Anda di halaman 1dari 7

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Try Wahyudi Shaleh


NIM. 1910111110012
Email: 1910111110012@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Pendidikan ialah upaya sadar dan terstruktur untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar memiliki kecerdasan dan budi pekerti luhur yang sesuai degan kodratnya sebagai
manusia untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan. Pendidikan dari sudut pandang
kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Maka, pendidikan
mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai
budaya. Dalam menghadapi gejolak perubahan yang menuju ke budaya kekerasan, maka
nilai budaya kemanusiaan perlu dikembangkan. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam
interaksi siswa dengan siswa, mahasiswa dengan mahasiswa, siswa dengan guru mahasiswa
dengan dosen. Nilai-nilai tersebut seperti sopan santun, rukun, tolong-menolong, damai,
kasih sayang dan kekeluargaan dan rasa malu untuk berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma dan budaya.

Kata kunci: nilai, budaya, pendidikan.

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Maka dari itu salah satu focus
pemerintah RI adalah memeratakan pendidikan. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini
menyebabkan perubahan di dunia pendidikan yang cukup signifikan. Proses pembelajaran
yang dilaksanakan antara di kota dengan di desa. Di desa selain jangkauan sinyal internet
yang terbatas tapi juga sarana prasarana sekolah yang kurang memadai serta tidak semua
peserta didik memiliki hp android menyebabkan pembelajaran agak terhambat. Hal ini lah
yang membuat pemerintah melakukan sebuah terobosan membuat perubahan kurikulum
yaitu kurikulum merdeka belajar. Kurikulum merdeka belajar ini relevan dengan tujuan
pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu memerdekakan manusia. Memerdekakan artinya
siswa di beri kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakatnya serta memperoleh
pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Sehingga muatan kurikulum

1
harus diarahkan supaya mampu mengakomodir berbagai kepentingan, tidak hanya
kepentingan nasional tetapi juga kepentingan lokal dan daerah. Dengan begitu, kurikulum
yang digunakan harus memuat muatan karakter dan keunggulan lokal yang dapat
dikembangkan untuk pembangunan daerah (Susanto et al, 2021: 172) .
Pendidikan ialah medium transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan
sosial antar-warga masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan
peradaban umat manusia (Normina, 2018: 17). Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik karena kebudayaan bisa dilestarikan dan dikembangkan dengan cara
meneruskan kebudayaan dari generasi ke generasi melalui proses pendidikan, baik secara
informal maupun formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan penyelenggaraan pendidikan ikut
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung.
Sekolah dalam melaksanakan fungsinya mesti mampu mensosialisasikan budaya kepada
peserta didik, sehingga mereka nantinya dapat merubah diri mereka dan merubah
masyarakat. Sehingga sekolah tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kebudayaan
manusia, karena manusia merupakan anggota masyarakat dan menjadi pendukung dari
kebudayaan yang ada di dalamnya (Ilyas, 2020: 174).
Keanekaragaman budaya merupakan inti dari multikulturalisme, maka dari itu
membentuk konsep pendidikan multikulturalisme mesti diawali dari membentuk persepsi
positif terhadap keragaman budaya bangsa. Persepsi positif secara konseptual tentang
keragaman budaya mengacu pada kemampuan setiap elemen bangsa untuk memaknai
kondisi pluralitas dan heterogenitas elemen budaya bangsa menjadi nilai-nilai pendidikan
yang sejalan dengan prinsip kebhinekaan (Susanto, 2017: 125). Nilai-nilai budaya bisa
diartikan sebagai upaya yang dilakukan seseorang pemimpin bahkan masyarakat ataupun
suatu lembaga dari pendidikan dalam mengembangkan nilai yang ada dalam tiap manusia
dan masyarakat sehingga tercapainya suatu perubahan yang baik (Siregar, 2017;
Ramadinah, 2022: 89). Akhirnya akan menemukan upaya memahami kehidupan dunia
dengan adannya suatu perubahan dengan dua situasi dan kondisi yang dipelajari yaitu
sebelum perubahan dan setelah perubahan. Akibatnya membawa perubahan yang
signifikan. Serta upaya yang telah dilaksanakan supaya memberdayakan budaya setempat
biar budayanya tetap eksis maka dari itu tinggal dinikmati pada generasi yang akan datang
akibatnya mempunyai bentuk karakter yang tangguh sesuai ideologi Pancasila. Karakter
bisa dimanifestasikan dengan melaksanakan perubahan nilai -nilai yang terletak dalam
budaya yang ada dan tidak menyimpang dengan ideology pancasila (Kuntowijoyo:
2006:56; Ramadinah, 2022: 89).
Nilai budaya lokal yang dipunyai masyarakat hingga waktu ini belum seluruhnya
digali dan dimengerti makna tersirat dalam kegiatan masyarakat. Sekalipun kegiatan atau
dan kebiasaan yang mencerminkan budaya lokal tersebut telah tumbuh dan dipelihara
sampai diwariskan kepada anak ke generasi dan cucu berikutnya (Syaharuddin, 2019: 4).
Internalisasi adalah proses penanaman nilai atau penggabungan sikap ideal yang

2
sebelumnya dianggap eksternal, agar nilai dapat dimasukkan ke dalam pemikiran,
keterampilan, dan cara seseorang kehidupan (Arifin & Susanto, 2017: 167). Oleh sebab itu
nilai-nilai budaya sangat penting untuk diintegrasikan dalam pendidikan.

PENDIDIKAN
Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan sistematis dalam mengembangkan peserta
didik. Pendidikan adalah suatu upaya masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi mudanya bagi kesinambungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
di masa akan datang. Kesinambungan itu itu ditandai kesinambungan budaya dan karakter
yang sudah dipunyai budaya masyarakat dan bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan adalah
proses pewarisan budaya karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi
dirinya, melaksanakan proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai membentuk
kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih sejahtera serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Ismia,
2020).
Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah upaya sadar dan
terencana buat melahirkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik
secara aktif mengembangkan kecakapan dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keahlian yang
dibutuhkan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia pendidikan berasal
dari kata „didik‟ dan memperoleh imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟, maka kata ini memiliki
arti proses atau cara atau tindakan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya
mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan penataran. Menurut Ki Hajar
Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menerangkan mengenai definisi
pendidikan merupakan ketentuan di dalam hidup berkembangnya anak-anak, mengenai
tujuannya, pendidikan yaitu membimbing semua kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, supaya mereka selaku manusia dan selaku anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Normina, 2018: 18-19).
Pendidikan berhubungan erat dengan penanaman nilai-nilai, seperti nilai-nilai
kearifan lokal di setiap masyarakat (Rochgiyanti & Susanto, 2017: 272). Jadi, pendidikan
ialah usaha sadar dan terstruktur untuk mengembangkan kecakapan peserta didik supaya
mempunyai kecerdasan dan budi pekerti luhur yang berimbang degan kodratnya selaku
manusia buat mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

NILAI-NILAI BUDAYA
Budaya secara bahasa Sansekerta yaitu “Buddhayah”, yang melahirkan bentuk
jamak dari “Buddhi” yaitu budi atau akal. Jadi, budaya melahirkan beragam hal yang yang

3
mempunyai hubungan dengan akal. Kata budaya juga berarti “budi dan daya”. Jadi budaya
adalah segenap usaha dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa (Gunawan, 2000; Ramadinah.
2022: 88). Dalam Bahasa Inggris disebut “culture” dari asal kata latin “colere” yakni
mengerjakan atau mengolah, “culture” juga sering diartikan dengan “kultur” dalam Bahasa
Indonesia. Menurut Kuntjaraningrat kebudayaan mempunyai tiga bentuk yaitu pertama
sebagai nilai terhadap normat peraturan, gagasan dan ide; kedua, sebagai hasil karya
manusia berupa benda; ketiga, sebagai kegiatan yang memiliki pola dalam diri manusia di
sebuah organisai masyarakat (Ramadinah, 2022: 88).
Edward B. Taylor (1832-1917) yang merupakan seorang antropolog Inggris berkata
kebudayaan adalah seluruh sesuatu yang nyata yang didalamnya terdapat kepercayaan,
kebiasaan, kesenian, pengetahuan moral, dan lain-lain yang didapat manusia sebagai bagian
dari masyarakat (William A. Haviland, 1985). Menurut Ralph Linton sendiri kebudayaan
memiliki arti tentang tata cara seorang manusia untuk hidup sebagai bagian dari masyarakat
(Tasmuji, 2011; Ramadinah, 2022; 88). Sehingga budaya dapat diartikan sebagai bentuk
cara hidup sekelompok sebagai manusia yang tersusun secara rapi dari garis turun temurun
atau antar generasi yang telah berkembang sesuai dengan zaman melalui proses adaptasi
dan belajar sehingga dapat tercipta lingkungan yang cocok untuk hidup (Wibowo, 2013;
Ramadinah, 2022: 88).
Aspek budaya berubah dari waktu ke waktu menurut dua pola, yaitu percepatan
budaya dan arus logistik. Di sebuah percepatan budaya, kemampuan manusia untuk
mengendalikan dirinya lingkungan telah meningkat dengan tingkat yang cepat dan tingkat
percepatan itu sendiri adalah percepatan (Susanto & Fathurrahman, 2021: 9). Kearifan
lokal sebagai bentuk respon mereka terhadap kondisi alam yang mereka temukan.
Respon tersebut yang dalam perkembangan sejarah melahirkan pola-pola unik yang
sangat mempengaruhi perkembangan sejarah dan kebudayaan masyarakat
bersangkutan (Susanto et al, 2021: 322). Tradisi menunjukkan kuatnya aspek kearifan lokal
masyarakat. Tradisi dapat diartikan warisan yang benar atau warisan masa lalu. Tradisi ini
terjadi berulang-ulang dan bukan dilakukan secara kebetulan atau disengaja (Rochgiyanti &
Susanto, 2018: 516). Para sejarawan mengatakan bahwa sejarah bukanlah masa lalu semata,
melainkan catatan dan atau ingatan mengenai masa lalu (Helius Sjamsuddin, 2019: 114;
Jannah et al, 2021: 65). Mempelajari sejarah dapat memperoleh pemahaman atau apresiasi
subjek dari peristiwa tertentu Titik. Hal ini sejalan dengan prestasi siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang melayani ketidakmampuan fungsi yang efektif
pembangunan (Sjamsuddin, 2007; Abbas et al, 2022: 2).
Hal penting yang perlu dilihat dalam menelaah kebudayaan adalah kaitan antara
unsur-unsur yang tetap stabil dalam kebudayaan itu dengan unsur-unsur lainnya yang
menemui perubahan. Unsur yang berubah ini umumnya berbeda derajat perubahannya
berimbang dengan prinsip kebudayaan, seperti teknologi, lebih bersifat terbuka akan proses

4
perubahan dibandingkan dengan unsur-unsur rohaniah seperti struktur keluarga, kode
moral, sistem kepercayaan, dan lain-lain (Fitri & Susanto, 2022: 164).
Dari perspektif individu pendidikan ialah upaya buat mengembangkan kecakapan
individu, sebaliknya dari perspektif kemasyarakatan pendidikan ialah sebagai pewarisan
nilai-nilai budaya. Maka, pendidikan mengemban dua kewajiban esensial, yaitu
peningkatan kecakapan individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai
mahluk berbudaya, pada kenyataannya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu terus
meningkatkan searah dengan peningkatan kecakapan manusia pencipta budaya itu
(Rusdiansyah, 2020: 46). Koentjaraningrat dalam Ramadinah (2022: 177-178), secara
ringkas menerangkan nilai-nilai budaya yang harus dipertahankan dalam pembangunan,
yaitu:
1. Nilai budaya yang mengarah ke masa depan, seperti hidup hemar, berhati- hati, bersih,
bersemangat;
2. Nilai budaya yang berkeinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dan kekuasaan
alam, misalnya inovasi teknologi sesuai lingkungan dan potensi alam;
3. Nilai budaya yang melihat tinggi hasil karya manusia, yaitu motivasi untuk berbudaya
kreatif dan produktif, serta berkarya sendiri;
4. Nilai budaya yang mendukung pada kemandirian, percaya diri, untuk meraih sesuatu
kesuksesan yang tinggi;
5. Nilai budaya yang mengembangkan tanggungjawab bersama sehingga mau berperan
serta, tolong menolong, tenggan rasa, dan mau hidup berdampingan.
Selanjutnya H.A.R. Tilaar, nilai-nilai dasar yang mesti dikembangkan di sekolah dan
di perguruan tinggi, yaitu:
1. Nilai-nilai yang memprioritskan pada perjuangan kelayakan hidup, yaitu
pengembangan nilai-nilai ekonomi agar terlepas dari kemiskinan;
2. Nilai menegakkan jati diri atau menegakkan keberadaan, yaitu ingin mencitakan
masyarakat yang makmur dan adil;
3. Nilai yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan, lebih-lebih dalam menghadapi
dunia yang semakin terbuka, budaya inovatif, kreatis, produktif;
4. Nilai yang melingkupi kehidupan yang bersama yang prural, yaitu kesetiakawanan,
keadilan, dan pemerataan;
5. Nilai otomi yang menghimbau terjadinya persaingan yang sehat dalam dunia global,
inovatif, menciptakan nilai-nilai baru;
6. Nilai aman, damai, tentram, yang membuat kondisi membangun yang cepat dan
terkenal kembali;
7. Nilai beintegrasi dengan lingkungan, demi kesinambungan potensi alam sehingga ada
rasa bertanggung jawab terhadap generasi masa depan.
Dalam menghadapi gejolak perubahan yang mengarah ke budaya kekerasan, maka
nilai budaya kemanusiaan harus dikembangkan. Nilai-nilai ini dapat dilaksanakan dalam

5
interaksi siswa dengan siswa, mahasiswa dengan mahasiswa, siswa dengan guru mahasiswa
dengan dosen. Pada masa kini nilai-nilai itu makin terabaik, anatara lain:
1. Sikap sopan santun yang didasari oleh norma dan normal dari nilai budaya;
2. Kelarasan hidup bersama dan berdampingan;
3. Kerukunan hidup yang terbentuk dalam bantu membantu dan kedamaian;
4. Kasih sayang dan kekeluargaan di antara sesama kawan, tetangga, dan anggota
kelompok;
5. Rasa segan untuk berbuat sesuatu yang tidak sopan, tidak wajar, atau bertolak belakang
dengan norma dan budaya;
Nilai-nilai budaya yang diutarakan diatas sebenarnya termasuk dalam budaya nasional
dan budaya lokal. Perpaduan dengan budaya lain, melahirkan proses penyesuaian dan
penyelarasan nilai-nilai sehingga timbul nilai-nilai baru dinamis. Pelaksanaan nilai-nilai itu
di sekolah dan di perguruan tinggi membutuhkan strategi yang khusus (Ramadinah, 2022:
178).

SIMPULAN
Pendidikan ialah upaya sadar dan terstruktur untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar memiliki kecerdasan dan budi pekerti luhur yang sesuai degan kodratnya sebagai
manusia untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan. Pendidikan berkaitan erat dengan
penanaman nilai-nilai, contohnya di setiap masyarakat memiliki nilai-nilai kearifan lokal.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi melalui proses pendidikan, baik secara informal maupun formal. Pendidikan dari
sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Maka, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan
pelestarian nilai-nilai budaya. Dalam menghadapi gejolak perubahan yang menuju ke
budaya kekerasan, maka nilai budaya kemanusiaan perlu dikembangkan. Nilai-nilai ini
dapat diterapkan dalam interaksi siswa dengan siswa, mahasiswa dengan mahasiswa, siswa
dengan guru mahasiswa dengan dosen. Nilai-nilai tersebut seperti sopan santun, rukun,
tolong-menolong, damai, kasih sayang dan kekeluargaan dan rasa malu untuk berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan norma dan budaya.

REFERENSI

Abbas, E. W., Syaharuddin, S., Mutiani, M., Susanto, H., & Jumriani, J. (2022). STRENGTHENING
HISTORICAL THINKING SKILLS THROUGH TRANSCRIPT BASED LESSON ANALYSES
MODEL IN THE LESSON OF HISTORY. ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 18(1).

Arifin, J., & Susanto, H. (2017, November). The Internalization of Multiculturalism Values through
Literature Learning. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"

6
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland Environment"(ICSSE
2017) (pp. 167-169). Atlantis Press.

Fitri, M., & Susanto, H. (2022). NILAI SOSIAL RELIGI TRADISI MANOPENG PADA MASYARAKAT
BANYIUR. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 7(2), 161-169.

Ilyas, U., & Alumu, W. O. M. L. O. (2020). Integralisasi Budaya Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman, 11(2), 173-184.

Jannah, M., Effendi, R., & Susanto, H. (2021). KESENIAN TRADISIONAL MASUKKIRI
MASYARAKAT BUGIS PAGATAN KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH
BUMBU. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(2), 64-70.

Normina, N. (2018). Pendidikan dalam Kebudayaan. ITTIHAD, 15(28), 17-28.

Ramadinah, D., Setiawan, F., Ramadanti, S., & Sulistyowati, H. (2022). Nilai-nilai Budaya dan
Upaya Pembinaan Aktivitas Keagamaan di MTs N 1 Bantul. PANDAWA, 4(1), 84-95.

Rochgiyanti, M., & Susanto, H. (2017, November). Transformation of Wetland Local Wisdom Values
on Activities of Swamp Buffalo Breeding in Social Science Learning Practice. In 1st
International Conference on Social Sciences Education-" Multicultural Transformation in
Education, Social Sciences and Wetland Environment"(ICSSE 2017) (pp. 272-276). Atlantis
Press.

Rochgiyanti, R., & Susanto, H. (2018, April). Tradisi pemeliharaan kerbau kalang di wilayah lahan
basah Desa Tabatan Baru, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala. In Prosiding
Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 3, No. 2).

Rusdiansyah, R. (2020). Pendidikan Budaya; Di Sekolah dan Komunitas/Masyarakat. IQRO:


Journal of Islamic Education, 3(1), 45-58.

Susanto, H. (2017, November). Perception on Cultural Diversity and Multiculturalism Education.


In 1st International Conference on Social Sciences Education-" Multicultural Transformation
in Education, Social Sciences and Wetland Environment"(ICSSE 2017). Atlantis Press.

Susanto, H., & Fathurrahman, H. A. (2021, February). Migration and Adaptation of the Loksado
Dayak Tribe (Historical Study of Dayak Loksado Community in Pelantingan Village). In The
2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020) (pp. 5-10). Atlantis
Press.

Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND LOCAL
EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION IN TABALONG
REGENCY.

Susanto, H., Subiyakto, B., & Khairullah, M. (2021). ANJIR SERAPAT SEBAGAI JALUR EKONOMI
MASYARAKAT KAWASAN ALIRAN SUNGAI SEJAK ERA KOLONIAL. Sejarah dan Budaya:
Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 15(2), 321-330.

Syaharuddin, S., Hidayat Putra, M. A., & Susanto, H. (2019). Nilai Budaya Manyambang
Masyarakat Desa Lok Baintan Dalam Sebagai Sumber Belajar IPS.

Anda mungkin juga menyukai