NIM : 202320630113121 Kelas : PPG Matematika 002 Tugas : Koneksi Antar Materi Topik 3 – Filosofi Pendidikan Indonesia
Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam
Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Mahasiswa membangun perspektif kritis dengan mengacu pada Mata Kuliah Sosio- Kultural dan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan untuk melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah Khusus.
Jawab:
Manusia Indonesia berarti identitas manusia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan
khas Indonesia. Terdapat tiga hal yang ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yaitu nilai kebhinekatunggalikaan, nilai Pancasila, dan religiusitas. Nilai kebhinekatunggalikaan merupakan keragaman yang ada di Indonesia. Keragaman Indonesia merupakan anugerah alamiah (tanpa dirancang) dan sudah ada sejak sebelum terbentuknya negara Indonesia. Masyarakat Indonesia beragam dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik. Keragaman merupakan nilai-nilai kemanusiaan Indonesia yang menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia yang layak untuk terus digali dan dilestarikan. Hal ini berkaitan dengan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Materi topik 1).
Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup
dalam masyarakat kebangsaan. Setelah kemerdekaan, Indonesia diberi kebebasan dan kelonggaran dalam pendidikan dan pengajaran menggunakan sistem barat, akan tetapi dengan syarat anak-anak diberikan pendidikan kultural dan nasional, yang semuanya ditujukan kearah keluhuran manusia, nusa dan bangsa, tidak memisahkan diri dari kesatuan manusia. Dalam mendidik anak-anak harus sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya. Mempelajari hidup kejiwaan rakyat Indonesia dengan adat istiadat dan tidak meniru secara mentah-mentah, karena adat istiadat merupakan petunjuk-petunjuk yang berharga agar dapat mencapai Pendidikan Nasional. Hal ini juga sejalur dengan dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara (Materi topik 2), dimana dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan dan pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar dengan tetap mengedepankan sikap, perilaku, dan karakter yang mencerminkan seorang peserta didik dengan nilai-nilai dan sifat- sifat kemanusiaan yang dimilikinya. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman (topik 2). Dalam mewujudkan pendidikan yang demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan, salah satunya adalah Pancasila. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia sekaligus manusia Indonesia. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi oleh masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Sila-sila Pancasila memuat imperative etis untuk hidup bersatu, bertanggung jawab, bekerjasama, hidup adil dan bermusyawarah (bergotong-royong) untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap pribadi dan bersama dalam segala dimensinya. Pancasila sebagai landasan filosofi memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa dan nilai-nilai hidup berbangsa. Nilai-nilai luhur yang bersumber dari Pancasila inilah yang dijadikan akar dari pendidikan karakter sehingga ditanamkan dalam pendidikan nasional melalui proses belajar peserta didik yang saat ini dikemas dalam profil pelajar Pancasila. Dalam pidato sambutan Ki Hajar Dewantara (Materi topik 1), Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya terus hidup dalam kesenian, peradaban, dan keagamaan kita, atau terdapat dalam kitab-kitab cerita (dongeng-dongeng, mite, legenda, babad, dll). Semua itu adalah kekayaan nasional yang tersimpan dalam kekayaan batin bangsa. Hal ini berkaitan dengan nilai religiusitas, dimana salah satu karakter khas masyarakat Asia adalah kedalaman dan kekayaan religiusitas yang memberi pengaruh besar pada praksis kehidupan. Sikap religious kosmik atau spiritualitas kosmik mestinya menjadi jiwa dalam mengembangkan visi kemanusiaan Indonesia. Manusia Indonesia mestinya mewujudkan dirinya sebagai pribadi- pribadi yang menghidupi nilai keragaman, berjiwa Pancasila dan mewujudkan spiritualitas kosmik.