Disusun oleh :
RISKI AMALIYAH
NIM: 192101101
1
(Kamsiati, 2010), biasa dijadikan pengganti nasi, dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi kurang nafsu makan, cacingan, demam, dan sembelit (Prabantini,
2013).
Labu kuning (Cucurbita Moschata Duch) atau tanaman waluh merupakan
tanaman yang termasuk dalam family cucurbitaceae dan banyak ditemukan di
semua wilayah di Indonesia. Tingkat produksi labu kuning di Indonesia
relatife tinggi pada tahun 2011 misalnya di Jawa 150.000 ton, Sumatera 6.100
ton dan Bali 1.200 ton (BPS, 2012). Tingkat produksi labu kuning di Riau
pada tahun 2011 sampai 2015 berturut-turut sebagai berikut: 333 ton, 251 ton,
515 ton, 522 ton, adapun pada tahun 2015 turun menjadi 53 ton (BPS, 2015).
Berdasarkan data tersebut, tingkat produksi labu kuning cukup tinggi.
Tetapi tingginya nilai produksi tersebut tidak seimbang dengan tingkat
konsumsi labu kuning yang masih rendah,yaitu kurang dari 5 kg per kapita per
tahun (Ifgar, 2012). Padahal labu kuning memiliki manfaat bagi kesehatan,
harganya murah, dan mudah didapatkan. Secara umum pengolahan labu
kuning masih terbatas pada pengolahan produk seperti dibuat kolak, dimasak
sebagai sayur atau hanya dikukus (Prabantini, 2013). Faktanya labu kuning
juga dapat dijadikan pangan alternative, untul memenuhi kebutuhan
karbohidrat dan serat (Wardani, 2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
“Pemanfaatan tepung labu kuning untuk substitusi brownies kukus sebagai
makanan selingan anak-anak”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tepung
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Jenis
2.1.3 Cara pengolahan
2.1.4 Manfaat
2.2 Labu Kuning
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Jenis
2.2.3 Cara pengolahan
2.2.4 Manfaat
2.3 Brownies Kukus
2.3.1 Pengertian
2.3.2 Jenis
2.3.3 Cara pengolahan
2.3.4 Manfaat
2.4 Makanan Selingan
2.4.1 Pengertian
2.4.2 Jenis
2.4.3 Cara pengolahan
2.4.4 Manfaat
2.5 Anak Sekolah
2.5.1 Pengertian
2.5.2 Kebutuhan gizi
2.5.3 Masalah gizi