Anda di halaman 1dari 3

Dasar – dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara :

1. Tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat
2. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh
menurut kodratnya sendiri. Kodrat setiap anak adalah sumber kekuatan lahir dan batin, pendidik
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan- kekuatan itu, agar dapat memperbaiki
lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
3. Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia secara utuh dan penuh, menurut Ki Hajar
Dewantara pendidikan adalah salah satu pintu untuk mewujudkan manusia yang merdeka baik
lahir dan batin baik sebagai mahluk individu, sebagai anggota masyarakat dan warga dunia .
Pendidikan dalah wadah untuk membangun otonomi intelektual, otonomi eksistensi dan otonomi
social. Pendiidkan adalah cara untuk sampai pada kesadaran akan pentingnya memiliki 3 otonomi
tersebut.
4. Kemerdekaan lahiriah dan bathiniah menurut Ki Hajar dewantara keadaan dimana manusia di
Indonesia mampu menegaskan secara serentak otonomi eksistensi dirinya sebagai warga
Indonesia dan warga dunia. Pendidikan menghantar seseorang memiliki otonomi diri secara utuh
dan penuh dalam wilayah kognisi, afeksi, spiritual, social sehingga eksistensinya mampu berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Manusia yang
terdidik mampu menyikapi tuntutan -tuntutan dan tantangan kehidupan dengan sikap yang
bijakasan, dan bersahaja. manusia tersebut, tidak terperangkap lagi dalam kepentingan-
kepentngan diri dan golongan yang temporal dan duniawi sifatnya. Manusia yang merdeka
batiniyahnya adalah manusia yang bukan hanya pintar secara akal maupun kognitifya tetapi juga
benar dalam tindakannya. Maju penalaran akalnya dan sekaligus maju moralnya. Sehingga
tindakan yang dilakukan berdasarkan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa (dihayati dan sebagai
prioritas dalam tuntunan hidupnya) serta hormat kepada martabat.
5. Metode pendidikan yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia tidak memakai syarat
paksaan. Orang Indonesia adalah termasuk ke dalam bangsa timur. Bangsa yang hidup dalam
khasanah nilai nilai tradisional berupa kehalusan rasa, hidup dalam kasih sayang, cinta akan
kedamaian, ketertiban, kejujuran dan sopan dalam tutur kata dan tindakan. Pendidik
menempatkan peserta didik sebagai subyek, bukan obyek pendidikan. Artinya, peserta didik diberi
ruang yang seluasnya untuk bereksplorasi, berekspresi, berkreatifitas, secara mandiri dan
bertanggung jawab.
6. Metode pendidikan yang digulirkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah metode pendidikan dengan
system AMONG, menurut beliau sistem among merupakan merupakan metode yang sesuai untuk
bangsa Indonsia karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada
asih, asah dan asuh (care and dedication based on love).
Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam sebagai syarat untuk
menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan kemerdekaan sebagai
syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup
mandiri.
Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi:
1) Ing Ngarso Sung Tuladha yang memiliki arti Di depan guru harus memberikan teladan seluruh
aspek kehidupannya. Hal ini, mencerminkan bahwa menjadi seorang guru harus bias
memberikan sebuah keteladanan dan menjadi teladan.
2) Ing Madya Mangun Karsa Seorang guru harus bisa membangun semangat, motivasi, dan gairah
hidup untuk menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini menjelaskan bahwa menjadi seorang
guru harus mampu memberikan dorongan serta motivasi bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan dan potensi dirinya.
3) Tut Wuri Handayani seorang harus dapat mengikuti dengan baik terhadap para murid yang telah
menunjukkan sikap perilaku yang benar (baik,jujur,cerdas).

Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak.
Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang
waktu dengan kasih sayang. Tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk
menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan
berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri
dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.

7. Kemerdekaan dalam pendidikan memiliki 3 sifat: berdiri sendiri, tidak tergantung pa da orang lain
dan dapat mengatur dirinya sendiri
8. Ki Hajar Dewantara dalam pidatonya “wasita” Jilid 11 no. 1-2-Juli-Agustus 1930 menyampaikan
tentang tiga fatwa Pendidikan yakni: 1) Tetep,antep,mantep, 2) Ngandel, kandel, kendel,
bandel,dan 3) Neng, ning, nung, nang.
Fatwa yang pertama adalah Tetep,antep,mantep. Artinya ketetapan pikiran dan batin, menjamin
keyakinan diri dan membentuk kemantapan dalam prinsip hidup. Hal ini juga menentukan kualitas
dari seseorang. Istilah tetep di sini dapat dimaknai dalam kerangka yang prinsipil, yakni memiliki
ketetapan pikiran (untuk berkomitmen) yang selaras dengan nilai-nilai sosial. Pendidikan
membentuk seseorang untuk mampu berpikir kritis dan memiliki ketetapan pikiran dalam khasanah
nilai-nilai. Artinya, pikirannya tidak gampang terombang- ambingkan oleh tawaran-tawaran hidup
yang tidak selaras dengan nilai-nilai. Istilah antep menunjukkan bahwa pendidikan menghantar
seseorang untuk memiliki “kepercayaan diri” dan keuletan diri untuk maju terus dalam mengatasi
segala tantangan kehidupan secara kstria (bersahaja). Dalam praksis kehidupan, orang yang antep
adalah yang memiliki keteguhan hati ke arah kualitas diri sebagai manusia personal dan anggota
komunitas sosial. Sementara istilah mantep menunjukkan bahwa pendidikan menghantar
seseorang untuk berkanjang dalam kemajuan diri, memili i orientasi yang jelas untuk menuju tujuan
yang pasti, yakni kemerdekaan diri sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga dunia. Jadi,
landasan operasinal pendidikan adalah upaya membentuk kualitas pribadi peserta didik sampai
pada tingkat yang maksimal.
Fatwa yang kedua adalah Ngandel, kandel, kendel, bandel . Ngandel adalah istilah dalam bahasa
Jawa yang artinya “berpendirian tegak”. Sehingga Pendidikan itu harus menghantar orang pada
kondisi diri yang ngandel (berpendirian tegak/teguh). Orang yang berpendirian tegak adalah yang
berprinsip dalam hidup. Kendel adalah istilah yang menunjukkan keberanian. Pendidikan
membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang berani, berwibawa dan ksatria. Orang yang
berpendidikan adalah orang yang berani menegakkan kebenaran dan keadilan, matang dan dewasa
dalam menghadapi segala cobaan. Sementara istilah bandel menunjukkan bahwa orang yang
terdidik adalah yang “tahan uji”. Segala cobaan hidup dan dalam segala situasi hidup dihadapinya
dengan sikap tawakal, tidak lekas ketakutan dan hilang nyali.
Fatwa yang Ketiga adalah neng, ning, nung dan nang. Artinya bahwa pendidikan pada tataran
terdalam bercorak religius. Pendidikan itu menciptakan kesenangan perasaan (neng), keheningan
(ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung). Dalam dan melalui pendidikan, seseorang bisa
mengalami kesucian pikiran dan ketenangan batin. Menurut Ki Hadjar, kekuasaan akan datang
manakala seseorang sudah mengalami kesucian pikiran, ketenangan batin dan hati.
9. Relevansi 3 fatwa Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan saat ini memiliki relevansi untuk konteks
pendidikan Indonesia kini terutama manakala penerapannya dimaksudkan untuk membangun jiwa
kepemimpinan dalam diri anak-anak di Indonesia. Harapan ke depan mereka kelak mampu menjadi
pemimpin Indonesia yang benar-benar “meng-Indonesia”. Artinya, menjadi pemimpin yang
memiliki ketetapan pikiran dan batin, memiliki kepercayaan diri dan pendirian yang teguh, memiliki
pikiran yang suci, batin yang tenang dan hati yang senang. Kondisi demikian menjadi jaminan ke
arah terciptanya kepemimpinan yang memerdekakan kemanusiaan setiap pribadi di Indonesia
secara utuh dan penuh.
10. Prinsip pembelajaran yang ada di kurikulum 2013 relevan dengan prinsip pembelajaran menurut Ki
Hajar dewantara, yaitu: prinsip kemerdekaan, prinsip kebangsaan, prinsip kebudayaan, prinsip
kodrat alam, prinsip kemanusiaan. Selanjutnya mengenai materi pembelajaran keduanya sepakat
materi pembelajaran diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik,

Anda mungkin juga menyukai