Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ORGANISASI DAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Resiko yang diampu
oleh:

Hadi Ma'ruf, M.Pd

Disusun oleh kelompok 1:

Ekonomi Syariah 6-B

1. Qurroti A’yunina (12402173049)


2. Armayani (12402173088)
3. Lulu Fadilah (12402173090)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Maret 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah untuk mata kuliah Manajamen Resiko yang berjudul "Organisasi Dan
Fungsi Manajemen Risiko". Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan semoga kita mendapatkan syafaatnya nanti.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai


pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung


2. Bapak Hadi Ma'ruf, M.Pd sebagai dosen pengampu kami, yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan kami pada
khususnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun begitu kami
perlukan demi perbaikan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Komite Manajemen Resiko...........................................................................3

B. Satuan Kerja Manajemen Risiko...................................................................5

C. Hubungan Satuan Kerja Operasional Dengan SKMR..................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................8

B. Saran..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Risiko merupakan suatu metode yang harus dipersiapkan oleh
setiap perusahaan dalam menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan risiko
yang mengaancam perusahaan ataupun bidang usaha dalam perusahaan.
Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Manajemen Resiko menjadi
sebuah agenda bahasan yang hanya dilakukan oleh eksekutif perusahaan,
mengubah pandangan dalam sebuah proses yang terjadi dalam perusahaan
merupakan batasan disiplin dari bentuk tanggung jawab yang professional.
Secara pandangan individual, sebuah perusahaan seharusnya memiliki
kemampuan manajemen risiko untuk jangka waktu pendek dan panjang yang
mana mengacu pada subjek-subjek ekonomi, keuangan, strategi, dan
manajemen internasional. Sehingga dari sana didapatkan sebuah aturan yang
nantinya akan disepakati dalam perusahaan dalam mengelola permasalahan
atau ancayang yang ada dalam bidang usaha terkait.
Sebuah organisasi harusnya menciptakan elemen-elemen penting yang
mungkin mendukung atau menghambat kemampuan untuk mengelola resiko
yang dihadapi, analisa yang strategis harus dibuat. Hal ini seharusnya didukung
pada level eksekutif, membuat parameter dasar dan memberikan bimbingan
lebih rinci bagi proses manajemen resiko. Dimana seharusnya ada hubungan
yang erat antara misi organisasi dengan pengelolaan dari seluruh resiko yang
akan dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Komite Manajemen Resiko?
2. Apa yang dimaksud dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko?
3. Bagaimana hubungan satuan kerja operasional dengan SKMR?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tentang Komite Manajemen Resiko

1
2. Untuk mengetahui tentang Satuan Kerja Manajemen Risiko
3. Untuk mengetahui tentang hubungan satuan kerja operasional dengan
SKMR

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komite Manajemen Resiko


Sesuai dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan, komite manajemen risiko
(KMR) setidaknya terdiri atas mayoritas anggota direksi dan pejabat eksekutif
terkait. Dalam keanggotaan KMR dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak
tepat, bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Anggota tetap ialah direksi
dan pejabat eksekutif yang ditunjuk direktur utama untuk melaksanakan
wewenang dan tanggungjawab secara permanen untuk jangka waktu tertentu,
sedangkan anggota tidak tetap ialah direksi dan pejabat eksekutif yang terkait
dengan topik yang dibahas dan direkomendasikan dalam KMR.
Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada
direksi atau mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan atau
operasional perusahaan. Sedangkan mayoritas direksi berarti lebih dari 50
persen dari seluruh jumlah anggota direksi.
Untuk lebih memahami penggunaan komite manajemen risiko dan satuan
kerja manajemen risiko dalam struktur organisasi perusahaan di Indonesia,
diilustrasikan format struktur organisasi yang diadaptasi dari Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 34/SEOJK.03/2016 tanggal 1 September 2016
tentang Penerapan Manajemen Risisko bagi Bank Umum.
Struktur organisasi yang menerapkan fungsi manajemen risiko tersebut
harus disesuaikan dengan ukuran, kompleksitas usaha dan risiko yang relevan
serta melekat pada aktivitas fungsionalnya. Komite manajemen risiko
berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi kepada
direktur utama yang mencakup :
1. Penyesuaian kebijakan, strategi, dan pedoman penerapan manajemen
risiko.
2. Perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan manajemen risiko
berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan manajemen risiko.
3. Penetapan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai
dengan prosedur normal, seperti pelampauan ekspansi usaha yang

3
signifikan dibandingkan rencana bisnis bank dan pengambilan posisi atau
eksposur risiko yang tidak sesuai dengan limit yang telah ditetapkan. 1
Di Indonesia, keberadaan Komite Pemantau Risiko hanya diwajibkan
pada industri perbankan karena tingginya risiko yang melekat pada
aktivitas bisnis perbankan. Industri perbankan juga memiliki keunikan
tersendiri, ditunjukkan dari tingginya rasio hutang terhadap modal pada
industri tersebut (dapat mencapai 9:1).  Selain itu, aktivitas industri
perbankan juga memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat, karena
sebagian besar dana yang dihimpun dan disalurkan oleh bank adalah dari
dan untuk masyarakat. Oleh sebab itu, Komite Pemantau Risiko
dibutuhkan untuk mendukung manajemen risiko dan stabilitas perbankan.2
a. Fungsi
Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan
terkait penerapan Manajemen Risiko di Perusahaan Anda serta
memastikan terselenggaranya Manajemen Risiko Perusahaan (ERM -
Enterprise Risk Management)
b. Tugas
1. Melakukan evaluasi atas Kebijakan Manajemen Risiko dan
memberikan penilaian atas limit risiko (risk appetite & risk
tolerance) yang ditetapkan Direksi.
2. Melakukan evaluasi kecukupan prasarana, sarana, sumber daya dan
kompetensi untuk penerapan ERM, serta memastikan pelaksanaan
program ERM sesuai standar internasional dalam Manajemen
Risiko.
3. Meminta laporan berkala dari manajemen mengenai risiko usaha,
antara lain terkait teknologi, regulasi, pelaksanaan operasional,

1
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, (Jakarta:
Salemba Empat, 2017), hlm. 28.

2
CRMS, Fungsi Dan Peran Komite Pemantau Risiko Serta Kontribusinya Dalam
Penerapan Enterprise Risk Management Di Indonesia,2020,Publication

4
kebijakan strategis, persaingan usaha, keuangan, dan isu sosial;
melakukan diskusi, evaluasi, verifikasi dan memberikan
rekomendasi terkait pelaporan tersebut serta melaporkannya
kepada Dewan Komisaris.
4. Bila diperlukan, berkomunikasi dengan Komite Audit terkait hasil
audit yang menyangkut aspek pengkajian risiko dan kepatuhan;
dan atas persetujuan Dewan Komisaris dapat mengundang pihak
luar yang independen untuk melakukan audit terhadap pelaksanaan
ERM.
5. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh Dewan
Komisaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
B. Satuan Kerja Manajemen Risiko
Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) merupakan bagian dari struktur
organsasi (bersifat structural) yang harus disesuaikan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha perusahaan serta risiko yang melekat pada perusahaan agar
perusahaan dapat menentukan sendiri struktur organisasi yang tepat dan sesuai
dengan kondisi, baik dari segi keuangannya atau dari segi sumber daya
manusia (SDM). Selain itu, tugas dari Satuan Kerja Manajemen Risiko
(SKMR) yaitu untuk menyakinkan bahwa risiko yang dihadapi bank dapat
diindentifikasi, diukur dipantau, dikendalikan dan dilaporkan dengan benar
melalui penerapan kerangka manajemen risiko yang sesuai serta berwenang
memberikan masukan kepada direksi dalam penyusunan kebijakan, strategi dan
kerangka manajemen risiko.3
Dalam satuan kerja manajemen risiko ini harus bersifat independent
terhadap satuan kerja operasional dan terhadap satuan kerja yang
melaksanakan fungsi pengendalian intern. Maksud dari independent antara lain
bercermin dari :

3
Keefe Darius Chandra, PENERAPAN BUSINESS CONTINUITY PADA BANK CENTRAL ASIA, jurnal
Ekonomi, vol.21 No.01,(Bandung:Program Studi Manajemen Pascasarjana Universitas Katolik
Parahyangan,2017),hal.17

5
1. Pemisahan fungsi atau tugas antara saktuan kerja manajemen risiko, satuan
kerja operasional dan satuan kerja yang melakukan fungsi pengendalian
intern.
2. Proses pengambilan keputusan yang tidak memihak.
SKMR bertanggungjawab langsung kepada direktur utama atau kepada
direktur yang ditugaskan secara khusus yang membawahkan fungsi kepatuhan
atau direktur manajemen risiko. Wewenang dan tanggung jawab SKMR antara
lain :
1. Pemantauan pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah disetujui
oleh direksi.
2. Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan dan melakukan stress testing.
stress testing digunakan untuk mengetahui dampak dari implementasi
kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap kinerja dan pendapatan
masing-masing satuan kerja.
3. Kaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko.
4. Pengkajian usulan aktivitas dan atau produk baru.
5. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk
mengukur risiko bagi perusahaan yang menggunkan model untuk keperluan
intern.
6. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional dan atau kepada
KMR sesuai kewenangan yang dimilikinya.
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil atau komposisi risiko secara
berkala.4
Struktur organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko disesuaikan
dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank. Setiap bank dapat
menentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi, termasuk
kemampuan keuangan dan sumberdaya manusia. Bagi bank yang relatif
besar dari sisi total aset dan memiliki tingkat kompleksitas usaha yang
tinggi, struktur organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko harus
mencerminkan karakteristik usaha bank dimaksud. Bagi bank yang relatif

4
Ibid., hlm. 29-30.

6
kecil dari sisi total aset dan memiliki tingkat kompleksitas usaha yang
rendah maka bank dapat menunjuk sekelompok petugas dalam suatu
unit/grup yang melaksanakan fungsi Satuan Kerja Manajemen Risiko.
C. Hubungan Satuan Kerja Operasional Dengan SKMR
Satuan kerja operasional wajib menginformasikan eksposur risiko yang
melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada SKMR secara berkala.
Frekuensi penyampaian informasi eksposur risiko disesuaikan dengan
karakteristik jenis risiko. Yang termasuk dalam satuan kerja operasional adalah
satuan kerja perkreditan, pendanaan ataupun bagian-bagian lain disebuah
korporasi. Jadi, apabila eksposur yang memengaruhi bisnis disebuah korporasi
harus disampaikan secara berkala sesuai dengan profil risiko dan kompleksitas
korporasi.5

5
Ibid., hlm. 31.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komite Manajemen Risiko (KMR) sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
huruf a setidaknya terdiri atas mayoritas anggota direksi dan pejabat eksekutif
terkait. Dalam keanggotaan KMR dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak
tepat, bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Anggota tetap ialah
direksi dan pejabat eksekutif yang ditunjuk direktur utama untuk
melaksanakan wewenang dan tanggungjawab secara permanen untuk jangka
waktu tertentu, sedangkan anggota tidak tetap ialah direksi dan pejabat
eksekutif yang terkait dengan topik yang dibahas dan direkomendasikan
dalam KMR.
Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) merupakan bagian dari struktur
organsasi (bersifat structural) yang harus disesuaikan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha perusahaan serta risiko yang melekat pada perusahaan
agar perusahaan dapat menentukan sendiri struktur organisasi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi, baik dari segi keuangannya atau dari segi sumber daya
manusia (SDM).
Satuan kerja operasional wajib menginformasikan eksposur risiko yang
melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada SKMR secara berkala.
Frekuensi penyampaian informasi eksposur risiko disesuaikan dengan
karakteristik jenis risiko.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bisa bermanfaat dan
menambah wawasan mengenai organisasi dan fungsi manajemen risiko. Selain
itu, Karena masih minimnya pengetahuan yang kami miliki dan kurangnya
sumber-sumber yang kami dapatkan, Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki
ke depannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
CRMS.2020. Fungsi Dan Peran Komite Pemantau Risiko Serta
Kontribusinya Dalam Penerapan Enterprise Risk Management Di
Indonesia Publication.
Rustam Bambang Rianto. 2017. Manajemen Risiko : Prinsip, Penerapan, Dan
Penelitia. Jakarta: Salemba Empat.
Darius Chandra Keefe.2017. Penerapan Business Continuity Pada Bank Central
Asia. Bandung:Program Studi Manajemen Pascasarjana Universitas Katolik
Parahyangan. Jurnal Ekonomi. Vol.21 No.01.

Anda mungkin juga menyukai