Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STUDI SOSIAL AUD


"Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Keluarga, Guru
Dan Masyarakat Di Era Teknologi”

Disusun Oleh
Kelompok 3
Anjelia Riski Fadilah (19022005)
Lina Oklian Wanli (19022024)
Mutiara Nur Alifa (19022029)
Putri Rahmadani (19022033)

Dosen Pengampu: Dra. Hj. Izzati, M pd

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

23 September 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Keluarga, Guru Dan Masyarakat Di
Era Teknologi”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu pada mata kuliah Studi Sosial AUD. yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 23 September 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Keluarga......................3


B. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Guru dan
Masyarakat di Era Teknologi..............................................................9

BAB III PENUTUP .....................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala
aspeknya. Pendidikan merupakan suatu yang integral dari kehidupan.
Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan
membentuk latihan, jadi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia secara
individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang
berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat
berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja
lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga,
sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil
dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan
generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab
semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan
kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR”
yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi
karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa
manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang
berkarakter baik, sebab menurut Aristoteles (dalam Megawangi, 2003), hal
itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat.
Oleh karenanya dalam makalah ini akan dibahas tentang peran pendidik
(guru dan orang tua) terhadap pengembangan karakter anak khususnya
anak usia dini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pembentukan karakter anak usia dini oleh
keluarga?
2. Apakah yang dimaksud dengan pembentukan karakter anak usia dini oleh
guru dan masyarakat di era teknologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pembentukan karakter anak usia dini oleh keluarga.
2. Menjelaskan tentang pembentukan karakter anak usia dini oleh guru dan
masyarakat di era teknologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Keluarga


1. Pengertian karakter

Arti karakter dari sisi bahasa, antara lain: “character” (Latin) berarti
instrument of narking “charessein” (Prancis) berarti to engrove
(mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci, “watak” (Indonesia)
berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku; budi pekerti;
tabiat; perangai dan secara terminologi karakter adalah sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit.
Megawangi (2003), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
karakter baik adalah yang memiliki kualitas karakter yang meliputi
sembilan pilar, yaitu (1) cinta tuhan dan segenap ciptaan-nya; (2)
tanggung jawab, disiplin dan mandiri; (3) jujur/amanah dan arif; (4)
hormat dan santun; (5) dermawan, suka menolong, dan gotong-royong;
(6) percaya diri, kreatif dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan adil; (8)
baik dan rendah hati; (9) toleran, cinta damai dan kesatuan.
Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor
bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para ahli
psikologi perkembangan, setiap manusia memiliki potensi bawaan yang
akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait
dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan (Latifah, 2008). Sejalan dengan
hal itu Confusius menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan
pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia
dapat berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi,
2003).

3
Berdasarkan gambaran tersebut, meskipun setiap anak dilahirkan
dengan pembawaan yang baik namun dalam perkembangannya dia
membutuhkan lingkungan yang baik pula untuk dapat menghasilkan
karakter yang baik pula. Oleh karenanya tampaklah betapa pentingnya
pendidikan karakter pada anak sedini mungkin agar pada saat dewasa
nantinya dia memiliki karakter yang baik.

2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter


Karakter ialah perilaku nilai-nilai manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang maha Esa, sesama manusia, lingkungan, diri sendiri, dan
kebangsaan yang terwujud didalam adat istiadat, budaya, tata karma,
hokum, pemikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama.
Lickona mengatakan bahwa karakter pendidikan ialah suatu upaya
yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga seseorang tersebut
dapat melakukan nilai-nilai etika yang inti, memperhatikan dan
memahaminya. Karakter pendidikan, membutuhkan metode khusus yang
tepat agar tujuan pendidikan bisa tercapai, Diantaranya metode
pembelajaran yang sudah sesuai ialah metode pujian dan hukuman,
metode pembiasaan, dan metode keteladanan. Karakter yang mutlak
dibutuhkan bukan hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan
sosial dan juga di lingkungan rumah. Bahkan sekarang ini pesertanya
bukan lagi anak usia dini hingga remaja, yapi juga meliputi usia dewasa.
Di zaman ini kita akan berhadapan dengan persaingan termasuk rekan-
rekan diberbagai belahan negara di dunia. Bahkan kita pun yang masih
berkarya di tahun ini pasti akan merasa perasaan yang sama. Tuntutan
dari berbagai kualitas SDM pada tahun 2021 mendatang tentunya akan
membutuhkan karakter yang baik. Karakter merupakan kunci dari salah
satu keberhasilan individu.
Pendidikan karakter merupakan langkah sangat penting dan strategis
dalam membangun kembali jati diri bangsa dan menggalang

4
pembentukan masyarakat Indonesia baru. Tetapi penting untuk segara
dikemukakan sebagaimana terlihat dalam pernyataan Phillips bahwa
pendidikan karakter haruslah melibatkan semua pihak; rumah tangga dan
keluarga; sekolah; dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat).
Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyambung
kembali hubungan dan educational networks yang nyaris terputus antara
ketiga lingkungan pendidikan ini. Pembentukan watak dan pendidikan
karakter tidak akan berhasil selama antara ketiga lingkungan pendidikan
tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.

3. Peran Keluarga
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah,
masyarakat atau pemerintah. Sekolah sebagai pembentuk kelanjutan
pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama
diperoleh anak adalah dalam keluarga.
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama
Rasulullah Muhammad (SAW) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia
sejak lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab
ketika mereka berusia tujuh sampai empat belas tahun, pada usia empat
belas sampai dua puluh satu tahun jadikanlah anak sebagai mitra orang
tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal,
dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki
watak yang baik biasanya memiliki achievement motivation yang lebih
tinggi karena perpaduan antara intelligence quotient, emosional quotient
dan spiritual quotient sudah terformat dengan baik. Peran orang tua
dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
a. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anakanaknya
b. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah
dan menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak
c. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
d. Mewujudkan kepercayaan

5
e. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan
anak) Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka
tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta
kehidupan manusia.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah
satusatunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam
pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang secara tidak sadar
mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni berperan
sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataean teoritis
maupun praktis. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa lingkungan
rumah dan keluarga memiliki andil yang sangat besar dalam
pembentukan perilaku anak.
Beberapa contoh kebiasaan yang dapat dilakukan di lingkungan
keluarga:
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan
berolahraga
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas
rumah
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang
yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang
pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang
ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam
keluarga
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga
dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis

6
11. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan
tamu
12. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Kendala–kendala yang dihadapi dalam keluarga :
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang
diberikan oleh orang tua.
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang
tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang
diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara
fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan
bahwa ‟kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang
yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap.

Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan


keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari (ummah) bangsa;
dan karena itu keadaan keluarga sangat menentukan keadaan ummah
itu sendiri. Bangsa terbaik (khayr ummah) yang merupakan (ummah
wahidah) bangsa yang satu dan (ummah wasath) bangsa yang
moderat, sebagaimana dicita-citakan Islam hanya dapat terbentuk
melalui keluarga yang dibangun dan dikembangkan atas dasar
mawaddah warahmah.
Berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga
yang baik memiliki empat ciri. Pertama; keluarga yang memiliki
semangat (ghirah) dan kecintaan untuk mempelajari dan menghayati
ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian
mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan
seharihari. Kedua, keluarga di mana setiap anggotanya saling
menghormati dan menyayangi; saling asah dan asuh. Ketiga, keluarga
yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo

7
atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau
tidak konsumtif dalam pembelanjaan. Keempat, keluarga yang sadar
akan kelemahan dan kekurangannya; dan karena itu selalu berusaha
meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya
melalui proses belajar dan pendidikan seumur hidup (life long
learning), min al-mahdi ila al-lahdi.

4. Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan Anak dalam


Keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebijakan pada
anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua
pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara
anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan
kebutuhan psikologis, serta normanorma yang berlaku di masyarakat.agar
anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Beberapa macam contoh
pola asuh:
1) Pola asuh otoriter, yaitu mempunyai ciri, kekuasan orang tua
dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, control terhadap
tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak jika
tidak patuh.
2) Pola asuh demokratis, kerjasama antara orang tua- anak, anak
diakui sebgai pribadi, ada bimbingan dan penngarahan dari orang
tua, control orang tua tidak kaku.
3) Pola asuh permisif, mempunyai ciri, dominasi oleh anak, sikap
longgar atau kebebasan dari orang tua, kontrol dan perhatian
orang tua sangat kurang. Melalui pola asuh yang dilakukan orang
tua anak akan belajar banyak hal, termasuk karakter. Artinya jenis
pola asuh yang ditetapkan orang tua terhadap anaknya
menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.

8
Analisis :
Maka dapat kelompok simpulkan, bahwa Karakter sebagai sifat
pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku; budi pekerti; tabiat;
perangai dan secara terminologi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
orang, harus dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin. Oleh karenanya
Pendidik (guru dan Orang tua) harus benar-benar memahami apa saja
hal-hal yang dapat menghambat pengembangan karakter anak dan apa
saja yang dapat membantu meningkatkan sikap dan perilaku anak
sehingga akhirnya akan membentuk karakter yang baik bagi anak.
Banyak hal yang dapat dilakukan pendidik seperti menerapkan disiplin
dengan tepat, anak saat menggunakan media baik cetak maupun non
cetak seperti televisi, internet dan permainan online. Selain itu satu hal
yang tak kalah pentingnya adalah modeling (teladan) dalam perkataan
maupun tindakan yang dapat ditiru anak.

B. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Oleh Guru Dan Masyarakat


Di Era Teknologi
1. Peran Sekolah dalam Pembentukan karakter Anak Usia Dini

Jika dilingkungan rumah/ keluarga, anak dapat dikatakan “menerima


apa adanya” dalam menerapkan sesuatu perbuatan, maka dilingkungan
sekolah sesuatu hal menjadi “mutlak” adanya, sehingga kita sering
mendengar anak mengatakan pada orang tuanya “Ma, Pa, kata Bu guru/
Pak guru begini bukan begitu “Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah
sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter anak, namun hal ini
pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang
dilakukan. Untuk menjadi „Bapak dan Ibu‟ guru seperti dalam ilustrasi
diatas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani.
Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan di sekolah:
• Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
• Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan

9
guru.
• Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di
sekolah
• Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
• Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
• Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
• Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah
disediakan, tidak sambil jalan- jalan.

• Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat


Dzuhur berjamaah di sekolah
Kendala – kendala yang dihadapi di sekolah:
 Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
 Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah
ditetapkan
• Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, dengan
demikian, tidak bisa dilakukan semata-mata melalui pembelajaran
pengetahuan, tetapi adalah melalui penanaman atau pendidikan nilai-
nilai.

2. Peran Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Anak Usia


Dini
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya
dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “
tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan famili “ dengan
anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku
si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak,
atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan. Contoh-contoh
perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat:

10
a. Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman
rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami
pekarangan rumah.
b. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di
jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
c. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat:
d. Tidak ada kepedulian
e. Tidak merasa bertanggung jawab
f. Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika
untuk pembentukan karakter.
Dari perspektif Islam, menurut Shihab (1996: 321), situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi
sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem
nilai dan pandangan mereka terbatas pada “kini dan di sini”, maka
upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula.
Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat
erat sekali berkait dengan pengubahan cara pandang masyarakat
terhadap pendidikan. ini tentu saja bukan hal yang ,mudah untuk
dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari
sekarang, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran
serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat diperolah
dunia pendidikan.
Analisis :
Maka dapat kelompok simpulkan, bahwa Pendidikan karakter
merupakan langkah sangat penting dan strategis dalam membangun
kembali jati diri pada anak jika dilakukan sejak sedini mungkin. Karena
hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam
untuk membuat rentetan (Moral Choice) keputusan moral yang harus

11
ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan
reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu
menjadi (custom) kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Karakter pendidikan harus melibatkan berbagai pihak, di keluarga
dan rumah tangga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Hal ini
merupakan langkah utama yang harus dilakukan ialah menyambung
kembali hubungan dan jaringan pendidikan yang nyaris putus
diantara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Pembentukan sifat
dan karakter pendidikan tidak akan pernah berhasil selama diantara
ketiga lingkungan pendidikan tidak ada keharmonisan dan
kesinambungan. Melihat kenyataan ini, membentuk karakter siswa
yang berkualitas diperlukan pengaruh yang kuat dari keluarga, sekolah,
dan mayarakat.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter sebagai sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku; budi
pekerti; tabiat; perangai dan secara terminologi karakter adalah sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
orang, harus dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin. Oleh karenanya
Pendidik (guru dan Orang tua) harus benar-benar memahami apa saja hal-hal
yang dapat menghambat pengembangan karakter anak dan apa saja yang dapat
membantu meningkatkan sikap dan perilaku anak sehingga akhirnya akan
membentuk karakter yang baik bagi anak. Banyak hal yang dapat dilakukan
pendidik seperti menerapkan disiplin dengan tepat, anak saat menggunakan
media baik cetak maupun non cetak seperti televisi, internet dan permainan
online. Selain itu satu hal yang tak kalah pentingnya adalah modeling
(teladan) dalam perkataan maupun tindakan yang dapat ditiru anak. Pendidik
juga harus berusaha menghindari berbagai kesalahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan karakter anak.

B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini, mahasiswa sebagai calon guru
anak usia dini dapat memahami karakteristik kompetensi sosial pada anak usia
dini, sehingga dapat menstimulasi perkembangan sosial anak ke arah yang
lebih optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cullinan, B.E. (1990). Children Literature in The Reading Program.


Nework: International Reading Association.
file:///C:/Users/user/Downloads/Materi%20Karakter%202.pdf (Diakses
tanggal, 22 September 2021)
Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat
Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation
Latifah, Melly, (2008). Peranan Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak.
Error! Hyperlink reference not valid.
Nata Abuddin, dkk. 2002. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta;
Raja Grafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai