-) - - (+/-)
 Paradigma Pendidikan yang
Faktual
 Kelemaha
Salah pada unsur :
kurikulu
n – – proses belajar
pendidikan lingkunga
m
sekola / guru –mengajar, n
 h
Bebakampus
Kontraproduktif
dll.
Sekolah/kamp
n antara dengan eluarga
Masyarak
us K dan
at

Solusi
Kurikulum
Gur / yang bertaggung jawab dan
paradigmatik
Proses
u belajar
dosen mengajar yang
teladan
Lingkungan
Kondusif (budaya) / yang
Minimisas
sekolah engaruh negatif kampu
yang ada pada
mendukung
lingkungan
ip keluarga dan s
Optimasi Proses Belajar
masyarakat
Mengajar

Preparasi

 KURIKUL PARA iGMATI


UM
 SISTEM DI K
PENGAJARAN
 SARANA
PRASARANA
MEMAD
AI /
 GUR
U DOSE PROFESION
 BUDAYA S/
N
KAMPUS AL SEKOLAH

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


menyebutkan, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam UU tersebut jelas diamanatkan, bahwa tujuan sebuah pendidikan bukan sekadar
membuat anak didik pandai secara akademis. Namun juga harus mampu mencetak generasi
penerus yang berakhlak dan berkarakter. Bahkan tujuan supaya menjadi bertaqwa, beriman,
dan berakhlak mulia ditempatkan di urutan pertama dalam tujuan pendidikan nasional sesuai
amanat UU tersebut.
Ini artinya, pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam sistep pendidikan kita.
Pendidikan karakter merupakan pondasi dari sistem pendidikan nasional. Karena itu, perlu
kiranya tujuan utama pendidikan ini menjadi renungan bersama, terutama bagi para tenaga
pendidik atau guru. Termasuk juga para orangtua. Sebagai salah satu tujuan utama
pendidikan nasional, pendidikan karakter pada anak hendaknya harus dimulai sejak dini.
Yakni sejak anak-anak masuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bahkan sejak anak-anak
belum sekolah. Pendidikan karakter anak bisa dimulai sejak dari keluarga. Karena menurut
teori, usia 0-6 tahun merupakan periode emas anak. Ibarat membangun sebuah gedung, di
masa emas itulah kita harus menyiapkan pondasinya. Namun ini pondasi pendidikan anak
dengan memperkuat karakter dan akhlak anak. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Depdiknas adalah: bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Di sekolah, pelaksanaan pendidikan
karakter haruslah melibatkan semua komponen. Mulai dari guru, kurikulum pendidikan,
lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, hingga para orangtua. Pendidikan karakter adalah
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara
sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Berbicara karakter, sebenarnya sebagian besar asumsi yang pertama kali muncul adalah sifat
atau watak seseorang. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana menerapkan pendidikan
berbasis karakter, sementara setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Setiap anak
membawa sifatnya masing-masing yang tak mungkin sama. Namun dalam sistem pendidikan
berbasis karakter ini, para guru atau tenaga pendidik tetap memiliki peran mempengaruhi
siswa didik untuk menjadi pribadi yang baik. Peran guru dalam sistem pendidikan ini
memang ‘hanya’ membantuk membentuk watak dan kepribadian anak didik. Caranya, selain
melalui teori, guru harus banyak memberikan keteladanan. Ini mencakup sikap guru sehari-
hari, bagaimana guru bertoleransi, bagaimana cara berkomunikasi dan bersikap yang baik,
dan seterusnya.
Bahkan keteladanan bisa dimulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya membiasakan diri
mengucapkan three magical words atau tiga kata ajaib, yakni tolong, maaf, dan terimakasih.
Dengan pendidikan karakter yang baik, tentu harapannya adalah pendidikan nasional mampu
mencetak generasi yang tidak saja cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara
emosional, spiritual, dan sosial. Namun di balik tujuan dan harapan yang mulia ini, ada ragam
tantangan yang dihadapi para pendidik dalam menjalankan sistem pendidikan berbasis
karakter ini.
Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil pemerintah. 
Alasan pemerintah melakukan perubahan kurikulum pendidikan yang baru adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Akan tetapi tujuan dari pemerintah tidak selalu
sejalan dengan kenyataan di lapangan.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr Nanang Fattah mengatakan,
pemerintah jangan banyak melakukan perubahan. Terlalu sering melakukan perubahan
kurikulum pendidikan dinilai kurang efektif dan efisien. Beliau mengatakan bahwa prubahan
kurikulum yang terlalu sering dinilai kurang efektif dan efisien bagi pendidikan Indonesia.
“Kurikulum jangan banyak diubah. Selain membingungkan juga kurang efektif. Perubahan
kurikulum hanya ramai di atas, sedangkan di bawah tenang-tenang saja atau kurang banyak
terpengaruh,”
Perubahan kurikulum didunia pendidikan indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat
diuraikan sebagai berikut :
 Kurikulum 1947
Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan (Rencana pelajaran) ketimbang
istilah Curriculum dalam bahasa inggris. Rencana pelajaran 1947 bersifat politis, yang
tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum belanda, yang
orientasi pendidikan dan pengajarannya di tujukan untuk kepentingan kolonialis belanda.
Rencana pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara,
dan masyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran duhubungkan dengan
kejadian sehari-hari,  perhatiaan terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Pada masa
itu juga di bentuk kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang
tidak melanjutkan ke SMP.  Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tak mampu sekolah
ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

 Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah  pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
 Kurikulum 1964
Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan
dan kegiatan fungsional praktis.
 Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan di
tekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, aagar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(Management By Objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran di rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Jaman ini
di kenal istilah “Satuan Pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi
Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika
sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

 Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)


Kurikulum 1984 mengusung Process Skill Approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Aktive
Learning (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.

 Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak
pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester
ke sistem caturwulan. Tujuan pengajaran lebih menekankan pada pemahaman konsep
dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan maslah.

 Kurikulum 2004 (KBK)


Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kopetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukantugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta
keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.
 Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi
dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi
tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan kerangka dasar (KD),
standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Depertemen
Pendidikan Nasional.

 Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam
rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai
amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden
N0. 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya kurikulum:


 Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi
berbasis ilmu pengetahuan.
 Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral,
kemampuan menjadi kewarganegaraan yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
 Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).
 Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

Dampak Perubahan Kurikulum


Perubahan kurikulum berdampak baik dan buruk bagi mutu pendidikan, dimana dampak
baiknya yaitu pelajar bisa belajar dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin
maju tapi didukung dengan faktor-faktor seperti kepala sekolah,guru,tenaga pengajar,siswa
didik bahkan lembaga itu sendiri. Dimana kepala sekolah harus berhubungan baik dengan
atasannya dan membina hubungan baik dengan bawahannya, lalu guru juga harus bermutu,
maksudnya gurunya harus memberi pelajaran yang dapat dicerna oleh peserta didik, lalu
siswa juga harus bermutu,maksudnya siswa dapat belajar dengan baik,giat belajar serta kritis
dalam setiap pelajaran.

Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan perubahan kurikulum yang begitu
cepat menimbulkan masalah-masalah baru seperti menurunya prestasi siswa, hal ini
dikarenakan siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada
kurikulum yang baru. Perubahan ini juga berdampak pada sekolah dimana visi dan misi suatu
sekolah yang sedang ingin dicapai terganggu dengan perubahan kurikulum tersebut.

Menurut Ditjen Dikti Kemendikbud, kurikulum Indonesia sudah berganti sebanyak 10


kali. Polemik pendidikan pun tak pernah kunjung padam dengan adanya perubahan
kurikulum tersebut. Bahkan pemberlakuan kurikulum 2013 menuai kekisruhan di dunia
pendidikan, akhirnya, Mendikbud Anies Rasyid Baswedan, menghentikan sementara
pelaksanaan kurikulum 2013 dan kembali ke kurikulum 2006 (KTSP).

Apabila analisis SWOT digunakan pada sistem pendidikan, dalam pembahasan ini
adalah meninjau Kurikulum 2013 dan KTSP 2006, maka memungkinkan bagi penyusun dan
pendidikan yang diamati dalam pembahasan ini untuk mendapatkan suatu gambaran
menyeluruh mengenai kondisi Kurikulum di dua unsur berbeda tetapi memiliki tujuan sama
dalam pendidikan nasional, serta sekolah yang diamati baik dalam hubungannya dengan
masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan, sekolah, pendidik, dan orang tua atau wali murid
dimana menjadi bagian dari sebuah institusi yang berbasis pendidikan, bahkan sampai situasi
lingkungan sekolah tersebut. Berikut ini definisi tentang elemen SWOT:

1. Strength (Kekuatan) faktor internal atau dalam yang cenderung memiliki efek
positif (atau menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
2. Weakness (Kelemahan); faktor internal atau dalam yang mungkin memiliki efek
negatif (atau menjadi penghalang untuk) mencapai tujuan suatau lembaga
pendidikan.
3. Opportunity (Peluang); faktor eksternal atau luar yang cenderung memiliki efek
positif pada pencapaian atau tujuan sekolah, atau tujuan yang sebelumnya tidak
dipertimbangkan.
4. Threat (Ancaman); faktor eksternal atau kondisi yang cenderung memiliki efek
negatif pada pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat tujuan
absurd atau malah sulit dicapai.

Tentunya sebelum menganalisa terkait kurikulum 2006 dan 2013 maka ada beberapa
hal penting yang harus dipahami terkait kurikulum ini

Kurikulum 2013 (Kurtilas)


1. Latar Belakang
Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis,
bertanggung jawab. 
Sebenarnya Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004
dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang
dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
 Pemenuhan 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar
pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan.
 Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan
keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan
menjadi beban pembangunan.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan
tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.
 Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.
 Kompetensi masa depan antara lain  kemampuan berkomunikasi, kemampuan
berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang
bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
 Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,
beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
 Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi,
Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.
 Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme,
dan kecurangan dalam Ujian

2. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan
kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang
terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat
nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran
tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu
yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat
memberatkan guru. Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan
penguatan tata kelola sebagai berikut:
a. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
b. penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educationalleader); dan
c. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
d. Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan
perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

3. Karakteristik Kurikulum 2013


Dalam Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang kurikulum SD, karakteristik
kurikulum 2013 yaitu: Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan
sikap, spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik. Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata
pelajaran. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizingelements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
4. Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut
berharap pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam
bidangnya.Di mana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35
undang-undang tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan
tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.Cerdas
yang dimaksud di sini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas
sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta
cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan


insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum
adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan
warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
5. Struktur Kurikulum
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangant komplek karena banyak faktor
yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yakni:
1. asas filosofis, yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan.
2. asas sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. asas organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana
pelajaran disusun, bagaimana luas dan urutannya.
4. asas psikologis yang merupakan prinsip-prinsip perkembangan didalam berbagai
aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan
dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam


bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran
dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah
juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten
dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem
semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester. Maunah juga menyatakan bahwa struktur
kurikulum adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi
seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran disuatu jenjang pendidikan.
Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar
seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran
yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata
pelajaran dan beban belajar (Maunah, 2009: 87).
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran disetiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
lulusan (Yamin, 2007: 63).
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi
dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan
notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kurikulum 2006 (KTSP)


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
Standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(b) belajar untuk memahami dan menghayati
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

1. Tujuan Pengembangan Kurikulum


Sebelum diuraikan tentang tujuan pengembangan kurikulum, terlebih dahulu
akan dipaparkan tentang kerangka dasar kurikulum. Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 Ayat (1)
menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. kelompok mata pelajaran estetika
5. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Tujuan dan alasan utama pengembangan kurikulum 2013 oleh pemerintah adalah
sebagai berikut.
 Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berkomunikasi
 Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan jernih
 Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mempertimbangkan segi
moral suatu permasalahan
 Menciptakan lulusan yang mampu menjadi warga negara yang bertanggung
jawab
 Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda
 Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan hidup dalam masyarakat
yang mengglobal
 Menciptakan lulusan yang memiliki minat luas dalam kehidupan
 Menciptakan lulusan yang memiliki kesiapan untuk bekerja
 Menciptakan lulusan yang memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
 Menciptakan lulusan yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan

Kemampuan-kemampuan tersebut di atas diharapkan dapat tercapai dengan penerapan


kurikulum 2013. Berbagai keluhan dan kesulitan yang timbul di sekolah kemungkinan
terjadi karena belum terbiasanya penerapan kurikulum tersebut dalam pembelajaran.
Penerapan secara konsisten sangat diharapkan agar tujuan dan alasan pemerintah
mengembangkan kurikulum baru ini dapat tercapai.
2. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006
Perbedaan pokok antara KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (Kurikulum 2006)
yang selama ini diterapkan dengan Kurikulum 2013 yang akan dijalankan secara terbatas
mulai Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum
2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk
mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang
bersangkutan.

Penerapan kurikulum 2006 dinilai belum terlalu berfungsi untuk meningkatkan


kemampuan dan kecakapan peserta didik sehingga dirasa perlu untuk memperbaharui dan
menyempurnakan kurikulum yang ada sehingga akhirnya di rancanglah kurikulum 2013
sebagai perbaikan dari kurikulum 2006. Sehingga dalam prakteknya perlu kita perhatikan dan
analisis terkait kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 ini, pada prinsipnya antara
kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 terdapat beberapa perbedaan yang cukup mencolok,
diantara lain :
a. Perbedaan Umumnya

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)


1. SKL (Standar Kompetensi Kelulusan) Standar isi ditentukan terlebih
ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulumelalui Permendiknas No 22
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL
itu baru ditentukan standar isi, yang (Standar Kompetensi Kelulusan) melalui
berbentuk kerangka dasar kurikulum yang permendiknas No 23 Tahun 2006
dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68,
69 dan 70 tahun 2013
2. Aspek kompetensi lulusan ada kompetensi Lebih menekankan pada aspek
soft skills dan hard skills yang meliputi pengetahuan
aspek kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan
3. Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk Kelas Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
I-IV Kelas I – III
4. Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding kurikulum 2013
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang Standar proses dalam pembelajaran terdiri
SD dan semua mata pelajaran di jenjang dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah ( saintific approach), yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan dan mencipta
6. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) TIK sebagai mata pelajaran
bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
7. Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaian lebih dominan pada aspek
otentik, yaitu mengukur semua kompetensi pengetahuan
sikap, keterampilan dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil
8. Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9. Peminatan (Penjurusan) mulai kelas X untuk Penjurusan mulai kelas XI
jenjang SMA/MA
10. BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih menyelesaikan masalah siswa
potensi siswa

b. Ditinjau dari prosesnya

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)


1. Proses belajar mengajar nantinya yang lebih Proses pembelajaran yang lebih dominan
dominan adalah afektif, psikomotor, baru adalah aspek kognitif, psikomotor, dan
kognitif. Artinya siswa dalam proses  lebih  afektif
menonjolkan afektif dan psikomotornya.
2. Menekankan penyeimbangan antara aspek Tahap implemntasinya cenderung lebih
kognitif (intelektual), psikomotorik (gerak) fokus pada aspek kognitifnya
dan afektif (sikap)
3. Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran
yang ada di dalam setiap jenjang di
kurikulum 2013 berkurang. Contoh: untuk
sekolah dasar yang awalnya 10 menjadi 6
mata pelajaran, tetapi esensi yang diharapkan
dari setiap pembelajaran tetap ada, sehingga
cara yang digunakan didalam kurikulum
2013 adalah integrasi beberapa pelajaran ke
pelajaran lain. Integrasi ini disebut
pembelajaran tematik. Pengurangan jumlah
pelajaran pada kurikulum 2013 namun
dmikian berimbas pada penambahan waktu
belajar. Untuk tingkat sekolah dasar
penambhan 4 jam dalam 1 minggu.
4. Standar proses pemebelajaran menuju Standar proses pemebelajaranmenggunkan
kedekatan konstrutivisme. Hal ini akan pendekatan behaviorisme dan
berimbas pada guru di kelas yang pada kognitifisme
awalnya cenderung menggunkan guru
sebagai sumber pembelajaran (teacher-
centered leaning), menjadi siswa dan
lingkungannya sebagai sumber (student-
centered leaning).
5. Penilaian akan di proses belajar turut Perubahan standar penilaian. Pada
dimasukan. Nantinya akan ada penilaian kurikulum KTSP 2006 penilaian yang
forfolio terhadap forfolio terhadap pribadi dilakukan cenderung menggunakan
siswa. penilaian akhir tanpa ada penilaian pada
proses pembelajaran

c. Ditinjau dari penilaiannya


No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)
1. Pada kurikulum 2013 tantangan masa depan Kurikulum belum sepenuhnya berbasis
yang dihadapi yaitu arus globalisasi, masalah kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan
lingkungan hidup, kemajuan teknologi tujuan pendidikan nasional.
informasi, konfergensi ilmu dan teknologi,
dan ekonomi berbasis pengetahuan.
2. Kompetensi masa depan yaitu meliputi Kompetensi belum menggambarkan
kemampuan berkomunikasi, kemapuan secara holistik domain sikap, keterampilan
berfikir jernih dan kritis, kemampuan dan pengetahuan.
mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan kemampuan menjadi warga
negara yang efektif, dan kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda.
3. Fenomena sosial yang mengemukakan Beberapa kompetensi yang dibutuhkan
seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, sesuai dengan perkembangan kebutuhan
plagiarisme, kecurangan dalm berbagai jenis (misalnya pendidikan karakter,
ujian, dan kejolak sosial. metodologi, pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skill,
kewirausahaan), belum terakomodasi
didalam kurikulum.
4. Persepsi publik yang menilai pendidikan Kurikulum belum peka dan tanggapan
selama ini terlalu menitikberatkan pada terhadap perubahan sosial yang terjadi
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu pada tingkat lokal, nasional maupun
berat dan bermuatan karakter. global.
5. Standar proses pembelajaran belum
menggambarkan urutan pengajaran yang
rinci sehingga membuka peluang
penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang
berpusat pada guru.
6. Standar penilaian belum mengarahkan
pada penilaian berbasis pada kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas
menuntut adanya remediasi secara
berskala.
7. Dengan KTSP memerlukan dokumen
kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.

d. Ditinjau dari esensialnya

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)


1. Tiap mata pelajaran mendukung semua Mata pelajaran tertentu mendukung
kompetensi (sikap, pengetahuan, kompetensi tertentu.
keterampilan)
2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri
yang lain dan memiliki kompetensi dasar dan memiliki kompetensi dasar sendiri
yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghela maple Bahasa Indonesia sejajar dengan maple
lain (sikap dan keterampilan bahasa). lain.
4. Semua mata pelajaran diajarkan dengan Tiap mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama (saintifik) melalui pendekatan berbeda.
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dll.
5. Bermacam jenis konten pembelajaran di Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan
ajarkan terkait dan terpadu satu sama lain terpisah (separated curriculum).
(cross curriculum atau integrated
curriculum ), konten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan penggerak
konten pembelajaran lainnya.
6. Tematik integratif untuk kelas I – IV SD Tematik untuk kelas I – III SD (belum
terintegratif).
7. TIK merupakan sarana pembelajaran, TIK adalah mata pelajaran sendiri.
dipergunakan sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain.
8. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan
dan carrier of knowledge.
9. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas
pelajaran wajib, permintaan, antar minat dan XI
pendalaman minat.
10. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran SMA dan SMK tanpa kesamaan
wajib yang sama terkait dasar – dasar kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
11. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil Penjurusan di SMK sangat detil (sampai
(sampai bidang studi), didalamnya terdapat keahlian)
pengelompokkan peminatan dan
pendalaman.

Tentunya dari beberapa perbedaan tersebut akan dianalisis terkait beberapa hal
mendasar pada kurikulum 2006 dan 2013 padaevaluasi Pembelajaran masing-masing
Kurikulum adalah:
No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013
1 Berfokus pada pengetahuan melalui Berbasis kemampuan melalui penilaian
penilaian output proses dan output
2 Menekankan aspek kognitif Test menjadi KurikulumMenekankan aspek kognitif,
cara penilaian yang dominan afektif, psikomotorik secara proporsional
Penilaian test dan portofolio saling
melengkapi.
3 Standart penilaian lebih dominan pada aspek Standart penilaian menggunakan penilaian
pengetahuan otentik yaitu mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.

Perubahan Implementasi untuk semua mata Pelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum 2013

No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013


1 Materi disusun untuk memberi pengetahuan Materi disusun seimbang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan
untuk siswa.
keterampilan.

2 Pendekatan pembelajaran adalah siswa Pendekatan pembelajaran berdasarkan


diberitahu tentang materi yang harus yang
pengamatan, pertanyaan, hasilnya melalui
harus dihafal (siswa diberitahu).

3 Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan Penilaiaian otentik pada aspek kompetensi
dan ujian. sikap, pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan fortofolio.

Strategi Pembelajaran Menurut KTSP 2006 dan Kurikulum 2013


Pengetahuan Sosial disajikan :

No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013


1 Materi Ilmu disajikan terpisah menjadi Materi disajikan terpadu, tidak dipisahkan
dalam kelompok geografi, sejarah,
geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi.
ekonomi, sosiologi.

2 Tidak ada platform, semua kajian berdiri Mengenalkan geografi sebagai platform
sejajar.
kajian dengan pertimbangan semua
kejadian dan kegiatan terikat dengan
lokasi. Tujuannya adalah menekankan
pentingnya konektivitas ruang dalam
memperkokoh NKRI.Kajian sejarah,
sosiologi, budaya dan ekonomi disajikan
untuk mendukung konektivitas yang lebih
kokoh.
3 Diajarkan oleh guru berbeda (tea m tea chi Diajarkan oleh satu orang guru yang
ng) dengan sertifikasi berdasarkan mata memberikan wawasan terpadu antar mata
kajian. kajian tersebut sebelum mendalaminya
secara terpisah dan lebih mendalam pada
jenjang selanjutnya.

Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris

No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013


1 Materi yang diajararkan ditekankan pada tata Materi yang diajarkan ditekankan pada
kompetensi berbahasa sebagai alat
bahasa dan struktur bahasa.
komunikasi untuk menyampaikan gagasan
dan pengetahuan.

2 Siswa tidak dibiasakan membaca dan Siswa dibiasakan membaca dan


memahami makna teks serta meringkas
memahami teks yang disajikan.
dan menyajikan ulang dengan bahasa
sendiri.

3 Siswa tidak dibiasakan menyusun teks, yang Siswa dibiasakan menyusun teks yang
sistematis, logis dan efektif. sesuai sehingga sistematis, logis, dan
efektif melalui latihan-latihan penyusunan
teks.
4. Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan
teks yang sesuai dengan kebutuhan. teks yang sesuai sehingga tidak rancu
dalam proses penyusunan teks (sesuai
dengan situasi dan kondisi: apa, siapa,
dimana).
5. Kurang menekankan pada pentingnya Siswa dibiasakan untuk dapat
ekspresi dan spontanitas dalam bahasa. mengekspresikan dirinya dan
pengetahuannya dengan bahasa yang
menyakinkan secara spontan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013


1 Materi disajikan berdasarkan empat pilar Materi disajikan tidak berdasarkan pada
dengan pembahasan yang terpisah-pisah. pengelompokan menurut empat pilar
kebangsaan tetapi berdasarkan
keterpaduan empat pilar pembentukan
karakter bangsa.

2 Materi disajikan berdasarkan pasokan yang Materi disajikan berdasarkan kebutuhan


untuk menjadi warga negara
ada pada empat pilar kebangsaan.
yangbertanggungjawab (taat norma, asas,
dan aturan).

3 Tidak pada penekanan pada tindakan nyata Adanya kompetensi yang dituntut dari
sebagai warga negara yang baik. siswa untuk melakukan tindakan nyata
sebagai warga negara yang baik.

4. Pancasia dan kewarganegaraan disajikan Pancasila dan kewarganegaraan bukan


sebagai pengetahuan yang harus dihafal. hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan
melalui tindakan nyata dan sikap
keseharian.

Matematika

No Kurikulum KTSP Kurikulum 2013


1 Langsung masuk ke materi abstrak. Mulai pengamatan permasalahan konkret,
kemudian ke semi konkret, dan akhirnya
abstraksi permasalahan.

2 Banyak rumus yang harus dihafal untuk Rumusan diturunkan oleh siswa dan
menyelesaikan permasalahan (hanya bisa permasalahan yang diajukan harus dapat
menggunakan). dikerjakan siswa hanya dengan rumus-
rumus dan pengertian dasar (tidak hanya
bisa menggunakan tetapi juga memahami
asal usulnya).

3 Permasalahan matematika selalu Perimbangan antara matematika dengan


diasosiasikan dengan (direduksi menjadi)
angka dan tanpa angka (gambar, grafik,
angka.
pola, dsb).
4.Dirancang supaya siswa harus berfikir
kritis untuk menyelesaikan permasalahan
yang diajukan.
Perimbangan antara matematika dengan
angka dan tanpa angka (gambar, grafik,
pola, dsb).

4. Tidak membiasakan siswa untuk berfikir Dirancang supaya siswa harus berfikir
kritis (hanya mekanistis).
kritis untuk menyelesaikan permasalahan
yang diajukan.

5. Metode penyelesaian masalah tidak Membiasakan siswa berfikir algoritmis.


terstruktur.
6. Data dan statistik dikenalkan pada kelas IX Memperluas materi mencakup peluang,
saja.
pengolahan data, dan statistik sejak kelas
VII serta materi lain sesuai dengan standar
internasional.

7. Matematika adalah eksak. Mengenalkan konsep pendekatan dan


perkiraan.

3. Hasil teori Analisis SWOT pada Kurikulum 2013 dan KTSP 2006

Berikut hasil pengamatan kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006, dengan rincian tabel
sebagai berikut: 
N Analisis Kurikulum 2013
O
1 Strengths  Lebih menekankan pada pendidikan karakter, agar peserta
(Kekuatan) didik lebih kreatif dan inovatif. Pada akhirnya diharapkan
pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi
menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan
karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
 Memiliki sifat Eksporasi, peserta didik memiliki kesempatan
untuk “mencari informasi yang luas dalam topik/tema yang
sedang dipelajari”.
 Pendekatan Saintifik, berupa kegiatan belajar dilaksanakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
 Berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output.
 Kurikulum menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
 Standart penilaian menggunakan penilaian otentik yaitu
mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
 Lebih menekankan pada pendidikan karakter, agar peserta
didik lebih kreatif dan inovatif. Misalnya, pendidikan budi
pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua
program studi.

2 Weakness  Penilaian Sikap spiritual dan sosial yang rumit dari sisi
(Kelemahan) administratif, mengingat jumlah siswa yang bisa mencapai
puluhan hingga ratusan yang harus diamati seorang guru dan
perlu dipertanyakan secara substantif-merupakan aspek yang
mendesak untuk dievaluasi.
 Beban tatap muka min. 24 jam/minggu bagi guru diluar tugas-
tugas lain, jumlah mata pelajaran dan jam belajar siswa serta
beban siswa, perlu dikaji kembali dengan melibatkan juga ahli
psikologi pendidikan dan perkembangan, misal LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan).
 Rumusan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar
mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan
logika.
 Bertambahnya jam pelajaran perminggu, menjadi: SD 4 jam,
SMP 6 jam, SMA 2 jam, dan SMK menjai 48 jam/minggu.
Dalam hal ini tidak ada penjelasan lebih lanjut. Indonesia
termasuk jumlah hari tertinggi waktu belajarnya didunia,
sama dengan Korea Selatan.
 Ketrampilan merancang RPP dan penilaian autentik belum
sepenuhnya dikuasai oleh guru, disamping itu juga kelemahan
dalam kurikulum 2013 terletak pada penilaian yang terperinci
dan membutuhkan waktu yang lama dalam implementasinya,
dari hasil dapat disimpulkan sebenarnya bukan terletak pada
sistem penilaian yang sulit akan tetapi terletak pada
kurangnya sosialiasi atau bimbingan kurikulum 2013
khusunya dalam penilaian di sekolah dasar, yang mengakibat
pemahaman guru tentang sistem penilain kurang dan berujung
pada implementasi dari penilaian guru belum sesuai
tujuannya.

3 Opportunities  Kesiapan terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan
(Peluang) memicu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan
pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus. Menjadi peluang bagi
guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan dari
program sekolah.
 Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP juga diklaim
berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya
berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan kada Kurikulum
Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian.
KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini
dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam
buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang
terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub
tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema
tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1,
kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema
mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu
demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan
Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan
(Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah
jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu
setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
 Digunakannya pendekatan tematik. Kalau ada bagian yang
dipandang berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13
dan KTSP. Di jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik
K13 diberlakukan pada seluruh tingkatan kelas, sementara
sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah (kelas 1-3).
Hanya saja, berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh
pemerintah, struktur materi pelajaran (sub tema) mulai kelas
IV ke atas tidak lebih dari kliping materi pelajaran yang
berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk menyamarkan
mata pelajaran ke dalam tema-tema yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, substansi pembelajaran pada K13
sebenarnya tidak berbeda dari sebelumnya, sebab yang
berbeda hanya dalam penempatannya.
 Kesiapan terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan
memicu kemampuannya  melalui pelatihan-pelatihan dan
pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus. Menjadi peluang bagi
guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan dari
program sekolah.

4 Threats  Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam


(Ancaman) Kurikulum 2013 mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi
subtansi dan logika, sehingga berpengaruh kepada Indikator-
Indikator Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.
 Ditiadakannya TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
karena bukan sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai media
pembelajaran.
 Perbedaan mendasar K13 dan KTSP juga diklaim berdasarkan
pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata
pelajaran menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti (KI).
Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD
pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat
dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-
buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi
sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema)
dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut
tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1,
kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema
mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu
demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan
Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan
(Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah
jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu
setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
 Pelaksaanaan kurikulum 2013 masih menuai masalah
diantaranya terletak pada kesiapan guru, maka dalam
mengimplementasi kurikulum 2013 adalah  hambatan-
hambatannya masih ada antara lain kurangnya kesiapan
sekolah terutama dalam sarana prasarana khusunya dalam
bidang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ada
fasilatas yang menunjang berjalannya inplementasi kurikulum
2013 terutama di daerah atau di sekolah yang berada di
pedesan. Khusunya dalam penialaian kurikulum 2013
hambatan yang berarti adalah pendidik masih belum
memahami secara utuh bagaimana cara melakuakan penilaian
agar tidak membutuhkan waktu yang lama. Rumusan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum
2013 mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi
dan logika, sehingga berpengaruh kepada Indikator-Indikator
Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.

4. Kurikulum (KTSP) 2006

N Analisis KTSP 2006


O
1 Strengths  Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
(Kekuatan) menyelenggarakan pendidikan. Merujuk salah diantaranya
bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum dimasa lalu adalah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak
melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang
menghargai potensi keunggulan lokal.
 KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik
dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan
membentuk pribadi yang terampil dan mandiri
 KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu
yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat
padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan.
 Berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output
 Menekankan aspek kognitif
 Standart penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
 Sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu
yang sesuai bagi kebutuhan siswa. Sekolah lebih leluasa
untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan.

2 Weakness  Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam


(Kelemahan) pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
 Faktor kelemahannya merupakan faktor penghambat dalam
penerapan dan mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan,
harus diantisipasi dan diatasi oleh pihak sekolah dan juga
menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP
tidak hanya akan menambah daftar persoalan yang dihadapi
dalam dunia pendidikan kita.
 Kurangnnya SDM yang mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada, minimnya kualitas
guru dan sekolah, kurangnya ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP. Penerapan KTSP yang merekomendasikan
pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya
pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar
24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan
tunjangan profesi.

3 Opportunities  Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di


(Peluang) sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru,
karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan
dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan
sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan
berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan
implementasi KTSP.
 KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya
yang tersedia dan kekhasan daerah.
 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program pendidikan.

4 Threats  KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah


(Ancaman) untuk mengubah kebiasaan lama yakni kebergantungan pada
birokrat.
 KTSP memerlukan kepala sekolah yang handal dalam
mengembangkan kurikulum dalam menjalani sistem
pengajaran, karena dibutuhkan kreatifitas, profesional yang
memiliki kemampuan manajerial yang handal.
 Keberhasilan Implementasi Kurikulum tergantung pada faktor
penentu seperti peningkatan kualitas guru, misalnya
melakukan pelatihan, pendampingan, dan kegiatan
kolaboratif.
 Penerapan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran
yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman
tertib, sehingga prosesnya berlangsung tenang dan
menyenangkan. Dikarenakan kecenderungan di istilahkan
Teks Book Comunication.

Walaupun kelihatanya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2006
dan 2013, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI kurikulum 2006 dan KTSP. Seperti
pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa, siswa
mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang
sama dengan pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan
masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak terlaksana dikelas karena guru
tidak paham dan tidak bisa menerapkan dalam pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, penyelesaian problem pendidikan yang mendasar harus dilakukan pula
secara fundamental, dan itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikan secara
menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan.Sementara pada tataran
derivatnya, kelemahan ketiga faktor di atas (Rumah, Sekolah dan Lingkungan) harus
diselesaikan dengan cara memperbaiki strategi fungsionalnya.

SOAL - SOAL STRATEGI

SOAL Kelompok 1 Tambahannya Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab


1

1. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan sebuah evaluasi strategi? Apakah saat
kinerja perusahaan berada di puncak kejayaan atau ketika perusahaan mengalami
penurunan atau yang bagaimana?

Jawaban :
Evaluasi terhadap strategi tidak hanya dilakukan saat kinerja Perusahaan berada di puncak
kejayaan, akan tetapi bisa juga di lakukan saat kondisi perusahaan dalam keadaan steady atau
stagnan dalam beberapa periode. Dan juga, Evaluasi harus selalu dilakukan ketika ada
perubahan dalam factor eksternal maupun faktor internal perusahaan.

2. Sebutkan Arti Penting  Analisis lingkungan menejemen strategi?

Jawaban:
Dalam merumuskan strategi, maka terlebih dahulu harus melakukan anilisis lingkungan
dengan maksud untuk menyesuaikan keunggulan dan kelemahana yang dimiliki perusahaan.
Analisa lingkungan dalam arti suatu proses yang digunakan perencana perencana strategi
untuk memantau lingkungan dalam memantau peluang dan ancaman sangat penting
dilakukan karena :

 Pembuat strategi dapat mengantisipasi setiap kesempatan dan membantu mengembangan


system pemecahan sedini mungkin terhadap faktor-faktor yang dianggap mengancam
tujuan perusahaan
 Mengefektifkan proses manajemen strategi, karena dengan melakukan analisis
lingkungan akan memperoleh hasil yang efektif

3. Dalam penyusunan Strategik Planing perlu dibuat analisis SWOT, mengapa


demikian?

Jawaban:
Pemimpin perusahaan harus secara cermat dan berkelanjutan untuk menganalisis dinamika
lingkungan baik lingkungan internal maupun eksternal dengan memanfaatkan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), sehingga penyususnan Strategik
Planning dapat di hasilkan dengan baik. Analisis SWOT dilaksanakan dengan
mengidentifikasi lingkungan internal perusahaan guna mengetahui posisinya apa saja yang
merupakan Kekuatan (Strength) dan apa pula yang menjadi kelemahannya (Weakness).
Demikian pula dilakukan analisis lingkungan eksternal dari perusahaan yang bersangkutan
guna mengetahui posisinya apakah memiliki peluang-peluang (Opportunities) dan demikian
pula kemungkinan adanya ancaman (Threat).

Setelah dilakukan ujian alisis SWOT yaitu dengan menggunakan score skala Likert dan
dituangkan dalam sebuah diagram Cartesius, maka hasilnya akan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemimpin perusahaan untuk mengambil keputusan; karena dalam
analisis ini sekaligus juga ditawarkan berbagai Strategi Alternatif antara lain:

Strategi Agresif (Growth Strategik), strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT,
perusahaan tersebut mempunyai Peluang (Opportunity) dan mempunyai Kekuatan
(strength); menurut strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki
guna memanfaatkan peluang yang terbuka. Strategi Rasionalisasi, strategi ini digunakan
apabila dari analisis SWOT, perusahaan tersebut mempunyai Peluang (Opportunity) tetapi
mempunyai Kelemahan (Weakness); menurut strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan
peluang yang dimiliki dengan meminimalkan kelemahan yang ada
Strategi Diversifiakasi, strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan
tersebut mempunyai Kekuatan (Strength) tetapi mendapatkan Ancaman (Threath); menurut
strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan Kekuatan yang dimiliki dengan
meminimalkan Ancaman yang dihadapi
Strategi Devensif (Survival), strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan
tersebut mempunyai Kelemahan (Weakness) dan memiliki Ancaman (Threat); menurut
strategi ini perusahaan harus meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan demikian juga
meminimalkan ancaman yang harus dihadapi.

4. Tulislah sebuah penjelasan mengenai analisis keunggulan strategi?

Jawaban :
Setelah eksekutif menganalisis lingkungan, maka selanjutnya perlu mengkaji faktor-faktor
keunggulan strategi baik berupa kekuatan maupun kelemahan perusahaan. Eksekutif harus
dapat mengembangkan profil keunggulan strategi perusahaan (SAP = strategic advantage
profile) dan menyesuaikan dengan profil peluang ancaman lingkungan (ETOP =
environtment threat and opportunity profile). Eksekutif harus dapat mengkaji seberapa jauh
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan baik pada masa sekarang maupun masa
akan dating dan sebarapa jauh peluang dan ancaman lingkungan masa sekarang maupun masa
akan datang. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan :

1. Proses analisis internal itu perlu untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan dan kelemahan
perusahaan, baik masa sekarang maupun masa akan datang.
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan apakah sesuai dengan profil peluang dan
ancaman lingkungan.

5. Analisakan Tujuan Strategis Yang Mengembangkan sebuah Organisasi Didalam


Perusahaan ?
Jawaban : tujuan strategis yang meningkatkan daya persaingan dan kekuatan pasar
perusahaan.Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis strategi yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengembangkan organisasi perusahaannya, sbb :
 Strategi integrasi ke depan, yaitu memperoleh kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas distributor dan peritel. Contoh: PayPal mendorong jasanya dari situs
hingga toko lewat perjanjian dengan kartu Discover.
 Strategi integrasi ke belakang, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas pemasok perusahaan. Contoh: Fancy Motels Inc. mengakuisisi
manufaktur furnitur.
 Strategi integrasi horizontal, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol
atas pesaing. Contoh: GlaxoSmithKline PLC Inggris mengakuisisi Human Genoe
SciencesInc senilai $3 miliar.
 Strategi penetrasi pasar, yaitu mencari pembagian pasar yang meningkat untuk
produk atau jasa saat ini lewat usaha pemasaran yang lebih hebat. Contoh: PepiCo
mengiklankan Diet Pepsi edisi khususnya yang memiliki botol perak bersama dengan
logo merah dan biru Pepsi dalam bentuk hati.
 Strategi pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa baru ke area
geografis yang baru. Contoh: China Petrochemical membeli tiga perusahaan minyak
Kanada, Daylight Energy, Tanganyika Oil, dan Syncrude Canada.
 Strategi pengembangan produk, yaitu mencari penjualan yang meningkat untuk
meningkatkan produk atau jasa saat ini atau mengembangkan yang baru. Contoh:
General Electric membangun materi mesin jet komersil, sementara rivalnya
Pratt&Whitney membangun mesin jet yang baru dikembangkan.
 Strategi diversifikasi terkait, yaitu menambahkan produk atau jasa yang baru,
namun tetap terkait. Contoh: peritel mainan Toys ‘R’ Us mengembangkan komputer
tablet wifi baru untuk anak-anak (Tabeo seharga $149,99).
 Strategi diversifikasi tidak terkait, yaitu menambahkan produk atau jasa yang baru,
namun tidak terkait. Contoh: peritel IKEA membuka rantai bisnis model di Eropa.
 Strategi pengurangan, yaitu mengelompokkan lewat pengurangan biaya dan aset
untuk mengembalikan penurunan penjualan dan laba. Contoh: Callaway Golf
memotong 12% dari angkatan kerjanya; Deutsche Bank AG memotong 1.000
pekerjaan dari segmen bank investasinya.
 Strategi pelepasan, yaitu menjual divisi atau bagian organisasi. Contoh: Dean Foods
menjual bisnis makanan olahan White Wave-Alpro.
 Strategi likuidasi, yaitu menjual aset perusahaan, atas nilai nyata mereka. Contoh:
Big Sky Farms, salah satu perusahaan pemroduksi babi terlikuidasi.

SOAL Kelompok 2 Tambahannya Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab


2

1. Apa yang Saudara ketahui tentang visi dan misi lalu seberapa pentingnya suatu misi
dalam organisasi?
2. Jelaskan pengertian dari lingkungan internal berdassaarkan kutipan jauch daan gleck ?
3. Salah satu faktor kekuatan dan kelemahan yang ada dalam lingkungan internal yaitu
budaya organisasi yang meliputi, berikan 5 contoh ?
4. Apa yang saudara ketahui tentang analisis diagnose disparatis strategis, sebutkan ?

SOAL Kelompok 3 Tambahannya Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab


3

1. Jelaskan 2 keunggulankompetitif yang harusdiperhatikan oleh


perusahaandalammemilihstrategitingkatbisnis !.
2. Bagaimanasuatuperusahaanmengevaluasikeunggulankompetitifnyadalammemilihstrate
gitingkatbisnis.
3. Bagaimanacaraperusahaan agar berhasilmenerapkanstrategibiayarendah.
4. Salah satustrategibisnisadalahstrategi focus. Jelaskanapa yang dimaksuddenganstrategi
focus tersebutdan berikancontohnya.
5. Mengapabiladibandinngkanpesainglain, perusahaan yang menerapkan strategy
keunggulanbiayamemilikiposisimenarikdibandigkandenganprodukpengganti.

SOAL Kelompok 4 Tambahannya Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab


4

1. Strategi apa yang harus di persiapkan dalam menghadapi globalisasi Pasar ?


2. Strategi apa yang harus di persiapkan dalam menghadapi globalisasi Produksi ?
3. Strategi apa yang harus di persiapkan dalam menghadapi globalisasi Tenaga
Kerja?
4. Bagaimana Implementasi Strategic yang Efektif dan Efisien ?
5. Struktur Organisasi dan Pengawasan seperti apa, yang bisa mempercepat
pertumbuhan Perusahaan?

Daftar Soal tentang Evaluasi Strategi

SOAL Kelompok 5 Tambahannya Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab


5

1. Apa yang dimaksud dengan strategi dan mengapa suatu perusahaan perlu menerapkan
suatu strategi dalam menjalankan bisnisnya?
2. apakah Evaluasi Strategi diperlukan jika Faktor eksternal dan internal tidak berubah
secara signifikan?
3. Faktor apa saja yang mengharuskan kita mengubah strategi yang sebelumnya sudah
disepakati untuk diimplementasikan?
4. Strategi apa sih yang bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan di tengah pandemik virus
corona saat ini?
5. Berikan contoh perusahaan yang telah melakukan strategi perubahan di tengah pandemik
COVID-19!

SOAL Kelompok 6 Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab 6

SOAL Kelompok 7 Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab 7

SOAL Kelompok 8 Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab 8

SOAL Kelompok 9 Soal dari Kelompok Bab 9 ini

1. Sebutkan dan jelaskan tiga unsur pelaksana pendidikan

Jawaban :

 Kelemahan pada lembaga pendidikan formal yang tercermin dari kacaunya


kurikulum sertatidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah/kampus
sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya,
 Kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan

 Keadaan masyarakat yang tidak kondusif

2. Apakah fakta yang terjadi pada kondisi pendidikan di Indonesia saat ini dan solusi
apa yang sebaiknya dilakukan?
Jawaban :

Faktual :

 Paradigma pendidikan yang salah

 Kelemahan unsur pendidikan (kurikulum, guru, proses belajar mengajar,


lingkungan sekolah/kampus dll)

 Beban kontraproduktif antara sekolah/kampus dengan keluarga dan


masyarakat

Solusi :

 Kurikulum paradigmatik
 Guru/dosen yang bertanggung jawan dan dapat menjadi teladan
 Proses belajar yang kondusif
 Lingkungan (budaya) sekolah/kampus yang mendukung
 Minimalisasi pengaruh negatif yang ada pada keluarga dan lingkungan
masyarakat
 Optimasi proses belajar mengajar

3. Bagaimanakah solusi mendasar untuk menyelesaikan persoalan pendidikan negeri


ini?

Jawaban :

Bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem
Pendidikan yang ada dan asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah
yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan
Sistem pendidikan yang materialistik-sekularistik tersebut sebenarnya hanyalah
merupakan bagian belaka dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga
bebas. Maka upaya untuk menciptakan pendidikan yang ideal tidak akan sampai pada
tujuan jika negara yang menaungi masih negara sekuler.

4. Apakah perbedaaan umum pada Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006


(KTSP)?
Jawaban :
No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)
1. SKL (Standar Kompetensi Kelulusan) Standar isi ditentukan terlebih
ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulumelalui Permendiknas No 22
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL
itu baru ditentukan standar isi, yang (Standar Kompetensi Kelulusan) melalui
berbentuk kerangka dasar kurikulum yang permendiknas No 23 Tahun 2006
dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68,
69 dan 70 tahun 2013
2. Aspek kompetensi lulusan ada kompetensi Lebih menekankan pada aspek
soft skills dan hard skills yang meliputi pengetahuan
aspek kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan
3. Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk Kelas Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
I-IV Kelas I – III
4. Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding kurikulum 2013
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang Standar proses dalam pembelajaran terdiri
SD dan semua mata pelajaran di jenjang dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah ( saintific approach), yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan dan mencipta
6. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) TIK sebagai mata pelajaran
bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
7. Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaian lebih dominan pada aspek
otentik, yaitu mengukur semua kompetensi pengetahuan
sikap, keterampilan dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil
8. Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9. Peminatan (Penjurusan) mulai kelas X untuk Penjurusan mulai kelas XI
jenjang SMA/MA
10. BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih menyelesaikan masalah siswa
potensi siswa
5. Sebutkan perbedaan tujuan kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 (KTSP)

Jawaban :

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006 (KTSP)


1. Kurikulum 2013 bertujuan untuk Kurikulum 2006 untuk jenis pendidikan
mempersiapkan manusia Indonesia agar umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi pendidikan dasar dan menengah terdiri
dan warga negara yang beriman, produktif, atas:
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu  kelompok mata pelajaran agama
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, dan akhlak mulia
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.  kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian
 kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi
 kelompok mata pelajaran estetika
 kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan.

SOAL Kelompok 10 Ditanyakan Pada Kelompok Yang Mengerjakan Bab 10

Daftar pustaka:
http://bsnp-indonesia.org
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[1] http://www.marketingteacher.com/swot/history-of-swot.html.
Penjelasan Undang-undang Pendidikan, http://www.hukumonline.com/pusatdata
Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muslich Mansir. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Elin Driana, Opini Kompas Senin 29 Desember 2014, Dosen Pasca Sarjana Univ. UHAMKA
https://setia1heri.com/2014/12/08/ini-perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp-2006-biar-gak-
gagal-paham/
http://eraisna85.blogspot.com/2017/06/analisis-swot-ktsp-dan-kurikulum-2013.html
https://media.neliti.com/media/publications/136807-ID-analisis-perbedaan-antara-kurikulum-
ktsp.pdf

Anda mungkin juga menyukai