Anda di halaman 1dari 7

PERAN BUDAYA DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER

Ali Fahroni
Email: 1910111310003@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai hal.
Salah satunya adalah budaya yang berkembang dalam masyarakat adat sebagai kekayaan
nasional. Masyarakat adat secara tradisi terus berpegang pada nilai-nilai lokal yang diyakini
kebenarannya dan menjadi pegangan hidup yang diwariskan secara turun temurun.
Sebagai kesatuan hidup, masyarakat adat memiliki nilai sosial-budaya yang layak
dikembangkan dalam pembelajaran, seperti kesetiakawanan sosial (solidaritas) dalam
melakukan aktivitas hidupnya. Selain memiliki kesetiakawanan sosial yang tinggi,
masyarakat adat juga memiliki budaya luhur lain yang berupa gotong-royong, musyawarah,
dan kerukunan. Perilaku prososial (prosocial behavior) tersebut masih melekat kuat
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi.
Sistem pengetahuan terdapat di daerah-daerah seluruh Indonesia, sebagai unsur dalam
kebudayaan Bangsa, dapat dipandang sebagai warisan budaya yang amat penting.
Pengetahuan tradisional/Indigeneus Knowledge baik bersifat duniawi yang terbuka untuk
dipelajari, maupun yang bersifat metafisik, acapkali masih diselimuti oleh keadaan-keadaan
misterius sebagai bagian dari sistem itu sendiri. Karena itu isi dari sistem pengetahuan
tradisional sebagai salahsatu unsur kebudayaan. Bangsa belum banyak dapat terungkap untuk
disumbangkan ke dalam pertumbuhan kebudayaan Nasional.

1
PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan segala sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya manusia
untuk diri masyarakat dalam sebuah kehidupan (Koentjraningrat, 2009). Namun Clifford
Geertz dalam (Agusyanto, 2010) mendefinisikan kebudayaan menjadi lebih singkat yakni
kebudayaan dipahami sebagai interaksi manusia yang di dalamnya terdapat sistem makna
dan simbol yang telah diatur. Adapun menurut Soemardjan dan Soemardi dalam (Soekanto,
2014: 149) merumuskan kebudayaan sebagai segenap hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture)
yang berguna bagi keperluan masyarakat untuk memanfaatkan alam sekitarnya
(Syaharuddin, 2020).
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kehidupan manusia untuk
mengembangakan potensi agar tumbuh menjadi insan yang bermutu tinggi serta berkarakter,
hal itu tercantum pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Indonesia pasa 3 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kaehidupan bangsa”.
Pendidikan karakter dinilai menjadi usaha yang paling efektif untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang muncul di kalangan pelajar, bahkan pendidikan karakter sudah
menjadi ikon pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui
kurikulum, pembelajaran, dan budaya sekolah. (Mulyasa, 2013:20). Pendidikan karakter
merupakan usaha membantu, mendidik, serta membimbing siswa agar terbiasa mengetahui
dan melakukan hal baik. Maka dari itu, tanggung jawab paling besar terletak pada guru yang
setiap hari selalu berhadapan dengan murid. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter
bergantung pada kreativitas guru dalam menanamkan pendidikan karakter.

2
Pentingnya Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa
Pendidikan saat ini hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan
kecerdasan peserta didik. Jika peserta didik sudah mencapai nilai atau lulus dengan nilai
akademik memadai/di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), pendidikan dianggap sudah
berhasil. Pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri peserta didik
semakin terpinggirkan. Rapuhnya karakter dan budaya dalam kehidupan berbangsa bisa
membawa kemunduran peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki
karakter dan budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan
negara.
Pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa perlu menjadi
program nasional.Dalam pendidikan, pembentukan karakter dan budaya bangsa pada peserta
didik tidak harus masuk kurikulum. Nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan dalam diri
peserta didik berupa nilai-nilai dasar yang disepakati secara nasional. Nilai-nilai yang
dimaksudkan di antaranya adalah kejujuran, dapat dipercaya, kebersamaan, toleransi,
tanggung jawab, dan peduli kepada orang lain.
Untuk pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa, dibutuhkan
masukan, antara lain, menyangkut model-model pengembangan karakter dan budaya bangsa
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Kebutuhan terus
harus dimaknai serius karena memerlukan banyak pengorbanan. Kerisauan dan kerinduan
banyak pihak untuk kembali memperkuat pendidikan karakter dan budaya bangsa perlu
direspons dengan baik. Karena itu, data akurat yang menyangkut model model
pengembangan karakter dan budaya bangsa perlu digali dan dilaksanakan melalui kajian
empiris, yakni kegiatan penelitian.
Syarat menghadirkan pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah harus
dilakukan secara holistis. Pendidikan karakter tidak bisa terpisah dengan bentuk pendidikan
yang sifatnya kognitif atau akademik. Konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke
dalam kurikulum. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan karakter akan diterapkan secara
teoretis, tetapi menjadi penguat kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplemen
tasikannya dalam mata pelajaran dan keseharian peserta didik (Suyitno, 2012)

3
Pendidikan Berbasis Karakter Dan Budaya Bangsa
Pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan suatu sistem pendidikan yang
berupaya menanamkan nilai-nilai luhur kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, semua komponen sekolah harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelo laan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.
Dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa ini, segala sesuatu yang dilakukan
guru harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Sebagai pembentuk watak peserta
didik, guru harus menunjukkan keteladanan. Segala hal tentang perilaku guru hendaknya
menjadi contoh bagi peserta didik. Misalnya, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
cara guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang
baik.
Kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum didasarkan pada nilai-nilai sosial tertentu,
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat
pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam konteks pendidikan adalah pendidikan nilai,
yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa sen diri, dalam
rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai
moral universal (bersifat absolut) yang disebut sebagai kaidah emas (the golden rule).
Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai
karakter dasar sebagaimana diungkapkan di atas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di
sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau
bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri
(Sudrajad, 2010).

4
SIMPULAN
Kebudayaan adalah sekumpulan gagasan yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalaman yang ada pada diri manusia yang menjadi pandangan hidup
dari sekelompok orang, pandangan hidup tersebut dapat berupa kepercayaan, nilai, perilaku
maupun simbol-simbol yang mereka terima dan pahami dari proses komunikasi dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Dalam pengembangan pendidikan karakter, diperlukan pemahaman bersama antara
pemerintah, lembaga pendidikan, pendidik (guru, orang tua), dan masyarakat mengenai
pentingnya pembangunan karakter bangsa. Dalam aktivitas pembelajaran, guru/pendidik
memiliki tugas mendesain kondisi pembelajaran sehingga membentuk lingkungan belajar
yang menjamin terwujudnya pendidikan karakter. Dalam hal ini, pembelajaran karakter harus
terintegrasi, baik dalam budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, maupun kegiatan seharian
di rumah dan di masyarakat.

5
REFERENSI

Abbas, E. W., Syaharuddin, S., Mutiani, M., Susanto, H., & Jumriani, J. (2022).
STRENGTHENING HISTORICAL THINKING SKILLS THROUGH
TRANSCRIPT BASED LESSON ANALYSES MODEL IN THE LESSON OF
HISTORY. ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 18(1).
Arifin, J., & Susanto, H. (2017, November). The Internalization of Multiculturalism Values
through Literature Learning. In 1st International Conference on Social Sciences
Education-" Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 167-169). Atlantis Press.
Fitri, M., & Susanto, H. (2022). NILAI SOSIAL RELIGI TRADISI MANOPENG PADA
MASYARAKAT BANYIUR. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran
Sejarah, 7(2), 161-169.
Jannah, M., Effendi, R., & Susanto, H. (2021). KESENIAN TRADISIONAL MASUKKIRI
MASYARAKAT BUGIS PAGATAN KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(2),
64-70.
Mulyasa, H.E (Ed.). 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta Bumi Aksara.
Rochgiyanti, M., & Susanto, H. (2017, November). Transformation of Wetland Local
Wisdom Values on Activities of Swamp Buffalo Breeding in Social Science Learning
Practice. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 272-276). Atlantis Press.
Rochgiyanti, R., & Susanto, H. (2018, April). Tradisi pemeliharaan kerbau kalang di wilayah
lahan basah Desa Tabatan Baru, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala.
In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 3, No. 2).
Sudrajat, A. (2010). Indikator Keberhasilan Program Pendidikan Karakter. dalam
http://akhmadsudrajat.-wordpress. com/2010/08/20/pendidi kan-karakter-di-smp/)
diakses, pada tanggal 29 mei 2022
Susanto, H. (2017, November). Perception on Cultural Diversity and Multiculturalism
Education. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017). Atlantis Press.
Susanto, H., & Fathurrahman, H. A. (2021, February). Migration and Adaptation of the
Loksado Dayak Tribe (Historical Study of Dayak Loksado Community in
Pelantingan Village). In The 2nd International Conference on Social Sciences
Education (ICSSE 2020) (pp. 5-10). Atlantis Press.

6
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.
Susanto, H., Subiyakto, B., & Khairullah, M. (2021). ANJIR SERAPAT SEBAGAI JALUR
EKONOMI MASYARAKAT KAWASAN ALIRAN SUNGAI SEJAK ERA
KOLONIAL. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan
Pengajarannya, 15(2), 321-330.
Suyitno, I. (2012). Pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan
kearifan lokal. Jurnal pendidikan karakter, 3(1).
Syaharuddin, S., Hidayat Putra, M. A., & Susanto, H. (2019). Nilai Budaya Manyambang
Masyarakat Desa Lok Baintan Dalam Sebagai Sumber Belajar IPS.

Anda mungkin juga menyukai