Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 7

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


Landasan sosiologis pendidikan

Dosen

Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons

Dr. Dina Sukma, S.Psi, S.Pd. M.Pd

Oleh

Nama: Indra Geni


Nim :21151015

PASCA SARJARANA BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN

A. Budaya Dan Pendidikan


Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia. Potensi alam
yang disajikan maupun panorama wisata yang ditawarkan memberikan kesan
estetika maupun kekayaan yang tidak akan pernah habis. Mencintai masyarakat
Indonesia sama dengan mencinta budayanya. Ini tercermin dalam keanekaragaman
budaya dan cirikhas masing-masing daerah yang sarat akan nilai dan makna.
Tentunya untuk melestarikan unsur budaya dan keanekaragaman tersebut,
dibutuhkan sinergitas serta kolaborasi di setiap aplikasi kehidupan. Salah satunya
melalui pendidikan, dimana menjadi gerbang dalam memfasilitasi pelestarian
budaya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi serta digitalisasi telah
menuntut kita untuk semakin canggih dalam pengaplikasian di setiap aspek
kehidupan. Masyarakat dituntut untuk mulai memahami dan mengaplikasikan
tekonologi dimulai dari handphone hingga bahkan sudah muncul dengan AI
(Artificial Intelligence) yang menawarkan akan kecanggihan dan adaptasi dengan
tantangan masa kini. Muncul suatu ide bagaimana menggabungkan budaya dalam
proses pembelajaran sehingga budaya yang terasa lampau tetap menjadi trend
sesuai dengan perkembangan jaman. Beberapa pendapat para ahli tentang
mengkolaborasikan budaya dalam proses pembelajaran sudah mulai dikembangkan
disekolah maupun di masyarakat.
Budaya dan pendidikan tidak dapat terpisahkan. Koentjaningrat (Nay,
2018) mengartikan kata kebudayaan atau dalam bahasa Inggris culture, berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi dapat diartikan sebagai budi atau akal. Kebudayaan juga dapat diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Lebih lanjut, dalam penelitian Abu
Ahmadi (Normina, 2017) pendapat lain menyatakan bahwa kata budaya adalah
sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk: budi daya, yang berarti daya dari
budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Jadi kebudayaan secara
keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan
hidupnya. Jika ditilik secara etimologi tersebut, dapat ditarik suatu hubungan bahwa
budaya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan akal yang dilakukan oleh
manusia dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga membentuk suatu
kebiasaan.
Berbicara tentang pendidikan berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Melalui pendidikan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk
tetap sadar terhadap cara berperilaku, norma, keterampilan, kehidupan sosial,
religius, maupun perkembangan fisiknya. Seringkali kita mendengar bahwa dengan
mendidik semakin membudayakan manusia untuk tetap berbudaya. Sehingga
melalui konteks tersebut pendidikan dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat
erat antara satu dengan yang lainnya. Memasuki dunia pendidikan maka kita
dituntut juga untuk melestarikan kebudayaan yang sudah melekat secara turun
temurun. Tanpa disadari masyarakat banyak bahwa senjata yang paling efektif
untuk melestarikan kebudayaan yaitu dengan mentransfer melalui kognitif,
psikomotorik dan afektif yang terkandung atau tercantum lewat proses pendidikan.
Fokus pendidikan yang utama yaitu melestarikan dan meningkatkan
pemberdayaan budaya. Melalui pendidikan ilmu ditransfer dari generasi ke generasi
yang tidak lain merupakan proses pelestarian budaya. Harapan yang diemban
adalah terciptanya masyarakat yang bercirikan budaya Indonesia dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bangsa dan sudah
ditanamkan semenjak Indonesia merdeka pertama kali hingga sekarang ini. Budaya
sebagai suatu produk dari akal dan budi manusia dalam berbagai segi seperti yang
sudah dikemukakan sebelumnya, membentuk manusia untuk lebih peka dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultur dan tantangan masyarakat
tradisional untuk memasuki zaman yang modern. Pendidikan menjadi jembatan
untuk mempertemukan nilai-nilai tradisional yang sudah dipercayai turun temurun
dengan era digitalisasi yang menuntut manusia untuk “sensitif” terhadap teknologi.
Perubahan-perubahan yang selalu diciptakan oleh manusia, dimana
berevolusi dengan perkembangan zaman, berdasarkan pada kreatifitas dan iddle
curiousity (rasa keingintahuan yang terus berkembang) turut berpengaruh terhadap
dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai dua sifat yang mendasar yaitu
pendidikan bersifat reflektif, artinya proses pendidikan itu sendiri mempunyai suatu
tahapan dimana merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang selama ini
sudah ditanamkan. Kedua, pendidikan bersifat progresif, artinya pendidikan selalu
mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan.
Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi.
Masyarakat adalah sekelompok orang atau organisasi yang menetap pada
suatu daerah tertentu dalam waktu yang cukup serta mempunyai aturan-aturan yang
mengikat untuk mencapai suatu tujuan bersama. Eksistensi adanya suatu
masyarakat hanya dapat dilestarikan melalui kebudayaan. Masyarakat menjadi
fondasi bagi pelestarian budaya. Tanpa masyarakat maka budaya tidak dapat
terwujud begitupun sebaliknya tanpa masyarakat maka budaya tersebut tidak bisa
dilestarikan. Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik
baik di sekolah, masyarakat dan keluarga. Akan tetapi seringkali pendidikan hanya
dianggap sebagai proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di sekolah.
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang terprogram
dan bersifat formal, secara sengaja atau tidak disengaja, dan terstruktur. Dalam arti
sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Pemaknaan pendidikan harus disadari merupakan proses interaksi antara
individu dengan lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomi, sosial politik,
sosial budaya, Tuhan dan alam atau bahkan interaksi dengan dirinya sendiri. Proses
pembelajaran harus diperhatikan bukan hanya sebatas di dalam ruangan kelas tetapi
lebih dari itu, segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu tersebut
dengan lingkungan maupun dengan masyarakat (life is education and education is
life). Dalam artian bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam
berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat (long life education) dan
berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu yang bisa
dijadikan nilai atau pijakan
Proses mentransfer nilai-nilai budaya yang dimiliki paling efektif adalah
melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern, proses pendidikan tersebut
dikaitkan dengan program pendidikan secara formal. Desentralisasi pendidikan
yang sudah dicantumkan dalam kebijakan pemerintah, memberikan ruang sebebas-
bebasnya bagi masing-masing daerah untuk mengkaitkan segala proses pendidikan
yang ada di sekolah dikolaborasikan dengan budaya yang terdapat pada masing-
masing daerah tersebut. Pendidikan memberikan dua gagasan utama yaitu
pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Dari sudut
pandang individu pendidikan dianggap sebagai proses pengembangan potensi diri
sedangkan dari sudut pandang kemasyarkatan pendidikan sebagai pewarisan nilai-
nilai budaya. Manusia sebagai pencipta budaya pada hakikatnya adalah pencipta
budaya itu sendiri. Budaya tersebut meningkat seiring dengan peningkatan potensi
manusia pencipta budaya tersebut.
Refleksi diakhir tulisan menunjukkan bahwa pendidikan dan budaya
mempunyai hubungan yang erat dan intim. Budaya harus bisa dilestarikan,
dikembangkan, dan dipublikasikan. Melalui pendidikan nilai-nilai budaya
Indonesia yang pruralis serta beragam tetap dipertahankan secara permanen,
sehingga menjadi ciri khas bangsa Indonesia di mata dunia. Budaya sebagai
identitas bangsa Indonesia menjadi investasi terbesar bagi kaum muda Indonesia
untuk dapat berinovasi dan berkreasi menampilkan wajah Indonesia dalam
menciptakan sumber daya manusia yang berkarakter, berbudaya dan religius.
Proses pembentukan masyarakat Indonesia tersebut dapat dioptimalkan dengan
memadukan teknologi yang semakin modern dan canggih dengan proses
pembelajaran baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Cerdas
berkarakter bangsaku, berbudaya dan semakin maju. Salam.
B. Budaya Dan Sosial
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan
pewarisan budaya dari satugenerasi ke generasi yang lain. Pendidikan merupakan
proses pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa
kemanusiaan,menjadi manusia dewasa, dan manusia seutuhnya agar mampumen
jalankan tugas pokok dan fungsi secara penuhdan mengembangkan budaya.
Kebudayaandanpendidikanmemilikihubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi
ke generasi penerus dengan jalan pendidikan.
Landasan social budaya pendidikan mencakup: kekuatan sosial masyarakat
yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Kekuatan tersebut dapat berupa kekuatannya dan potensial yang berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan dan social budaya seiring dengan dinamika masyarakat.
Kajian sosial budaya menghubungkan pengetahuan tentang masyarakat dan
kebudayaan dengan pendidikan sebagai institusi untuk memelihara kesinambungan
dan pengembangan masyarakat dan kebudayaan. Sekolah harus memahami isu dan
masalah social budaya dalam masyarakat terutama yang berkaitan dengan
perubahan sosial budaya yakni modernisasi.
1. Karakteristik Sosial Budaya Pendidikan Pendidikan memegang peranan
penting dalam perubahan sosial budaya manusia. Sosial budaya membentuk
karakter suatu masyarakat.
a. Kebudayaan dipelajari Karakteristik kebudayaan:
b. Kebudayaan ditanamkan
c. Kebudayaan bersifat sosial dan dimiliki bersama
d. Kebudayaan bersifat gagasan
e. Kebudayaan memuaskan individu dan kebutuhan kelompok sosial
f. Kebudayaan bersifat integratif
2. Hubungan Sosial Budaya dengan Pendidikan Pendidikan berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
zaman. Peran sekolah adalah sebagai pewaris, pemelihara, dan pembaharu
kebudayaan. Proses pendidikan memiliki dua aspek:
a. Hominisasi
b. Humanisasi Pendidikan melihat manusia sebagai makhluk yang bermoral
(human being)
C. Budaya Dan Ekonomi
Chavoshbashi dan kawan-kawan dalam tulisannya membangun struktur
model nilai-nilai budaya sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Ada tujuh belas
unsur pembentuk nilai-nilai budaya yang disusun secara bebas dalam struktur, dan
hanya unsur tanggung jawab sosial yang tak bebas (dipengaruhi oleh akuntabilitas).
Nilai budaya dengan skor 100 yang ditentukan oleh nilai sosial sebesar 87.5 % dan
nilai individu sebesar 12.5 %. Proporsi skor unsur pembentuk nilai individu dan
nilai sosial didapatkan berdasarkan tingkat penerimaan dan persetujuan responden
yang berasal dari ahli-ahli terkait. Proporsi skor dimungkinkan akan berbeda bila
responden ahli diganti secara masif dengan latar belakang keilmuan yang berbeda,
bahkan akan lebih nyata bila keragaman latar belakang budaya yang dimilikinya
menjadi pertimbangan. Namun, proporsi logis terhadap nilai individu dan nilai
sosial sebagaimana yang diungkapkan Chavoshbashi dan kawan Memperhatikan
nilai sosial dan nilai individu yang dikaji, Chavoshbashi dan kawan-kawan tidak
mengindikasikan adanya hubungan antara nilai sosial dan nilai individu.
Kita dapat mengamatinya pada dinamika masyarakat hukum adat. Mereka
mengandalkan nilai-nilai sosial sebagai bentuk kolektivitas dalam pembangunan di
wilayahnya. Sebagai contoh pada masyarakat Minangkabau (Asmin, Darusman,
Ichwandi, & Suharjito, 2017b, 140-149), budaya arisan sebagai bentuk kolektivitas
masyarakat untuk menyuburkan nilai-nilai sosial dalam penguatan ekonomi
keluarga. Masyarakat Minangkabau dengan kekuatan pengetahuan lokalnya juga
mentransmisikan nilai-nilai sosial menjadi nilainilai individu melalui pesan-pesan
moral dan spiritual (Asmin, Darusman, Ichwandi, & Suharjito, 2016, 208-220;
Asmin, Darusman, Ichwandi, & Suharjito, 2017a, 2812- 2817).
Hubungan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai individu dapat berkaitan dengan
peran komunikasi. Kusumastuti & Priliantini (2017, 182) dalam penelitiannya
tentang pengaruh komunikasi terhadap pembangunan pariwisata di Kawasan Dieng
membuktikan bahwa komunikasi mampu mengangkat budaya daerah dan kearifan
lokal untuk mendukung pariwisata daerah. Budaya merupakan salah satu tingkatan
yang menunjukkan keunikan manusia selaku komunitas seperti dijelaskan oleh
Hofstede (1991, 6), selain dari sifat manusia dan kepribadian. Gambar 2
menjelaskan tiga level keunikan manusia. Budaya lahir dari sebuah proses
pembelajaran dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya dilandaskan oleh sifat
manusia dan berperan dalam membentuk kepribadian.
D. Pengaruh Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Terhadap Pendidikan
1. Tingkat pendidikan formal semakin tinggi dan akses pendidikan bertambah
merata Meningkatkan kualitas pendidikan sehingga lebih banyak orang siap
menghadapi perubahan sosial-budaya Munculnya budaya ilmiah karena
peningkatan kualitas pendidikan Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan
semakin berkembang dan maju.
2. Dampak Negatif Terhadap Pendidikan: Kemajuan teknologi, terutama di
bidang komunikasi dan informasi, bisa berpengaruh buruk terhadap kualitas
pendidikan jika tidak diantisipasi dampaknya Disorientasi nilai dan norma
budaya bisa memicu perilaku menyimpang, seperti kenakalan remaja.
E. Analisis Pelaksanaan (A, B, C Dan D) Di Sekolah (Dengan
Menggunakan BMB3)

Kualitas tampilan kehidupan manusia diwarnai oleh dinamika perilaku


dalam bentuk BMB3. Dengan demikian kualitas BMB3 itu sendiri akan secara
langsung mewarnai kualitas tampilan kehidupan yang dimaksudkan. Dinamika
BMB3 tersebut berlangsung dengan proses sebagai berikut (Prayitno, 2021) :
1. B – Berpikir (Luas, Cerdas, dan Berasas)

Yaitu mengaitkan suatu hal dengan hal lainnya dalam keadaan atau
kondisi tertentu, sehingga diperoleh pemahaman, pemahaman tersebut dapat
terarah pada pemecahan masalah atau solusi atau mencapai tujuan tertentu.
Berpikir yang dikehendaki adalah yang berdasarkan asas kebenaran. Tanpa
menggunakan asas kebenaran maka berpikir itu akan menghasilkan
pemahaman yang salah, tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kebenaran
adalah kesesuaian antara makna suatu konsep atau fakta dengan rujukannya.
2. M – Merasa (Secara Laras dan Terkemas)

Yaitu respon emosional pada diri individu terhadap perangsang


yang diterima. Merasa dalam kondisi positif maupun negatif tampilan
perilakunya mestinya laras dan terkemas, artinya warna perilaku yang
ditampilkan kondisinya lurus, tidak menyimpang dari kebenaran, dan
tampilan perilaku itu terkemas, artinya tersusun rapi sehingga enak dilihat
3. B – Bersikap (Dengan Mawas, Mawas Diri dan Antar Lintas)
Yaitu kondisi yang terdahulu ada pada diri individu (predisposisi)
terkait dengan keadaan atau perangsang tertentu yang mengandung arah
untuk berbuat. Mawas artinya memperhatikan dengan teliti lengkap dan
sebaik- baiknya kondisi yang ada. Misalnya bersikap ingin menjumpai
seseorang, maka harus diperhatikan/dipertimbangkan apakah orang yang
ditemui itu layak untuk ditemui dan bagaimana cara menemuinya dengan
sebaik-baiknya. Mawas yang dimaksudkan itu juga bermakna mawas diri.
Artinya kondisi diri sendiri juga harus diperhatikan atau dipertimbangkan.
Dalam sikap ingin menemui seseorang itu harus diperhatikan diri sendiri,
apakah menemui dengan cara-cara ataupun syarat apa saja untuk
dapat/boleh menemuinya.
4. B – Bertindak (Berkualitas dan Tangkas)
Yaitu apa yang dilakukan secara nyata oleh individu yang bersikap
positif atau negatif terkait dengan keadaan atau perangsang tertentu yang
mengenai dirinya. Berkualitas artinya hasil perbuatan itu positif sesuai
dengan nilai, norma dan moral yang berlaku, serta hasilnya positif. Tangkas
artinya mandiri, tidak malu-malu, lancar dengan cara-cara tepat dan tidak
mencenderai siapapun.
5. B – Bertanggung Jawab (Sampai Tuntas)
Yaitu melakukan sesuatu di atas kebenaran, apa yang dilakukan
adalah benar, tujuan dan caranya adalah baik dan menguntungkan semua
pihak, diri sendiri, dan orang lain. Tuntas artinya tidak setengah-setengah,
sampai ke ketentuan yang paling tinggi. Perilaku dengan tanggung jawab
yang tuntas, maknanya adalah bahwa perilaku itu dapat dibenarkan sampai
ke tingkat kebeneran yang paling tinggi dengan rujukan firman Tuhan
YME.
Kepustakaan

Glassman, M. (2001). “Dewey and Vygotsky: Society, experience, and inquiry


in educational practice”. Educational Researcher, Vol.30, No. 4, pp.3-14.
https://doi.org/10.3102/0013189X030004003 (28 Oktober 2019).

Yoga, Putra (2019). “FILSAFAT PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI


INDONESIA MENUJU BANGSA BERKARAKTER”. Jurnal Filsafat Indonesia.
Vol. 2 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai