Anda di halaman 1dari 3

Nama : NURUL CICIK INDARYATI

Kelas : IPS-E
TOPIK 3
KONEKSI ANTAR MATERI
FILOSOFI PENDIDIKAN

Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam

Keberhasilan Pendidikan nasional Indonesia melalui proses yang panjang


dan sulit. Banyak faktor yang harus dihadapi dalam pendidikan Indonesia sejak
jaman penjajahan belanda. Faktor tersebut memberikan hambatan dan tantangan
yang harus dilewati oleh masyarakat Indonesia. Faktor-faktor tersebut ialah faktor
sosial, budaya, ekonomi dan politik. Kesenjangan sosial ekonomi, perbedaan
budaya, dan campur tangan politik membuat manusia indonesia mengalami
diskriminasi dalam menerima pendidikan. Penjajah melarang warga pribumi untuk
menempuh pendidikan kecuali untuk kepentingan penjajah itu sendiri. Melalui
pendirian sekolah taman siswa, Ki Hajar Dewantara bermaksud untuk memberikan
kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi masyarakat pribumi yang tidak
didapatkan seperti orang-orang priyayi atau orang-orang Belanda. Dalam pidatonya
Ki Hajar Dewantara menyebutkan mengenai semboyan yang mengandung filsafat
dalam soal akulturasi yang telah kita masukan dalam rangkain asas-asas ke-
Tamansiswaan-an, yaitu “Asas Tir-con” yang mengajarkan, bahwa di dalam
pertukaran kebudayaan dengan dunia luar harus kontinuitas dengan alam
kebudayaannya sendiri, lalu konvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang
ada, dan akhirnya jika kita sudah bersatu dalam alam universal, kita bersama
mewujudkan persatuan dunia dan manusia yang konsentris. Konsentris berarti
bertitik pusat satu dengan alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki
garis lingkaran sendirisendiri. Inilah suatu bentuk dari sifat “Bhineka Tunggal Ika”.
Dalam kehidupan bermasyarakat, Indentitas manusia Indonesia terbentuk dan
berkembang dalam keragaman budaya, agama, latar belakang yang juga dapat
membentuk dari sifat “Bhineka Tunggal Ika”. Kata Bhinneka Tunggal Ika dapat
dimaknai sebagai meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka
ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-
macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun
keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari perwujudan dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika
dapat dilakukan dengan cara hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat,
warna kulit dan lain-lain.

Sosiokultural didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan,


keterampilan, seni, dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada
waktu tertentu. Sosiokultural adalah sebuah sistem dari pola-pola terpadu yang
mengatur perilaku manusia (Condon 1973: 4). Perspektif sosio kultural dalam
pendidikan dimaknai sebagai interaksi antar manusia dalam suatu budaya berkaitan
dengan pendidikan. Interaksi yang dimakaksud dalam hal ini adalah adanya kesesuaian
yang berkesinambungan dalam sebuah aturan, peran dan nilai budaya. Dengan adanya
interaksi sosiokultural dalam pendidikan diharapkan akan mengurangi adanya rasa kurang
toleransi dengan perbedaan budaya dan juga dapat menciptakan rasa saling menghormati
dan menghargai perbedaan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan saling
berhubungan dengan kebudayaan karena pendidikan merupakan proses transfer
kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan. Seperti halnya isi dari pidato
Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan bahwa tidak selamanya budaya barat buruk
untuk bangsa indonesia, akan tetapi kita dapat mengadopsi sistem dari negara barat,
namun kita juga jangan melupakan budaya kita sendiri, pendidikan kultural serta
ajaran nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Terkait dengan mata kuliah psikologi perkembangan penulis menyimpulkan
bahwa fase-fase belajar peserta didik adalah fase emas, perkembangan tersebut tidak
bisa diulang maupun diputar mundur. Oleh karena itu setiap fase yang dilalui peserta
didik merupakan fase penting dalam tumbuh kembang peserta didik. Ki Hajar
Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam diartikan sebagai lingkungan alam tempat
peserta didik berada, baik kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Kodrat
alam berhubungan juga dengan karakter dasar anak. Kodrat zaman diartikan
perubahan dari waktu ke waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai
zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki hubungan
yang saling berkaitan dengan faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik. Selain itu,
proses dalam menyelaraskan dengan identitas manusia Indonesia, nilai-nilai kultural
serta nilai-nilai luhur yang ada dijadikan akar dalam menyusun pendidikan karakter
gunatetap mempertahankan Identitas manusia Indonesia. Keberagaman budaya juga
mengharuskan kita untuk saling menghormati dan mengahargai antas sesama.
Dengan hal tersebut dapat pula disimpulkan bahwa identitas manusia Indonesia
adalah unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Dengan keberagaman
budaya mmunculkan manusia yang bhineka tunggal ika dan manusia Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai