Anda di halaman 1dari 3

Krisis Pendidikan Karakter di Indonesia

Oleh: Khoirunnisa Prima Hapsari

Akhir-akhir ini banyak berita tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan


oleh pelajar. Dengan akses internet yang mudah, saat ini kita dapat melihat
permasalahan yang terjadi pada pelajar di Indonesia. Melalui internet, beberapa tahun
bahkan beberapa bulan belakangan ini, kita banyak melihat banyak kasus seperti
bullying oleh pelajar SD, SMP, bahkan SMA, kasus pemerkosaan oleh pelajar, hamil
di luar nikah, narkoba, tawuran, tidak sopan, tidak bisa saling menghargai dan
lain-lainnya. Tidak hanya pelajar, perilaku-perilaku menyimpang juga dilakukan oleh
para elite politik yang kabarnya santer terdengar telah terjerat kasus korupsi,
perzinahan, saling tuduh dan menebar berita bohong antar elite, dan lain sebagainya.

Sebelum membahas lebih jauh, penulis akan sedikit memberi penjelasan mengenai
pendidikan karakter. Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 1 Ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Sebenarnya, pendidikan karakter khas Indonesia sudah tertanam
dalam Pancasila. Lima sila dasar negara ini memiliki makna yang dalam untuk
menciptakan karakter bangsa.

Dari mana akar masalahnya? Dalam menghadapi tantangan ini, peran keluarga, peran
sekolah, peran guru, peran pemerintah, media massa dan lingkungan sangat penting
perannya dalam pembentukkan karakter. Sosialisasi utama seorang anak adalah
keluarganya. Dengan keluarga yang menerapkan atau menanamkan karakter yang
baik, maka akan membentuk karakter anak yang baik. Pengawasan orang tua kepada
anak di era modern seperti sekarang ini juga sangat penting dan harus intens karena
hadirnya gadget. Dengan gadget ini, banyak yang dapat diakses seorang anak yang
jika tidak ada filter dalam pengawasan dan pembekalan nilai-nilai akhlak yang baik,
gadget ini akan membentuk karakter negatif kepada seorang individu. Ketika
memasuki sekolah, lingkungan pun juga ikut berperan dalam pembentukan karakter
ini, terutama guru. Guru juga merupakan orang tua yang ada di sekolah dan sangat
berpengaruh perannya dalam pembentukan karakter individu. Namun, seringkali, guru
secara perlahan mematikan karakter baik yang ada dalam diri individu. Seringkali
guru mematikan kepercayaan diri seorang anak, lebih melihat hasil akhir atau nilai
dalam ujian atau PR sebagai indikator dari kecerdasan tanpa menghargai proses yang
dilakukan individu dan juga kurangnya menanamkan nilai-nilai karakter yang ada
dalam pancasila. Pancasila hanya diajarkan sebagai hafalan dan tidak dimaknai dan
diimplementasikan dengan baik. Akibatnya dari hal kecil ini, menimbulkan bibit-bibit
koruptor, mudah berbohong, dan sebagainya. Tayangan-tayangan di televisi pun juga
berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Disini juga pemerintah harus berperan
dalam mengadakan acara atau tontonan televisi yang baik dan mendidik untuk anak.
Pemerintah juga harus menjadi contoh dan tokoh yang berkarakter baik dan bermoral
untuk rakyatnya. Semua aspek saling berkaitan dan berperan penting, seperti yang
dikatakan oleh Talcott Parsons tentang teori Fungsionalisme, bahwa semua memiliki
peran dan saling mempengaruhi.

Sayangnya, arus globalisasi yang deras ini, belum mampu dibentengi dengan
pendidikan karakter yang baik, cenderung diabaikan atau bahkan perlahan mati. Oleh
sebab itu, perlu adanya kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter sangat
penting untuk masa depan bangsa yang baik. Pendidikan yang diinginkan oleh Ki
Hadjar Dewantara dimana pendidikan harus ditanami dengan nilai-nilai kemanusiaan
yang baik. Juga pendidikan yang dikatakan oleh Tan Malaka bahwa pendidikan itu
untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus
perasaan. Pendidikan memang penting untuk terciptanya kecerdasan. Namun
kecerdasan tanpa karakter atau akhlak yang baik, maka kecerdasan itu akan sia-sia.
Kunjungi https://bocahkampus.com untuk informasi menarik lainnya!

Anda mungkin juga menyukai