Anda di halaman 1dari 21

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

REVITALISASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM


MENINGKATKAN SIKAP BELAJAR PESERTA
DIDIK PADA MATA PELAJARAN
AL-QUR’AN HADITS
Titi Katili
Email: titikatili1974@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui revitalisasi nilai-nilai karakter


meningkatkan sikap belajar peserta didik pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits khususnya di
MTs Negeri 2 Kabupaten Gorontalo. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dilakukan melalui tahapan reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
revitalisasi nilai-nilai karakter dalam meningkatkan sikap belajar peserta didik pada mata
pelajaran Qur’an Hadits di MTs Negeri 2 Kabupaten Gorontalo yaitu nilai religius, jujur,
mandiri, toleransi, tanggungjawab dan disiplin. Cara guru mengintegrasikan pada
pembelajaran dengan memasukkan ke enam nilai/karakter tersebut kepada seluruh
kompetensi dasar dalam RPP, tanpa ada pemilahan dari nilai/karakter bersangkutan.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dengan cara melakukan penekanan tertentu pada materi
yang berhubungan dengan nilai karakter yang dibiasakan kepada peserta didik.
Kata Kunci : Nilai-nilai karakter, Sikap belajar, Al-Qur’an Hadits

semua segi kehidupan, termasuk dalam


PENDAHULUAN
bidang pendidikan.1
Sejarah kebijakan Pendidikan Undang-undang Nomor 20 Tahun
Indonesia dapat diikuti sesuai dengan 2003 tentang Sistem Pendidikan pada
pembagian kurun waktu sebagai berikut: Pasal 3, yang berbunyi Pendidikan
Periode 1945-1950, Periode 1950-1959, Nasional berfungsi mengembangkan
Periode 1959-1966, Periode 1966-1998 kemampuan dan membentuk karakter
(Orde Baru), Periode 1998-2000 serta peradaban bangsa yang bermartabat
(Reformasi), Periode 2000- sekarang dalam rangka mencerdaskan kehidupan
(Otonomi). Masa periode 1945-1950; bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia untuk berkembangnya potensi peserta
tanggal 17 Agustus 1945 adalah puncak
perjuangan bangsa Indonesia untuk bebas 1
Engkoswara dan Aan Komariah,
dari penjajahan dan bebas mengatur Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabet,
dirinya atas tanggung jawab sendiri dalam 2011).h. 1.

81
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

didik agar menjadi manusia yang beriman karena kualitas karakter bangsa
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha menentukan kemajuan suatu bangsa.
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Karakter yang berkualitas perlu dibentuk
cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga dan dibina sejak usia dini. Usia dini
Negara yang demokratis serta merupakan masa kritis bagi pembentukan
bertanggung jawab. karakter seseorang. Menurut Freud
Berdasarkan fungsi dan tujuan kegagalan penanaman kepribadian yang
Pendidikan Nasional, jelas bahwa baik di usia dini ini akan membentuk
pendidikan disetiap jenjang harus pribadi yang bemasalah dimana
diselenggarakan secara sistematis guna dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua
mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut membimbing anaknya dalam mengatasi
berkaitan dengan pembentukan karakter konflik kepribadian di usia dini sangat
peserta didik sehingga mampu bersaing, menentukan kesuksesan anak dalam
bertika, bermoral, sopan santun dan kehidupan sosial dimasa dewasanya
berinteraksi dengan masyarakat. Menurut (Erikson).3
salah satu penelitian dari Amerika (Ali Sekolah menyelenggarakan proses
Ibrahim Akbar) mengungkapkan bahwa belajar mengajar untuk membimbing,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 % mendidik, melatih dan mengembangkan
oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft kemempuan peserta didik untuk mencapai
skill. Bahkan orang-orang tersukses di tujuan antara lain ialah, menjadi manusia
dunia biasa berhasil dikarenakan lebih yang berbudi luhur. Dalam perkembangan
banyak didukung kemampuan soft skill pendidikan Indonesia, pendidikan karakter
dari pada hard skill. hilang dari kurikulum sekolah dan
Indonesia saat ini sedang digantikan oleh pelajaran lainya seperti
menghadapi dua tantangan besar, yaitu civics, PMP dan kemudian sekarang
dengan sentralisasi dan PPKn, sedangkan yang tetap ada dari dulu
desentralisasi/otonomi daerah yang saat ialah Pendidikan Agama, isinya antara
ini sudah dimulai dan era globalisasi total lain Pendidikan karakter.4
yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua Menurut T. Ramli pendidikan
tantagan tersebut merupakan ujian berat karakter memiliki esensi dan makna yang
yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh sama dengan pendidikan moral dan
seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses pendidikan akhlak, tujuanya adalah
dalam menghadapi tantangan berat itu membentuk pribadi anak, supaya menjadi
terletak pada kualitas sumberdaya manusia yang baik, warga masyarakat,
manusia (SDM) yang handal dan dan warga negara yang baik. Adapun
berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kriteria manusia yang baik, warga
sumber daya manusia sejak dini masyarakat yang baik dan warga negara
merupakan hal penting yang harus yang baik bagi suatu masyarakat atau
dipikirkan secara sungguh-sungguh2. bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
Karakter bangsa merupakan aspek
penting dari kualitas sumberdaya manusia 3
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter
(Jakarta : Bumi Aksara, 2011). h. 35.
4
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana dan
2
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Fenny, Pengembangan Pendidikan Karakter
Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama (Bandung : PT Refika Aditama, 2014). h. 8.
Widya, 2012), h. 2.

82
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi sesuai dengan fungsi pendidikan nasional
oleh karakter masyarakat dan bangsanya. yang tertuang dalam UU No 20 Tahun
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan 2003. Mengingat pendidikan karakter
karakter dalam konteks pendidikan di sangat berperan penting dalam
Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni membentuk bangsa yang tangguh,
pendidikan nilai-nilai luhur yang kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bersumber dari karakter bangsa Indonesia bertoleran, bergotong royong, berjiwa
sendiri, dalam rangka membina patriotik, berkembang dinamis,
kepribadian generasi muda.5 Jadi berorientasi ilmu pengetahuan dan
pendidikan karakter peserta didik teknologi yang semuanya yang dijiwai
merupakan suatu kualitas atau sifat baik oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
menurut norma agama, pancasila, budaya, Maha Esa berdasarkan pancasila.
dan tujuan pendidikan nasional yang terus Di MTs Negeri 2 Kabupaten
menerus dan kekal yang dapat dijadikan Gorontalo penerapan pendidikan karakter
identitas individu sebagai hasil dari selalu disampaikan pada saat upacara, apel
pengalaman belajar peserta didik. dan setiap guru mengajar, bahkan
Dewasa ini pendidikan sangatlah pendidikan karakter juga dilakukan
penting disemua jenjang sekolah melalui pembiasaan dan pembinaan,
khususnya pendidikan karakter. relevansi antara materi dan pendidikan
Pendidikan karakter sangatlah berkaitan karakter termasuk dalam meningkatkan
erat dengan sikap dan perilaku siswa sikap belajar siswa pada pembelajaran
sehari-hari yang merupakan bagian dari Qur’an Hadits.
tanggung jawab sekolah. Pada dasarnya Berdasarkan observasi awal pada
sekolah merupakan suatu lembaga yang pembelajaran Qur’an Hadits di MTs
memberikan pengajaran kepada murid- Negeri 2 Kabupaten Gorontalo, ditemukan
muridnya. Lembaga pendidikan ini rendahnya sikap belajar siswa pada Mata
memberikan pengajaran secara formal Pelajaran Qur’an Hadits. Sikap dapat
berbeda halnya dengan keluarga dan dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau
masyarakat yang memberikan pendidikan tindakan yang diinginkan. Sikap belajar
secara informal.6 Itu sebabnya sistem yang positif berkaitan erat dengan minat
pendidikan harus menanamkan nilai dan motivasi. Oleh karena itu, peserta
karakter disetiap pemberian materi didik yang sikap belajarnya positif akan
pelajaran. Nilai karakter harus ditanamkan belajar lebih aktif dan dengan demikian
pada diri siswa tidak hanya di lingkungan akan memperoleh hasil yang lebih baik
sekolah tetapi juga di keluarga dan dibandingkan peserta didik yang sikap
masyarakat. belajarnya negatif.7 Oleh karena itu sikap
MTs Negeri 2 Kabupaten peserta didik terhadap mata pelajaran
Gorontalo salah satu madrasah tsanawiyah Qur’an Hadits, harus lebih positif setelah
yang berada di Kabupaten Gorontalo,juga mengikuti pelajaran. perubahan ini
menerapkan pendidikan karakter yang merupakan salah satu indikator
keberhasilan guru dalam melaksnakan
5
pembelajaran. Untuk itu guru harus
Ibid., h. 15.
6 7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Djaali. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:
Mengajar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010),h. 5. Bumi Aksara, 2013), h. 17

83
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

merancang pengalaman belajar peserta oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu


didik yang membuat sikap mereka yang baik yang diciptakan manusia.
menjadi lebih positif. Contohnya, semua manusia
Pentingnya pengembangan sikap mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai
belajar peserta didik perlu dilakukan oleh nilai yang normative. Nilai menjadikan
guru, karena keberhasilan pembelajaran manusia terdorong untuk melakukan
pada ranah kognitif dan psikomotor tindakan agar harapan itu bias terwujud
dipengaruhi oleh ranah afektif. dalam kehidupannya. Nilai diharapkan
Kenyataannya dalam pembelajaran Qur’an manusia sehingga mendorong manusia
Hadits, sikap peserta didik kurang berbuat. Misalnya siswa mengharapkan
diperhatikan oleh guru dalam proses kepandaian, maka siswa melakukan
pembelajaran pada setiap materi yang berbagai kegiatan agar pandai. Kegiatan
diajarkan. Kendatipun setiap materi manusia pada dasarnya digerakkan atau
memiliki indikator sikap dalam kurikulum didorong oleh nilai.9
hasil belajar, namun kenyataannya guru Nilai itu tersebar disetiap wilayah
Qur’an Hadits lebih banyak pendidikan. Nilai itu mencakup setiap
mengembangkan ranah kognitif seperti aspek praktik sekolah. Nilai itu
menekankan pada hafalan dan merupakan dasar bagi sebuah persoalan
kemampuan atau keterampilan peserta pilihan dan pembuatan keputusan. Artinya
didik dalam belajar Qur’an Hadits yang nilai berada pada wilayah pikiran manusia
baik dan benar tanpa melihat dari ranah dengan pemahaman yang beragam, dan
afektif yaitu penerimaan peserta didik eksistensinya dibutuhkan manusia untuk
terhadap materi yang diberikan masih menjadi standar bagi sebuah perilaku yang
sangat jarang dilakukan apalagi dengan diinginkan tersebut akan benar-benar
pengembangan melalui nilai-nilai karakter diinginkan apabila ada proses pendidikan
dalam penerapannya. Hal inilah yang dan pendidikan erat kaitannya dengan
nyata terjadi di lapangan. berubahnya perilaku manusia menuju
kesempurnaan.
KAJIAN TEORI
2. Pengertian Karakter
Konsep Nilai-Nilai Karakter
Karakter berasal dari bahasa
1. Pengertian Nilai
yunani yang berarti to mark menandai dan
Nilai adalah gambaran tentang memfokuskan bagaimana
sesuatu yang indah dan menarik, yang mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan
mempesona yang menakjubkan, yang dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
membuat kita bahagia, senang dan sehingga orang yang tidak jujur, kejam,
merupakan sessuatu yang menjadikan rakus, dan perilaku jelek lainnya
seseorang atau sekelompok orang ingin dikatakan orang berkarakter jelek.
memilikinya.8 Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
Menurut Herminanto dan winarno dengan kaidah moral disebut dengan
“nilai merupakan sesuatu yang diharapkan berkarakter mulia. Secara etimolgis kata
karakter bias berarti sifat-sifat kejiwaan,
8
Muhmidayeli, fisafat pendidikan,
9
(Bandung: Refika Aditama, 2010). h. 101. Herminanto dan Winarno, Ilmu Sosial
Dan Budaya Dasar, (Jakarta Bumi Aksara). h. 128.

84
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

aklhlak atau budi pekerti yang itu, struktur akhlaq (karakter islami) harus
membedakan seseorang. Orang bersendikan pada nilai-nilai pengetahuan
berkarakter berarti orang yang memiliki ilahiah, bermuara dari nilai-nilai
watak, kepribadian, budi pekerti atau kemanusiaan dan berlandaskan pada ilmu
akhlak.10 Kepribadian merupakan cirri pengetahuan. Pembentukan karakter perlu
atau karakteristik atau sifat khas dari diri diawali dengan pengetahuan (teori).
seseorang yang bersumber dari proses Pengetahuan atau teori bias bersumber
alamiah sebagai hasil yang diterima dari dari pengetahuan agama, sosial, budaya.
lingkungan, misalnya keluarga pada masa Berdasarkan pengertian di atas
kecil, dan juga bawaan sejak lahir. dapat dipahami bahwa karakter identik
dengan akhlaq, sehingga karakter
Karakter menurut pusat Bahasa
merupakan niali-nilai perilaku manusia
Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
yang universal yang meliputi seluruh
kepribadian, karakter dan akhlaq mulia,
aktivitas manusia, baik dalam rangka
perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
berhubungan dengan Tuhannya, dengan
tempramen, watak. Adapun berkarakter
dirinya, dengan sesame manusia, maupun
adalah berkepribadian, berperilaku,
dengan lingkungannya, yang terwujud
bersifat, bertabiat dan berwatak. Individu
dalam pikiran, sikap, perasaaan,
yang berkarakter baik atau unggul
perkataan, perbuatan, berdasarkan norma-
seseorang yang berusaha melakukan hal-
norma agama, hukum, tata krama, budaya
hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang
dan adat istiadat.
Maha Esa, dirinya, sesama, Lingkungan,
Didalam al-Quran akan ditemukan
bangsa dan Negara serta dunia
banyak sekali pokok-pokok pembicaraan
internasional pada umumnya dengan
tentang akhlak atau karakter ini. Seperti
mengoptimalkan potensi (pengetahuan)
perintah untuk berbuat baik (ihsan), dan
dirinya dan disertai dengan kesadaran,
kebajikan (al-birr), menepati janji (al-
emosi dan memotivasinya (perasaannya).
wafa), sabar, jujur, takut kepada Allah
Menurut Kamus Besar Bahasa
SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat
Indonesia yang dimaksud karakter adalah
adil, pemaaf dalam banyak ayat didalam
sifat-sifat kejiwaan; akhlak atau budi
al-Quran. Kesemuanya itu merupakan
pekerti yang membedakan seseorang dari
prinsip-prinsip dan nilai karakter mulia
yang lain; tabiat; watak. Budi merupakan
yang harus dimiliki oleh setiap pribadi
alat batin yang merupakan panduan akal
muslim. Implementasi nilai karakter
dan perasaan untuk menimbang baik
dalam Islam, tersimpul dalam karakter
buruk; tabiat, akhlak, watak, perbuatan
pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi
baik; daya upaya dan akal. Perilaku
Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang
diartikan sebagai tanggapan dan reaksi
mulia dan agung. Dalam surah surat al-
individu yang berwujud dalam gerakan
Ahzab ayat 21 dijelaskan:
(sikap) tidak hanya badan tetapi juga
ucapan.
Istilah karakter dalam terminologi         
islam lebih dikenal dengan akhlaq. Untuk
        
10
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana dan
Fenny, Pengembangan Pendidikan Karakter
(Bandung : PT Refika Aditama, 2014). h. 17-18.

85
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

Terjemahnya: agar berbuat adil, yaitu menunaikan kadar


kewajiban berbuat baik dan terbaik,
Sesungguhnya telah ada pada berbuat kasih sayang pada ciptaan-Nya
(diri) Rasulullah itu suri teladan dengan bersilaturrahmi pada mereka serta
yang baik bagimu (yaitu) bagi menjauhkan diri dari berbagai bentuk
orang yang mengharap (rahmat) perbuatan buruk yang menyakiti sesama
Allah dan (kedatangan) hari dan merugikan orang lain.
kiamat dan Dia banyak menyebut Jadi karakter pesera didik
Allah. merupakan suatu kualitas atau sifat baik
Sesungguhnya Rasulullah adalah menurut norma agama, pancasila, budaya,
contoh serta teladan bagi umat manusia dan tujuan pendidikan nasional yang terus
yang mengajarkan serta menanamkan menerus kekal yang dapat dijadikan
nilai-nilai karakter yang mulia kepada identitas individu, sebagai hasil dari
umatnya. Sebaik-baik manusia adalah pengalaman belajar peserta didik.
yang baik karakter atau akhlaknya dan Karakter dikembangkan melalui
manusia yang sempurna adalah yang tahapan pengetahuan (knowing),
memiliki akhlak al-karimah, karena ia pelaksanaan (acting),dan kebiasaan
merupakan cerminan iman yang (habit). Karakter tidak terbatas pada
sempurna. Dalam Islam, karakter atau pengetahuan saja. Sesorang memiliki
akhlak mempunyai kedudukan penting pengetahuan kebaikan belum tentu
dan dianggap mempunyai fungsi yang mampu bertindak sesuai dengan
vital dalam memandu kehidupan pengetahuannya, jika tidak terlatih
masyarakat. Sebagaimana firman Allah (menjadi kebiasaan) untuk melakukan
SWT di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl kebaikan tersebut. Karakter juga
ayat 90 sebagai berikut: menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan
diri. Dengan demikian diperlukan tiga
komponen karakter yang baik
        (components of good character), yaitu
pengetahuan tentang moral (moral
     knowing), perasaan/penguatan emosi
(moral feeling), dan perbuatan moral
      (moral action).11 Hal ini diperlukan agar
peserta didik dan warga sekolah lain yang
terlibat dalam sistem pendidikan tersebut
Terjemahnya: sekaligus dapat memahami, merasakan,
Sesungguhnya Allah menyuruh menghayati, dan mengamalkan
(kamu) Berlaku adil dan berbuat (mengerjakan) nilai-nilai kebijakan
kebajikan, memberi kepada kaum (moral).
kerabat, dan Allah melarang dari Pengembangan karakter dalam
perbuatan keji, kemungkaran dan suatu sistem pendidikan adalah
permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu
11
dapat mengambil pelajaran. Daryanto, suryanti, bintar,
Ayat di atas menjelaskan tentang Implementasi pendidikan karakter (Yogyakarta:
Gava Media, 2012). h. 23.
perintah Allah yang menyuruh manusia

86
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

keterkaitan antara komponen-komponen hasil baru dari sesuatu yang telah


karakter yang mengandung nilai-nilai dimiliki.
perilaku, yang dapat dilakukan atau g. Mandiri yaitu sikap dan perilaku
bertindak secara bertahap dan saling yang tidak mudah tergantung pada
berhubungan antara pengetahuan nilai- orang lain dalam menyelesaikan
nilai perilaku dengan sikap emosi yang tugas-tugas.
kuat untuk melaksanakannya, baik h. Demokratis yaitu cara berfikir,
terhadap tuhan yang maha Esa, dirinya, bersikap, dan bertindak yang menilai
sesama, lingkungan, bangsa dan negara, sama hak dan kewajiban dirinya dan
serta dunia internasional. orang lain.
i. Rasa ingin tahu sikap dan tindakan
3. Nilai-Nilai Karakter
yang slalu berupaya untuk
Adapun nilai-nilai yang
mengetahui lebih mendalam dan
dikembangkan dalam pendidikan budaya
meluas dari sesuatu yang
dan karakter bangsa yang diidentifikasi
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
adalah sebagai berikut:
j. Semangat kebangsaan yaitu cara
berfikir, bertindak dan berwawasan
a. Religius yaitu sikap dan perilaku
menepatkan kepentingan bangsa dan
yang patuh dalam melaksanakan
negara di atas kepentingan diri dan
ajaran agama yang dianutnya, toleran
kelompoknya.
terhadap pelaksanaan ibadah agama
k. Cinta tanah air yaitu cara berfikir,
lain dan hidup rukun dengan pemeluk
bersikap dan berbuat yang
agama lain.
menunjukan kesetiaan kepeduliaan
b. Jujur yaitu perilaku yang didasarkan
dan penghargaan yang tinggi
pada upaya menjadikan dirinya
terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sebagai orang yang selalu dapat
social, budaya, ekonomi dan politik
dipercaya dalam perkataan, tindakan
bangsa.
dan pekerjaan.
l. Menghargai prestasi yaitu sikap dan
c. Toleransi yaitu sikap dan tindakan
tindakan yang mendorong dirinya
yang menghargai perbedaan agama,
untuk menhasilkan sesuatu yang
suku, etnis, pendapat, sikap dan
berguna bagi masyarakat, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari
mengakui, serta mengormati
dirinya.
keberhasilan orang lain.
d. Disiplin yaitu tindakan yang
m. Bersahabat yaitu komunikatif
menunjukkan perilaku tertip dan
tindakan yang memperlihatkan rasa
patuh pada berbagai ketentuan dan
senang berbicara, bergaul, dan
peraturan.
bekerja sama dengan orang lain.
e. Kerja Keras yaitu perilaku yang
n. Cinta damai yaitu sikap, perkataan
menunjukan upaya sungguh-sungguh
dan tindakan yang menyebabkan
dalam mengatasi berbagai hambatan
orang lain merasa senan dan aman
dan tugas, serta menyelesaikan tugas
atas kehadiran dirinya.
dengan sebaik-baiknya.
o. Gemar membaca yaitu kebiasaan
f. Kreatif yaitu berfikir dan melakukan
menyediakan waktu untuk membaca
sesuatu untuk menghasilkan cara atau
berbagai bacaan yang memberikan
kebijakan bagi dirinya.

87
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

p. Peduli lingungan yaitu sikap dan Menurut Nana Sudjana, “sikap


tindakan yang selalu berupaya pada hakikatnya adalah kecenderungan
mencegah kerusakan pada berperilaku pada seseorang”. Sikap juga
lingkungan alam di sekitarnya, dan dapat diartikan rekasi seseorang terhadap
mengembangkan upaya-upaya untuk stimulus yang datang kepada dirinya. Ada
memperbaiki kerusakan alam yang tiga komponen sikap, yakni kognisi,
sudah terjadi. afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan
q. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan dengan pengetahuan seseorang tentang
yang selalu ingin memberi bantuan objek atau stimulus yang dihadapinya,
pada orang lain dan masyarakat yang afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
membutuhkan. menanggapi objek tersebut, sedangkan
r. Tanggung jawab yaitu sikap dan konasi berkenaan dengan kecenderungan
perilaku seseorang untuk berbuat terhadap objek tersebut. Oleh
melaksanakan tugas dan sebab itu, sikap selalu bermakna bila
kewajibannya yang seharusnya dihadapkan kepada objek tertentu.15
dilakukan, terhadap diri sendiri, Sikap telah didefinisikan dalam
masyarakat, lingkungan (alam, sosial berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz
dan budaya), negara dan Tuhan Yang mengemukakan adanya lebih dari
Maha Esa.12 tigapuluhan definisi sikap. Rensis Likert,
juga seorang pionir di bidang pengukuran
Konsep sikap belajar
sikap dan Charles Osgoo, menurut
1. Pengertian Sikap Belajar mereka, sikap adalah suatu bentuk
Istilah sikap (attitude) dapat evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
diekspresikan dengan berbagai cara, seorang terhadap suatu objek adalah
dengan kata-kata yang berbeda.13 Menurut perasaan mendukung atau memihak
Sarlito Wirawan, “sikap adalah kesiapan (favorable) maupun perasaan tidak
pada seseorang untuk bertindak secara mendukung atau tidak memihak
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap (unfavorable) pada objek tersebut
ini dapat bersifat psoitif dan dapat pula Berkowitz. Secara lebih spesifik,
bersifat negatif”. Dalam sikap positif, Thurstone sendiri memformulasikan sikap
kecenderungan tindakan adalah sebagai derajat efek positif dan efek
mendekati, menyenangi, mengharapkan negatif terhadap suatu objek psikologis.16
obyek tertentu, sedangkan dalam sikap Kelompok pemikiran yang kedua
negatif terdapat kecenderungan untuk diwakili oleh para ahli seperti Chave,
menjauhi, menghindari, membenci, tidak Bogardus, Lapierre, Mead, dan Gordon
menyukai obyek tertentu.14 Allport tokoh terkenal di bidang
psikologi sosial dan psikologi kepribadian
yang konsepsi mereka mengenai sikap
12
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana dan
Fenny, op.cit., h. 18-19.
13 15
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia: Teori Nana, Sudjana. Penilaian Hasil Proses
dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 3-4 2009), h. 90
14 16
Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia:
Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), h. Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Pustaka
94 Pelajar, 2005), h.4-7

88
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

lebih kompleks. Menurut kelompok “suatu konstruksi untuk memungkinkan


pemikiran ini, “sikap merupakan semacam terlihatnya suatu aktifitas”.
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu Pengertian sikap itu sendiri dapat
objek dengan cara tertentu”. Hal ini dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait
dikatakan bahwa kesiapan yang seperti sikap dengan kepribadian, motif,
dimaksudkan merupakan kecenderungan tingkat keyakinan. Namun dapat diambil
potensial untuk bereaksi dengan cara pengertian yang memiliki persamaan
tertentu apabila individu dihadapkan pada karakteristik, yaitu sikap adalah tingkah
suatu stimulus yang menghendaki adanya laku yang terkait dengan kesediaan untuk
respons. Kelompok pemikiran yang ketiga merespon obyek sosial yang membawa
adalah kelompok yang berorientasi kepada dan menuju ke tingkah laku yang nyata
skema triadik (triadic schema). Menurut dari seseorang. Hal itu berarti tingkah laku
kerangka pemikiran ini suatu sikap dapat diprediksi apabila telah diketahui
merupakan konstelasi komponen- sikapnya.19
komponen kognitif, afektif dan konatif Jadi makna sikap yang terpenting
yang saling berinteraksi dalam apabila diikuti oleh objeknya, misalnya
memahami, merasakan, dan berperilaku sikap peserta didik terhadap pembelajaran
terhadap suatu objek. Secord & Backman Bahasa Arab, harus lebih positif setelah
mendefinisikan sikap sebagai keteraturan mahasiswa mengikuti pembelajaran
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), Bahasa Arab dibanding sebelum
pemikiran (kognisi), dan predisposisi mengikuti pembelajaran. Perubahan ini
tindakan (konasi) seseorang terhadap merupakan salah satu indikator
suatu aspek di lingkungan sekitarnya.17 keberhasilan pendidik dalam
Sikap adalah “sebagai suatu objek melaksanakan proses pembelajaran. Untuk
yang kemudian akan berpengaruh pada itu guru harus membuat rencana
emosi, setelah itu memungkinkan pembelajaran termasuk pengalaman
timbulnya reaksi atau kecenderungan belajar peserta didik yang membuat sikap
untuk berbuat sesuatu”.18 Pada banyak hal peserta didik terhadap mata pelajaran
sikap adalah penentuan yang paling Bahasa Arab menjadi lebih positif.
penting dalam tingkah laku manusia. Definisi sikap menurut Thurstone
Sebagai reaksi maka sikap selalu berkaitan yang dikutip Suryadi, adalah derajat afek
dengan dua pilihan, apakah senang dan positif atau afek negatif yang dikaitkan
tidak senang untuk melaksanakan atau dengan suatu obyek psikologis. Sikap
menjauhinya. Perasaan senang meliputi adalah keadaan mental dan syaraf dari
sejumlah perasaan yang lebih spesifik kesiapan, yang diatur melalui pengalaman
seperti rasa puas, sayang, rasa bahagia yang memberikan pengaruh dinamik atau
perasaan tidak senang meliputi sejumlah terarah terhadap respon individu pada
rasa yang khas pula yaitu rasa takut, rasa emua obyek dan situasi yang berkaitan
gelisah, cemburu, marah, dendam. Dalam dengannya.20 Dari sini sikap dapat
pengertian lain, sikap diartikan sebagai
19
Gerungan, W.A., Psikotogi Sosial
17
Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi (Fungsi (Bandung: Aresco, 1986), h. 149
20
dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar). Suryadi, Ace dan Mulayan, Wiana.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.5 Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan
18
Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Pembinaan Kemampuan Profesionalisme Guru.
Gramedia WidiaSarana Indonesia, 1996), h.63 (Jakarta: Cardimas Metropole, 2003), h. 104

89
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

digambarkan sebagai kecenderungan terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah


subyek merespon suka atau tidak suka penilaian yang dilakukan untuk
terhadap suatu obyek. Dalam bahasan ini mengetahui sikap peserta didik terhadap
yang berperan sebagai subyek yaitu guru mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
dan obyek yaitu pekerjaan yang diemban pendidik dan sebagainya.
para guru. Sikap ini ditunjukkkan dalam Definisi sikap yang telah
berbagai kualitas dan intensitas yang dikemukakan di atas, masih umum dan
berbeda dan bergerak secara kontinyu dari bersifat teoretis. Hal ini menimbulkan
positif melalui areal netral ke arah negatif. kesulitan dalam pengukurannya, oleh
Kualitas sikap digambarkan sebagai sebab itu Show dan Wright dalam
valensi positif menuju negatif, sebagai (Azwar),22 bahwa sikap memiliki referensi
hasil penilaian terhadap obyek tertentu. atau kelas referensi yang spesifik dan
Sedangkan intensitas sikap digambarkan membatasi konstruksi sikap komponen
dalam kedudukan ekstrim positif atau afektif saja. Lebih jauh mereka
negatif. Kualitas dan intensitas sikap mengemukakan, aspek afektif ini
tersebut menunjukkkan suatu prosedur mendahului tingkah laku dan didasarkan
pengukuran yang menempatkan sikap pada proses kognitif.
seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif Menurut Azwar, sikap terdiri atas
yang bipolar dari ekstrim positif menuju 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
ekstrim negatif. a. Komponen kognitif merupakan
Sehubungan dengan pengertian representasi apa yang dipercayai oleh
yang dikemukakan di atas, dapat individu pemilik sikap, komponen
ditemukan unsur yang hampir sama pada kognitif berisi kepercayaan stereotipe
sikap, yaitu sikap merupakan yang dimiliki individu mengenai
kecenderungan untuk bertindak atau sesuatu dapat disamakan penanganan
bereaksi terhadap rangsangan baik positif (opini) terutama apabila menyangkut
maupun negatif. Oleh karena itu, masalah isu atau problem yang
manifestasi sikap tidak dapat langsung kontroversial.
dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan b. Komponen afektif merupakan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang perasaan yang menyangkut aspek
masih tertutup. emosional. Aspek emosional inilah
Sikap belajar adalah perasaan yang biasanya berakar paling dalam
senang atau tidak senang, perasaan setuju sebagai komponen sikap dan
atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak merupakan aspek yang paling
suka terhadap guru, tujuan, materi dan bertahan terhadap pengaruh-pengaruh
tugas-tugas serta lainnya.21 yang mungkin adalah mengubah
Sikap belajar dapat diartikan sikap seseorang komponen afektif
sebagai kecenderungan perilaku ketika ia disamakan dengan perasaan yang
mempelajari hal-hal yang bersifat dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
akademik. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi
22
Show dan Wright dalam Azwar, Sikap
Manusia, Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta:
21
Alisuf, Sabri. Psikologi Pendidikan. Liberty, 2005), h. 6
(Jakarta: Pendoman Ilmu Jaya, 1996), h. 22

90
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

c. Komponen konatif merupakan aspek 2. Tingkatan Sikap


kecenderungan berperilaku tertentu
Menurut Azwar sikap terdiri dari
sesuai dengan sikap yang dimiliki
berbagai tingkatan yakni:24
oleh seseorang. Dan berisi tendensi
a. Menerima (receiving)
atau kecenderungan untuk
Menerima diartikan bahwa orang
bertindak/bereaksi terhadap sesuatu
(subjek) mau dan memperhatikan
dengan cara-cara tertentu. Dan
stimulus yang diberikan (objek).
berkaitan dengan objek yang
b. Merespon (responding)
dihadapinya adalah logis untuk
Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengharapkan bahwa sikap
mengerjakan dan menyelesaikan tugas
seseorang adalah dicerminkan dalam
yang diberikan adalah suatu indikasi
bentuk tendensi perilaku.
sikap karena dengan suatu usaha untuk
Selanjutnya Rosenberg dalam
menjawab pertanyaan atau
(Azwar), dengan teori konsistensi afektfi-
mengerjakan tugas yang diberikan.
kognitifnya memandang bahwa ketiga
Lepas pekerjaan itu benar atau salah
komponen tersebut di atas saling
adalah berarti orang itu menerima ide
berinteraksi secara selaras dan konsistensi
tersebut.
dalam mempolakan arah sikap yang
c. Menghargai (valuing)
seragam23. Apabila ketiga komponen itu
Mengajak orang lain untuk
ada yang tidak selaras atau tidak konsisten
mengerjakan atau mendiskusikan
satu sama lain, maka akan menyebabkan
dengan orang lain terhadap suatu
timbulnya mekanisme perubahan sikap
masalah adalah suatu indikasi sikap
sampai konsistensi dapat tercapai kembali
tingkat tiga, misalnya seorang
sehingga sikap yang semula negatif dapat
mengajak ibu yang lain (tetangga,
berangsur-angsur berubah menjadi positif.
saudaranya, dsb) untuk menimbang
Akan tetapi sikap yang ekstrim seperti
anaknya ke posyandu atau
sangat setuju atau sangat tidak setuju
mendiskusikan tentang gizi adalah
biasanya tidak mudah untuk dirubah.
suatu bukti bahwa si ibu telah
Dari semua pengertian yang
mempunyai sikap positif terhadap gizi
diungkapan di atas dapat diambil sebuah
anak.
pengertian tentang sikap, yaitu sikap
d. Bertanggung jawab (responsible)
adalah penerimaan, tanggapan, dan
Bertanggung jawab atas segala sesuatu
penilaian seseorang terhadap suatu obyek,
yang telah dipilihnya dengan segala
situasi, konsep, orang lain maupun dirinya
resiko adalah mempunyai sikap yang
sendiri akibat hasil dari proses belajar
paling tinggi.
maupun pengalaman di lapangan yang
3. Fungsi Sikap Belajar
menyebabkan perasaan senang
Ada sesuatu yang
(positif/sangat positif) atau tidak senang
melatarbelakangi mengapa siswa
(negatif/tidak negatif).
mengambil sikap. Hal ini berkaitan erat
dengan fungsi sikap, sebagai berikut:
a. Sikap sebagai instrumen atau alat
untuk mencapai tujuan (instrumental
23
Ronsemberg dalam Azwar, Sikap
Manusia, Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta :
24
Liberty, 2005), h. 9 Azwar, Saifuddin. op.cit., h. 11

91
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

function). tersebut. Siswa mempunyai sikap positif


Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap suatu objek yang bernilai dalam
terhadap objek atas dasar pemikiran pandangannya, dan ia akan bersikap
sampai sejauh mana objek sikap negatif terhadap objek yang dianggapnya
tersebut dapat digunakan sebagai alat tidak bernilai dan atau juga merugikan.
atau instrumen untuk mencapai tujuan Sikap ini kemudian mendasari dan
yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendorong ke arah sejumlah perbuatan
mendukung dalam pencapaian tujuan, yang satu sama lainnya berhubungan. Hal
maka orang akan mempunyai sikap yang menjadi objek sikap dapat
yang positif terhadap objek yang bermacam-macam. Sekalipun demikian,
bersangkutan, demikian pula orang hanya dapat mempunyai sikap
sebaliknya. Fungsi ini juga sering terhadap hal-hal yang diketahuinya. Jadi
disebut sebagai fungsi penyesuaian harus ada sekedar informasi pada
(adjustment), karena dengan seseorang untuk dapat bersikap terhadap
mengambil sikap tertentu seseorang suatu objek. Informasi merupakan kondisi
akan dapat menyesuaikan diri dengan pertama untuk suatu sikap. Dari informasi
keadaan lingkungannya. yang didapatkan itu akan menimbulkan
b. Sikap sebagai pertahanan ego berbagai macam perasaan positif atau
Kadang-kadang orang mengambil negatif terhadap suatu objek.
sikap tertentu terhadap sesuatu objek
METODE
karena untuk mempertahankan ego
atau akunya. Apabila seseorang merasa Penelitian ini menggunakan jenis
egonya terancam maka ia akan penelitian kualitatif. Lexy J Maleong,
mengambil sikap tertentu terhadap dalam bukunya Metode Penelitian
objek demi pertahanan egonya. Kualitatif, berpendapat, bahwa sumber
Misalnya orang tua mengambil sikap data utama dalam penelitian kualitatif
begitu keras (walaupun sikap itu ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya
sebetulnya tidak benar), hal tersebut adalah data tambahan seperti dokumen
mungkin karena dengan sikap keadaan dan lain-lain.25 Hal serupa menurut
ego atau aku-nya dapat dipertahankan. Bogdan dan Taylor dalam Maleong bahwa
c. Sikap sebagai ekspresi nilai prosedur penelitian yang menghasilkan
Yang dimaksud ialah bahwa sikap data deskriptif berupa kata-kata tertulis
seseorang menunjukkan bagaimana atau lisan dari orang-orang dan perilaku
nila-nilai pada orang tua. Sikap yang yang dapat diamati. Menurut mereka,
diambil oleh seseorang mencerminkan pendekatan ini diarahkan pada latar dan
sistem nilai yang ada pada diri orang individu tersebut secara utuh.26 Penelitian
tersebut. dengan menggunakan pendekatan
d. Sikap sebagai fungsi pengetahuan kualitatif deskriptif dilakukan jika peneliti
Ini berarti bahwa bagaimana sikap ingin menjawab persoalan-persoalan
seseorang terhadap sesuatu objek akan tentang fenomena yang ada/berlaku
mencerminkan keadaan pengetahuan dari sekarang. Ini mencakup baik studi tentang
orang tersebut. Apabila pengetahuan
25
seseorang mengenai sesuatu belum Lexy J Maleong “Metode Penelitian
konsisten maka hal itu akan berpengaruh Kualitatif” (Bandung: Remaja Rosadakarya,2001).
h 112.
pada sikap orang itu terhadap objek 26
Ibid., h. 3.

92
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

fenomena sebagaimana adanya, maupun Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
pengkajian hubungan-hubungan antara berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
berbagai variabel dalam fenomena yang menjadi warga negara yang demokratis
diteliti.27 serta bertanggung jawab.28
Teknik pengumpulan data yaitu Guru di MTs Negeri 2 Kabupaten
observasi, wawancara dan dokumentasi. Gorontalo mempunyai pandangan yang
Teknik analisis data yang digunakan samatentang nilai/karakter. Nilai/karakter
dalam penelitian ini adalah teknik analisis dalam persepsinya adalah disamakan
data model interaktif (interactive model of dengan etika atau akhlak. Pendidikan
analysis) sebagaimana yang nilai/karakter adalah pendidikan akhlak
dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang harus diterapkan dan dapat
yang meliputi prosedur reduksi data, diimplementasikan dalam kehidupan
display data atau penyajian data dan sehari-hari oleh siswa dan semua
verifikasi atau menarik kesimpulan. stakeholder madrasah baik, guru, kepala,
HASIL tenaga kependidikan dan masyarakat.
Pandangan yang sama tentang nilai dan
Penerapan nilai-nilai karakter
etika oleh semua guru MTs Negeri 2
merupakan pendidikan yang
Kabupaten Gorontalo tersebut
mengembangkan nilai-nilai karakter
berkonsekuensi pada cara
bangsa pada diri peserta didik sehingga
mengimplementasikan nilai tersebut ke
mereka memiliki nilai karakter sebagai
dalam pembelajaran yang dilakukannya.
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai
Wakil kepala madrasah
tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai
mengemukakan bahwa pendidikan
anggota masyarakat, dan warga Negara
nilai/karakter lebih diartikan sebagai
yang religius, nasionalis, produktif dan
sebagai upaya-upaya yang dirancang dan
kreatif.
dilaksanaakan secara sistematis untuk
Penerapan nilai-nilai karakter
menanamkan perilaku peserta didik yang
pada pelajaran Qur’an Hadits merupakan
berkaitan dengan Tuhan yang maha esa,
salah satu bentuk pihak madrasah dan
diri sendiri, lingkungan, sesama manusia,
guru Qur’an Hadits dalam
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
mengembangkan nilai-nilai karakter pada
sikap, perasaaan, dan perbuatan
diri siswa. Seperti yang dikemukakan oleh
berdasarkan norma-norma agama, hukum
kepala madrasah MTs Negeri 2 Kabupaten
tata karma budaya serta adat istiadat.29
Gorontalo bahwa sesuai dengan fungsi
Sama halnya yang dikemukakan
pendidikan nasional mengembangkan
Guru Qur’an Hadits mengemukakan
kemampuan dan membentuk watak serta
sebagai pendidikan karakter sebagai
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
sebuah usaha sadar dan terencana untuk
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
mewujudkan kualitas peserta didik
bertujuan untuk berkembangnya potensi
mempunyai tingkat kemanusian yang baik
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan 28
Karsum Suleman, Kepala Madrasah,
Wawancara: Kamis, 14 Juli 2016
27 29
Ine Amirman Yousda dan Zainal Arifin, Sri Astuti Kumadji, Wakil Kepada
Penelitian dan Statisitik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Madrasah Bidang Kurikulum, Wawancara: Kamis,
Aksara, 1993), h. 21. 14 Juli 2016

93
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

berdasarkan pada prinsip-prinsip moral, dapat diketahui bahwa penerapan nilai-


sehingga peserta didik secara sadar nilai karakter bukan hanya pada pelajaran
mempunyai watak dan prinsif yang teguh Qur’an Hadits tetapi kepala madrasah juga
untuk menghadapi tantangan kehidupan di memberi kebijakan pada semua guru mata
masa sekarang dan masa akan datang.30 pelajaran untuk menerapkan nilai-nilai
Salah seorang guru di MTs Negeri karakter dalam setiap pelajaran.
2 Kecamatan Kabupaten Gorontalo juga MTs Negeri 2 Kabupaten
mengemukakan pandangannya tentang Gorontalo mempunyai cara yang hampir
pendidikan karakter pada konteks sama dalam menentukan nilai/karakter
persekolahan sebagai usaha secara sadar yang akan dikembangkan di madrasah
dan terencana untuk menyiapkan peserta lainnya pada umumnya. Kepala madrasah
didik mempunyai kecakapan matang menyadari secara penuh bahwa
berdasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa nilai/karakter merupakan hal penting
dalam lingkup sekolah. Konsekuensi dari untuk diimplementasikan dalam
konsep pendidikan karakter tersebut kehidupan madrasah. Kepala madrasah
mensyaratkan adanya proses, keteladanan, memerintahkan kepada semua guru,
pembiasaan dan atau pembudayaan dalam utamanya guru yang mengajar bidang
lingkungan peserta didik dalam studi agama untuk memperhatikan secara
lingkungan sekolah, keluarga atau seksama tentang pendidikan nilai/karakter.
lingkungan masyarakat.31 Beberapa nilai standar yang telah
Senada dengan pendapat di atas, dijabarkan oleh pemerintah dipersilahkan
salah seorang guru mengemukakan bahwa untuk dipilih dan diimplementasikan ke
pembelajaran lebih diarahkan kepada dalam pembelajaran disesuaikan dengan
penanaman nilai karakter yang ada dalam kondisi madrasah. Selain itu, kepala
kehidupan siswa di madrasah. Pendidikan madrasah juga meminta kepada guru
nilai/karakter yang semua terkait dengan untuk memperhatikan visi dan misi dari
materi pelajaran akhlak perlu madrasah yang bersangkutan dalam
dikembangkan, diekplisitkan, dikaitkan menerapkan pendidikan nilai agar
dalam bentuk kegiatan sehari-hari, penerapan nilai yang ada bisa sejalan
sehingga pelajaran karakter/nilai bukan dengan visi dan misi yang diembannya.33
merupakan pelajaran kognitif, melainkan Pendapat di atas selaras dengan
pelajaran yang diarahkan untuk bias yang diungkapkan oleh wakil kepala
menyentuh pada internalisasi serta madrasah bahwa para guru memilih
pengalaman nyata dalam kehidupan nilai/karater untuk dapat diterapkan dalam
seharihari peserta didik.32 lingkungan madrasah selain
Dari hasil wawancara yang memperhatikan dari visi, misi dan kondisi
dilakukan peneliti dengan informan di atas madrasah juga memperhatikan kondisi
guru itu sendiri yang terkait dengan
30 kemampuan, efektifitas waktu serta cara
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis,
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016
mengevaluasinya.34
31
Cica R. Mustapa, Guru MTs Negeri 2
33
Kabupaten Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 16 Juli Karsum Suleman, Kepala Madrasah,
2016 Wawancara: Kamis, 14 Juli 2016
32 34
Darwati Nalole, Guru MTs Negeri 2 Sri Astuti Kumadji, Wakil Kepada
Kabupaten Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 16 Juli Madrasah Bidang Kurikulum, Wawancara: Kamis,
2016 14 Juli 2016

94
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

Guru Qur’an Hadits di madrasah dapat dilakukan dengan cara


mengemukakan bahwa penentuan nilai mengklasifi kasikan nilai yang ada
karakter untuk diterapkan dalam berdasarkan jenis karakter yang ada.
lingkungan madrasah lebih banyak Pengklasifi kasian nilai yang ada
ditentukan oleh guru bidang studi agama. dimasudkan untuk memudahkan madrasah
sebagai guru agama lebih banyak dalam memilah nilai mana yang akan
memperhatikan nilai/karakter yang ada di diprioritaskan untuk ditumbuh
silabus yang dikeluarkan dari Kemenag kembangkan lebih dahulu dibanding nilai
dan menyalin nilai/karakter yang ada ke lainPembagian nilai dilakukan dengan
dalam silabus yang dikembangkan oleh membaginya kepada nilai terkait dengan
guru bersangkutan.35 Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan
Sementara salah seorang guru dan kebangsaan.
mengemukakan bahwa penentuan Di MTs Negeri 2 Kabupaten
nilai/karakter lebih banyak didasarkan Gorontalo, penerapan nilai-nilai karakter
kepada kesadaran para guru di madrasah pada sikap belajar pada mata pelajaran
bersangkutan tentang nilai yang harus Qur’an Hadits nilai-nilai karakter yang
terinternalisasi pada siswa madrasah. diterapkan yaitu nilai religius, jujur,
Kondisi lingkungan sekitar madrasah toleransi, disiplin, kerja keras dan
menjadi perhatian utama dalam tanggung jawab.
memasukkan nilai ke dalam mata Cara mengintegrasikan
pelajaran di madrasah ini. Tentang nilai nilai/karakter pada RPP mata pelajaran
apa yang akan diterapkan pada madrasah Qur’an Hadits menurut pendapat Qur’an
sangat ditentukan oleh inovasi yang Hadits bahwa mengintegrasikan
dimiliki guru bersangkutan.36 nilai/karakter pada silabus dan Rencana
Dari pendapat di atas, menurut Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
peneliti tidak ada regulasi yang mengatur cara mencuplik nilai/karakter yang ada
tentang jumlah nilai karakter yang pada silabus dari Kemenag. Pada semua
ditentukan dan akan dikembangkan di kompetensi dasar (KD) yang ada
madrasah. Madrasah dapat dengan leluasa menggunakan nilai/ karakter yang sama.
menentukan nilai yang akan Pada semua KD yang ada di mata
dikembangkan di madrasah berdasar hal- pelajaran Qur’an Hadits di madrasah
hal sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi dimasukkan 6 nilai/karakter yang
6 butir pokok nilai/ karakter sebagai tolak diambilkan dari panduan kemenag.
ukur pengembangan nilai tetap harus Silabus dan RPP mata pelajaran Qur’an
menjadi perhatian bagi semua lembaga Hadits telah dilengkapi dengan
pendidikan termasuk juga madrasah; nilai/karakter. Nilai seperti religiusitas,
keenam butir tersebut adalah; kejujuran, kejujuran dan mandiri dimasukkan ke
keriligiusan, kecerdasan, ketangguhan, dalam silabus dan tanpa dibedakan antara
kedemokratisan dan kepedulian. KD satu dengan yang lainnya. Semua guru
Penentuan karakter yang akan diterapkan berkeyakinan bahwa keenam nilai tersebut
harus diinternalisasikan ke dalam semua
35
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis, KD yang ada pada mata pelajaran
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016
36
Cica R. Mustapa, Guru MTs Negeri 2
Kabupaten Goorntalo, Wawancara: Kamis, 14 Juli
2016

95
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

bersangkutan, tanpa perlu untuk media dan alat pembelajaran yang ada di
37
membedakannya. kelas seperti gambar atau tulisan yang ada
Cara guru merancang media dan di ruang kelas, buku pegangan guru, buku
alat pembelajaran Qur’an Hadits menurut pegangan siswa, buku lain yang terkait
pendapat Qur’an Hadits bahwa dengan materi yang ada di perpustakaan
memasukkan nilai-nilai karakter dalam serta sarana di lingkungan madrasah. 39
setiap proses kegiatan belajar-mengajar. Cara guru menyampaikan
Selain menggunakan buku pegangan nilai/karakter kepada siswanya pada
siswa atau guru, proses belajar-mengajar pembelajaran Qur’an Hadits tidak
di kelas maupun di luar kelas juga merubah desain pembelajaran itu sendiri,
dianggap sebagai media memasukkan baik pada sisi kompetensi dasar, indikator,
nilai-nilai karakter yang ada. Dalam tujuan, materi, media dan alat
pembelajaran lebih banyak menggunakan pembelajaran serta pada alokasi waktu
buku pegangan guru sebagai media yang digunakan dalam pembelajarannya.
pembelajarannya serta sarana yang ada di Pembelajaran Qur’an Hadits lebih
dalam kelas dan di lingkungan madrasah diarahkan kepada penguasaan materi yang
juga sebagai media untuk mendukung disampaikan dan implementasi materi
pelaksanaan pembelajaran termasuk juga yang disampaikan tersebut ke dalam
dalam mengintegrasikan pendidikan nilai. kehidupan siswa baik di madrasah, rumah
Pemanfaatan papan tulis, tulisan kata-kata ataupun di masyarakat. Beberapa
bijak yang dipampang di ruang kelas, nilai/karakter pokok yang diambil dan
sarana tempat ibadah dan olah raga juga dimasukkan pada RPP seperti religius,
dimanfaatkan untuk media dan alat jujur, mandiri, demokratis, komunikatif,
pembelajaran untuk mengintegrasikan tanggungjawab diintegrasikan pada materi
pendidikan nilai. 38 Qur’an Hadits yang disampaikan. 40
Guru Qur’an Hadits Materi Qur’an Hadits yang sarat
menambahkan dalam merancang media dengan nilai-nilai di atas hanya
dan alat pembelajaran selain membutuhkan penekanan tertentu untuk
menggunakan buku pegangan guru dan mengimplementasikan nilai/karakter pada
siswa, juga lebih banyak mengembangkan kehidupan sehari-hari. Bentuk penekanan
media dan alat pembelajaran dari pengintegrasian nilai yang sering
pemanfaatan teknologi informasi (TI) dilakukan oleh guru pada penyampaian
yang ada. Banyak gambar atau bahkan materi Qur’an Hadits adalah mengulang
vedio yang diunduh dari internet materi tertentu. Setelah guru memberikan
dirancang untuk media. Pemanfaatan tugas kepada siswa, maka selalu
sarana ibadah berupa mushola madrasah mengingatkan kepada para siswa tentang
juga menjadi salah satu alat penting untuk bentuk dan sikap kejujuran, kemandirian,
penanaman nilai keagamaan siswa. tanggungjawab dan komunikatif yang
Dengan demikian perancangan media dan dipratekkan oleh Rasulullah. Metode
alat pembelajaran lebih memanfaatkan
39
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis,
37
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis, Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016 40
38 Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis,
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis,
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016

96
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

pembelajaran yang digunakan dalam Untuk nilai karakter jujur sesuai


memberikan materi adalah, ceramah, hasil observasi siswa pada saat sedang
tanya jawab, diskusi dan penugasan. melaksanakan ujian dan siswa tenang
Metode tersebut bisa digunakan sekaligus dalam ujian. Kemudian hasil wawancara
secara bergantian ataupun digunakan dengan guru Qur’an Hadits mengatakan
secara terpisah. Metode ceramah bahwa dalam ujian guru memberikan
merupakan metode yang paling banyak nasehat kepada siswa sebelum ujian untuk
digunakan pada pembelajaran. Penugasan tidak melihat pekerjaan teman. Salah satu
kepada siswa lebih diarahkan kepada cara menerapkan nilai karakter jujur
penguatan materi yang telah dengan memberikan nasehat sebelum
diajarkan/disampaikan oleh guru ujian. 41
bersangkutan. Nilai karakter yang diterapkan
Guru selalu memulai pada sekolah tersebut adalah toleransi
pembelajaran dengan mengucapkan dengan saling menghormati satu sama
salam, kemudian berdoa, melakukan lain. Nilai karakter berikutnya adalah
apersepsi dan kemudian melaksanakan disiplin. Disiplin yang diterapkan pada
atau menyampaikan materi pembelajaran, sekolah tersebut adalah hadir tepat waktu
tanya jawab terhadap materi yang telah dan mematuhi aturan sekolah. Dari hasil
disampaikan, melakukan ringkasan observasi/ pengamatan langsung yang
terhadap materi yang telah disampaikan peneliti lakukan dapat dilihat pada lembar
dan terakhir ditutup dengan salam. observasi, lampiran 2. Pada lampiran 2
Disamping kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat ketepatan waktu siswa untuk
dilakukan oleh guru Qur’an Hadits di masuk dalam kelas mengikuti
dalam kelas ada beberapa kegiatan pada pembelajaran, selain ketepatan waktu
level madrasah atau yang menjadi dalam kelas, peneliti juga mengamati
program dari madrasah yang dapat kepatuhan terhadap aturan sekolah, hasil
mendukung pengintegrasian pendidikan pengamatan yang peneliti lakukan selama
nilai di madrasah yang 2 minggu makin meningkat kedisiplinan
bersangkutan. siswa dengan adanya sanksi yang
Sesuai hasil observasi peneliti diberikan kepada siswa yang terlambat
melihat untuk nilai karakter Religius pada dan tidak mematuhi peraturan sekolah.
saat proses pembelajaran di dalam kelas Adapun yang mendukung hasil
ketika memulai pelajaran dan diakhir pengamatan adalah pendapat kepala
pelajaran siswa selalu berdo’a. Kemudian madrasah tentang kedisiplinan siswa.
dari hasil wawancara dengan guru Qur’an Menurut beliau, Siswa dididik untuk tepat
Hadits mengatakan bahwa “cara waktu mengikuti proses pembelajaran,
menerapkan nilai karakter religius pada bagi siswa yang terlambat masuk sekolah
siswa yaitu menbiasakan siswa membaca di beri sanksi, sanksi yang diberikan
do’a pada awal dan akhir pembelajaran, adalah membersihkan halaman sekolah
di sekolah kami menyediakan waktu untuk
melaksanakan shalat dzuhur. Hasil
observasi atau pun hasil wawancara
dengan salah satu guru menunjukkan
adanya nilai religius yang ditanamkan 41
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis,
terhadap siswa. Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016

97
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

dan membuat pernyataan untuk tidak berubah dengan kerja keras terhadap tugas
terlambat lagi.42 yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi dan wawancara Sedangkan nilai karakter yang
memberikan informasi bahwa guru terakhir yang diteliti adalah tanggung
menerapkan kedisiplinan kepada siswa, jawab. Pengamatan yang peneliti lakukan
baik dalam bentuk kehadiran yang tepat adalah pada saat siswa melaksanakan
waktu dan kepatuhan siswa terhadap tugas piket secara teratur dan peran serta
aturan yang berlaku di SMP Negeri 1 aktif dalam sekolah. Hasil observasi
Bolangitan Barat. adalah pelaksanaan tugas piket siswa
Nilai karakter kelima yang melaksanakan sesuai jadwal yang
peneliti amati adalah kerja keras, yang dikeluarkan oleh sekolah. Semua siswa
peneliti amati secara langsung adalah di mendapat giliran. Sedangkan untuk peran
mana siswa mempunyai etos kerja dalam aktif siswa dalam kegiatan siswa
belajar. Hasil pengamatan yang peneliti terlaksana sesuai dengan rencana yang
lakukan selama 2 minggu adalah minggu disusun oleh tim kerja, dengan
pertama ada sebahagian siswa yang hanya mengaktifkan semua anggota pelaksana
duduk menunggu jawaban dari tugas yang kegiatan dengan memberi satu persatu
diberikan oleh guru, sedangkan ada pula tugas dengan tanggung jawab masing-
siswa yang semangat mencari jawaban masing tim.
dari tugas yang diberikan oleh guru. Guru Sesuai hasil wawancara dengan
terkadang menegur siswa yang kurang guru, peneliti memperoleh informasi
berusaha mencari jawaban dari tugas mata bahwa siswa punya tanggung jawab setiap
pelajaran Qur’an Hadits. Pengamatan pada pelaksanaan piket, dan tanggungjawab
tahap berikutnya yang peneliti lakukan tersebut telah terlaksana dengan baik.
melihat ada perubahan terhadap semangat Sedangkan untuk peran serta siswa pada
dalam mengerjakan tugas yang diberikan sebuah kegiatan sangat memperhatikan
oleh guru. Teguran-teguran yang kinerja dan tanggungjawab sesuai tugas
dilakukan oleh guru dalam kelas membuat masing-masing tim atau panitia. Dari hasil
mereka mulai merubah kemalasan yang observasi dan wawancara dapat peneliti
biasa mereka lakukan. simpulkan bahwa siswa bertaggungjawab
Hasil wawancara dengan guru terhadap tugas yang diberikan oleh
Qur’an Hadist menyatakan bahwa siswa sekolah.
dalam kelas memiliki semangat dalam Seorang informan selaku guru
belajar walaupun terkadang dalam kelas menuturkan bahwa, penerpan nilai
ada beberapa siswa yng kurang aktif, karakter secara nasional sudah menjadi
tetapi dengan memberikan teguran kebijakan dari kementrian dalam
terhadap kemalasan siswa tersebut dapat mengantisipasi generasi bangsa yang
merubah sesuai teguran yang diberikan semakin hari tidak lagi memliliki moral,
oleh guru. Dari hasil observasi dan contohnya banyak orang yang punya
wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan dalam hal intelektual, hebat,
siswa mempunyai keinginan untuk pintar, cerdas akan tetapi tidak diimbangi
dengan nilai-nilai moral atau nilai-nilai

42
Karsum Suleman, Kepala Madrasah,
Wawancara: Kamis, 14 Juli 2016

98
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

karakter.43 Sehingga satu hal yang harus oleh sekolah pada siswa agar ketika turun
dilakukan bahwa nilai katakter bangsa kemasyarakat mereka sudah terbiasa.
harus di integrasikan dengan mata Hasil penelitian menunjukkan
pelajaran Qur’an Hadits. Kemudian bahwa penerapan nilai-nilai karakter pada
kalaupun nilai-nilai katakter bangsa tanpa setiap mata pelajaran sudah menjadi satu
diintegrasikan pada mata pelajaran Qur’an hal yang harus dilakukan untuk
Hadits Karena pelajaran Qur’an Hadits membentuk siswa yang bukan hanya
mempunyai nilai-nilai karakter yang perlu memliliki kecerdasan moral tetapi juga
diintegrasi ketika proses belajar megajar membentuk watak dari siswa sehingga
guna untuk memperbaiki sikap siswa berpengaruh terhadap sikap belajar siswa
dengan memakai berbagai metode dan serta karakter yang terbentuk.
pendekatan. Pelaksanaan penanaman nilai-nilai
Penanaman internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Qur’an
karakter harus dilakukan mulai dari Hadits selain kegiatan didalam kelas, juga
sekarang ditanamkan ke generasi-generasi dilakukan memalui pembiasaan dan
Bangsa Sehingga generasi emas yang kegiatan yang dilakukan di luar kelas.
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia pada Adapun bentuk penerapan nilai-
tahun 2020, generasi emas itu bisa nilai karakter bangsa melalui pembiasaan
terwujud.44 diantaranya, sesuai apa yang diungkapkan
Integrasi nilai-nilai karakter oleh salah seorang siswa MTs Negeri 2
didalam kelas pada mata pelajaran Qur’an Kabupaten Gorontalo “bahwa ketika
Hadits yakni kecintaan terhadap bangsa, proses pembelajaran dikelas guru selalu
budaya, agama, lingkungan nilai ini harus menyuruh siswa untuk berdo’a pada saat
ditumbuhkan dalam diri siswa yang diawal pelajaran dan diakhir pelajaran dan
internalisasi lewat kegiatan-kegiatan ketika waktu sholat dzuhur tiba guru
disekolah, dalam kegiatan belajar selalu memberikan kesempatan kepada
mengajar misalnya siswa diharapkan siswa untuk melaksanakan sholat dzuhur.
menghargai sesama, menghargai teman. Peneliti juga melakukan
Ketika mereka turun kemasyarakat mereka wawancara dengan salah satu siswi
bisa menghargai orang lain, meghargai peneliti mendapat informasi bahwa selain
orang tua dan menyayangi orang yang yang diungkapkan sofia, bahwa guru
lebih mudah. selalu mengajarkan siswa untuk mematuhi
Proses penerapan disekolah tata tertib sekolah, dengan memberikan
dilakukan pada masyarakat sekolah yang sangsi kepada siswa yang tidak mematuhi
coba dibiasaakan misalnya ketika bertemu aturan sekolah. Guru selalu memberikan
dengan guru biasakan mengucap salam, pembinaan, motivasi, selalu mengajarkan
kemudian ketika bertemu dengan teman kami untuk selalu datang tepat waktu
saling menghargai, inilah yang dibiasakan kesekolah, menghargai sesama teman
yang berbeda agama. Guru selalu
memberikan contoh yang baik kepada
43
Cica R. Mustapa, Guru MTs Negeri 2 siswa-siswi yaitu guru selalu datang tepat
Kabupaten Goorntalo, Wawancara: Kamis, 14 Juli waktu dan selalu mengucapkan salam
2016 dengan ketika masuk didalam kelas.
44
Sri Astuti Kumadji, Wakil Kepada Siswa menambahkan bahwa guru
Madrasah Bidang Kurikulum, Wawancara: Kamis,
14 Juli 2016
selalu mengajarkan kami bersikap disiplin

99
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

dengan mengingatkan kami untuk tidak bersangkutan. Pengintegrasian tersebut


datang terlambat kesekolah dan dilakukan dengan cara melakukan
memberikan sanksi kepada siswa-siswi penekanan tertentu pada materi yang
yang tidak mematuhi aturan sekolah. menyinggung masalah nilai.
Selaras dengan pendapat di atas,
PENUTUP
guru mengemukakan bahwa: “Proses
penanaman nilai-nilai karakter sudah Revitalisasi nilai-nilai karakter
diterapkan. Proses penanaman nilai terhadap sikap belajar peserta didik pada
karakter bukan hanya di dalam kelas saja Mata Pelajaran Qur’an Hadits dapat
tapi diluar kelas juga di tanamkan nilai dilakukan dengan berbagai pendekatan
karakter dengan dimulai dari hal-hal kecil seperti memberikan nasehat-nasehat serta
dan pembiasaan kepada siswa”.45 motivasi dan pemberian sanksi atau
Untuk kegiatan Qur’an Hadits hukuman yang mendidik bagi peserta
diluar Kelas contohnya guru didik, menanamkan nilai-nilai kebaikan
memberdayakan anak-anak untuk turut karena dengan pemberian pembinaan yang
serta merayakan kegiatan-kegiatan hari- dapat membentuk karakter peserta didik,
hari besar keislaman sebagaimana membenahi sarana dan prasarana
biasanya diselenggarakan oleh masyarakat pendukung serta menjalin kerjasama
islam seluruh dunia, ini merupakan salah dengan orang tua peserta didik. Dalam
satu proses penanaman karakter Religius upaya revitalisasi nilai-nilai karakter
kepada diri siswa. Tujuan penerapan nilai hendaknya guru jangan merasa bosan
karakter dalam Qur’an Hadits ini agar untuk selalu memberikan motivasi kepada
anak bisa memiliki karakter sikap yang para peserta didik, agar penenaman nilai
baik, yang bisa diterapkan pada kehidupan karakter yang diinginkan akan terwujud.
sehari-hari seperti karakter Religius dan Diharapkan kepada guru agar senantiasa
karakter lainnya.46 bekerjasama dalam menerapkan nilai-nilai
Berdasarkan uraian dan pembahasan karakter, supaya tidak terkesan hanya
hasil penelitian di atas, maka penulis tugas beberapa guru yang berwenang saja.
berkesimpulan bahwa penerapan Nilai- Tumbuhkan nilai-nilai karakter dalam
nilai karakter dalam meningkatkan sikap pembelajaran dengan baik.
belajar siswa pada Mata Pelajaran Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Hadits di MTs Negeri 2 Kabupaten
Gorontalo yaitu nilai religius, jujur, Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia, Teori
mandiri, toleransi, tanggungjawab dan dan Pengukurannya. Yogyakarta :
disiplin. Cara guru mengintegrasikan pada Liberty, 2002.
pembelajaran dengan memasukkan ke Daryanto, dkk, Implementasi pendidikan
enam nilai/karakter tersebut kepada karakter, Yogyakarta: Gava Media
seluruh kompetensi dasar dalam RPP, 2013.
tanpa ada pemilahan dari nilai/karakter Engkoswara dan Komariah Aan,
Administrasi Pendidikan. Bandung:
45
Cica R. Mustapa, Guru MTs Negeri 2 Alfabet, 2011.
Kabupaten Goorntalo, Wawancara: Kamis, 14 Juli Fathurrohman Pupuh, dkk,
2016 Pengembangan Pendidikan
46
Hani T. Wolingo, Guru Qur’an Hadis, Karakter, Bandung : PT Refika
Wawancara: Jumat, 15 Juli 2016. Aditama, 2013.

100
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2 : Agustus 2018

Hamalik Oemar, Proses Belajar


Mengajar, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2001.
Kasmadi dan nia, siti sunariah Panduan
modern penelitian kuantitatif.
bandung: Alfabeta, 2013.
Maleong Lexy J , Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosadakarya 2001.
Muslich Masnur, Pendidikan Karakter,
menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Jakarta : Bumi
Aksara, 2011.
Muhmidayeli, fisafat pendidikan,
Bandung: Refika Aditama, 2011.
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian ,
jakarta: Kencana prenada Media
Grup, 2010.
Rohman Muhammad dan sofan amri,
Manejemen Pendidikan, Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2013
Herminanto dan Winarno, Ilmu Sosial
Dan Budaya Dasar, Jakarta Bumi
Aksara. 2012
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi
Penelitian, Buku Penduan
Mahapeserta didik, Jakarta :
Gramedia Utama, 1997.
Yousda Amirman Ine dan Arifin Zainal,
Penelitian dan Statisitik
Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993
Aqib Zainal dan Sujak, Panduan dan
Aplikasi Pendidikan Karakter,
Bandung : Yrama Widya, 2011.
Zubaedi, Desain pendidikan karakter,
Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2011.

101

Anda mungkin juga menyukai