Anda di halaman 1dari 3

Koneksi Antar Materi Topik 3

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

NAMA : Wesi Kenali Kemala Sirikit

NIM : 23345700

ROMBEL :2

PRODI : PPLG

DOSEN : Dr. M. Anwar, S.Pd, M.T.


Topik 3: Koneksi Antar Materi

Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik III
dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah
pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Mahasiswa membangun perspektif kritis
dengan mengacu pada Mata Kuliah SosioKultural dan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan untuk
melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah
Khusus.

Jawab :

Manusia Indonesia berarti identitas manusia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia.
Nilai kebhinekatunggalikaan, nilai Pancasila, dan religiusitas disebut sebagai tiga nilai kemanusiaan khas
Indonesia. Nilai kebhinekatunggalikaan mendukung keragaman di Indonesia. Keanekaragaman Indonesia
ada sejak sebelum negara itu didirikan, dan itu adalah anugerah alam. Dalam hal pengalaman hidup,
budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik, masyarakat
Indonesia sangat beragam. Nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk identitas budaya dan bangsa
Indonesia, keragaman, harus digali dan dilestarikan. Ini sangat terkait dengan konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara (Materi Topik 1).

Semua benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan ditanamkan di sekolah. Pendidikan di
Indonesia diberi kebebasan dan kelonggaran untuk menerapkan sistem pendidikan Barat setelah
kemerdekaan, tetapi dengan syarat anak-anak diberikan pendidikan nasional dan kultural yang berfokus
pada keluhuran manusia, nusa, dan bangsa, daripada memisahkan diri dari kesatuan manusia. Mendidik
anak-anak harus sesuai dengan zaman dan alam. Untuk mencapai Pendidikan Nasional, pelajari kehidupan
kejiwaan rakyat Indonesia melalui adat istiadat mereka, bukan menirunya secara mentah-mentah. Ini juga
sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara (Materi topik 2) di mana anak diberi
kebebasan dalam proses menuntun, dan pendidik bertindak sebagai pamong dalam memberikan tuntunan
dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya sendiri. Pendidik dapat
memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaan dalam belajar dengan tetap
mengedepankan sikap, perilaku, dan karakter yang mencerminkan seorang siswa dengan nilai-nilai dan
sifat-sifat kemanusiaan yang dimilikinya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, dasar pendidikan anak berhubungan dengan alam dan zaman (topik
2). Pendidikan seperti itu harus selalu sesuai dengan nilai-nilai dan asas-asas hidup kebangsaan, yang tidak
bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan, seperti Pancasila. Pancasila sebagai jati diri orang Indonesia
dan bangsanya. Pancasila adalah dasar yang menggabungkan prinsip-prinsip luhur yang telah diterapkan
oleh masyarakat Indonesia, termasuk prinsip gotong royong.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap individu dan masyarakat secara keseluruhan, Pancasila memuat
tuntutan etis untuk hidup bersatu, bertanggung jawab, bekerja sama, hidup adil, dan bermusyawarah
(bergotong-royong). Jiwa, cita-cita luhur, dan nilai-nilai bangsa terdiri dari Pancasila sebagai landasan
filosofi. hidup sebagai bangsa, berdasarkan nilai-nilai luhur yang berasal dari Pancasila. pendidikan
karakter yang ditanamkan dalam pendidikan nasional melalui pendidikan Profil pelajar Pancasila saat ini.

Dalam pidato sambutan Ki Hajar Dewantara (Materi topik 1), Ki Hajar Dewantara menekankan betapa
pentingnya untuk mengekspresikan diri dalam kesenian, peradaban, dan keyakinan kita, seperti yang
terdapat dalam kitab-kitab cerita, seperti dongeng, mite, legenda, babad, dll. Semuanya itu adalah
kekayaan nasional yang terkandung dalam kekayaan internal negara. Ini berhubungan dengan nilai
religiusitas, yang merupakan ciri khas masyarakat Asia adalah kedalaman dan nilai religiusitas yang sangat
memengaruhi cara hidup.

Pada topik 2 Salah satu kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Sumatra Utara yang sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah adat istiadat Batak. Adat istiadat Batak merupakan salah satu
budaya kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, musyawarah, toleransi,
dan keadilan. Adat istiadat Batak juga menjadi sumber hukum yang mengatur hubungan sosial antara
anggota masyarakat, khususnya dalam hal hukum adat, perkawinan, waris, dan dalihan na tolu.

Adat istiadat Batak, yang merupakan budaya kearifan lokal, dapat menjadi kekuatan dalam konteks
sosiokultural Sumatra Utara karena memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas, kearifan, dan
kesejahteraan masyarakat dalam era globalisasi. Adat istiadat Batak juga dapat dikaitkan dengan pemikiran
KHD tentang sistem among, yaitu sistem pembelajaran yang mengedepankan pembentukan manusia secara
utuh dengan memberi tuntutan bagi hidup anak-anak agar mereka dapat berkembang dengan subur dan
selamat baik lahir maupun batinnya. Pendidikan karakter yang berwawasan sosio-kultural dapat
mengintegrasikan nilai-nilai adat istiadat Batak ke dalam kurikulum, metode, dan evaluasi guru.

Anda mungkin juga menyukai