Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PENELITIAN

KESEHATAN MASYARAKAT

PENGEMBANGAN PRODUK COOKIES TEPUNG DAUN KELOR (MORINGA


OLEIFERA) TERHADAPUJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN ZAT GIZI
SEBAGAI PANGAN DARURAT GIZI BENCANA BAGI BALITA
DI KOTA PADANG TAHUN 2019

Penulis : Lembayung Sutita Nasution (1711226015)


Pembimbing I : Firdaus, SP, M.Si
Pembimbing II : Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
PENGEMBANGAN PRODUK COOKIES TEPUNG DAUN KELOR (MORINGA
OLEIFERA) TERHADAPUJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN ZAT GIZI
SEBAGAI PANGAN DARURAT GIZI BENCANA BAGI BALITA
DI KOTA PADANG TAHUN 2019
Lembayung Sutita Nasution*, Firdaus, SP, M.Si **, Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd,
M.Si **

ABSTRAK

Dalam keadaan darurat penyediaan makanan instan sangat diperlukan dalam kondisi keterbatasan
seperti minimnya ketersediaan air bersih yang memadai pangan darurat yang siap untuk dikonsumsi menjadi
salah satu solusi terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan produk cookies tepung daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap kandungan zat gizi dan uji organoleptik sebagai pangan darurat gizi bencana bagi
Balita di kota Padang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen murni. Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan percobaan langsung penambahan tepung daun kelor terhadap produk cookies. Rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan
dan 2 kali ulangan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, terdapat perbedaan yang nyata dari segi warna,
aroma, rasa, dan tekstur yaitu pada perlakuan F2 dan F3. Hasil uji hedonik (kesukaan) dan mutu hedonik dari
segi keseluruhan produk cookies yang disukai adalah perlakuan F2 dengan nilai rata-rata tertinggi 5.29a.
Kandungan zat gizi produk cookies terpilih memberikan tambahan energi sebesar 280 kkal, 5.4 gr protein, 16.7
gr lemak, dan 27.9 gr karbohidrat dianjurkan kepada Balita untuk mengonsumsi dua kali makan dalam sehari
sebanyak 2 porsi cookies yang terdiri dari 8 keping cookies. Formulasi terpilih berdasarkan uji organoleptik dan
analisis kandungan zat gizi yaitu pada perlakuan F2. Berdasarkan standar pangan darurat, produk cookies yang
dikembangkan telah memenuhi sebagai pangan darurat dengan kandungan energi dan kandungan protein sudah
memenuhi dari kebutuhan gizi Balita, serta ditambah juga dengan kandungan kalsium yang cukup tinggi
dikonsumsi dalam sehari.

Kata Kunci : Pengembangan Produk, Tingkat Kesukaan, Kandungan Zat Gizi

ABSTRACT

In an emergency, providing instant food that is very much needed in conditions of limited conditions
such as the minimum need of adequate clean water, emergency food that is ready for payment is one of the best
solutions. The aim of this study is to develop Moringa oleifera cookies products for nutrient content and
organoleptic tests as a disaster nutrition emergency food for toddlers in the city of Padang. This research is a
kind of true experimental research. This research was conducted by conducting a direct experiment of adding
Moringa leaf flour to the cookie products. The design used in this study was a completely randomized design
(CRD) using 3 treatments and 2 replications. Based on the results of analysis of variance, there are significant
differences in terms of color, aroma, taste, and texture in the treatment of F2 and F3. The hedonic (preferred)
test results and hedonic quality in terms of overall preferred cookies products are the F2 treatment with the
highest average value of 5.29a. The nutritional content of selected cookie products provides an additional
energy of 280 kcal, 5.4 grams of protein, 16.7 grams of fat, and 27.9 grams of carbohydrates is recommended
for Toddlers to consume two meals a day as much as 2 servings of cookies consisting of 8 pieces of cookies. The
formulation was chosen based on organoleptic test and proximate test that is at treatment F2. Based on
emergency food standards, the developed cookie products have fulfilled as emergency food with energy content
and protein content already fulfilling the nutritional needs of toddlers, as well as added with a high calcium
content that is consumed in a day.

Keywords : Product Development, Level Of Preference, Nutrient Content

* Alumni FKM UNAND


** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
PENDAHULUAN yaitu sebesar 19.6%.(4,19) Kondisi gizi buruk
Posisi wilayah Indonesia, secara pada Balita juga berhubungan dengan
geografis dan demografis rawan terjadinya konsekuensi jangka panjang seperti rendahnya
bencana alam dan non alam. Bencana alam tingkat kecerdasan anak, rendahnya
seperti gempa tektonik, tsunami, banjir dan kemampuan untuk bersosialisasi serta
angin puting beliung. Bencana non alam rendahnya performa dalam balajar dan
banyak disebabkan oleh ulah manusia yang beraktivitas.(4)
tidak mengelola alam dengan baik sehingga Dalam lokasi rawan bencana alam
mengakibatkan terjadinya bencana alam, yang dapat datang sewaktu-waktu dan
seperti tanah longsor, banjir bandang, menyebabkan tertutupnya akses untuk
kebakaran hutan dan kekeringan.(1) mendapatkan makanan. Anak-anak yang
Salah satunya provinsi Sumatera Barat berada di lokasi rawan bencana dapat menjadi
merupakan daerah yang rawan bencana alam, mengalami penurunan status gizi karena
karena letaknya berada pada pertemuan kekurangan energi yang disebabkan akses
lempeng Indo–Australia dan Eurasia di yang buruk terhadap makanan yang
Samudra Hindia sebelah barat Kepulauan berkualitas. Solusi untuk mengatasi masalah
Mentawai serta dilalui jalur patahan Semangka rawan pangan termasuk kondisi tanggap
mulai dari Solok Selatan sampai Pasaman darurat sampai saat ini masih mengacu pada
yang sangat rentan terhadap bencana gempa penyediaan beras dan mie instant sebagai
bumi dan tsunami. Selain itu, wilayah Sumatra cadangan pangan.(3)
Barat mempunyai jenis tanah yang mudah Dalam keadaan darurat, penyediaan
longsor hampir seluruh wilayah Provinsi makanan instan sangat diperlukan dalam
Sumatera Barat dikategorikan sebagai daerah kondisi keterbatasan seperti minimnya
rawan bencana.(2) Kondisi geologis dan ketersediaan air bersih yang memadai, pangan
geografis di atas menyebabkan Sumatera Barat darurat yang siap untuk dikonsumsi menjadi
menjadi daerah yang memiliki potensi bencana salah satu solusi terbaik.
seperti letusan gunung api, gempa, banjir, Oleh sebab itu, penting adanya
longsor (galodo), angin ribut, gelombang ketersediaan makanan yang cukup dari segi
pasang dan tsunami.(3) Badan Nasional jumlah dan kualitas bagi Balita pada saat
Penanggulangan Bencana, menyatakan bahwa bencana. Sediaan makanan Balita dalam
sekitar 15 % anak Balita di daerah bencana kondisi darurat dapat dikonsumsi oleh dewasa,
terkena dampak gizi buruk.(4) namun sediaan makanan dewasa tidak dapat
Kelompok rentan gizi merupakan dikonsumsi sembarangan oleh Balita.
sekelompok orang yang membutuhkan Ketersediaan makanan untuk Balita pada saat
penanganan khusus dalam pemenuhan terjadi bencana menjadi penting untuk
kebutuhan dasar seperti bayi, Balita, ibu hamil, diperhatikan oleh semua pihak.(6)
ibu menyusui dan lanjut usia baik dengan fisik Salah satu produk yang diciptakan
normal maupun cacat.(5) Hal ini semua sebagai produk pangan darurat adalah cookies
mendukung bahwa didalam kondisi darurat tepung daun kelor.(7,8) Daun kelor merupakan
anak-anak adalah kelompok yang paling utama salah satu bahan pangan lokal yang memiliki
terkena dampak dari bencana, serta mengalami kandungan zat gizi yang baik terutama protein
penurunan status gizi karena kekurangan dan mineral, namun masih jarang
energi yang disebabkan oleh akses yang buruk dimanfaatkan oleh masyarakat. Daun kelor
terhadap makanan yang berkualitas.(5) memiliki kandungan protein yang tinggi, B-
Prevalensi gizi buruk dan status gizi karoten, vitamin C, mineral terutama zat besi
kurang pada Balita mengalami peningkatan dan kalsium. Daun kelor yang telah diolah
setiap tahunnya pada tahun 2013 sebesar menjadi tepung daun kelor memliki
18.9%, hingga pada tahun 2018 meningkat kandungan protein 27.1 gram, lemak 2.3 gram,
karbohidrat 38.2 gram, zat besi 28.2 mg, dan F2 terdapat 24% panelis banyak menyukai
kalsium 2003 mg per 100 gram bahan segar. (9) dalam kategori sangat suka. Dari segi uji mutu
Cookies adalah salah satu makanan yang hedonik, panelis lebih menyukai F1 sebanyak
banyak digemari oleh semua kalangan, karena 44% memilih dalam kategori warna cookies
ringan, praktis, dan tahan lama.(10) terang, F2 lebih disukai panelis sebanyak 36%
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memilih dalam kategori aroma cookies harum,
menciptakan pengembangan produk cookies F2 lebih disukai panelis sebanyak 40%
dengan berbahan baku utama tepung daun memilih dalam kategori rasa cookies manis,
kelor (Moringa oleifera) yang berpotensi dan F2 lebih disukai panelis sebanyak 32%
sebagai pangan darurat pada Balita di Kota memilih dalam kategori tekstur cookies
Padang. renyah.
Analisis kandungan zat gizi masing-
METODE PENELITIAN masing formula yaitu, kandungan kadar air F1
Jenis penelitian ini adalah penelitian
(8,18%), F2 (7,85%), dan F3 (7,38%).
true eksperimen atau eksperimen murni.
Kandungan kadar abu F1 (1,34%), F2 (1,41%),
Penelitian eksperimen murni yaitu melakukan
dan F3 (1,92%). Kandungan kadar protein F1
percobaan langsung tentang penambahan
(10,86%), F2 (11,20%), dan F3 (8,55%).
tepung daun kelor terhadap produk cookies.
Kandungan kalsium F1 (416,146 mg), F2
Uji organoleptik pada cookies tepung daun
(433,283 mg), dan F3 (446,968 mg).
kelor ini berdasarkan pada warna, aroma, rasa
dan tekstur. Rancangan yang digunakan dalam PEMBAHASAN
penelitian ini adalah Rancangan Acak Warna
Lengkap (RAL). Rancangan ini menggunakan Warna pangan ditentukan oleh
3 perlakuan dan 2 kali ulangan. Uji beberapa pigmen alami yaitu seperti khlorofil
organoleptik dilakukan di Laboratorium pada sayuran hijau. Pengaruh suhu
Penyelenggaraan Makanan, FKM Universitas pemanggangan terhadap warna dari suatu
Andalas, untuk pengujian organoleptik cookies bahan makanan disebabkan oleh adanya warna
tepung daun kelor diuji oleh panelis dari gelap yang timbul akibat reaksi pencoklatan
Mahasiswa Gizi sebanyak 25 orang. Analisis non enzimatis atau reaksi maillard.(43)
kandungan zat gizi kadar air, kadar abu, dan Kandungan gula yang cukup tinggi tersebut
protein dilakukan di Laboratorium Nutrisi Non menyebabkan adanya reaksi maillard yang
Ruminansia, Fakultas Peternakan Universitas mengakibatkan perubahan warna selama
Andalas dan analisis kadar kalsium dilakukan proses pemanggangan menjadi kecokelatan. (44)
di Laboratorium Air, Fakultas Teknik Daya terima panelis dipengaruhi oleh warna
Universitas Andalas. Pembuatan cookies yang menarik. Warna cookies tepung daun
dengan penambahan tepung daun kelor kelor dipengaruhi oleh berbagai konsentrasi
sebanyak F1 (20 gr), F2 (40 gr) dan F3 (60 gr). penambahan tepung daun kelor masing-masing
tiap perlakuan. Berdasarkan penelitian oleh
HASIL Anggraini juga mengemukakan besarnya
Berdasarkan grafik tingkat kesukaan tingkat konsentrasi yang ditambahkan akan
(uji hedonik) warna pada cookies mempengaruhi warna yang dihasilkan pada
menunjukkan panelis banyak menyukai F1 cookies.(48) Warna juga dipengaruhi oleh
sebanyak 48% memilih dalam kategori suka, pemakaian gula halus serta waktu yang
aroma pada cookies panelis banyak menyukai digunakan saat pengovenan.(45) Sesuai dengan
F2 sebanyak 28% memilih dalam kategori perlakuan yang telah dilakukan pada hasil
sangat suka, rasa pada cookies panelis banyak warna cookies tepung daun kelor F1, F2, dan
menyukai F2 sebanyak 48% memilih dalam F3. Hal ini disebabkan karena panelis lebih
kategori suka, sedangkan tekstur cookies untuk terbiasa dengan warna cookies pada umumnya
yang terang tidak terlalu gelap dibandingkan banyak konsentrat daun kelor yang
dengan warna cookies yang berwarna hijau ditambahkan dapat mengakibatkan rasa pahit
gelap.(50) Pada penelitian Fitriani N, juga semakin kuat.(51)
menyatakan daun kelor saat kering berubah
warna menjadi lebih gelap karena warna hijau Tekstur
Dari perlakuan F1, F2, dan F3 dapat
klorofil pada daun teroksidasi menjadi lebih
dilihat bahwa semakin banyak kandungan
gelap. Besarnya tingkat konsentrasi yang
tepung daun kelor dalam bahan menghasilkan
ditambahkan akan mempengaruhi warna yang
tekstur agak keras pada cookies seperti pada
dihasilkan pada cookies.(49)
perlakuan F3 hal ini disebabkan karena adanya
Aroma penambahan tepung daun kelor sebanyak 60
Terdapat perbedaan aroma cookies gr. Semakin tinggi penambahan tepung daun
daun kelor yang dihasilkan pada semua variasi kelor cookies yang dihasilkan akan semakin
cookies. Aroma cookies dihasilkan dari tepung keras. Tekstur juga berpengaruh pada saat
daun kelor yang digunakan, yaitu aroma khas melakukan pengolahan yaitu saat pegovenan,
daun kelor. Aroma yang paling kuat terdapat suhu yang digunakan saat melakukan
pada cookies perlakuan F3 disebabkan pengovenan adalah 150oC selama 30 menit.
penambahan tepung daun kelor pada cookies Semakin lama waktu pengovenan dilakukan
ini adalah paling banyak yaitu 60 gr serta dengan menggunakan suhu yang tinggi
dibandingkan dengan F1, dan F2. Jumlah daun maka tekstur cookies akan agak keras seperti
kelor yang ditambahkan mempengaruhi pada perlakuan F3. Penelitian Rahmawati dan
aroma. Hal ini sesuai dengan peneltian yang Nisa, juga menyatakan tekstur cookies yang
telah dilakukan oleh Ausgutyn GH, bahwa dihasilkan salah satunya dipengaruhi oleh
semakin tinggi penambahan tepung daun kelor proses pemanasan yang berlangsung.(56)
maka hasil organoleptik terhadap aroma
semakin menurun.(9) Menurunnya tingkat Penentuan Perlakuan Terbaik
penerimaan terhadap aroma cookies Produk terpilih ini didapatkan dari uji
disebabkan karena penambahan tepung daun organoleptik, metode yang digunakan adalah
kelor telah menutupi bahan yang digunakan uji kesukaan dengan skala hedonik yang
karena bau langu atau bau khas pada tepung meliputi dari segi warna, aroma, rasa dan
daun kelor.(50) tekstur yang terbaik dari cookies tepung daun
kelor. Kemudian produk terpilih ini juga
dibandingkan dengan analisis kandungan zat
Rasa gizi yang telah diketahui. Perlakuan terbaik
Dari perlakuan F1, F2, dan F3 dapat adalah salah satu perlakuan dari beberapa
dilihat bahwa semakin banyak kandungan perlakuan yang memiliki rata-rata tertinggi
tepung daun kelor dalam bahan menghasilkan terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur.
rasa cookies yang agak pahit seperti pada Berdasarkan nilai rata-rata uji
perlakuan F3 hal ini disebabkan karena adanya organoleptik pada masing-masing formulasi
penambahan tepung daun kelor sebanyak 60 cookies tepung daun kelor penerimaan
gr. Menurut Penelitian yang telah dilakukan terhadap cookies tepung daun kelor dari
oleh Luthfiyah, rasa pahit dari tepung kelor masing-masing formulasi diperoleh kesukaan
disebabkan adanya senyawa fenolik dan panelis pada cookies tepung daun kelor pada
alkaloid.(52) Rasa pahit pada daun kelor juga perlakuan F2 yang merupakan hasil terbaik
menyebabkan daya terima panelis terhadap menggunakan tepung daun kelor sebanyak 40
rasa mie basah menjadi rendah karena rasa gram. Hal ini disebabkan karena perpaduan
pahit yang dhasilkan oleh tepung daun kelor. antara tepung terigu, tepung daun kelor, dan
(53)
Hal ini selaras dengan penelitian Trisnawati bahan cookies lainnya menghasilkan cookies
dan Nisa, yang menyatakan bahwa semakin tepung daun kelor dengan ciri-ciri yang baik
yaitu rasa cookies manis, warna cookies ilmu di bangku perkuliahan hingga masa studi
terang, aroma cookies harum dan tekstur berakhir. Ucapan terima kasih disampaikan
cookies renyah. kepada Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas, seluruh
Kandungan zat gizi produk cookies
dosen dan staf akademik Fakultas Kesehatan
terpilih memberikan tambahan energi sebesar Masyarakat Universitas Andalas, kepada
280 kkal, 5.4 gr protein, 16.7 gr lemak, dan dosen pembimbing dan penguji yang telah
27.9 gr karbohidrat dianjurkan untuk Balita memberikan bimbingan, saran dan masukan
mengonsumsi dua kali makan dalam sehari kepada penulis dalam menyelesaikan karya
sebanyak 2 porsi cookies yang terdiri dari 8 tulis ilmiah ini. Selanjutnya, penulis
keping cookies mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Kesimpulan dan Saran
Pembuatan formulasi cookies tepung
daun kelor diawali dengan pengeringan daun Daftar Pustaka
kelor, daun yang sudah kering dihaluskan
dengan blender tepung diayak sehingga akan
dihasilkan tepung daun kelor, kemudian
dilakukan proses pembuatan cookies dengan
menggunakan tepung daun kelor yang sudah
dibuat sebelumnya. Taraf pemberian tepung
daun kelor setiap perlakuan berbeda-beda.
Panelis lebih menyukai perlakuan F2 dari segi
uji organoleptik keseluruhan dengan
menghasilkan kandungan air 7,85%,
kandungan kadar abu 1,41%, kadar protein
11,20%, dan kadar kalsium 433,282 mg.
Cookies ini memiliki kandungan zat gizi yang
cukup sebagai pangan darurat kepada
kelompok sasaran yaitu Balita. Formulasi
terbaik dengan menghasilkan warna cookies
terang, aroma harum, rasa manis, dan tekstur
renyah. Adanya pengkajian lebih lanjut pada
cookies tepung daun kelor ini dengan
penambahan bahan lain seperti jeruk kasturi
untuk meningkatkan cita rasa (after taste) pada
produk agar rasa tidak terlalu pahit.
Pengovenan cookies sebaiknya menggunakan
waktu yang singkat dengan proses pemanasan
suhu tinggi, karena menggunakan waktu yang
lama dengan pemanasan suhu tinggi akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar nilai
gizi dalam bahan.

Penghargaan/Pengakuan
Penulis mengucapkan puji syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan
anugerah dan kesempatan dalam menuntut

Anda mungkin juga menyukai