Anda di halaman 1dari 12

PERAN GURU DAN ORANG TUM MEMBENTUK KARAKTER JUJUR PADA

ANAK

Nikmah Rochmawati
UIN Walisongo Semarang
nikmahrahmawati@yahoo.com atau rahma_mewangi@walisongo.ac.id

Abstract
This paper is motivated by there are some dishonesty in the community, such as hoax news, hate speech,
prejudice, cheating, corruption, theft, fraud, robbery that cause anxiety, mutual suspicion and disharmony in social
life. Why does this happen? Because teachers at school and parents at home can not build honest characters to their
children. Therefore, this writing will describe how teachers and parents form an honest character in children. Stages
of character formation will be correlated with psychological theory. The results of the study found that to educate
an honest character, children are not only given cognitive knowledge about honesty, but also must touch the level of
affection domain and implemented in real behavior.

Keywords: teachers role; parents role; character; honest.

Abstrak
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya ketidak jujuran yang mewabah di masyarakat yaitu banyak sekali muncul
berita hoax, ujaran kebencian, prasangka, mencontek, korupsi, pencurian, penipuan, perampokan sehingga berdampak
pada keresahan, saling curiga dan ketidak harmonisan dalam hidup bermasyarakat. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Karena pembentukan karakter jujur pada anak tidak berhasil oleh guru di sekolah dan orang tua di rumah. Karena
itulah, tulisan inilah yang akan mendeskripsikan bagaimana cara guru dan orang tua membentuk karakter jujur pada
anak. Tahapan-tahapan pembentukan karakter akan dikorelasikan dengan teori psikologi. Hasil kajian menemukan
bahwa untuk membentuk karakter jujur, anak tidak hanya dibekali pengetahuan kognitif tentang kejujuran, tapi juga
harus sampai pada ranah afektif dan terimplementasi dalam perilaku nyata.

Kata kunci: peran guru; orang tua; karakter; jujur;

JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
1
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
nilai-nilai, juga memasukkan dunia nilai ke dalam jiwa
A. PENDAHULUAN anak. Pendidikan di sini, sebagai suatu bentuk hidup
Pendidikan merupakan tonggak peradaban, bersama, berarti pemasukan manusia muda ke alam nilai-
pembentuk karakter dan kepribadian serta nilai dan kesatuan antarpribadi yang mempribadikan.
merupakan salah satu kebutuhan primer manusia Mendidik adalah pertolongan atau pengaruh yang
untuk mengembangkan keunikan dan potensi yang diberikan orang yang bertanggung jawab kepada anak
dimilikinya. Baik itu pendidikan formal maupun non agar mereka menjadi dewasa (Driyarkara, 1980).
formal, pendidikan di sekolah maupun di rumah. Selain itu, pendidikan tidak hanya terpaku pada
Hal yang paling urgen dalam pendidikan informal transfer materi dari guru ke murid. Pendidikan harus
adalah pendidikan dalam keluarga. Keluarga merupakan utuh dan menyeluruh, meliputi semua aspek dalam
tempat pertama kali anak memperoleh pendidikan dan kehidupan manusia. Pendidikan harus berorientasi pada
merupakan pondasi dasar bagi terbentuknya karakter terbentuknya individu-individu yang memiliki karakter
dan kepribadian. Oleh karena itu, orang tua hendaknya atau jati diri (kepribadian) yang syamil (lengkap, utuh,
mampu mendidik anak-anaknya(Al-‘Akk, 2006) dan menyeluruh).
dapat menjadi role model yang baik. Tidak seperti halnya yang terjadi pada saat
Driyarkara menjelaskan bahwa orang sekarang ini, di mana manusia sudah kehilangan
pertama yang harus menjadi pendidik adalah orang tua. karakternya sebagai insan yang beradab dan berbudaya.
Orang tua bertanggung jawab mendidik anak-anaknya Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya berbagai tindakan
agar berkembang menjadi manusia dewasa yang utuh negatif-destruktif yang dilakukan oleh insan-insan
(Suparno, 2001). Oleh karena itu, pendidikan yang pendidikan kita. Mulai dari tawuran antar pelajar,
dilakukan orang tua terhadap anak sangat penting, demonstrasi mahasiswa yang berujung pada tindakan
karena kedua orang tua adalah manusia yang paling anarkis, maraknya tindakan asusila yang dilakukan
dekat dengan anak. para insan pendidikan kita, hingga pada membudayanya
Anak akan diarahkan baik atau jahat tergantung praktik korupsi yang dilakukan oleh insan sangat
pada orang tua. Ketika orang tua baik, anak akan terdidik kita. Hal ini terjadi karena karakter yang baik
menjadi baik, dan sebaliknya, ketika orang tua tidak baik, sudah hilang atau tergerus oleh lingkungan dan
anak juga akan kurang baik. Namun demikian, tidak peradaban yang semakin permisif. Hal ini bermula
hanya orang tua yang mempunyai kewajiban terhadap dari ketidakjujuran segala komponen bangsa ini
pendidikan seorang anak, tetapi juga lingkungan dan terhadap kondisi yang ada, bahwa ada hal yang salah
masyarakat yang ada di sekitarnya juga mempunyai dalam pola pendidikan di negeri ini.
tanggung jawab sosial dan moral untuk membentuk Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi
karakter seorang anak yang sesuai dengan harapan sosial. barikade yang kokoh untuk membentengi para insan
Selain itu, institusi pendidikan tentu adalah pelajar dan kaum terpelajar dari gerusan aksi negatif
pihak yang sangat penting setelah orang tua untuk seperti itu dinilai telah mengalami kemandulan.
membentuk karakter anak yang baik dan mampu Pendidikan tidak diarahkan untuk “memanusiakan
memberikan nafas pendidikan dalam kehidupan manusia” secara utuh dan paripurna, tetapi lebih
sehari-harinya. Karena memang anak juga banyak diorientasikan untuk mempertahankan jargon dan
menghabiskan waktunya di dalam institusi sekolah atau kepentingan kekuasaan semata. Selama mengikuti
pendidikan. Karena itu, tidak salah kiranya jika kita proses pendidikan, anak-anak bangsa negeri ini hanya
berbicara institusi pendidikan berarti juga berbicara sekadar menjadi objek ilmu pengetahuan yang serba
mengenai kehidupan, karena pendidikan merupakan pendiam dan penurut, sehingga kehilangan daya kreatif
proses yang dilakukan setiap individu menuju ke arah dan sikap kritis. Padahal menurut Driyarkara, inti
yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaannya. pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda.
Pendidikan berarti memasukkan anak ke alam Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan
JURNAL

2 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


manusia muda ke taraf insani (Driyarkara, 1980). pengaruh yang signifikan dalam menanamkan karakter
Sedangkan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa jujur dalam kehidupan anak? Lalu
pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan bagaimanakah peran dunia pendidikan dan orangtua
anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala dalam penanaman kejujuran anak didik? Hal inilah
kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar yang akan dibahas dalam tulisan ini.
mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota Tujuannya adalah agar bisa diketahui secara
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan jelas bagaimana peran pendidikan dalam menanamkan
setinggi-tingginya (Dewantara, 1977). karakter yang baik. Selain itu, juga bisa diketahui
Pendidikan karakter atau akhlak merupakan dengan baik bagaimana peran orangtua dan guru dalam
aspek pendidikan tersulit dalam dunia pendidikan secara menanamkan kejujuran pada diri anak didik.
umum. Hal itu karena pendidikan akhlak merupakan Hal ini berguna bagi penyiapan masa depan generasi
bagian dari pendidikan jiwa yang tidak dapat langsung penerus bangsa yang berkarakter dan jujur terhadap
dilihat oleh kasat mata seperti halnya pendidikan apa yang dilakukannya sehingga akan membawa bangsa
fisik. Walaupun pendidikan karakter merupakan ini kepada bangsa yang bermartabat, berkarakter,
pendidikan yang sangat sulit, tetapi pembentukan dan maju serta berperadaban yang baik.
karakter merupakan hal yang sangat urgen dan tidak
dapat diabaikan, karena karakter berkaitan erat dengan B. KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN DAN
kebahagiaan dan kesuksesan seseorang. PERKEMBANGAN ANAK
Oleh karena itu,wajib bagi para guru di sekolah Ada beberapa teori pembelajaran dan
dan orang tua di rumah untuk mendisik siswa dan putra- perkembangan anak yang sangat penting untuk diketahui
putrinya agar menjadi insan yang cerdas dan berakhlak dalam melihat peran orangtua dan guru dalam proses
mulia (Al-‘Akk, 2006). Oleh karena itu, bagaimana pun pendidikan ini.
kita harus terus memberikan pendidikan akhlak kepada 1.Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
anak didik generasi bangsa, meskipun akan mengalami Pada dasarnya, yang termasuk ke dalam
kendala yang cukup kompleks mengingat mendidik kelompok usia dini adalah kelompok usia 4-6 tahun
akhlak berarti mendidik jiwa. Sedangkan jiwa adalah yaitu usia sekolah Taman Kanak-Kanak Kelompok A
sesuatu yang tidak bisa diukur dengan pasti gerak dan dan Kelompok B. Karena itulah, menurut Lawrence
arahnya. Yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah Kohlberg, usia kemampuan penalaran moral anak usia
bagaimana memaksimalkan potensi jiwa tersebut agar 4-6 tahun adalah berada pada tahap penalaran moral
selalu diarahkan kepada potensi yang positif dan pra-konvensional. Usia penalaran Pra Konvensional
meminimalkan gerak jiwa yang mengarah kepada hal- dibagi menjadi dua tahap, yaitu (Slavin, 2009): (1) tahap
hal yang negatif. pertama adalah tahap orientasi hukum dan ketaatan (the
Salah satu karakter dan akhlak yang baik adalah punishment-obiedience level).
kejujuran. Kejujuran ini sangatlah mahal harganya Nalar anak dalam melakukan sesuatu tentang
saat ini. Praktik mencontek berawal dari sikap tidak baik dan buruk adalah berdasarkan rewards dan
jujur siswa. Mencuri dan melakukan hal-hal yang punishment yang dia terima. Konsekuensi fisik tindakan
tidak terpuji lainnya, juga berawal dari ketidakjujuran menentukan kebaikan dan keburukannya. (2) tahap
terhadap dirinya sendiri dan terlebih lagi terhadap orang kedua adalah tahap orientasi relativis instrumental. Apa
lain. Bahkan korupsi juga berawal dari ketidakjujuran yang benar adalah apa saja yang memuaskan kebutuhan
pelakunya. Hal itu semua adalah karakter tidak diri sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang lain.
baik yang dipertontonkan oleh insan-insan pendidikan Ada unsur-unsur keadilan dan ketimbalbalikan di sini,
di Indonesia. seperti: Kamu mencoret-coret buku saya, maka saya balas
Dari sini, hal yang menjadi persoalan adalah mencoret-coret bukumu. Balas dendam itu termasuk
sampai sejauh manakah pendidikan mampu memberikan
JURNAL
tahapan moral ini.
| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
3
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
2. Teori Pengondisian Operan BF. Skinner dua pengaruh lingkungan terhadap perilaku. Pertama,
Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam apa yang disebut dengan anteseden (peristiwa yang
proses melakukan sesuatu terhadap lingkungannya, mendahului perilaku), dan kedua, apa yang disebut
yang dalam artian sehari-hari berarti dia hidup di konsekuen (peristiwa yang mengikuti perilaku).
dalam dunia, yang melakukan apa yang dituntut oleh Hubungan ini dapat ditunjukkan secara sederhana
hakikat alamiah dirinya. Selama melakukan proses sebagai Antecedents-Behaviour-Consequences (ABC).
“operasi” ini, makhluk hidup tersebut pasti menerima Sebagai sebuah rangkaian, perilaku adalah sebuah proses
stimulan-stimulan tertentu yang disebut stimulan yang dari Consequences yang diberikan pada pada perilaku
menggugah. Stimulan-stimulan ini berdampak pada akan menjadi Antecedents bagi munculnya perilaku, dan
meningkatnya proses cara kerja tadi, yaitu perilaku- begitu seterusnya. Penelitian dalam pengondisian operan
perilaku yang muncul karena adanya penggugah. Inilah menunjukkan bahwa perilaku operan dapat diubah
yang dimaksudkan dengan pengondisian operan (operant dengan mengubah anteseden, konsekuen, atau di antara
conditioning) (Boeree, 2005), yang dicetuskan oleh BF. keduanya (Baharudin, 2007).
Skinner, salah satu teoretikus kalangan behavioris dalam Setelah melakukan berbagai eksperimen secara
dunia pembelajaran. berulang-ulang, Skinner berkesimpulan bahwa pada
Skinner membedakan tingkah laku responden, awalnya dalam jangka pendek, baik hukuman maupun
yaitu tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimulus yang imbalan, mempunyai efek mengubah dan menaikkan
jelas. Misalnya, kucing berlari kesana-kemari karena tingkah laku yang dikehendaki. Namun, dalam jangka
melihat daging. Karena itulah, perilaku operan adalah panjang, imbalan tetap berefek menaikkan, sedangkan
tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimulus yang hukuman justru tidak berfungsi. Artinya, antara imbalan
belum diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh dan hukuman tidak simetris (Suwarno, 2006).
organisme itu sendiri, dan belum tentu dikehendaki Dengan teori ini, dalam menanamkan
oleh stimulus dari luar. Misalnya, kucing berlari kesana- kejujuran, pemberian hadiah atau hukuman tertentu
kemari karena kucing itu lapar, bukan karena melihat akan memberikan efek yang signifikan pada awalnya.
daging (Rumini, 1993). Jika diberikan hadiah, anak akan mengeluarkan respon
Dalam pengondisian operan, menurut dengan berperilaku jujur. Tentu saja pemberian hadiah
Skinner, hal yang paling dipentingkan adalah respons. akan terus memberikan efek dalam jangka panjang, jika
Menurutnya, ada dua prinsip umum dalam kondisi ini, pemberian hadiah tersebut terus diberikan. Jadi, efek
yaitu: pertama, setiap respons yang diikuti stimulus pemberian imbalan atau hukuman ini tentu saja tidak
yang memberkuat reward (imbalan), akan cenderung akan membuat kejujuran akan menjadi tertanam dengan
diulangi. Kedua, stimulus yang memperkuat imbalan baik, karena ada imbalan yang menjadi pemicunya.
akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons Dari pemahaman ini, itu berarti itu pengondisian
operan. Dengan kata lain, imbalan akan mengakibatkan operan ini akan terjadi dalam dua kondisi: Pertama, siswa
diulanginya suatu respons (Suwarno, 2006). harus membuat respon, yaitu siswa harus melakukan
Pada dasarnya Skinner mendefinisikan belajar sesuatu. Kaum behavioris yakin bahwa hanya sedikit
sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dapat dicapai para siswa jika hanya duduk diam dan
yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses mendengarkan guru dengan pasif. Sebaliknya siswa akan
penguatan perilaku yang muncul, yang biasanya disebut belajar lebih banyak ketika mereka membuat respons yang
dengan pengondisian operan. aktif dan jelas di kelas. Kedua, penguat harus berdekatan
Perilaku, seperti respons dan tindakan, adalah (kontingensi) dengan respon pembelajar, yaitu penguat
sebuah kata yang secara sederhana menunjukkan seharusnya terjadi ketika dan hanya ketika respon yang
apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu. diinginkan telah terjadi. Guru dalam hal ini seharusnya
Secara konseptual, menurut Skinner, perilaku dapat memberikan penguatan pada perilaku-perilaku yang
dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang membawa diinginkan untuk dimiliki para siswa (Ormrod, 2009).
JURNAL

4 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


Jika kita ingin siswa berperilaku jujur, guru yang diamati melakukan sesuatu, atau juga melalui
seharusnya memberikan penguatan pada perilaku- model simbolik (symbolic models), yaitu karakter
perilaku jujur siswa ketika perilaku-perilaku jujur nyata atau fiksi yang digambarkan dalam buku, film,
tersebut muncul. Pada saat yang sama, guru seharusnya TV, dan melalui berbagai media lain (Ormrod, 2009).
berhati-hati untuk tidak memberikan penguatan pada Misalnya, siswa dapat mempelajari perilaku jujur dengan
perilaku-perilaku tidak jujur yang ditampilkan siswa. mempelajari perilaku tokoh terkenal dalam sejarah atau
Jika guru secara berulang membiarkan Roni mencuri, mengenai orang-orang yang telah meraih hal-hal besar,
dan sering mengijinkan Desy curang ketika bermain, seperti Albert Einstein, Muhammad Hatta, dan lain
maka guru berarti memberikan penguatan dan bahkan sebagainya.
meningkatkan perilaku tidak Jujur Roni dan Desy.
3. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning) Albert C. MEMAHAMI KARAKTER, KEJUJURAN,
Bandura DAN ANAK
Banyak perubahan perilaku terjadi disebabkan Dalam UU Pendidikan Nasional No. 20
karena hasil dari pengamatan/observasi terhadap orang Tahun 2003 pada Pasal 3 dinyatakan bahwa:
lain. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa para siswa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
tidak harus ‘bereksperimen’ secara trial and error, karena kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
siswa dapat menguasai banyak perilaku atau respon baru bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
hanya dengan mengamati perilaku orang lain atau model kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
(learning by observation) (Ormrod, 2009). potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
Dalam hal ini, belajar adalah proses internal, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang bisa jadi direfleksikan dalam perilaku dan mungkin berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
juga tidak (Learning as an internal process that may or dan menjadi warga negara yang demokratis serta
maynot be reflected in behavior). Contohnya adalah bertanggung jawab” (Depdiknas, 2003).
anak melihat perilaku tidak jujur dari gurunya. Mungkin Dari kutipan di atas dengan jelas menyatakan
pada saat kecil tidak langsung menirukan gurunya untuk bahwa akhlak mulia merupakan aspek penting dalam
berperilaku tidak jujur, tetapi dapat ditunda saat ia mendidik anak. Bahkan suatu bangsa yang berkarakter
remaja sehingga pada akhirnya akan ikut berperilaku juga ditentukan oleh tingkat akhlak bangsanya. Selain
tidak jujur. itu, Pasal 3 ini juga menyatakan tentang pembentukan
watak dan ini tentu merupakan sebuah upaya untuk
Menurut bandura, perilaku bisa mengarah membentuk karakter (Hidayatullah, 2010). Hal inilah
pada suatu tujuan tertentu (goal-directed behavior). yang seharusnya diperhatikan bagi dunia pendidikan.
Contohnya: siswa akan berkata jujur agar disayang Secara harfiah karakter merupakan kualitas
gurunya. Selain itu, menurut Bandura, perilaku diatur mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi
dan dikontrol oleh dirinya sendiri (self-regulated of (Hornby, 1972), dan ini jelas merupakan nilai-nilai
behavior), yaitu siswa mau berperilaku jujur atau tidak universal yang harus digali dan diperjuangkan oleh
tergantung pada motivasi masing-masing. Reinforcement setiap individu untuk bisa meningkatkan kualitas
dan punishment cenderung berpengaruh tidak langsung kehidupannya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian,
terhadap perilaku (Indirect effects of reinforcement and karakter merupakan ciri dasar melalui mana pribadi
punishment). Dalam hal ini, Bandura menyatakan bahwa itu memiliki keterarahan ke depan dalam membentuk
orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan dirinya secara penuh sebagai manusia dengan apa pun
tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang pengalaman psikologis yang dimilikinya (Koesoema,
diterima (Ormrod, 2009). 2010).
Perilaku peniruan atau proses imitasi itu dapat Menurut Hermawan Kertajaya, karakter
melalui model hidup (live models), yaitu manusia nyata
JURNAL
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
5
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar kepada anak didik adalah kejujuran. Kejujuran adalah
pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Ciri khas inilah yang diingat oleh orang lain dan Jujur dalam Bahasa Arab mengandung arti benar
menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap (siddiq). Benar makananya adalah benar dalam perkataan
individu tersebut (Kertajaya, 2010). Dengan demikian, dan benar dalam perbuatan (Ya’cub, 1983). Berlaku
karakter menjadi sebuah evaluasi terhadap kualitas jujur dengan perkataan dan perbuatan mengandung
moral individu. Ia bisa juga menyatakan sebuah ragam makna bahwa dalam berkata harus sesuai dengan yang
atribut termasuk eksistensi kekurangan kebajikan seperti sesungguhnya, dan sebaliknya jangan berkata yang tidak
integritas, keberanian, keuletan, kejujuran, dan loyalitas, sesuai dengan yang sesungguhnya.
atau perilaku atau kebiasaan baik. Ketika seseorang Perkatan itu sendiri disesuaikan dengan tingkah
mempunyai karakter moral, maka itu utamanya merujuk laku perbuatan. Rasa saling percaya itu hanya tercipta
pada kumpulan kualitas yang membedakan satu individu karena ada kejujuran di antara masing-masing pihak.
dengan individu lainnya. Sebaliknya, perbuatan bohong akan menimbulkan rasa
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam saling membenci antara sesama teman.
konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad ke- Rasa saling mempercayai antar sesama akan
18. Terminologi ini biasanya mengacu pada sebuah hilang, dan akan tercipta suatu bentuk masyarakat
pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang tidak berlandaskan asas saling tolong-menolong
yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif. atau gotong royong. Apabila bohong sudah merajalela
Yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai transenden ke dalam tubuh masyarakat, hilanglah rasa senang dan
yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik keakraban antara anggota-anggotanya.
bagi individu maupun bagi sebuah perubahan sosial Mengingat dampaknya yang sangat negatif dan
(Koesoema, 2010). membahayakan masyarakat, Islam melarang berbohong
Karakter adalah sebuah kata yang berasal dari dan menganggap perbuatan ini sebagai perbuatan dosa
bahasa Latin yang artinya “dipahat” (Rutland, 2010). besar. Allah Swt. menegaskan:
Namun, berbeda dengan hal itu, kata karakter juga “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
berasal dari bahasa Yunani “Karasso” yang berti “cetak orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS.
biru”, “format dasar”, “sidik” seperti dalam sidik jari Al-Mu’min: 28)
(Koesoema, 2010). Dalam firman yang lain, Allah menyatakan:
Dari pengertian secara bahasa ini, “Kemudian marilah kita bermubahalah (bersumpah)
kita bisa mengambil pemahaman bahwa karakter itu kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah
bisa merupakan sesuatu yang telah tercetak atau bisa ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS. Ali
juga yang masih berada dalam proses cetak. Hal yang Imran [3]: 61).
sudah tercetak ini merupakan aspek genetika dan juga Bahkan kejujuran ini menjadi salah satu syarat
pemberian dari Allah Swt., sedangkan yang masih dalam menjadi orang yang bertakwa, dan hal ini bisa dilihat
proses adalah sesuatu yang harus diusahakan dan salah dalam firman Allah Swt..:
satunya adalah dengan pendidikan baik itu formal “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
maupun informal, terutama diterapkan kepada anak. Allah, dan
Anak adalah anak yang masih berada dalam hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS.
proses pembentukan dan pematangan karakter, sehingga At-Taubah [9]:
akan sangat tepat jika penanaman karakter dan sifat yang 119). Juga ditegaskan oleh Allah SWT dalam
baik itu dilakukan pada anak. ayat berikut: “Sesungguhnya yang mengada-adakan
Salah satu karakter baik yang harus ditanamkan kebohongan, hanyalah orang-
JURNAL

6 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan menutupinya.
mereka itulah
orang-orang pendusta.” (QS. An-Nahl: 105). D. PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM
PENANAMAN KARAKTER JUJUR PADA
Karena begitu pentingnya kejujuran ini, ANAK
Rasulullah juga memberikan keteladanan akan sifat Peran orangtua dan guru adalah hal yang sangat
kejujuran ini. Bahkan Rasulullah sendiri adalah sosok penting dalam proses penanaman karakter jujur pada
orang yang dapat dipercaya sehingga mendapatkan gelar anak. Orangtua adalah pendidik yang paling utama di
al-amin atau orang yang dapat dipercaya. dalam lingkungan rumah tangga, sedangkan guru adalah
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. Bersabda: pendidik formal yang akan menanamkan karakter jujur
Dari Ibnu Mas’ud r.a., Nabi Saw. bersabda: tersebut di sekolah.
“Sesungguhnya Kejujuran itu menunjukkan kepada Kolaborasi dan kesinambungan pendidikan
kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke di antara keduanya akan sangat penting artinya bagi
syurga dan sesungguhnya seseorang selalu berbuat jujur pengembangan karakter baik pada diri anak didik itu
sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang sendiri. Kesadaran akan hal inilah yang harus diperbaiki
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada terlebih dahulu agar terjadi keselarasan dalam pola
Kejahatan dan sesungguhnya Kejahatan itu menunjukkan pendidikannya. Karena itu, peran komite sekolah yang
kepada neraka dan sesungguhnya seseorang yang selalu akan menjembatani antara sekolah dengan orangtua
berdusta maka dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang akan menjadi vital.
yang pendusta” (Muttafaq ‘alaih) (Al-‘Asqalani, 1997). Menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002,
Dari Abu Muhammad Al Hasan Bin Ali r.a., Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
ia berkata bahwa aku menghafal hadits dari Nabi Saw., peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
yaitu: “Tinggalkanlah olehmu apa saja yang kamu mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
ragukan dan beralihlah kepada yang tidak kamu ragukan, di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah,
sesungguhnya kejujuran itu ketenangan dan kedustaan jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di
itu kebimbangan.” (HR.Tirmidzi) luar sekolah.
Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Dengan demikian, dalam ranah perundang-
sebuah hadis yang panjang dalam menguraikan ceritera undangan di Indonesia, komite sekolah merupakan
Raja Heraclius. Heraclius berkata: “Maka apakah yang salah satu dari bentuk peran serta masyarakat dalam
diperintah olehnya?” Yang dimaksud ialah oleh Nabi meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
Saw. meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
“Pertanda orang yang munafik itu ada tiga: apabila Dalam menjalankan tugasnya ini, komite
berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya, sekolah dibantu oleh dewan pendidikan. Berdasarkan
dan apabila dipercaya berbuat khianat” (HR Bukhari Kepmendiknas No. 044/U/2002 tersebut, tujuan
dan Muslim) dibentuknya Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
Dari beberapa hadist di atas, bersikap jujur pertama, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
dalam segala hal akan membawa manfaat dan kebaikan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
yang besar dalam kehidupan. Secara psikologis, orang operasional dan program pendidikan di satuan
jujur tidak akan terbebani oleh perasaan bersalah pendidikan; kedua, meningkatkan tanggung jawab
kepada dirinya sendiri, juga tidak menentang nuraninya. dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
Sebaliknya kebohongan akan sangat mengganggu pendidikan di satuan pendidikan; ketiga, menciptakan
suasana hati pelakunya, karena biasanya satu kebohongan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
memerlukan kebohongan-kebohongan lain untuk
JURNAL
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
7
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. a. Kompetensi Pedagogik
Adapun peran Komite Sekolah bisa dijabarkan Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005
sebagai berikut: pertama, pemberi pertimbangan tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan pedagogik adalah “Kemampuan mengelola pembelajaran
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; kedua, peserta didik”. Depdiknas menyebut kompetensi
agen pendukung (supporting agency), baik yang ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
ketiga, agen pengontrol (controlling agency) dalam melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan
keempat, agen mediator antara pemerintah (eksekutif) b. Kompetensi Kepribadian
dengan masyarakat di satuan pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas
Dengan tugas dan fungsi tersebut, komite utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian
sekolah berarti menjadi jembatan penghubung antara yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
orangtua/masyarakat dengan sekolah. Komunikasi pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian
di antara kedua komponen pendidikan ini sangatlah yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan
penting sehingga akan memberi dampak yang signifikan teladan yang baik terhadap anak didik, sehingga guru
terhadap pendidikan anak didik. Jalinan komunikasi akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati
inilah yang kemudian akan memaksimalkan peran di nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh
antara keduanya, yaitu peran orangtua dan guru dalam sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan
mendidik para anak didik. faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Dalam hal ini, Zakiah Darajat menegaskan
1. Peran Guru dalam Penanaman Karakter Jujur bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah
bagi Anak ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
Sebagai pendidik yang memiliki wewenang didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur
penuh dalam mendidik anak di sekolah, guru harus bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik
mempunyai kompetensi yang memadai terlebih dahulu. yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang
Hal ini penting mengingat kompetensi guru yang baik mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah) (Syah,
akan memberikan dampak yang positif bagi pendidikan 2000).
anak didik. Dengan berkompetensi, guru mempunyai
rasa percaya diri dan kemampuan untuk bisa memberikan c. Kompetensi Profesional
pendidikan yang efektif dan efisien di dalam kelas. Guru Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005
juga akan memiliki keteladanan yang memadai agar bisa tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional
digugu dan ditiru oleh anak didik. adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran
Agar bisa menjadi profesional, seorang guru secara luas dan mendalam”. Dalam hal ini, Muhammad
harus mempunyai kompetensi sebagai guru profesional. Surya mengemukakan bahwa kompetensi profesional
Dalam hal ini, menurut Undang-Undang No. 14 adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional (Surya,
(1), dinyatakan bahwa kompetensi guru itu meliputi 2013). Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, keahlian dalam bidangnya, yaitu penguasaan bahan yang
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung
diperoleh melalui pendidikan profesi. jawab akan tugasnya, dan rasa kebersamaan dengan
sejawat guru lainnya.
JURNAL

8 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


memiliki peluang untuk memberikan pelayanan yang
d. Kompetensi Sosial berkorelasi dengan problem dan kebutuhan siswa;
Menurut Undang-undang Guru dan ketujuh, guru mempunyai peluang untuk mendapatkan
Dosen, kompetensi sosial adalah kemampuan guru informasi tentang siswa dan potensinya; kedelapan,
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan guru menjalin komunikasi dengan orang tua siswa
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ dan pranata masyarakat; kesembilan, guru mempunyai
wali anak didik, dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, kedekatan dengan siswa untuk memudahkan guru
Muhammad Surya mengemukakan kompetensi sosial dalam berkomunikasi dengan siswa (Purnama, 2006).
adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang Dengan sembilan potensi tersebut, pada
agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain akhirnya guru mempunyai kesempatan dan potensi
(Surya, 2013). Dalam kompetensi sosial ini termasuk yang baik untuk memberikan penanaman karakter
keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan jujur kepada anak didik. Untuk bisa mengarah ke sana,
tanggung jawab sosial. ada beberapa hal yang harus dilakukan guru, yaitu
Dengan keempat kompetensi tersebut, guru akan (Yusuf, 1989):
mampu memfungsikan perannya secara maksimal di Pertama, guru dapat menjadi teladan untuk
dalam kelas dan akan mampu menjadikan dirinya sebagai siswa dalam berperilaku, bertutur kata dan beragama.
guru profesional yang sejati. Keempat kompetensi ini Kedua, guru seyogyanya mengerti dan
menggambarkan kapasitas komplet guru, yang meliputi menghargai keunikan siswa baik kelebihan maupun
aspek kemampuan keilmuan, aspek kematangan sosial, kekurangannya, pendapatnya, tidak mencemoohnya,
dan juga aspek kematangan kepribadian. memberikan reward dan pujian yang memadai atas
Mengingat dalam kajian ini adalah berkaitan prestasi yang dicapai siswanya.
dengan penanaman karakter jujur, maka keempat Ketiga, guru membimbing siswanya dengan
kompetensi tersebut sangatlah vital. Guru harus cara menciptakan suasana kelas yang rileks dan mampu
mempunyai kepribadian yang baik, terutama harus menstimulasi perkembangan siswa, menginformasikan
menanamkan kejujuran kepada dirinya sendiri, sehingga cara belajar efektif, melakukan sosialisasi peraturan
nantinya aspek keteladanan ini akan ditiru oleh anak didik. sekolah agar dapat dipahami oleh siswa manfaat dan
Dengan demikian, kompetensi kepribadian merupakan tujuannya, menciptakan budaya belajar dan karakter
hal yang sangat vital untuk dimiliki dan dimatangkan yang baik
oleh guru, agar nantinya pada saat diterapkan kepada Dalam proses penanaman karakter jujur
anak didik akan mampu dilaksanakan dengan baikoleh kepada anak didik, langkah-langkah yang bisa
anak didik. dilakukan guru adalah sebagai berikut: Pertama,
Dengan memiliki keempat kompetensi di atas, mengimplementasikan pembiasaan sikap dan perilaku
guru diharapkan dapat memberikan pendidikan dan jujur di sekolah. Untuk menumbuhkan sikap dan
bimbingan yang memadai kepada anak didik. Untuk perilaku jujur, tidak cukup hanya dibekali pengetahuan
itu, ada beberapa hal potensi yang harus dimiliki dan dan cerita tentang kejujuran, tetapi dibutuhkan
diperhatikan, yaitu: pertama, guru wajib peduli terhadap pembiasaan sikap dan perilaku sehari-hari sehingga
kebutuhan dan problem yang dihadapi siswanya; kedua, muncul refleks dalam berperilaku jujur.
guru adalah insan pertama yang mengetahui masalah Mendidik karakter adalah menanamkan nilai
adaptasi yang dihadapi siswanya; ketiga, guru mengontrol kepada siswa. Untuk menanamkan nilai, tidak cukup
kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan hanya melalui ranah kognitif, tetapi harus sampai
siswa; keempat, guru mempunyai kesempatan untuk pada ranah afektif dan psikomotorik. Karena nilai
mengimplementasikan program hasil konsultasi siswa atau values adalah berada pada ranah afektif, bukan
dengan penyuluh; kelima, guru mempunyai peluang pada ranah kognitif. Tetapi untuk sampai pada ranah
untuk melakukan terapi kelompok; keenam, guru
JURNAL
afektif, harus melalui ranah kognitif terlebih dahulu
| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
9
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
yaitu berupa penjelasan dan pengetahuan tentang 2. Peran Orang Tua dalam Penanaman Karakter
kejujuran. Selanjutnya diikuti dengan organizing values Jujur bagi Anak
dan internalizing values. Peran orangtua dalam penanaman karakter
Kedua, memberikan kesadaran dan keyakinan jujur pada anak ini lebih banyak kepada bagaimana
bahwa Tuhan Maha Melihat. Jelaskan pada anak bahwa memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak
apapun yang kita lakukan, dimanapun berada, Tuhan tentang pentingnya kejujuran dalam kehidupan. Tentu
akan selalu melihat dan mencatat seluruh perilaku kita saja hal ini harus diteladankan oleh orangtua untuk
walaupun manusia tidak melihatnya. selalu berlaku jujur di hadapan anak-anak, terutama
Ketiga, Menyadarkan anak bahwa kejujuran itu lebih pada anak yang masih dalam usia dini. Pada usia ini,
nikmat daripada kebohongan. Karena kejujuran anak sering kali meniru apa yang ada di lingkungannya,
dapat menghantarkan pada kedamaian, kenyamanan, terutama orangtuanya. Jika orangtua berlaku jujur, anak
ketenangan dan kebahagiaan hidup. tentu akan meniru orangtuanya. Begitu juga sebaliknya,
Dengan ketiga hal tersebut, paling tidak proses anak akan meniru ketidakjujuran orangtua saat orangtua
penanaman karakter jujur itu akan bisa dilaksanakan. berlaku tidak jujur kepada anaknya atau kepada orang
Tapi hal ini tentu harus dimulai dari guru itu sendiri yang lain yang dilihat dan didengar anaknya.
harus memiliki empat kompetensi guru sehingga akan Dalam hal ini, ada beberapa hal yang bisa
memberikan keteladanan yang baik pada anak didik. dijalankan orangtua yang bisa menggambarkan peran
Selain itu, guru awalnya bisa memberikan orangtua dalam penanaman karakter jujur kepada
stimulan dengan cara memberikan hadiah atau anaknya. Pertama, tumbuhkan kesadaran bahwa
penghargaan tertentu kepada anak yang sudah berlaku berbohong adalah hal yang sangat berbahaya. Jelaskan
jujur. Hal ini tentu sesuai dengan teori pengondisian secara detail dan berikan contoh konkret dalam
operan yang dicetuskan B.F. Skinner. Namun, pemberian kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dan dipahami
hadiah atau penghargaan itu tidak boleh terus dilakukan, anak. Kedua, jangan sungkan untuk meminta maaf
karena akan menanamkan pada pikiran anak didik bahwa pada anak kalau kebetulan orang tua berbuat salah, lupa
kejujuran itu bisa dibeli atau dikompensasi dengan hadiah dengan janji yang telah dibuat, dan sebagainya. Ketiga,
atau penghargaan. Hal ini tentu memberikan preseden jawab pertanyaan anak dengan benar sesuai dengan
buruk nantinya. Karena itu, teori pembelajaran dengan tahapan usia perkembangannya. Apapun yang ingin
mengedepankan reward and punishment seperti yang ditanyakan anak menunjukkan bahwa sudah saatnya anak
diberikan oleh Kohlberg tentu saja harus dibatasi, dan mengetahui berbagai hal. Tinggal kemampuan orang tua
tidak boleh diberikan terus-menerus, tapi hanya sebagai menjelaskan dengan kalimat yang dimengerti oleh anak-
stimulan saja seperti apa yang dinyatakan Skinner. anak. Keempat, berikan perhatian yang cukup pada anak.
Selain itu, teori pembelajaran sosial juga Perhatian dan pengawasan memiliki peranan penting
sangat penting, dan hal ini tentu terkait dengan tingkat dalam membentuk kepribadian anak. Tentu saja tanpa
kompetensi guru, khususnya kompetensi kepribadian membuat anak merasa selalu dimata-matai oleh orang
guru, yang akan memberikan keteladanan terhadap anak tuanya. Kelima, orangtua bisa membacakan buku yang
didiknya. Pada dasarnya, guru adalah sosok yang patut menceritakan perilaku jujur, kemudian mendiskusikan
untuk ditiru dan digugu oleh anak didiknya, sehingga pemahaman tentang jujur, mengapa harus jujur, contoh
guru menjadi model pembelajaran yang akan terus- perilaku jujur dan tidak jujur, bagaimana jika ada teman
menerus diamati anak didik dalam proses pembelajaran yang tidak jujur? Keenam, menerapkan sikap jujur saat
di sekolah. Karena itulah, jika guru tidak memiliki bermain, belajar, berinteraksi dengan orang tua, guru,
empat kompetensi menjadi guru profesional, tentu saja teman, saudara, dan sebagainya dengan cara menghargai
akan memberikan dampak yang tidak baik bagi proses sikap jujur anak yang ditunjukkan anak dengan cara
penanaman karakter yang baik pada anak didik. menguatkan melalui kalimat, misalnya: ”terima kasih
kamu sudah jujur.”JURNAL

10 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


Itulah beberapa peran dan langkah yang bisa harus diarahkan ke arah yang positif dan baik, terutama
dipraktikkan orangtua dalam menanamkan karakter terkait dengan penanaman kepribadian yang baik, seperti
jujur kepada anaknya. Yang paling penting dalam hal berlaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
ini adalah bagaimana menanamkan kejujuran tersebut Karena itulah, guru harus proaktif terhadap hal
sebagai sebuah pengetahuan yang baik pada anak, ini. Guru harus segera mengingatkan dan memperbaiki
sehingga hal ini akan memunculkan kesadaran akan jika ada perilaku yang tidak jujur di kelas, seperti: ketika
pentingnya bersikap jujur tersebut dalam kehidupan anak bermain curang, berkata bohong, meminjam tanpa
sehari-hari. Karena itulah, pada prosesnya ini harus minta ijin, mencuri, tidak mau mengakui kesalahan
dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan dan dan tidak mau meminta maaf, dan sebagainya. Selain
suasana yang aman dan nyaman. itu, pemberian hukuman bisa diberikan pada anak
Dari penjelasan di atas, peran guru dan orangtua yang berbuat kesalahan. Namun pemberian hukuman
memang sangat penting dalam proses penanaman merupakan pilihan yang paling akhir dan diberikan
karakter jujur pada anak. Pada prosesnya, guru dan mulai dari yang paling ringan. Hukuman bisa diberikan
orangtua bisa melakukan penanaman nilai-nilai sikap jika anak telah memahami konsep baik buruk dengan
jujur tersebut. Setiap nilai sikap yang telah dimasukkan benar.
ke dalam rencana pembelajaran harus diterapkan secara
berkelanjutan. Penanaman nilai sikap terus diterapkan E. PENUTUP
dalam bentuk pembiasaan yang direncanakan secara Penanaman karakter jujur pada anak itu sangat
matang oleh satuan Pendidikan Anak (PAUD). penting dilakukan untuk bisa membentuk masa depan
Sikap yang diterapkan dimasukkan dalam Rencana generasi penerus bangsa yang jujur dan tidak berperilaku
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) atau dalam menyimpang dalam kehidupan dirinya sendiri maupun
Standar Operating Procedure (SOP) harian dari pagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena
hingga anak pulang sekolah. itulah, peran guru dan orangtua dalam menanamkan
Yang paling penting adalah guru harus menjadi karakter jujur ini sangat penting.
model yang baik untuk anak, sehingga anak dapat Agar bisa efektif dan efisien, guru harus memiliki
mencontoh perilaku jujur melalui perilaku guru. Selain empat kompetensi agar bisa memberikan keteladanan
itu juga guru dapat menampilkan kisah atau dongeng yang baik kepada anak didik. Sedangkan orangtua
atau film yang menceritakan tentang manfaat dan juga harus memiliki pemahaman dan pengetahuan
manisnya kejujuran, agar anak dapat memahami dan yang memadai serta kepribadian yang baik agar bisa
meniru bahwa perilaku jujur itu menyenangkan dan memberikan keteladanan kepada anak, terutama terkait
banyak manfaatnya, di antaranya disayang teman, guru, dengan masalah kejujuran. Ada banyak langkah yang bisa
orang tua dan orang-orang di sekitar. Selain itu juga dijalankan, dan yang paling penting adalah bagaimana
dengan berperilaku jujur, seseorang akan banyak teman, menanamkan kesadaran yang utuh kepada anak agar
dipercaya dan dihormati serta dihargai. menjadikan kejujuran sebagai sebuah hal yang positif
Anak didik adalah makhluk yang memiliki kreatifitas bagi kehidupannya, sehingga anak mampu memiliki
dan serba aktif yang menuntut agar dalam pendidikan pemahaman akan perbedaan karakter baik dan buruk
anak benar-benar dibimbing dan diarahkan agar ia serta apa konsekuensinya dalam kehidupan.
dengan sendirinya juga menampakkan kreatifitasnya. Di
dalam proses belajar mengajar anak harus diperhatikan DAFTAR PUSTAKA
dan diposisikan sesuai dengan kemampuannya, serta
pendidikan hendaknya lebih bersifat menolong Al-‘Akk, Syekh Khalid bin Abdurrahman, 2006,
berkembangnya pikiran kritis, tidak hanya berupa Cara Islam Mendidik Anak,
pemberian materi pelajaran yang tidak memenuhi kepada Yogyakarta: Ad-Dawa’
apa yang dibutuhkan anak. Karena itulah, kreativitas itu
JURNAL
al-‘Asqalani, Ibn Hajar, 1997, Bulughul
| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
11
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
Maram, Penerj. Machfuddin Aladif, Semarang: dan Praktik, Edisi kesembilan, Jilid I, Jakarta: PT
Toha Putra Indeks
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar Suparno, Paul, 2001, Pendidikan Demokrasi,
dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Yogyakarta: Sanata Dharma Press
Baqi, Muhammad Fu`ad ‘Abdul, tth, Al-Mu’jam al- Surya, Muhammad, 2003, Psikologi Pembelajaran dan
Mufahras li al-Faz al-Quran al-Karim, Juz. I, Pengajaran, Bandung: Yayasan Bhakti Winaya
Indonesia: Maktabah Dahlani Suwarno, Wiji, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,
Barnadib, Imam, 1988, Dasar-Dasar Pendidikan Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Perbandingan, Yogyakarta: Institut Press, IKIP Syah, Muhibbin, 2000, Psikologi Pendidikan dengan
Yogyakarta Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Boeree, C. George, 2005, Sejarah Psikologi: Dari Masa Rosdakarya
Kelahiran sampai Masa Modern, Penerj. Abdul Ya’cub, Hamzah, 1983, Etika Islam, Bandung:
Qodir Shaleh, Yogyakarta: Prismasophie Diponegoro
Depdiknas, 2003, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Yusuf LN, Syamsu, 1989, Disiplin Diri dalam Belajar
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Dihubungkan dengan Penanaman Disiplin yang
Beserta Penjelasannya, Yogyakarta: Media Wacana Dilakukan Orang Tua dan Guru,” Tesis, FPS IKIP
Dewantara, Ki Hajar, 1977, Bagian Pertama Pendidikan, Bandung
Yogyakarta: MLTS
Driyarkara, 1980, Driyarkara Tentang Pendidikan,
Yogyakarta: Yayasan Kanisius
Hidayatullah, M. Furqon, 2010, Pendidikan Karakter:
Membangun Peradaban Bangsa, Surakarta: UNS
Press
Hornby, A.S., dan E.C. Parnwell, 1972, Learner’s
Dictionary, Kuala Lumpur: Oxford University
Press
Kepmendiknas nomor 044/U/2002.
Kertajaya, Hermawan, 2010, Grow With Character: The
Model Marketing, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Koesoema A., Doni, 2010, Pendidikan Karakter: Strategi
Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta:
Grasindo
Lampiran Kepmendiknas nomor: 044/U/2002.
Ormrod, Jeanne Ellis, 2009, Psikologi pendidikan, Jilid
1, Jakarta: Erlangga
Purnama, Diana Septi, 2006, Upaya Guru dalam
Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa, dalam
Jurnal Paradigma, No. 01 Th. I, Januari
Rumini, Sri, 1993, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta:
UPP IKIP Yogyakarta
Rutland, Mark, 2009, Karakter itu Penting, Penerj. Ly
Yen, Jakarta: Light Publishing
Slavin, Robert E., 2009, Psikologi Pendidikan: Teori JURNAL

12 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai