Anda di halaman 1dari 9

PENTINGNYA PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

MELALUI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

Nur Hidayati Esti Sasiwi


FIP Universitas Negeri Yogyakarta
email : nur.hidayati2016@student.uny.ac.id

Abstrak
Globalisasi yang sedang kita hadapi adalah sebuah fakta yang tidak bisa dihindari. Karakter
anak bangsa berubah menjadi rapuh. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menggali
pentingnya penanaman nilai karakter di sekolah dasar. Pendidikan karakter ini penting
diperhatikan, sebab globalisasi tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif. Pendidikan
karakter anak perlu ditanamkan sejak sekolah dasar karena usia sekolah dasar merupakan
masa keemasan anak. Penulisan karya ini menggunakan metode kajian pustaka dengan
pendekatan kualitatif deskriptif untuk memaparkan hasil pengamatan dan studi pustaka.
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil pengamatan tersebut didapatkan hasil bahwa
penanaman nilai karakter melalui implementasi pendidikan karakter merupakan hal yang
sangat penting untuk mewujudkan pendidik profesional yang sejahtera dan bermartabat.
Peserta didik diharapkan memiliki nilai-nilai moral dan budi pekerti yang memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Artikel ini akan membahas tentang pendidikan
karakter dan pelaksanaan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah dasar.

Kata Kunci: nilai-nilai karakter, pendidikan karakter, sekolah dasar

THE IMPORTANCE OF INVESTMENT OF CHARACTER VALUES IN ELEMENTARY


SCHOOL THROUGH IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION

Nur Hidayati Esti Sasiwi


FIP Universitas Negeri Yogyakarta
email : nur.hidayati2016@student.uny.ac.id

Abstract
The globalization that we are facing is an unavoidable fact. The character of this nation's
generation is weakening. The purpose writing this journal be dig up the importance for
character values in elementary school. A character education is important attention to be
paid since globalization results not only in positive things but also in negative ones. The
character of a nation's generation will determine the future of the nation. Character
education needs to be invested in elementary school since children in that ages are in their
golden age. To writing this journal, writer using study library with qualitatif’s approaching
desciptive method to explain the result. Based on literature review and observation result, it
is found that the planting of character values through the implementation of character
education is very important to realize prosperous and dignified professional educator.
Students are expected to have moral values and character possessing intelligence,
personality and noble character. This article will discuss character education and
implementation of the values of character education in elementary school.

Keywords: character values, character education, elementary school


PENDAHULUAN kemudian dikalahkan oleh semangat
Globalisasi adalah sebuah istilah konsumerisme, hedonisme, dan
yang memiliki hubungan dengan permisifisme yang instan dan
peningkatan keterkaitan dan menenggelamkan.
ketergantungan antarbangsa dan Penguatan pendidikan karakter di
antarmanusia di seluruh dunia dunia era sekarang merupakan hal yang penting
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, untuk dilakukan mengingat banyaknya
budaya populer, dan bentuk-bentuk peristiwa yang menunjukkan terjadinya
interaksi yang lain sehingga batas-batas krisis moral baik di kalangan anak-anak,
suatu negara menjadi semakin sempit. remaja, maupun orang tua. Oleh karena
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” itu, penguatan pendidikan karakter perlu
diambil dari kata global, yang maknanya dilaksanakan sedini mungkin dimulai dari
ialah universal. Achmad Suparman lingkungan keluarga, sekolah, dan meluas
menyatakan Globalisasi adalah suatu ke dalam lingkungan masyarakat.
proses menjadikan sesuatu (benda atau Disinilah pentingnya internalisasi
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu pendidikan karakter di sekolah secara
di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. intensif karena pembangunan karakter
Globalisasi yang terjadi saat ini banyak dilupakan oleh pihak sekolah
menjadi sebuah hal yang tidak dapat selama ini. Kecerdasan intelektual dianak
dipungkiri. Globalisasi telah menyebabkan emaskan, sedangkan kecerdasan emosional
bangsa Indonesia mulai “kehilangan jati dan spiritual dimarginalkan. Hasilnya,
diri” nya atau secara umum “kehilangan kecerdasan intelektual hancur karena
karakter bangsa”. M. Furqon Hidayatullah rapuhnya kecerdasan emosional dan
mengutip pendapatnya Rutland (2009: 1) spiritual.
yang mengemukakan bahwa karakter Sekolah adalah sistem interaksi
berasal dari akar kata bahasa Latin yang sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri
berarti “dipahat”. Secara harfiah, karakter atas interaksi pribadi terkait bersama
artinya adalah kualitas mental atau moral, dalam suatu hubungan organic (Wayne
kekuatan moral, nama, atau reputasinya dalam buku Soebagio Atmodiwiro,
(Hornby dan Parnwell, 1972: 49). Dalam 2000:37). Sedangkan berdasarkan undang-
kamus psikologi, dinyatakan bahwa undang no 2 tahun 1989 sekolah adalah
karakter adalah kepribadian ditinjau dari satuan pendidikan yang berjenjang dan
titik tolak etis atau moral, misalnya berkesinambungan untuk
kejujuran seseorang; biasanya mempunyai menyelenggarakan kegiatan belajar
kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap mengajar. Menurut Daryanto (1997:544),
(Dali Gulo, 1982: 29). Globalisasi sekolah adalah bangunan atau lembaga
akhirnya membuat karakter anak bangsa untuk belajar serta tempat menerima dan
berubah menjadi rapuh, terjerumus dalam memberi pelajaran. Jadi, sekolah sebagai
tren budaya yang melenakan, dan tidak suatu sistem sosial dibatasi oleh
memikirkan akibat yang ditimbulkan. sekumpulan elemen kegiatan yang
Ketika karakter suatu bangsa rapuh maka berinteraksi dan membentuk suatu
semangat berkreasi dan berinovasi dalam kesatuan sosial sekolah yang demikian
kompetisi yang ketat akan mengendur, bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dialami oleh anak yang berusia 6 sampai
bagi masyarakat dalam hal ini adalah 11-13 tahun. Anak usia SD juga masuk
orang-orang yang terdidik. Oleh karena itu dalam masa Operational Kongkret yaitu
sekolah sebagai lembaga pendidikan penggunaan logika yang memadai. Tahap
formal perlu memberikan perhatian khusus ini telah memahami operasi logis dengan
terhadap pendidikan karakter, sesuai bantuan benda konkrit. Anak usia SD juga
dengan pendapat Johanson dkk. dalam masa pembentukan karakter
(2011:109) bahwa sekolah merupakan ditandai dengan kemampuan anak untuk
lembaga yang telah lama dipandang memahami aturan, norma dan etika yang
sebagai lembaga untuk mempersiapkan berlaku di masyarakat. Karakter anak
siswa untuk hidup, baik secara akademis banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang
dan sebagai agen moral dalam masyarakat. tuanya serta perilaku dari orang-orang di
Lickona (1991: 45-46) menjelaskan bahwa sekitarnya.
sekolah merupakan salah satu lembaga Pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang mengemban tugas konsep yang tepat untuk
mengembangkan nilai karakter. diimplementasikan di sekolah dasar.
Seiring dengan perkembangan Pendidikan di sekolah dasar merupakan
zaman di era globalisasi, banyak hal-hal jenjang pendidikan formal pertama yang
yang terjadi dalam dunia pendidikan akan menentukan arah pengembangan
khususnya di sekolah dasar. Banyak potensi peserta didik. Oleh karena itu, di
peserta didik yang kurang menaruh sekolah dasar perlu menanamkan nilai-
perhatian terhadap sopan santun, kurang nilai karakter secara optimal sehingga
memiliki rasa hormat terhadap orang lain, harapannya di tingkat selanjutnya siswa
kurang mau berbagi dan menolong sesama sudah memiliki bekal yang kuat dengan
bahkan keegoisan mementingkan diri karakter dalam diri mereka. Pendidikan
sendiri yang semakin tinggi. Sikap-sikap karakter di sekolah dasar merupakan salah
tersebut bertentangan dengan nilai-nilai satu awal penanaman dan pembentukan
Pancasila yang dijunjung tinggi oleh karakter peserta didik, karena mereka
bangsa Indonesia, yang juga merupakan masih dalam masa perkembangan. Oleh
dasar Negara Indonesia. Perubahan sebab itu peran guru menjadi sangat
perilaku kurang baik pada peserta didik penting dalam hal membentuk karakter
saat ini di sekolah dasar, merupakan suatu peserta didik. Thomas Lickona
hal yang harus diberi perhatian dan dicari mengemukakan bahwa “Memiliki
solusinya. Salah satu cara yang dapat pengetahuan nilai moral itu tidak cukup
ditempuh adalah dengan mengajarkan untuk menjadi manusia berkarakter, nilai
pendidikan karakter di sekolah dasar. moral harus disertai dengan adanya
Dengan demikian, diharapkan dapat karakter yang bermoral" (1992: 53).
meminimalisasikan karakter peserta didik “Termasuk dalam karakter ini adalah tiga
yang buruk yang tidak sesuai dengan nilai- komponen karakter (components of good
nilai budaya bangsa Indonesia khususnya character) yaitu pengetahuan tentang
Pancasila. moral (moral knowing), perasaan tentang
Usia anak SD dapat dikatakan moral (moral feeling), dan perbuatan
bahwa anak memasuki perkembangan bermoral (moral actions). (Nurul Zuriah,
masa kanak-kanak akhir dimana masa ini 2007: 45). Hal ini diperlukan agar manusia
mampu memahami, merasakan, dan that is the goal of true education”
sekaligus mengerjakan nilai-nilai (Kecerdasan yang berkarakter adalah
kabajikan. tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Pendidikan karakter ini adalah
untuk mencegah perilaku buruk yang ada METODE
pada anak-anak. Pernyataan yang Penelitian ini merupakan penelitian
diuraikan di atas senada dengan yang deskriptif kualitatif yang menggambarkan
dinyatakan oleh Grey (2009), dalam artikel situasi atau objek dalam fakta yang
jurnal yang berjudul Character Education sebenarnya secara sistematis.
in Schools menyatakan bahwa Pengumpulan data dilakukan dengan
―Character education is absolutely teknik observasi, wawancara, catatan
necessary because of the effects on society lapangan, dan dokumentasi. Observasi
when there is no morality guiding dilakukan dengan cara memperhatikan dan
student‘s actions. (―Pendidikan karakter mengamati seluruh kondisi dan kegiatan
sangatlah penting karena berdampak pada yang ada dalam sekolah yang berkaitan
masyarakat ketika sudah tidak ada lagi erat dengan terciptanya penanaman atau
tuntunan moral bagi perilaku peserta pembentukan karakter pada siswa
didik). (Moleong, 2010: 174). Wawancara
Untuk mengantisipasi dan dilakukan kepada informan baik kepala
merespon pengaruh global tersebut, Sistem sekolah atau guru yang digunakan untuk
Pendidikan Nasional 1989 dan diperkuat mengetahui bagaimana penanaman
UU No. 20 /2003 Bab II Pasal 3 telah pendidikan karakter pada siswa.
memungkinkan diajarkannya pendidikan Wawancara dilaksanakan untuk menggali
karakter pada tingkat SD sebagai materi informasi yang belum diperoleh dari hasil
pelajaran muatan lokal. Intitusi sekolah observasi (Moleong, 2010: 186). Catatan
sebagai salah satu pusat pendidikan lapangan, merupakan instrument yang
memiliki peran penting yang mengemban digunakan peneliti untuk merekam jalanya
tugas untuk melahirkan insan yang aktivitas penanaman karakter
beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan di sekolah dari mulai masuk sekolah
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, hingga jam sekolah berakhir (Moleong,
berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan 2010: 208). Dokumentasi yang digunakan
menjadi warga Negara yang baik serta dalam penelitian ini adalah dokumen-
bertanggung jawab. Amanah UU dokumen atau catatan yang mendukung
SISDIKNAS tahun 2003 itu bermaksud dalam proses pembentukan karakter siswa.
agar pendidikan tidak hanya membentuk Proses pengamatan dicatat dalam catatan
insan Indonesia yang cerdas, namun juga lapangan dan didokumentasikan dalam
berkepribadian atau berkarakter. Sehingga, bentuk foto sehingga dapat digunakan
lahir generasi bangsa yang tumbuh untuk membantu proses refleksi. Data
berkembang dengan karakter yang yang terkumpul dinalisis dengan
bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta menggunakan teknik analisis induktif
agama. Pendidikan yang bertujuan seperti yang dikemukakan oleh Miles dan
melahirkan insan cerdas dan berkarakter Huberman (1992). Analisis dilakukan
kuat itu juga ditegaskan oleh Martin dengan empat tahapan, yaitu tahapan
Luther King, “Intelligence plus character, pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Lokasi dengan berbagai cara. Jika dikaitkan
penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 1 dengan pendapat Lickona (2003) yang
Sedayu. mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai upaya yang sungguh-sungguh
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk membantu seseorang memahami,
Berdasarkan hasil penelitian, secara peduli dan bertindak dengan landasan
nyata mendapati tentang penanaman nilai nilai-nilai etis maka pendidikan karakter
karakter melalui pelaksanaan pendidikan menurut Lickona mengandung tiga unsur
karakter yang dilaksanakan terhadap siswa pokok, yaitu mengetahui kebaikan
sekolah dasar di SD 1 Sedayu. Pendidikan (knowing the good), mencintai kebaikan
karakter tersebut dilaksanakan melalui (desiring the good), dan melakukan
pengintegrasian dengan pembelajaran, kebaikan (doing the good).
budaya sekolah, dan juga ekstrakurikuler, Penanaman nilai karakter di
yang hal-hal tersebut dilaksanakan dalam Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan
praktik ibadah harian, materi mengintegrasikan dalam pembelajaran.
pembelajaran, aturan-aturan sekolah, Cara guru menyampaikan nilai karakter
senam sehat, ekstrakurikuler seni tari, serta tersebut tidak selalu secara langsung tetapi
kegiatan lainnya. melalui cerita kepahlawanan dan
Schwartz (2005) menyatakan permainan dalam pembelajaran yang telah
bahwa pendidikan karakter sering dikembangkan. Dari kegiatan tersebut guru
digunakan untuk merujuk pada bagaimana berusaha menjelaskan pentingnya nilai
orang menjadi “baik” yaitu orang yang karakter dengan bahasa anak-anak dan
menunjukkan kualitas pribadi yang sesuai mendorong peserta didik untuk
dengan yang diinginkan masyarakat. melakukannya. Selain itu,
Untuk mewujudkan hal itu, di Sekolah pengimplementasian pendidikan karakter
Dasar perlu penanaman nilai-nilai karakter di kelas juga dilakukan dengan mengawali
yang sebagai langkah awal atau dasar dan mengakhiri pelajaran dengan
pemberian bekal karakter untuk siswa mengucapkan salam dan berdoa,
menjadi baik. Pendapat tersebut juga mengecek kehadiran peserta didik,
sejalan dengan pendapat Ali Mustadi membentuk kelompok secara heterogen,
(2011) yang mengatakan bahwa menggunakan metode pembelajaran yang
pendidikan karakter di sekolah adalah aktif, kreatif, dan menyenangkan,
suatu sistem penanaman nilai-nilai mengajak peserta didik untuk membaca
karakter kepada warga sekolah yag buku baik saat pembelajaran sedang
meliputi komponen pengetahuan, berlangsung ataupun saat literasi. Setelah
kesadaran atau kemauan, dan tindakan membaca buku atau literasi dongeng,
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, seperti guru di SD Negeri 1 Sedayu yang
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa menanyakan pesan moral cerita atau
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, karakter dari tokoh yang ada dalam cerita.
maupun kebangsaan sehingga menjadi Melalui aktivitas tersebut berarti guru telah
manusia insan kamil. memberikan moral feeling karena
Implementasi pendidikan karakter mendorong peserta didik lebih peka
pada peserta didik guna menanamkan terhadap nilai-nilai karakter. Jadi cara
nilai-nilai karakter dapat dilakukan mengimplementasikan pendidikan karakter
yang terintegrasi dalam proses memberikan moral knowing pada peserta
pembelajaran ini dengan menyampaikan didik. Guru mendorong peserta didik
pesan moral secara langsung kepada untuk melaksanakan kegiatan itu setiap
peserta didik saat pembelajaran atau hari berarti guru telah memberikan moral
melalui implisit. Setelah itu guru feeling. Pada akhirnya nilai karakter
mendorong peserta didik untuk melakukan tersebut terinternalisasai dalam diri peserta
nilai-nilai karakter positif dalam kehidupan didik sehingga mau melaksanakan
sehari-hari. Dengan begitu peserta didik kegiatan tersebut secara rutin. Itu berarti
tidak hanya mengetahui tentang nilai telah sampai pada tahap moral doing
karakter tapi juga lebih peka terhadap meskipun belum maksimal karena belum
karakter yang baik tersebut. Nilai-nilai semua peserta didik menjadikannya
karakter yang sering muncul dalam sebagai kesadaran diri dan masih perlu
kegiatan pembelajaran seperti religius, dorongan dari guru.
kerjasama, jujur, disiplin, kreatif, mandiri, Penanaman nilai karakter pada
rasa ingin tahu, gemar membaca, siswa juga dapat dilakukan secara spontan.
komunikatif, dan tanggung jawab. Misalnya saja kegiatan spontan yang
Kegiatan rutin yang dilakukan SD dilakukan oleh kepala sekolah dan para
Negeri 1 Sedayu diantaranya yaitu berjabat guru yaitu bersikap ramah antar warga
tangan dengan guru dan peserta didik sekolah, menegur dan menasihati peserta
lainnya serta mengucapkan salam, didik yang tidak tertib, seperti saat bel
menyanyikan lagu nasional di pagi hari masuk sudah berbunyi dan siswa belum
yang dilanjutkan dengan berdoa, sholat masuk kelas, maka guru akan
dhuha setiap istirahat, sholat dhuhur secara mengingatkan siswa untuk segera masuk
berjamaah, infaq, upacara, senam setiap ke kelas. Dalam kegiatan ini dilakukan
hari jumat, piket kelas setiap hari, serta biasanya pada saat guru mengetahui
berbaris sebelum masuk kelas. Nilai-nilai adanya perbuatan yang kurang baik atau
karakter yang ditanamkan melalui kegiatan kurang tertib dari peserta didik yang harus
rutin tersebut yaitu religius, toleransi, dikoreksi pada saat itu juga. Dengan
jujur, disiplin, mandiri, semangat demikian peserta didik tidak akan
kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/ melakukan tindakan yang tidak baik itu,
komunikatif, cinta damai, peduli ataupun siswa akan menjadi lebih tertib
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung kedepannya. Cara guru memberikan
jawab. Proses penanaman karakter melalui teguran dan nasihat juga disesuaikan
kegiatan rutin ini dilakukan melalui dengan usia dan perkembangan karakter
pembiasaan dan terkadang guru juga peserta didik sehingga harus tetap sopan
menyampaikan pesan moral secara tetapi tegas.
langsung. Kegiatan rutin ini sesuai dengan Dalam menanamkan nilai karakter
pendapat Novan Ardy (2013:104), pada siswa, kepala sekolah dan guru bisa
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang melakukannya melalui keteladanan.
dilakukan secara terus menerus dan Keteladanan yang dilakukan kepala
konsisten setiap saat. Hal ini juga sesuai sekolah dan guru di sekolah ini adalah
dengan Component of good character. berpakaian rapi sesuai peraturan, datang
Guru menyampaikan pesan moral dalam tepat waktu, berjabat tangan dan saling
kegiatan rutin tersebut berarti guru telah menyapa jika bertemu guru lain atau
siswa, bertutur kata sopan, bersikap ramah sungguh dengan berbagai pola dalam
terhadap guru lainnya, melaksanakan penanaman nilai-nilai karakter sehingga
sholat dhuha dan dhuhur, dan saling nilai-nilai karakter baik yang ditanamkan
membantu antar guru. Melalui di sekolah dasar tersebut dapat menjadi
keteladanan ini guru telah memberikan perilaku permanen bagi siswa di kemudian
moral feeling karena guru berusaha hari. Berdasarkan uraian dan pembahasan
menyentuh emosional peserta didik agar tentang penanaman nilai-nilai karakter
tumbuh kesadaran dalam dirinya. Dengan yang telah dilakukan di SD N 1 Sedayu,
demikian perilaku dan sikap guru dalam dapat dikemukakan beberapa simpulan
memberikan contoh yang baik diharapkan sebagai berikut. SD N 1 Sedayu memiliki
dapat menjadi panutan bagi peserta didik kultur sekolah yang mengembangkan
untuk mencontohnya sebagai pembentukan pendidikan karakter melalui berbagai
karakter dalam dirinya atau yang lebih kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di
dikenal dengan moral doing. Hal tersebut sekolah, yaitu pengintegrasian dengan
juga sesuai dengan pernyataan Mulyasa pembelajaran, budaya sekolah, dan juga
(2013: 167) keteladanan adalah perilaku ekstrakurikuler. Seluruh anggota sekolah
dan sikap guru dan tenaga kependidikan baik siswa, guru, kepala sekolah, maupun
yang lain dalam memberikan contoh para staf karyawan dilibatkan dalam
terhadap tindakan-tindakan yang baik, kegiatan penanaman karakter. Dengan
sehingga dapat menjadi panutan bagi demikian diharapkan melalui pendidikan
peserta didik. Nilai karakter yang karakter yang diterapkan dapat membekali
ditanamkan melalui yaitu religius, peserta didik secara dini, agar memiliki
toleransi, disiplin, bersahabat/komunikatif, karakter yang baik dan dapat menjadi
cinta damai, dan tanggung jawab. contoh bagi generasi selanjutnya. Dengan
Penanaman nilai karakter di SD pendidikan karakter juga dapat membekali
Negeri 1 Sedayu juga dilakukan dalam peserta didik menjadi manusia yang baik
kegiatan seni tari. Kegiatan ini di masa datang dan juga berkarakter kuat.
dilaksanakan setiap hari Sabtu seusai Dalam mengembangkan pendidikan
pembelajaran. Tarian yang diajarkan karakter peserta didik hendaknya tidak
berupa gerakan tarian sederhana hanya mengajarkan secara teoritis, namun
disesuaikan dengan usia mereka. Dengan lebih difokuskan pada pembentukan nilai-
adanya seni tari ini diharapkan peserta nilai karakter yang dilakukan secara nyata.
didik memiliki budi pekerti yang halus,
sabar, sopan, dan santun karena untuk UCAPAN TERIMAKASIH
menari dibutuhkan kesabaran dan Dengan mengucap syukur kepada Allah
penghayatan gerakan. Juga agar peserta SWT, tulisan ini dapat terselesaikan.
didik mencintai kebudayaannya sendiri. Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian dan
PENUTUP penulisan artikel ini. Penulis mengucapkan
Pentingnya pendidikan karakter bagi siswa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
merupakan suatu keperluan yang tidak Bapak Dr. Ali Mustadi, M.Pd selaku dosen
terbantahkan lagi. Sekolah dituntut kami, Kepala Sekolah, Guru, siswa, serta
mendesain secara baik dan sungguh- seluruh warga sekolah SD N 1 Sedayu
yang telah memberikan kesempatan untuk Teach Respect and Responsibility.
melakukan penelitian. Penulis berharap New York: Bantam Books.
semoga tulisan ini bermanfaat. Lickona, Thomas. 2003. Educating for
Character: a comprehensive
DAFTARPUSTAKA approach.
Agustini dan Supraptiningrum. 2015. Lickona, T. 2013 Pendidikan Karakter:
Membangun Karakter Siswa Melalui Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Budaya Sekolah Menjadi Pintar dan Baik.
Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Jurnal Bandung:Nusa Media.
Pendidikan Karakter, Tahun V, Lickona, Thomas. 2014. Reflections on
Nomor 2 Murray, Lapsley, and Educating for
Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Buku Character in the 21st Century. Journal
Panduan Internalisasi Pendidikan of Character Education
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Mulyasa. 2013. Pengembangan dan
DIVA Press Implementasi Kurikulum 2013.
Budiningsih, Asri. 2008. Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta Murniyetti, Engkizar, dan Fuady
Suparman, Achmad. 2002. Ekonomi Lokal Anwar.2016. Pola Pelaksanaan
Dan Daya Saing Global. Jakarta: Bumi Pendidikan Karakter Terhadap Siswa
Aksara. Sekolah Dasar.Yogyakarta: Jurnal
Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan Karakter, Tahun VI,
Pendidikan Indonesia. Jakarta: Nomor 2
Ardadizya Jaya. Mustadi, Ali. 2011. Pendidikan Karakter
Daryanto dan Suryatri. 2013. Implementasi Berwawasan Sosiokultural
Pendidikan Karakter di Sekolah. (Sociocultural Based Character
Bandung:Gava Media. Education) di Sekolah Dasar, Daerah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Istimewa Yogyakarta (DIY).
1989. Undang-Undang RI Nomor 2 Yogyakarta: Jurnal Pendidikan
Tahun 1989 Tentang Sistem Karakter Berwawasan Sosiokultural
Pendidikan Nasional Beserta dinamika Pendidikan.
Penjelasan. Jakarta: Balai Pustaka https://www.google.co.id/url?sa=t&rct
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. =j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
Undang-Undang Nomor 20 Tahun cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiI4p
2003, Tentang Sistem Pendidikan m3t43XAhXExbwKHVqEBGAQFgg
Nasional, Jakarta: Depdiknas . mMAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.u
Hidayatullah, M. Furqon. 2010. ny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles
Pendidikan Karakter: Membangun %2Fpenelitian%2Fdr-ali-mustadi-
Peradaban Bangsa. mpd%2F7-artikel-pendidikan-
Surakarta: Yuma Pustaka karakter-berwawasan-sosio-kultural-
Hornby, A.S. dan Parnwell, E.C.1972. terbit-majalah-dinamika-pendidikan-
Lerner’s dictionary. Kuala Lumpur: 2011_2.pdf&usg=AOvVaw0mAlZA8
Oxford Unicersity J4NXDXy5VVSDJcE
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Piaget, Jean, & Barbel Inhelder. 2010.
Character, How Our Schools Can Psikologi Anak, Terj. Miftahul
Jannah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
Cet. 1.
Setiawati, Dian Ayu. 2016. Implementasi
Pendidikan Karakter Pada Peserta
Didik Di SD Negeri Sinduadi
2.Yogyakarta: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Edisi 8
Suhardi, Didik. 2011. Nilai Karakter.
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo
Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral & Budi
Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.

Anda mungkin juga menyukai