Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muthiah Zahratul Ummah

NIM : 250211105817
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

Koneksi Antar Materi – Topik 3

Pada topik 1, saya belajar mengenai sosok Ki Hajar Dewantara melalui pemikiran-
pemikirannya. Pemikiran beliau mengenai pendidikan merupakan pondasi yang membangun
sejarah pendidikan Indonesia. Melalui pemikiran Ki hajar Dewantara, saya mulai memiliki
pandangan yang berbeda terhadap pendidikan di Indonesia. Pemikiran tersebut membuat saya
lebih berusaha mengenali peserta didik dari segi kemampuan, bakat, serta keinginan peserta
didik dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Saya menyadari bahwa setiap anak memiliki
kemampuan dan minat yang berbeda dan setiap anak berhak memilih mengembangkan bakat
yang diminatinya. Sebagai guru SD, saya sadar bahwa saya hadir bukan untuk mencetak peserta
didik menjadi ilmuwan, melainkan membantu mereka untuk dapat menjadi manusia yang dapat
hidup dalam masyarakat, yang mampu menjadi manusia yang memanusiakan manusia lainnya.
Melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa saya adalah fasilitator yang
membantu anak untuk dapat menyiapkan dirinya menghadapi kehidupan di masyarakat.

Pada topik 2 mengenai pendidikan dan nilai sosial budaya, saya memaknai pemikiran lain
dari Ki Hajar Dewantara mengenai budi pekerti, sistem among (menuntun), serta kodrat alam
dan kodrat zaman dari peserta didik. Budi pekerti merupakan keselarasan hidup antara cipta,
rasa, karsa, dan karya. Keselarasan ini dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik
tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran
sosial. Artinya, anak harus menyadari bahwa ia hidup dalam masyarakat dan merupakan bagian
dari masyarakat itu sendiri, sehingga anak perlu melatih diri untuk dapat membuat keputusan
yang tepat dan tidak merugikan orang lain, serta bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya. Untuk dapat memiliki budi pekerti yang baik, anak perlu dituntun agar dapat
memiliki arah yang jelas.

Dari topik pembahasan ini saya menyadari bahwa saya bertugas untuk menuntun peserta
didik untuk dapat bertumbuh agar dapat mengembangkan kekuatan kodratnya. Selayaknya
tujuan pendidikan yang dijabarkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan utnuk
menuntun segala kodrat yang ada pada tiap anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Peran sebagai penuntun ini dilakukan agar dapat memberi arahan pada anak agar
anak tidak kehilangan arah dan membahayakan diri.

Selain itu guru juga perlu memperhatikan dan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat
zaman yang dimiliki oleh anak. Kodrat alam merupakan kodrat yang berkaitan dengan
lingkungan anak, sedangkan kodrat zaman merupakan kodrat yang berkaitan dengan
perkembangan waktu. Sebagai pendidik, ada baiknya kita memberikan pengajaran yang
disesuaikan dengan kodrat alam dan zaman dari anak tersebut agar anak memiliki pengalaman
mengajar yang berarti dan bermakna bagi kehidupannya.

Pada topik 3 mengenai identitas manusia Indonesia, saya memiliki pemahaman baru
terhadap keberagaman yang ada di Indonesia. Identitas manusia Indonesia artinya manusia yang
menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indoneisa. Hal ini meliputi nilai jiwa, hasrat, martabat,
sosialitas, dan beragam tradisi yang dimiliki manusia Indonesia. Terdapat tiga nilai kemanusiaan
khas Indonesia, yakni nilai kebhinekaan, nilai pancasila, dan nilai religiositas. Nilai kebhinekaan
mengandung makna penting terkait keberagamaan peserta didik di Indonesia baik dari segi
agama, budaya, bahasa dan lainnya. Nilai pancasila mengandung makna bahwa setiap nilai
pancasila merupakan dasar dari filosofi bangsa dan harus diterapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nilai religiositas memiliki makna bahwa pendidikan sarat akan dua
sisi manusia, yakni jasmani dan rohani.

Ketiga topik yang telah saya pelajari tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Dari
perjalanan pendidikan Indonesia pada topik 1, pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait budi
pekerti, sistem among, dan kodrat anak pada topik 2, dan keberagaman manusia Indonesia pada
topik 3, membuat saya sadar bahwa praktik pembelajaran yang terjadi haruslah disesuaikan
dengan karakteristik anak dengan didasari atas nilai-nilai moral yang ada. Latar belakang sosial-
budaya dan lingkungan yang dimiliki anak pun turut serta berpengaruh dalam keberhasilan
pembelajaran yang terjadi. Dengan menyadari pentingnya keunikan yang dimiliki tiap anak,
diharapkan terjadinya pembelajaran yang berpihak pada anak sehingga anak dapat memiliki
pembelajaran yang bermakna dan berarti bagi kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai