01.01.2-T3-7. Koneksi Antar Materi - Manusia Indonesia dari Perspektif
yang Beragam
Perjalanan pendidikan di Indonesia dari awal kemerdekaan hingga
sekarang pastinya memerlukan perjalanan yang sangat panjang. Banyak faktor yang mempengaruhi perjalanan pendidikan di Indonesia, seperti faktor ekonomi, faktor sosial budaya, faktor politik, dan masih banyak lagi faktor-faktor. Faktor itulah yang menjadi sebuah tantangan dalam bidang pendidikan di Indonesia. Mengingat motto yang merupakan kumpulan asas Taman Siswan yang disampaikan dalam pidato Ki Hadjar Dewantara pada upacara penganugerahan Honoris Causa Universitas Gajah Mada pada tanggal 7 November 1956, “Prinsip Tri-con” ini mengajarkan bahwa dalam rangka melakukan pertukaran budaya Dengan dunia luar, pertama-tama seseorang harus menjaga kesinambungan dengan alam budayanya sendiri, kemudian bergerak menuju konvergensi dengan budaya-budaya lain yang sudah ada, dan akhirnya, begitu mereka disatukan dalam dunia universal, mereka secara kolektif menciptakan kesatuan dunia yang konsentris. Salah bentuk Bhineka Tunggal Ika sebagai identitas bangsa Indonesia, yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat Indonesia. Hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Dimana pemaknaan pendidikan Indonesia sebagai tempat persemian benih-benih kebudayaan yang ada dan hidup dalam masyarakat Indonesia. Perspektif sosio kultural dalam pendidikan dimaknai sebagai interaksi antar manusia dalam suatu kebudayaan yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai- nilai. Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Di dalam pengalaman berelasi, berinteraksi, berdialog, beraktivitas, dan memperjuangkan hidupnya, orang-orang Indonesia menemukan makna keindonesiaannya yang kaya akan keragaman (kebhinekaan). Keberagaman pada dasarnya adalah pembentuk jati diri Indonesia. Masyarakat yang sejak awal telah hidup dalam pengalaman relasional dengan latar belakang perbedaan dan keberagaman agama (keyakinan), ras, suku, warna kulit, dan bahasa dalam konteks ribuan pulau, tradisi, ritual, mitos, legenda, dan dunia, simbolisme bangunan, hasil pertanian, flora dan fauna yang berjuang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Mengingat keragaman budaya, bahasa, agama, kepercayaan, suku, suku, dan kearifan lokal yang membentuk masyarakat Indonesia, maka pendidikan sangat penting untuk melestarikan keberagaman, menjunjung tinggi kebersamaan, menumbuhkan perdamaian, dan menumbuhkan hakikat keindonesiaan. Untuk menciptakan paradigma bagaimana masyarakat Indonesia berpikir, bertindak, dan berperilaku, pendidikan sangatlah penting. Pendidikan yang memupuk hubungan sosial budaya sangat penting karena dapat mencegah perpecahan suatu negara akibat kecemburuan sosial atau intoleransi terhadap teman yang berbeda. Manusia dan budaya saling terkait erat, manusia dibentuk oleh norma, perilaku, dan ajaran budaya. Oleh karena itu, pendidikan dan budaya benar-benar saling terkait, dan pendidikan selalu beradaptasi dengan tren budaya baru. Karena pendidikan merupakan sarana transmisi nilai-nilai budaya dan berfungsi sebagai cerminan nilai-nilai tersebut. Menurut penjelasan Ki Hajar Dewantara tentang dasar-dasar pendidikan, mengadopsi sistem dari negara lain dan menerapkannya di Indonesia tidak selalu merupakan hal yang buruk. Namun perlu diingat pentingnya pengajaran nilai-nilai dan pendidikan budaya dan kebangsaan. prinsip terhormat yang membentuk jati diri bangsa Indonesia. Masa belajar siswa merupakan tahap pertumbuhan unik yang tidak dapat dibatalkan atau diciptakan kembali. Oleh karena itu, setiap tahapan proses pembelajaran bagi anak sangatlah penting. “Dalam melaksanakan reformasi terpadu, hendaknya kita selalu ingat bahwa segala kepentingan peserta didik, baik yang menyangkut kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosialnya, tidak boleh ditinggalkan oleh segala kepentingan yang berkaitan dengan sifat keadaan, baik alam maupun waktu,” ungkap Ki Hajar Dewantara dari sudut pandang pendidikan. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan". Jati diri bangsa Indonesia sebagai umat Pancasila, dimana Pancasila berfungsi sebagai landasan filosofis yang memuat semangat bangsa, cita-cita luhur, sentimen, dan nilai-nilai. Memperkaya bangsa Indonesia dengan standar moral yang tinggi yang merasuki kehidupan sehari-hari dan meresap dalam setiap aspek kehidupannya. Prinsip-prinsip mengagumkan yang bersumber dari Pancasila ini merupakan landasan pendidikan karakter dan tertanam kuat dalam pendidikan nasional, yaitu proses belajar peserta didik.