Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik
III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah
pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Mahasiswa membangun perspektif kritis
dengan mengacu pada Mata Kuliah Sosio-Kultural dan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan untuk
melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah
Khusus.
Kesimpulan :
Perjalanan pendidikan nasional Indonesia melalui proses yang panjang. Faktor-faktor
sosial,budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pendidikan di Indonesia sejak masa
penjajahanhingga kini. Faktor-faktor tersebut memberikan tantangan tersendiri terlebih
bagaimanaproses pembelajaran dapat berjalan. Mengingat semboyan yang menjadi rangkaian
asas-asas ke-Tamansiswaan-an yang dikemukakan pidato Ki Hadjar Dewantara pada
penganugerahan Honoris Causa olehUniversitas Gajah Mada pada 7 November 1956 yaitu "Asas
Tri-con" yang mengajarkan,bahwa di dalam pertukaran kebudayaan dengan dunia luar harus kontinuitas
dengan alam kebudayaannya sendiri, lalu konvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang ada,
danakhirnya jika sudah bersatu dalam alam universal, bersama mewujudkan persatuan dunia dan
manusia yang konsentris. Konsentris berarti bertitik pusat satu dengan alam-alam kebudayaan sedunia,
tetapi masih memiliki garis lingkaran sendiri sendiri. Inilah suatu bentuk dari sifat "Bhineka
Tunggal Ika". Identitas manusia Indonesia yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam
kebhinekatunggalikaan mestinya selaras dengan apa yang disampaikan Ki Hajar Dewantara.
Juga pemaknaan dari Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang
hidup dalam masyarakat kebangsaan. Perspektif sosio kultural dalam pendidikan dimaknai sebagai
interaksi antar manusia dalam suatu budaya berkaitan dengan pendidikan. Dalam hal ini, interaksi yang
dimaksud adalah adanya kesesuaian-kesesuaian yang berkesinambungan mengenai sebuah peran,
aturan sertanilai budaya.
Kesesuaian ini tidak hanya terbatas pada konteks interaksi saja, namun mencakup
hal lainnya Salah satunya adalah konteks pendidikan. (Nauvaliana Ashri, 2021). Interaksi sosiokultural
dalam pendidikan menjadi penting karena dapat mencegah disintegrasi bangsa, baik yang disebabkan
oleh cemburu sosial maupun kurangnya rasa toleransi terhadap teman yang berbeda. Manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimana manusia tertaut dengan tingkah laku, norma
dan ajaran budaya. Oleh karena itu Pendidikan sendiri sebenarnya saling terintegrasi dengan kebudayan,
pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan. Karena pendidikan merupakan proses
transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan. Pendidikan dalam bingkai
about:blank 1/2
01/02/24, 09.11 Topik 3 Filosof Koneksi Antar Materi Ervina DWI Kusuma PGSD B
about:blank 2/2