KAMPUS
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS NIAS
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Sampel Penelitian dan Metode Pembuatan Sampul
C. Metode Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia terikat oleh dua misi
penting yaitu homonisasi dan humanisasi. Sebagai proses homonisasi, pendidikan
mempunyai kepentingan untuk memposisikan manusia sebagai makhluk yang
memiliki keserasian dengan habitat ekologinya. Manusia diarahkan untuk mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya seperti makan, minum, sandang, dan
perumahan. Dalam proses tersebut pendidikan dituntut untuk mampu mengarahkan
manusia pada cara-cara pemilihan dan pemilahan nilai sesuai dengan kodrat biologis
manusia.
Thomas Lickona (1991) menilai pendidikan nilai merupakan hal yang sangat
esensial dalam kesuksesan masyarakat yang demokratis. Lebih jauh Lickona (1991:
6) mengemukakan bahwa moral education is not a new idea. It is, in fact, as old as
education itself. Down through history, in countries all over the world, education has
had two great goals: to help young people become smart and to help them become
good. Jadi pendidikan moral sudah ada sejak pendidikan itu sendiri ada. Sepanjang
sejarahnya pendidikan mempunyai dua tujuan yaitu: membantu anak-anak muda
menjadi cerdas dan baik. Berbagai pendekatan untuk mengimplementasikan
pendidikan moral umumnya berangkat dari pemahaman dan kultur masing-masing.
Bagi bangsa Indonesia pendekatan komprehensif merupakan alternatif yang tepat
karena dapat memberikan efek dari berbagai arah.
Karakter dan moral yang baik dapat tumbuh dengan baik di dalam lingkungan
yang demokratis. Astuti dan Sudrajat, (2020) menyatakan bahwa social justice
focuses on the human condition, similarities, and differences, avoiding discrimination
and forms of oppression. Social justice in the context of inclusive education refers to
the educational process in which the system, policy, curriculum, and learning center
are centered on children who have different backgrounds to always understand each
other and respect one another. Di samping tetap menekankan aspek akademik, yang
juga sangat esensial adalah penanaman pendidikan nilai-nilai moral dan keadilan
sosial dalam masyarakat menuju kehidupan masyarakat sipil yang demokratis.
B. Rumusan Masalah
1 .Bagaimana cara membantu siswa mengembangkan nilai karakter positif dalam
lingkungan kampus ?
2 . Apa Langkah Langkah yang mudah supaya nilai karakter dapat diterima dan
diterapkan oleh mahasiswa?
3 .Apa tujuan utama dalam membina karakter mahasiswa?
4 .Apa yang membuat nilai karakter hilang dalam diri maha siswa sehingga sikap
dan tingkah laku mahasiswa mengalami perubahan ?
5 .Apakah lingkungan kampus dapat mempengaruhi pembentukan karakter positif
dan negatif seorang mahasiswa?
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi tentang cara membangun karakter mahasiwa di
Indonesia melalui Pendidikan moral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1 . Hakikat Karakter
Karakter berasal dari bahasa yunani charassein, yang berarti mengukir. Sifat
utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan ukiran
sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan
menyatu dengan bendanya.
Wardani (2008) menyatakan bahwa karakter itu merupakan ciri khas seseorang,
dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena karakter
terbentuk dalam lingkungan sosial budaya tertentu.
Hamid, M (2008) bahwa karakter merupakan sikap mendasar, khas, dan unik yang
mencerminkan hubungan timbal balik dengan suatu kecakapan terbaik seseorang
dalam pekerjaan atau keadaan.
Abdullah Munir (2010) menyatakan bahwa sebuah pola, baik itu pikiran, sikap,
maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan disebut sebagai karakter.
Tapi pada kenyataannya kita sering mendapati seorang anak yang di usia kecilnya
rajin beribadah, hidup teratur, disiplin dan selalu berprestasi di sekolahnya, serta patuh
terhadap orang tuanya. Namun setelah sekian lama kita bertemu kembali dengannya
di usia dewasa, kita tidak melihat lagi sifat-sifat yang telah melekat yang pernah
melekat di usia kecilnya. Sebaliknya, kita melihat bahwa sifatnya berubah seratus
delapan puluh derajat. Dia sudah tidak memiliki sifat seperti dulu di usia kecilnya, tidak
pernah mengerjakan solat, dia seorang pemabuk, dan hidupnya tidak teratur. Hal ini
terjadi nampaknya perjalanan hidup telah mengubah semua sifat baiknya itu.
Sebaliknya, banyak juga kita temui orang yang di usia mudanya memiliki sifat-sifat
yang buruk, tapi dengan adanya nasihat yang terus menerus orang tersebut dapat
berubah, tapi hanya sesaat saja. Pada suatu saat orang tersebut kembali dengan
sifat-sifat buruknya. Inilah karakter, melekat kuat dan sulit untuk diubah.
Kata moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti tata cara dalam kehidupan
atau adat istiadat. Asri Budiningsih (2008) berpendapat bahwa penalaran moral
menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, sehingga dapat dinilai
apakah tindakan tersebut baik atau buruk.
Semakin menurunnya moral di kalangan remaja , kita sebagai pendidik merasa
terpanggil untuk ikut bertanggung jawab mencari solusinya agar dekadensi moral
generasi muda bangsa Indonesia yang kita cintai ini tidak berkepanjangan. Mari kita
bekerjasama untuk membenahi akhlak anak-anak bangsa kita.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara
representatif atau seorang informan dalam sbuah penelitian. Dalam hal ini sampel
yang diambil dari bapak/ibu dosen universitas nias.
2. Metode Penetuan Sempel
3. Metode penentuan sempel dalam penelitian ini yaitu
dalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
Maka yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini dari bapak/ibu dosen
universitas nias.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dinggunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
C. Instrumen Penelitian
Insrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu buku, pena, dan Laptop
BAB IV
PEMBAHASAN
Karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter seseorang tidak
hanya dilihat dari perilaku yang baik tetapi dilihat dari keseluruhan pola dan tingkah
laku sebagai individu. Karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang
tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan,
kejujuran dan kesetiaan. Seseorang yang kompeten dan memiliki karakter merupakan
sumber daya manusia yang handal, berwatak, cerdas dan kompetitif dalam
menghadapi tantangan global. Karakter yang melekat dalam diri mahasiswa
merupakan akumulasi dari kebiasaan, sikap, pola piker, dan kultur mereka yang telah
terbentuk dan tertanam selama puluhan tahun di bawah lingkungan pendidikannya.
Dalam konteks mahasiswa dimana mereka telah menjadi individu yang dewasa, maka
karakter layaknya merupakan identitas diri.
Karakter mahasiswa bisa dikembangkan dan tumbuh secara perlahan melalui
proses pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai wadah formal untuk mahasiswa
melaksanakan proses pendidikan dan berperan untuk melanjutkan proses penanaman
karakter. Pendidikan karakter memiliki banyak fungsi, di sini dijabarkan fungsi
pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011) adalah (1) membangun kehidupan
kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas,
berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik; (3)membangun sikap warganegara yang cinta
damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidupberdampingan dengan bangsa lain dalam
suatu harmoni.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki peran
yang sangat penting terkait pembinaan moral dan karakter mahasiswa.
Identifikasi moral dan karakter mahasiswa dapat dilihat dari aspek akademik
dan non akademik. Sikap non akademik dilihat dari bagaimana pola perilaku
mahasiswa sehari-hari dan wawasan kebangsaan. Sedangkan sikap akademik
dapat dilihat dari sikap ilmiah dan kejujuran akademik. Peran dosen dan civitas
akademik sangat dibutuhkan dalam upaya pembentukan karakter bangsa.
Pendidikan karakter membentuk lingkungan yang positif untuk pertumbuhan
moral.
Karakter mahasiswa bisa dikembangkan dan tumbuh secara perlahan
melalui proses pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai wadah formal untuk
mahasiswa melaksanakan proses pendidikan dan berperan untuk melanjutkan
proses penanaman karakter. Karakter mahasiswa bisa dikembangkan dan
tumbuh secara perlahan melalui proses pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai
wadah formal untuk mahasiswa melaksanakan proses pendidikan dan berperan
untuk melanjutkan proses penanaman karakter.
Pelaksanaan Tri dharma perguruan tinggi dilakukan dosen melalui
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui proses
tersebut dosen melakukan proses internalisasi nilai-nilai luhur yang kemudian
menjadi budaya kampus. Keteladanan harus muncul dari personality dosen dan
diajarkan kepada mahasiswa. Dalam konteks ini dosen menjadi aktor penting
dalam proses membangun karakter mahasiswa dan menumbuhkan kesadaran
moral.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D., S. & Sudrajat. (2020). Promoting inclusive education for social justice in
Indonesia,
doi: 10.2991/assehr.k.200130.037
LAMPIRAN
gambar 1 wawancara dosen gambar 3 wawancara dosen