Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Volume 3, No 1, Juni 2015 (58-68)


Tersedia Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa

PENELITIAN ETNOGRAFI TENTANG BUDAYA SEKOLAH


DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro
Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta
-, - , sodiq_azis@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) pengembangan budaya Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Kasihan, Bantul dalam pembentukan karakter siswa, (2) pengintegrasian unsur penilaian
pendidikan karakter dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dasar secara utuh, (3) bentuk kegiatan siswa
dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah, dan (4) hubungan pergaulan
antarwarga sekolah setelah mendapatkan pendidikan karakter melalui budaya sekolah.Metode
penelitian yang digunakan adalah metode etnografik dengan pendekatan kualitatif, untuk memahami
kehidupan masyarakat sekolah berdasarkan sudut pandang masyarakat sekolah yang bersangkutan.
Subjek penelitian ini adalah siswa dan warga sekolah SD N Kasihan, Bantul. Sumber data penelitian
adalah: (1) sumber tertulis, (2) sumber lisan, (3) artefak, (4) dokumen dan (5) rekaman. Teknik
Pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan sejak,
sebelum, selama, dan sesudah penelitian dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian sebagai
berikut. (1) Guru dan kepala sekolah SD N Kasihan Bantul telah memahami budaya sekolah dan
pendidikan karakter. (2) Pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah dalam
mengintegrasikan mata pelajaran dengan nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter sudah
berjalan dengan baik dan signifikan dengan perkembangan perilaku siswa. (3) Kegiatan siswa telah
berjalan dengan baik; siswa dapat mengikuti kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan
bakat dan minatnya. (4) Hubungan pergaulan antarwarga sekolah berada dalam suasana kondusif dan
harmonis.
Kata kunci: budaya sekolah, pendidikan karakter, sekolah dasar

AN ETNOGRAPHIC RESEARCH ABOUT THE SCHOOL CULTURE IN THE


CHARACTER EDUCATION WITHIN AN ELEMENTARY SCHOOL
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro
PGRI Yogyakarta University, Yogyakarta State University, Yogyakarta State University
-, -, sodiq_azis@uny.ac.id
Abstract
The research was to describe: (1) the development of Kasihan Bantul State Elementary School
culture in the formation of the students’ characters; (2) the complete integration of the assessment
elements in the character education within the school daily activities; (3) the form of student activities
in the implementation of character education through the school culture; and (4) the relationship
among the school members after having attained the school culture by means of character education.
The research method that the researchers employed was the etnographic method by means of
qualitative approach in order to understand the life of the school community based on the school
members’ point of view. The research subjects were the students and the school members of Kasihan
Bantul State Elementary School. The data sources were as follows: (1) written sources; (2) oral
sources; (3) artefacts; (4) documentation; and (5) recording. The data analysis had been performed
before, during and after the research by means of qualitative-descriptive techniques. The results of the
research were as follows: (1) the teachers and the principal of Kasihan Bantul State Elementary School
had understood the school culture and the character education; (2) the implementation of character
education by means of school culture in integrating the subjects and the values contained in the
education character had been well-and-signficantly operated altogether with the improvement of
students’ behaviors; (3) the students’ activities had been well-operated and the students were able to
join the intracurricular and extracurricular activities according to their own talent and interest; and (4)
the relationship among the school members was in a conducive and harmonius situation.
Keyword: school culture, character education, elementary school

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi p-ISSN:


2356-1807
Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 59
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

PENDAHULUAN Pendidikan karakter yang dilakukan


melalui budaya sekolah dalam satuan
Pendidikan karakter memiliki peran
pendidikan dasar sangat tepat. Pendidikan
yang strategis dalam membentuk pribadi
karakter pada anak sekolah dasar diharapkan
manusia Indonesia yang mempunyai integritas
dapat menjadi fondasi yang kuat untuk
ke-Indonesia-an. Pendidikan karakter dapat
mengembangkan karakter anak pada usia
dilakukan melalui jalur lembaga pendidikan
selanjutnya.
formal yaitu sekolah, juga melalui jalur
Berkaitan dengan hal tersebut, peran
informal, yaitu keluarga dan masyarakat.
guru dan orang tua serta masyarakat sangat
Pendidikan karakter diarahkan pada
diperlukan, terutama dalam memberikan
terbentuknya karakter dan peradaban bangsa
contoh-contoh perilaku yang baik kepada
yang bermartabat sehingga mampu
anak. Guru dan orang tua harus selektif dalam
mencerdaskan bangsa dan sanggup
memberikan input, seperti bahan bacaan atau
berkompetisi pada tingkat global dengan
cerita anak. Orang tua juga harus selektif
bangsa-bangsa lain, tanpa kehilangan
dalam memilih acara televisi di rumah untuk
kepribadian sebagai bangsa Indonesia yang
anak karena pengaruh yang diterima pada
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
masa anak-anak tidak mudah dihapus. Dimulai
Dasar 1945.
dari masa anak-anak sampai remaja karakter
Pada Undang-Undang Nomor 20
dibentuk secara luas melalui peniruan.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Karakter, menurut filosof kontemporer
Nasional (UU Sisdiknas) dirumuskan fungsi
Michael Novak (Lickona, 1991, p.50) seperti
dan tujuan pendidikan nasional yang harus
berikut.
digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas Character, observes contemporary
menyebutkan bahwa pendidikan nasional philosopher Michael Novak, is “a
berfungsi mengembangkan dan membentuk compatible mix of all those virtues
watak serta peradaban bangsa yang identified by religious traditions,
bermartabat dalam rangka mencerdaskan literary stories, the sages, and persons
kehidupan bangsa. Budaya sekolah berperan of common sense down through
untuk mengembangkan potensi peserta didik history”. No one, as Novak points out,
agar menjadi manusia yang beriman dan has all the virtues, and everyone has
some weaknesses. Persons of much-
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
admired character may differ
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
considerably from one another.
mandiri, dan menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Rumusan tujuan Character so conceived has three
pendidikan nasional tersebut menjadi dasar interrelated parts: moral knowing,
dalam penanaman nilai budaya dalam rangka moral feeling, and moral behavior.
membentuk karakter anak didik yang akan Good character consists of knowing
menjadi generasi yang berkepribadian the good, desiring the good, and doing
Indonesia. the good habits of the mind, habits of
Pendidikan di tingkat sekolah dasar the heart, and habits of action. All
pada hakikatnya merupakan dasar dalam three are necessary for leading a
pembentukan karakter anak. Pelaksanaan moral life; all three make up moral
maturity. When we think about the
pendidikan karakter di sekolah dasar tersebut
kind of character we went for our
merupakan vitalitas pendidikan yang selama
children, it’s clear that we want them
ini telah dilaksanakan. Anak usia sekolah
to be able to judge what is right, care
dasar sangat memerlukan perhatian dan deeply about what is right, and then
penanganan secara serius dalam do what they believe to be right even
mengembangkan kepribadian. Hal tersebut in the face of pressure from without
perlu dilakukan karena pada usia tersebut and temptation from within.
merupakan dasar untuk pertumbuhan dan
perkembangan karakter anak ke jenjang
selanjutnya.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
60 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Karakter menurut filosof Yunani Culture is most commonly viewed as


Aristoteles, (Lickona, 1991, p.50) seperti that patterns of knowledge, skill,
berikut. behaviors, attitudes and beliefs, as
well as material artifact produced by
Good character as the life of right a human society and transmited from
conduct (right conduct) in relation o one generation to another. Culture is
other persons and in relation to the whole of humanity’s intellectual,
oneself. Aristotle reminds us of what, social, technological, political,
in modern times, we are prone to economic, moral, religious, and
forget: The virtuous life includes aesthetic accomplishment.
selforiented virtues (such as self-
control and moderation) as well as Uteach (2009, p.1) mengatakan,
other oriented virtues (such as “School culture is the behind the scenes
generosity and compassion), and the contest that reflects the values, beliefs, norms,
kinds of virtue are connected. We need traditions, and rituals that build up our time
to be in control of our selves-our as people in school work to gether.”
appetities, our passions to do right by Pengembangan nilai-nilai dalam
others. pendidikan karakter melalui budaya sekolah
mencakup semua kegiatan yang dilakukan
Budaya sekolah merupakan norma
kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
perilaku bersama warga sekolah dan
administrasi, dan peserta didik. Budaya
konsensus bersama yang terdiri dari
sekolah adalah suasana kehidupan sekolah
seperangkat adat/ tradisi, dan kebiasaan-
tempat anggota masyarakat sekolah saling
kebiasaan yang bersifat positif maupun
berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi
negatif. Perilaku yang dijalankan warga
antara peserta didik dengan sesamanya, kepala
sekolah mengandung unsur norma, ritual,
sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru
mitos, dan nilai tradisi yang merupakan
dengan siswa, konselor dengan siswa, pegawai
kepercayaan dasar yang dianut semua warga
administrasi dengan dengan siswa, guru, dan
sekolah dalam berperilaku.
sesamanya. Interaksi tersebut terikat oleh
Di dalam budaya sekolah, terdapat
berbagai aturan, norma, moral, serta etika
substansi yang terkandung di dalamnya, yaitu
bersama yang berlaku di suatu sekolah.
politik, ekonomi, sosial, intelektual, moral
Kepemimpinan, keteladanan, keramahan,
agama, dan estetika. Selain itu, juga terdapat
toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian
simbol-simbol, persepsi, dan asumsi yang
sosial, kepedulian lingkungan, rasa
setiap sekolah memiliki pola sendiri yang
kebangsaan, tanggung jawab, dan rasa
berbeda dengan sekolah lainnya. Dalam
memiliki merupakan sebagian dari nilai-nilai
pelaksanaan budaya sekolah, juga terdapat
yang dikembangkan dalam budaya Sekolah.
unsur sanksi yang berdasarkan konsensus yang
Proses pendidikan karakter melibatkan
telah disepakati bersama antarwarga sekolah.
siswa secara aktif dalam semua kegiatan
Budaya sekolah yang ada juga dipengaruhi
keseharian di sekolah. Dalam kaitan ini, kepala
oleh kehidupan keluarga/masyarakat, tempat
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lain
siswa hidup di tengah lingkungan tempat
diharapkan mampu menerapkan prinsip Tut
mereka tinggal.
Wuri Handayani dalam setiap perilaku yang
Budaya sudah banyak didefinisikan
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga
oleh para ahli antropologi. Berikut ini
disajikan beberapa definisi budaya menurut menyatakan bahwa proses pendidikan
para ahli. Menurut Tilman (2002, p.4), “A dilakukan dalam suasana belajar yang
group’s individual and collection ways of menyenangkan dan tidak indoktrinatif.
thingking, believing, and knowing, which Adapun dalam pengembangan budaya
includes their shared, expericuces, consicious sekolah ada 6 aspek antara lain: (1) budaya
ness, skills, values, forms of suppression, moral spiritual, (2) budaya bersih rapi, (3)
social institutions and behaviors. budaya cinta tanah air, (4) budaya setia kawan,
Young Pai (1990, p.21) berpendapat (5) budaya belajar, dan (6) budaya mutu.
bahwa budaya seperti berikut. (Kemdiknas, 2011, p.8). Budaya satuan
pendidikan formal tingkat SD memiliki

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 61
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

cakupan yang sangat luas, antara lain beberapa hal. Misalnya, kebutuhan-kebutuhan
mencakup kegiatan ritual, harapan, hubungan dasar fisik dan emosi seorang anak.
sosial budaya, aspek demografi, kegiatan Budaya sekolah dan pendidikan
kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses karakter sudah dilakukan oleh peneliti
pengambilan keputusan, kebijakan, maupun sebelumnya, baik pada Sekolah Dasar,
interaksi sosial antarkomponen. Interaksi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
sosial budaya internal kelompok dan maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, (SLTA). Pada umumnya, perilaku maupun
norma, moral, serta etika bersama yang karakter siswa di tingkat lanjutan juga tidak
berlaku di suatu satuan pendidikan sekolah lepas dari hasil dari karakter mereka di
dasar. Jujur, bertanggung jawab, cerdas, Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu,
kreatif, sehat dan bersih, peduli, dan gotong pembinaan karakter di Sekolah Dasar (SD)
royong merupakan nilai-nilai yang sangat penting dilakukan. Hal itulah yang
dikembangkan dalam budaya satuan mendasari penelitian ini.
pendidikan formal tersebut. Oleh karena itu, Zuchdi dkk. (2011) telah melakukan
langkah pertama dalam mengaplikasikan penditian pendidikan karakter dengan judul
pendidikan karakter dalam satuan pendidikan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam
SD adalah menciptakan susunan atau iklim Pembelajaran dan Pengembangan Budaya
kekeluargaan yang berkarakter yang akan Sekolah. Dalam penelitian tersebut
membantu transformasi pendidik, peserta disimpulkan bahwa pendidikan karakter
didik, dan tenaga kependidikan serta warga dengan pendekatan komprehensif yang
dalam satuan pendidikan SD yang berkarakter. terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi,
Hal ini termasuk perwujudan visi, misi, dan disertai dengan pengembangan budaya sekolah
tujuan yang tepat untuk satuan pendidikan dapat meningkatkan karakter murid dengan
dasar. dijembatani oleh pembentukan KPK (Komite
Visi dan misi satuan pendidikan dasar, Pendidikan Karakter) atau divisi pendidikan
kepemimpinan satuan pendidikan dasar, karakter dalam komite sekolah yang sudah
kebijakan dan manajemen serta partisipasi ada. Sementara itu, pengembangan budaya
orang tua dan peserta didik, serta langkah sekolah dapat dilakukan dengan cara: menjaga
dalam model pembelajaran nilai-nilai karakter suasana sekolah, meningkatkan perilaku
akan saling berkontribusi terhadap budaya murid, dan mendorong kepada sekolah untuk
satuan pendidikan dasar tersebut. Mewujudkan menjaga dan meningkatkan kepemimpinan.
pribadi anak yang berkarakter merupakan Oleh karena itu, pengembangan budaya
ujian yang berat bagi dunia pendidikan karena sekolah sangat penting agar program
harus dapat mengubah situasi yang buruk pendidikan karakter dapat efektif. Model
menjadi baik. Ketika anak tidak dekat dengan pendidikan karakter dengan pendekatan
orangtua, mereka tidak memiliki pengenalan komprehensif terintegrasi dalam pembelajaran
tentang nilai-nilai keluarga. Begitu pula jika di bidang studi dan pengembangan kultur ini
sekolah guru tidak memahami karakter anak, terbukti efektif untuk meningkatkan hasil studi
akan berdampak lebih rentan terhadap tekanan dan aktualisasi nilainilai target yang
dari lingkungan tempat anak berada. dikembangkan.
Sekolah dan keluarga merupakan
rekanan yang sangat penting karena jika METODE PENELITIAN
sekolah dapat memperbaiki perilaku siswa
ketika di sekolah dan dapat membuktikan Jenis penelitian ini adalah kualitatif,
bahwa sekolah dapat melakukan itu. yang dilaksanakan di lapangan (field
Kemungkinan dampak tersebut akan bertahan research). Menurut Danin (2007, p.6),
lama. Sebaliknya, perilaku baik siswa akan penelitian kualitatif adalah pendekatan
berkurang jika nilainilai di sekolah tidak sistematis dan subjektif yang digunakan untuk
didukung di rumah. Bila di dalam keluarga ada menjelaskan pengalaman hidup dan
masalah, hal tersebut akan mempengaruhi memberikan makna atasnya.
perkembangan anak di sekolah dalam

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
62 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Penelitian ini dilakukan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik


dengan menggunakan desain penelitian observasi dan wawancara mendalam (depth
etnografi. Etnografi merupakan pekerjaan interview) dan gabungan keduanya.
mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan Penelitian ini menggunakan metode
utamanya adalah untuk memahami suatu penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini
pandangan hidup dari sudut pandang berupa deskripsi mendalam atas aktivitas
penduduk asli. subjek berdasarkan perspektif subjek, bukan
Spradley (1979, p.5) mengatakan peneliti. Peneliti melakukan refleksi dengan
bahwa inti etnografi adalah upaya untuk informan terhadap sikap, ucapan, dan tindakan
memperhatikan makna-makna tindakan dari ritual sehingga terjadi penafsiran
kejadian yang menimpa orang yang ingin kita intersubjektif. Hasil penafsiran ini kemudian
pahami. Iskandar (2008, p.208) mengatakan direlasikan dengan kerangka teori yang telah
bahwa untuk memahami dan mendeskripsikan dibangun untuk menemukan jawaban dari
budaya dari perspektif ini, seorang peneliti permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
harus memikirkan peristiwa-peristiwa atau Untuk mengungkap permasalahn yang ada,
fenomena-fenomena dengan cara berpikirnya. digunakan teknik analisis kualitatif etnografi.
Seorang peneliti etnografi harus menerangkan Perfomance studies etnografi digunakan
perilaku manusia dengan menguraikan apa sebagai cara untuk menyajikan data secara
yang ia ketahui, yang membuat dirinya mampu menyeluruh yang berkait dengan tindakan
berperilaku sesuai dengan perilaku umum dari objek yang teliti.
masyarakat yang diteliti. Proses analisis data dilakukan
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah terusmenerus, baik dilapangan maupun setelah
Dasar Kasihan yang beralamat di Jl. Bibis dari lapangan. Analisis dilakukan dengan cara
Kasihan, Taman Tirto, Kasihan, Bantul, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
Yogyakarta. Penelitian ini dimulai pada bulan memberi kode, dan mengategorikan data.
Februari 2013 sampai dengan bulan April Setelah itu, baru dicari tema budaya yang
2013. kemungkinan menjadi fokus penelitian. Fokus
Pada studi awal, dilakukan studi penelitian ini diperdalam melalui pengamatan
literatur dan pemilihan setting. Studi literatur dan wawancara berikutnya. Dalam analisis ini,
dilakukan untuk melacak konstruk teori yang yang berbicara adalah data dan peneliti tidak
terkait dengan nilai budaya sekolah sebagai melakukan penafsiran. Jika terdapat
bekal untuk mendesain penelitian yang akan penafsiran, hal tersebut merupakan hasil
dikembangkan lebih lanjut. pengamatan dan interpretasi informan.
Menentukan setting penelitian Dalam penelitian ini proses analisis
berkaitan dengan tempat, pelaku, serta data dilakukan sejak sebelum memasuki
kegiatan. Dalam hal ini, kriteria yang dapat lapangan, selama di lapangan dan setelah
dijadikan pegangan seperti yang diajukan selesai di lapangan. Sugiyana ((2006,
Bogdan dan Taylor, (1982, p.57) bahwa pp.335336), berpendapat “In qualitative
tempat yang dipilih harus dapat dipercayai research is an ongonging activity that occurs
sebagai pengambilan data secara lengkap. Di throught out the investigativeprocess rather
samping itu, personal yang akan dijadikan than after process”. Jadi, analisis data
subjek penelitian juga harus benar-benar kualitatif berlangsung selama proses
respek dan siap. Berkaitan dengan hal tersebut, pengumpulan data, bukan setelah
Bogdan dan Taylor (1982, p.67) menganjurkan pengumpulan data.
agar seorang peneliti juga menjaga hubungan Proses analisis dapat dijelaskan bahwa
baik dengan informan dan tidak menjaga jarak analisis kualitatif ini terdiri dari tiga alur
dengan informan sehingga tercipta suatu kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
situasi yang wajar. reduksi data (data reduction), penyajian data
Sumber data primer dalam penelitian (data display), dan penarikan kesimpulan/
ini adalah siswa, guru, kepala sekolah, verifikasi (verification). Komponen analisis
sedangkan data sekunder antara lain data model interaktif ini merupakan upaya
bersumber pada komite sekolah dan tokoh berlanjut, berulang, dan terus-menerus.
masyarakat sekitar. Selain itu, juga digunakan

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 63
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

Reduksi data, penyajian data, dan verifikasi penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan
sebagai rangkaian kegiatan analisis yang temuan baru tentang pola penerapan budaya
saling susul-menyusul. sekolah dalam pendidikan karakter di sekolah
Reduksi data merupakan proses dasar.
pemilihan, pemusatan perhatian, dan
transformasi data kasar dari catatan-catatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lapangan. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memusatkan perhatian Sejak tahun ajaran 2010/2011, SD N
pada yang hal penting, dan mencari tema dan Kasihan Bantul ditunjuk oleh Kemdiknas
pola. Melalui proses reduksi ini, data dapat melalui Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten
disederhanakan, ditransformasikan melalui Bantul sebagai sekolah rintisan pendididikan
seleksi, ringkasan ataupun uraian singkat, karakter tingkat sekolah dasar yang pertama
merangkum, dan seterusnya. kali diselenggarakan Kabupaten Bantul.
Setelah data direduksi, alur Dalam hal ini, Sekolah Dasar Negeri Kasihan
selanjutnya adalah penyajian data (data Bantul tidak pernah mengajukan sebagai
display) (Miles dan Huberman, 2007, p.17). sekolah rintisan. Pihak Dinas Pendidikan
Mendisplay data merupakan kegiatan Dasar Kabupaten Bantul yang menunjuk
mengumpulkan informasi serta menyusunnya Sekolah Dasar Negeri Kasihan Bantul sebagai
sehingga dapat memberikan gambaran pola sekolah rintisan pendidikan karakter.
hubungan antardata. Hal ini memungkinkan Penunjukkan tersebut dilatarbelakangi
peneliti untuk penarikan kesimpulan dan oleh beberapa alasan seperti berikut. Keunikan
pengambilan tindakan. Dalam penelitian Sekolah Dasar Negeri Kasihan Bantul.
kualitatif, penyajian data dapat disajikan dalam Artinya, keberadaan sekolah sudah ada sejak
bentuk uraian singkat, gambar, hubungan zaman Belanda, yaitu tahun 1907. Sekolah
antarkategori, dan sebagainya. Dalam hal ini, tersebut memiliki sejarah yang panjang.
Miles dan Huberman mengemukakan, “The Sampai sekarang bangunan-bangunan
most frequent from of display data for peninggalan zaman Belanda masih berdiri
qualitative research data in the past has been kokoh dan digunakan untuk ruang kegiatan
narrative tex”. belajar mengajar. Ditambah lagi tanah yang
Setelah reduksi data, langkah ditempati adalah milik Kraton Yogyakarta
berikutnya dalam analisis kualitatif adalah (Sultan Ground) sehingga lengkaplah sejarah
penarikan kesimpulan dan verifikasi (Miles keberadaan Sekolah Dasar Negeri Kasihan
dan Huberman, (2000, p.18). Kesimpulan tersebut.
dalam penelitian kualitatif masih bersifat Dalam bidang seni/karawitan, SD N
sementara, dan akan sangat tergantung kepada Kasihan Bantul mempunyai prestasi dan
data yang ditemukan. Apabila tidak ditemukan predikat yang menonjol sebagai wadah
data-data yang mendukung kesimpulan pelestarian budaya adiluhung. SD N Kasihan
sementara tersebut, maka akan berubah. Bantul mengembangkan seni pedalangan,
Tetapi, apabila kemudian ditemukan data-data gamelan Jawa/karawitan, dan permainan
atau buktibukti yang valid dan konsisten saat tradisional. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
peneliti kembali ke lapangan, maka tanggung jawab moral SD N Kasihan Bantul
kesimpulan yang dikemukakan menjadi terhadap pelestarian kebudayaan Jawa.
kredibel. Oleh karena itu, kesimpulan dalam Pelestarian budaya adiluhung yang
penelitian kualitatif mungkin bisa menjawab dilakukan oleh SD N Kasihan Bantul dianggap
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, mampu menguatkan penerapan nilainilai
tetapi mungkin juga tidak. Validitas pendidikan karakter. Budaya adiluhung yang
kesimpulan yang dibuat peneliti bergantung dikembangkan di SD N Kasihan Bantul
pada data yang ditemukan di lapangan. Hal meliputi seni pedalangan, gending-gending
tersebut sesuai dengan ciri penelitian kualitatif Jawa dengan musik gamelan, juga seni tari,
bahwa rumusan masalah itu masih bersifat baik tari klasik maupun tari kreasi baru. Seni
sementara, dan akan berkembang setelah tari mengandung unsur wirama, wirasa, dan
sampai di lapangan. Kesimpulan dalam wiraga.

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
64 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Dalam rangka mengembangkan (1) terbentuknya budaya sekolah yang


budaya sekolah, SD N Kasihan kondusif bagi pengembangan karakter positif
mengembangkan budaya malu yang meliputi siswa, (2) terbentuk dan terjaganya sistem
tujuh hal. Ketujuh budaya malu yang penyelenggaraan sekolah yang dimiliki
dikembangkan tersebut adalah (1) malu datang lingkungan yang kondusif dan komitmen kuat
terlambat/pulang cepat, (2) malu melihat rekan terhadap upaya bagi penyemaian dan
sibuk melakukan aktivitas, (3) malu karena pengembangan karakter positif siswa.
melanggar peraturan, (4) malu untuk berbuat Lingkungan yang dimaksud adalah (a)
salah, (5) malu karena belajar tidak lingkungan fisik dan (b) lingkungan
berprestasi, (6) malu karena tugas tidak selesai psikologis, sosial, kultural. Kemdiknas (2011,
tepat waktu, dan (7) malu karena tidak p.10)
menjaga kebersihan kantor/sekolah. Sekolah Dasar Negeri Kasihan dalam
Budaya sekolah di SD Kasihan Bantul melaksanakan pendidikan karakter dari 18
yang menjadi kekhasan adalah karawitan. nilai yang ada dilaksanakan secara bertahap,
Karawitan di sekolah mengaktifkan pada hakikatnya nilai karakter yang satu
unsurunsur muatan lokal yang dimiliki sebagai dengan yang lainnya saling terkait atau
potensi yang harus dimanfaatkan sesuai situasi berhubungan, pemilihan nilai karakter secara
dan kondisi. Sekolah memiliki prioritas utama bertahap mempunyai alasan yang mendasar
bagi tuntutan dasar atas karakter yang ingin nilai yang dipilih diselaraskan dengan keadaan
diterapkan di lingkungannya. maupun kemampuan sekolah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan Pelaksanaan pendidikan karakter
pemahaman tentang budaya sekolah dan dapat mengintegrasikan nilai karakter yang
pendidikan karakter untuk mewujudkan satu dengan nilai karakter yang lainnya.
program yang telah direncanakan pemerintah Misalnya, jika nilai religius dapat diterapkan
adalah Kepala Sekolah mengikuti Diklat di dengan baik maka nilai yang lain
pusat yaitu di Bogor dan Jakarta secara mengikutinya karena anak yang beriman dan
periodik untuk memberi bekal yang nanti bertakwa tentu memiliki sikap yang jujur,
berperan sebagai manager di sekolahnya. Guru disiplin, dan bertanggung jawab.
yang dipandang mampu untuk mengimbaskan Pengembangan masing-masing nilai
pemahaman budaya sekolah dan pendidikan karakter adalah saling mendukung, yang
karakter ditunjuk oleh kepala sekolah selanjutnya diaplikasikan dalam mata
mengikuti diklat yang diprogramkan dari pelajaran. Penanaman nilai karakter
Puskurbuk Kemdiknas Pusat Jakarta tetapi dilaksanakan secara bertahap dengan
pelaksanaannya di Kabupaten Bantul di Dinas menentukan pilihan nilai karakter. Di samping
Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul. Guru dan perangkat kepentingan juga disesuaikan
karyawan yang tidak mengikuti Diklat baik di dengan keadaan sekolah. Kepala Sekolah tidak
pusat maupun di daerah mendapatkan mengambil keputusan sendiri tetapi juga
sosialisasi tentang pendidikan karakter dan memperhatikan masukan atau usulan dari guru
budaya sekolah melalui sosialisasi dari kepala mengingat guru merupakan ujung tombak
sekolah dan guru yang mengikuti diklat dalam mengaplikasikan program tersebut.
Pendidikan karakter tetap mengacu Berdasarkan pengamatan yang
pada 18 nilai yang ditetapkan oleh pemerintah dilakukan di sekolah terlihat bahwa para siswa
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sudah melaksanakan pendidikan karakter
sehari-hari di sekolah dan di rumah dalam dengan baik. Cara menilai dari hasil
bentuk perilaku. pelaksanaan pendidikan karakter yaitu melalui
Budaya sekolah dapat diklasifikasikan pengamatan yang secara terus menerus. Untuk
menjadi dua macam, pertama budaya sekolah menilai keberhasilan tentang karakter siswa,
yang kondusif bagi pengembangan karakter guru memberikan nilai dengan beberapa
positif siswa, dan kedua, budaya sekolah yang kategori antara lain: Belum Terlihat, yaitu
menghambat pengembangan karakter positif peserta didik belum memperlihatkan tanda-
siswa. (Kemdiknas (2011, p.7). Secara khusus, tanda perilaku yang dinyatakan pada indikator,
tujuan pengembangan budaya sekolah adalah: Mulai Terlihat, yaitu sudah memperlihatkan

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 65
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

tandatanda perilaku yang dinyatakan pada perlu didukung agar berjalan dengan baik.
indikator, Mulai berkembang, yaitu perilaku Semua menyadari bahwa program ini adalah
siswa sudah menunjukkan adanya nilai program bersama dan milik bersama. Untuk
karakter dan mengalami kemajuan, dan menyukseskan program ini pihak sekolah tidak
Membudaya, yaitu perilaku yang secara terus hanya melibatkan guru, karyawan/ pesuruh,
menerus menerapkan nilai-nilai karakter atau dewan sekolah dan siswa, tetapi juga
secara konsisten. melibatkan masyarakat umum, seperti Ketua
Penerapan nilai-nilai karakter ini RT, RW, dukuh, bahkan kepala desa/ lurah
sudah dilakukan sejak tahun pelajaran untuk bersama-sama mendorong suksesnya
2012/2013 di SD N Kasihan Bantul baik program pendidikan karakter bangsa melalui
dalam pembelajaran di kelas maupun di luar budaya sekolah agar para siswa kelak menjadi
kelas. Dalam program rintisan ini pendekatan insane yang bertakwa, berbudi luhur,
yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran berkarakter, dan berbudaya Indonesia.
dilakukan dengan metode PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan). Pembahasan
Program ini mendukung daya saing dan Pemahaman tentang budaya sekolah
karakter bangsa yang dilakukan oleh Dinas sangat mempengaruhi perkembangan karakter
Pendidikan dan Pusat Kurikulum dengan siswa. Suasana sekolah adalah kualitas
tujuan untuk mencapai rencana Pembangunan lingkungan fisik, psikologis dan lingkungan
Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun basis kultural sekolah, baik yang tampak pada
2010-2014. lingkungan sekolah secara umum maupun
Penerapan nilai karakter di SD N lingkungan dalam kelas. Untuk membekali
Kasihan Bantul dilakukan secara bertahap para siswa agar mampu melakukan filtrasi
disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan terhadap nilai-nilai budaya baru yang kurang
sekolah. Hasil musyawarah dewan guru sesuai dengan masyarakat di lingkungannya
dengan kepala sekolah menetapkan nilai maka SD N Kasihan Bantul membekali siswa
karakter tahap satu adalah: Nilai religius, nilai dengan nilai-nilai budaya tradisional dan
disiplin, nilai jujur, dan nilai peduli lingkungan Islami (bagi yang beragama Islam) seperti:
(kebersihan). Sedangkan tahap dua adalah: Tempat Pendidikan Alquran (TPA), shalat
nilai bertanggung jawab, nilai kreatif, nilai berjamaah, dan budaya yang berakar di
demokratis, nilai cinta tanah air, Untuk tahap masyarakat melalui berbagai macam kegiatan
tiga baru direncanakan dan belum ekstrakurikuler, baik di bidang seni tradisional,
dilaksanakan. keagamaan, maupun bidang olahraga. Dengan
Dengan penerapan nilai pendidikan upaya tersebut anak akan mampu
karakter secara bertahap kelihatannya terkesan menanamkan budaya sendiri dengan sadar,
terpisah-pisah, namun kenyataannya sudah peduli dan mempertahankannya selaras dengan
mencakup semua nilai karakter. Sedangkan di pendidikan karakter. Sikap ini kalau tidak
SD N Kasihan Bantul kegiatan ekstrakurikuler ditanamkan sejak dini dikhawatirkan akan
bertujuan untuk menggali pengetahuan afektif tergusur oleh budaya asing yang tidak sesuai
dan psikomotorik. Siswa melalui kegiatan dengan budaya sendiri. Ada nilai-nilai filosofi
minat dan bakat adalah merupakan dasar kehidupan yang mampu membentuk watak
utama bagi siswa untuk mengikuti kegiatan atau karakter siswa. Semua ini tentu sesuai
ini. dengan visi maupun misi dari SD Kasihan
Bakat dan minat yang didampingi Bantul yang telah ditetapkan oleh warga
dengan pembinaan yang profesional sekolah.
benarbenar akan mendukung terwujudnya nilai Dengan perkembangan teknologi SD
karakter yang diharapkan. Komunikasi N Kasihan Bantul berupaya mengantisipasinya
antarwarga sekolah menjadi sangat kondusif dengan berbagai cara agar para siswa tidak
setelah pendidikan karakter diimplementasikan terpengaruh negatif terhadap dampaknya.
di SD N Kasihan Bantul. Semua pihak Upaya tersebut adalah dengan
menyadari betapa pentingnya pendidikan dikembangkannya model pendidikan yang
karakter melalui budaya sekolah sehingga memberikan wawasan atau pengetahuan
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
66 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

tentang dampak positif dan negatif dari IPTEK Berbagai strategi atau cara untuk
terhadap pengembangan peserta didik di mengintegrasikan unsur nilai pendidikan
tingkat sekolah. SD N Kasihan Bantul karakter bagi guru dalam kegiatan sehari-hari
membekali siswa agar memiliki keterampilan di sekolah secara komprehensif. Pembelajaran
dasar menggunakan komputer dan internet. tidak dapat hanya dibebankan untuk materi
Dari sinilah para siswa mampu mengikuti pelajaran tertentu saja dalam praktik
perkembangan jaman yang modern. pendidikan karakter pada satuan pendidikan
Di lingkungan SD N Kasihan Bantul dasar. Karena setiap mata pelajaran yang
pemahaman tentang budaya sekolah dan diajarkan di sekolah dilakukan pengintegrasian
pendidikan karakter telah diupayakan dengan mata pelajaran lainnya. Selama ini SD
seoptimal mungkin, melalui diklat, sosialisasi, N Kasihan sudah berupaya untuk
rapat, pertemuan-pertemuan formal maupun mengoptimalkan pelaksanaan pengintegrasian
nonformal tetapi perlu ditingkatkan lagi khusus nilainilai karakter dengan berbagai
dengan harapan mampu menciptakan iklim cara, namun demikian untuk mewujudkan
atau budaya yang kondusif. program yang sudah dibuat agar berhasil, guru
Pendidikan yang berbasis kearifan senantiasa harus meningkatkan diri utamanya
lokal adalah merupakan terminologi yang dalam hal pengintegrasian pendidikan karakter
diciptakan untuk mewujudkan kebijakan dan bekerja sama dengan semua pihak.
desentralisasi pendidikan yang menggunakan Di lingkungan SD N Kasihan Bantul
kekayaan sosial budaya lokal sebagai modal dalam kehidupan sehari-hari perlu diterapkan
pengembangan kegiatan pendidikan. totalitas pendidikan dengan mengandalkan
Antara pendidikan dan budaya keteladanan, penciptaan lingkungan, dan
merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. pembiasaan melalui berbagai tugas dan
Vygotsky (Kuntoro, 2012, p.7) berpandangan kegiatan. Sekolah Dasar Negeri Kasihan
bahwa semua kegiatan manusia termasuk Bantul telah memberlakukan budaya budi
pendidikan mengambil tempat dalam konteks pekerti dalam pergaulan sehari-hari dan
suatu budaya tertentu yang melibatkan banyak pergaulan siswa dan warga sekolah lainnya
tingkat interaksi, saling memberi, menerima sebagai wujud penerapan pendidikan karakter
keyakinan, nilai, pengetahuan, keterampilan, melalui budaya sekolah. Dalam hal ini sekolah
hubungan terstruktur, dan sistem simbol setiap sudah menerapkan nilai-nilai karakter (jujur,
budaya memiliki alat berupa bahasa dan religius, disiplin, peduli lingkungan) periode
teknologi yang digunakan sebagai alat 2010/ 2011 dan nilai-nilai karakter (cinta tanah
berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dan air, kreatif, demokratis, dan tanggung jawab)
dengan itu manusia belajar. Perubahan pada periode 2011/2012. Diharapkan untuk periode
diri individu (kognitif, keterampilan, moral) 2012/2013 SD N Kasihan Bantul sudah dapat
tidak dapat dipisahkan dari pengaruh melaksanakan atau mengimplementasikan 4
keyakinan, nilai, pengetahuan, atau nilai karakter tambahan dengan baik (toleransi,
keterampilan yang telah dimiliki oleh budaya rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan
masyarakatnya. gemar membaca).
Peningkatan pemahaman tentang Keberhasilan program pendidikan
budaya dan pendidikan karakter dapat karakter melalui budaya sekolah yang
disosialisasikan melalui diklat, sarasehan, kondusif di SD N Kasihan Bantul perlu
olahraga, seni, buku, layanan masyarakat, dimonitor dan dievaluasi. Sudah dilaksanakan
poster, film, atau berbagai media sosialissi monitoring dan evaluasi program oleh (a)
lainnya. Tujuan sosialissi ini adalah untuk kementerian pendidikan nasional melalui
membangun kesadaran yang solid tentang Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, (b)
pentingnya budaya dan pendidikan karakter Dinas Pendidikan Propinsi, dan (c) Dinas
pada seluruh tenaga kependidikan di Pendidikan Kabupaten, (d). Sekolah.
lingkungan SD N Kasihan Bantul dan Untuk evaluasi tingkat sekolah
dampaknya para guru benar-benar memahami dilakukan oleh tim penilaian tingkat sekolah
secara benar tentang pendidikan karakter yang merupakan rangkuman hasil penilaian
maupun budaya sekolah yang ada. tingkat kelas. Dengan demikian, dapat

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 67
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

diketahui (a) ketercapaian target tingkat saat pembacaan Pancasila, yaitu pada saat
sekolah, (b) target apa saja yang belum pembina upacara membaca teks Pancasila dari
tercapai dan target yang telah dicarai, (c) sila satu sampai sila kelima cukup hanya
faktor-faktor yang menyebabkan target-target menyebutkan nomornya saja dan para siswa
sekolah tersebut belum tercapai, (d) kendala- mengucapkannya sendiri secara bersama-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sama. Dengan demikian peserta didik dan para
kegiatan dan upaya-upaya yang telah guru mampu menghafal sila Pancasila dengan
dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala benar.
tersebut untuk tingkat sekolah, dan (e) unsur Suasana kekeluargaan di SD N
rencana dan pelaksanaan program yang perlu Kasihan Bantul sangat kental. Kebersamaan
diperbaiki sehingga diperoleh hasil yang lebih antarwarga sekolah tampak dalam kehidupan
optimal di tingkat sekolah pada waktu sehari-hari. Guyub rukun, dan rasa solidaritas
berikutnya. dapat diwujudkan dalam mencapai tujuan
Keberhasilan program pengembangan bersama guna meningkatkan sekolah yang
budaya sekolah dalam pendidikan karakter di berkualitas kepala sekolah, guru, siswa, orang
SD N Kasihan Bantul adalah sebagai berikut. tua, karyawan mampu menciptakan suasana
Penataan lingkungan fisik sekolah sekolah yang kondusif.
melalui kerja sama yang baik antarwarga Kesungguhan dalam bersikap dan
sekolah dengan orang tua/wali murid dan berperilaku merupakan modal utama dalam
kerjasama dengan RT setempat dan juga para rangka meningkatkan kualitas diri dengan
pedagang di lingkungan bekerja keras, disiplin, bersemangat,
sekolah untuk mewujudkan profesional, dan menjaga mutu di setiap
lingkungan sekolah yang bersih, tapi dan tahapan proses. Hasil yang dicapai SD N
indah. Kasihan Bantul tidak mengecewakan. Sudah
Pengembangan lingkungan psikologis- banyak prestasi yang diraih SD N Kasihan
sosial-kultural di sekolah dengan adanya Bantul.
pendidikan karakter tampak sekali dampaknya SDN Kasihan Bantul merupakan
yaitu perilaku sopan santun terhadap sesama sekolah yang mempunyai reputasi
dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan baik/bermutu. Untuk itu, siswa dan guru harus
sehari-hari di lingkungan SD N Kasihan membuat kesepakatan untuk menegakkan
Bantul. Sikap dan perilaku saling asih, asah, aturan bersama agar pelaksanaan kegiatan
asuh antarwarga sekolah ini membuktikan belajar mengajar berjalan sesuai dengan
adanya kualitas penghayatan dan implementasi aturan. Budaya malu harus diterapkan, yaitu:
adanya pendidikan karakter. (a) malu karena datang terlambat/pulang cepat,
Terwujudnya kebersihan, kerapian dan (b) malu karena melihat rekan sibuk
keindahan antarkelas serta lingkungan sekolah melakukan aktivitas, (c) malu untuk berbuat
dan tidak lagi ada corat-coret ditembok adalah salah, (d) malu karena bekerja tidak
karena peserta didik disiplin dalam piket dan berprestasi, (e) malu karena tugas tidak selesai
berperilaku sesuai dengan tata tertib sekolah. tepat waktu, dan (f) malu karena tidak menjaga
Semua ini terwujud juga karena dukungan dari kebersihan kantor/ sekolah.
semua warga sekolah.
Terjaganya kerukunan hidup
antarwarga sekolah mampu meningkatkan SIMPULAN DAN SARAN
lingkungan sekolah yang damai, tenang dan
Simpulan
kondusif. Upacara yang menjadi kegiatan rutin
di sekolah juga mampu menumbuhkan cinta Pemahaman budaya sekolah
tanah air, disiplin serta mampu menghargai dan pendidikan karakter menurut pandangan
jasa para pahlawan, karena dalam upacara guru dan kepala sekolah di SD N Kasihan
disebutkan sila-sila dalam Pancasila, Bantul adalah sebagai berikut: Guru telah
pembacaan pembukaan UUD 1945, memahami budaya sekolah dan pendidikan
menghormat bendera merah putih, dan doa. karakter melalui diklat maupun
Ada yang menarik dalam pelaksanaan upacara pengimbasan/sosialisasi dari teman sejawat
dan Kepala Sekolah
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
68 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Pelaksanaan pendidikan karakter karakter sehingga dapat berjalan sesuai


melalui budaya sekolah secara garis besar program yang telah ditentukan. Kelima,
sudah berjalan baik dengan mengintegrasikan hubungan antarwarga sekolah yang sudah baik
dalam mata pelajaran dengan nilai-nilai yang harus tetap terjaga keberadaanya. Hal tersebut
terkandung dalam pendidikan karakter. sangat diperhatikan karena keberhasilan dalam
Pelaksanannya dilakukan secara bertahap pendidikan karakter harus didorong oleh
sehingga belum bisa dilakukan secara semua pihak yang memiliki satu tujuan untuk
komprehensif. mewujudkan visi dan misi SD N Kasihan.
Pelaksanaan pendidikan karakter
melalui budaya sekolah telah berjalan dengan
baik. Terbukti para siswa dapat mengikuti DAFTAR PUSTAKA
kegiatan intra kurikuler maupun ekstra- Bogdan, Robert C. & Biklen, Sari Knopp.
kurikuler di sekolah sesuai bakat minat atau (1982). Qualitative research for
hobi dari masing-masing siswa. Nilai-nilai education: An intoduction to theory
pendidikan karakter dapat diaktualisasikan dan and methods. Boston,
budaya sekolah dapat berkembang dengan Massachusetts: Allyn and Bacon.
mengutamakan nilai-nilai tradisi dan kearifan Danin, Sudarwan, (2007). Menjadi peneliti
lokal. kualitatif. Bandung : Pustaka Setia
Saran Iskandar, (2008). Metodologi penelitian
pendidikan dan sosial. Jakarta: Gaung
Berdasarkan hasil penelitian dan
Persada Press
simpulan yang telah dipaparkan, makan saran
yang dapat diambil pada penelitian ini adalah Kementerian Pendidikan Nasional, (2011).
sebagai berikut. Pertama, semua guru diberi Panduan pembinaan pendidikan
kesempatan yang sama untuk mendapatkan karakter melalui pengembangan
fasilitas tentang pendidikan karakter agar budaya di sekolah dasar. Jakarta:
dalam pelaksanakan tugas Kemdiknas.
mengimplementasikan pendidikan karakter Kuntoro, Sodiq A. (2012). Konsep pendidikan
benar-benar memahami substansi dari pokok berbasis kearifan lokal sebagai dasar
permasalahannya. Dengan demikian makna pembentuk karakter bangsa. Makalah
yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan disampaikan pada seminar Nasional
karakter melalui budaya sekolah tidak dan pendidikan di Universitas Negeri
menimbulkan penafsiran yang salah dan Makasar 11 Juli 2012.
dampaknya bisa menjadi bias. Dalam
Lickona, Thomas. (1991). Educating for
pelaksanaannya tentu menjadi tanggungjawab
character. New York. Batam Books.
pemerintah. Kedua, pemerintah harus
bertanggung jawab terkait adanya dana yang Miles, M. B, & Huberman, A. Michael.
dibutuhkan agar pelaksanaannya dapat optimal (2000). Analisis data kualitatif.
dan hasilnya maksimal karena selama ini Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi.
untuk memenuhi kebutuhan dalam Jakarta: UI Press.
peningkatan implementasi pendidikan karakter
menggunakan dana BOSDA yang jumlahnya
sangat terbatas.
Ketiga, perlu meningkatkan kerja
sama antara sekolah dengan lingkungan Spradley, James P (1979), The etnographic
sekitar. Keempat, untuk Kepala sekolah selalu interview. New York : Harcourt Brace
mengingatkan guru untuk bersungguh- Javanovich College Publishers.
sungguh, tulus, ikhlas dan sabar dalam Sugiyono. (2006). Metode penelitian
mendidik, membimbing serta mengarahkan pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
para peserta didik dalam melaksanakan kualitatif dan R & J. Bandung:
kegiatan-kegiatan untuk Alfabeta.
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah ... 69
Sukadari, Suyata, Shodiq A. Kuntoro

Tilman, L.C. (2002). Culturally sensitive


research approaches: An African
American Perspectif American
Educational Research Association 31,
3-12.
Tim Peneliti PPs UNY. (2003). Pedoman
pengembangan budaya sekolah. Kerja
sama Direktorat Dikmenum
Depdiknas-PPs UNY.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen.
Uteach. (2009). Understanding school culture.
Artikel Natural Dapat diakses melalui
http/uteach utexas. Edu/90/
wings/mentor.Development/school.cul
ture.
Young Pay. (1990). Cultural foundation of
education. Marietta: Merrill
Publishing Company.
Zuchdi, Darmiyati dkk, (2011).Model
pendidikan karakter terintegrasi.
Yogyakarta: UNY Press

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


Volume 3, Nomor 1,Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai