Anda di halaman 1dari 9

Mie Ayam Daun Kelor Sebagai Obat Pencegah

Diabetes

Oleh:
Adit Sofyan(2)
Faizal Musyarof(15)
M. Zadit Taqwa(22)

Madrasah Aliyah Negeri Blora

2023/2024
Kata Pengantar

Puji syukur Tuhan yang maha Esa karena dengan berkat rahmat dan karunianya kami
masih diberikan Kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
baik. Kami mengangkat tema dengan judul “Mie Ayam Daun Kelor Sebagai Obat Pencegah
Diabetes”.
Penyusunan karya ilmiah ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan , dukungan
serta kerja sama dari berbagai pihak yang terlibat.
Atas berhasilnya penyusunan karya Ilmiah ini, maka peneliti mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak H. sujito S.pd.M.Si selaku kepala Madarasah Aliyah Negeri Blora.
2. Ibu sulistyowati S.pd. selaku pembimbing yang selalu memberi bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
3. Rekan-rekan dan pihak yang telah berkontribusi dalam menyumbangkan
pemikirannya sehingga karya ilmiah ini dapat selesai dengan baik.

Karena masih dalam taraf belajar, peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu peniliti sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan karya peneliti selanjutnya . Demikian, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya dan bagi masyarakat
sekitar.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang berasal dari India.
Tanaman ini sudah dimanfaatkan sekitar 2000 SM atau 5000 tahun silam di India
Utara, kini Kelor dikenal di 86 negara dengan 210 nama yang berbeda.Di Indonesia
tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang bersifat magis, kerena dapat melunturkan
susuk dan mengangkat ilmu hitam,namun di balik itu semua Kelor memiliki banyak
manfaat.

Mie merusalah satu jenis makanan yang di ngemari oleh masyarakat luas tingkat
usia manapun dan sering digunakan sebagai makanan pengganti nasi. Mie telah
dikenal oleh masyarakat Asia, khusus nya Asia Timur dan Asia Tenggara yang telah
menjadikanya sebagai makanan favorit, Ketika tubuh membutuhkan sesuatu untuk
dikonsumsi. Berdasarkan sejarah mie diciptakan di negara Cina dan akhirnya
berkembang pesat di berbagi negara termasuk di Indonesia. Berdasarkan laporan yang
dirilis oleh Instan Noodles Association (WINA) konsumsi mie instan secara global
pada tahun 2017 mencapai 100,1 juta porsi, naik 2,7% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan pengonsumsi mie instan di Indonesia adalah 12,62 juta porsi atau sekitar
12,6% dari total konsumsi dunia sehingga Indonesia menempati urutan terbesar ke
dua di Dunia (Sampa Raya,2018)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat Mie Daun Kelor yang digemari masyarakat
2. Bagaimana cara menjaga kandungan Protein, Serat, Asam Klorogenik, Kalsium
yang ada di dalam Daun Kelor

1.3 Tujuan
Agar masyarakat lebih mudah dan praktis dalam mendapatkan khasiat Daun
Kelor. Salah satunya yaitu sebagai pencegah Diabetes.

1.4 Manfaat
1. Menurunkan Tekanan Darah.
2. Menurunkan Kolestrol.
3. Menurunkan kadar Gula Darah.
4. Meningkatkan Kesehatan Tulang.
5. Menjaga Kesehatan sistem Saraf.
6. Menjaga Kesehatan Kulit dan Rambut.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tanaman Kelor
Kelor atau merunggai adalah sejenis tumbuhan dari suku adalah sejenis
tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lain
seperti Limaran, Moringa, Ben-oil, Drumstick, Horseradish Tree, dan
Malunggay di Filipina
Tanaman Kelor diklasifikasikan sebagai berikut :
Nama Ilmiah : Moringa Oleifera
Famili : Moringacea
Kingdom : Plantae
Ordo : Brasicales
Spesies : M. oleifera

Daun kelor sejak lama digunakan sebagai obat tradisional yang baik
untuk mencegah kanker dan menjaga tekanan darah. Hal ini dipengaruhi oleh
kandungannya yang baik untuk Kesehatan seperti antioksidan dan berbagai
nutrisi lainya

2.2 Tepung Daun Kelor


Tepung daun Kelor merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari
daun Kelor yang di proses dengan cara dikeringkan dan dibuat serbuk dengan
di hancurkan dan di ayak(Tanico,2011). Daun Kelor dapat di manfaatkan
dalam bentuk tepung agar lebih awet dan mudah di simpan. Tepung daun
Kelor merupakan suplemen makanan yang bergizi dan dapat di tambahkan
sebagai campuran dalam makanan. Daun kelor yang akan di jadikan tepung
harus dicuci untuk menghilangkan kotoran dan kuman(Doerr &
Cameron,2005)

2.3 Khasiat Daun Kelor


Daun Kelor memiliki nutrisi yang tinggi karena mengandung Vitamin A
yang setara dengan 4 kali Vitamin A yang terdapat pada Wortel, setara
dengan 4 kali Kalsium yang terdapat pada susu, setara dengan 3 kali
Potassium pada Pisang, setara dengan 2 kali Protein yang terdapat pada
Yoghurt dan setara 3 kali Zat Besi pada Bayam. (Hakim Bey, 2010 dalam
Krisnadi, 2015)
Kelor juga mengandung asam klorogenik yang telah terbukti dapat
membantu mengendalikan kadar gula darah dan memungkinkan sel untuk
mengambil atau melepaskan glukosa sesuai kebutuhan. Selain asam
klorogenik, senyawa isothiocyanate yang terkandung dalam daun kelor juga
mampu memberikan perlindungan alami terhadap diabetes. Daun kelor juga
memiliki efek positif pada kontrol glukosa darah dan kadar insulin pada pasien
dengan diabetes.
(http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77631/MANFAAT-DAUN-
KELOR-BAGI-KESEHATAN/)

2.4 Struktur Tanaman Kelor


Daun kelor berbentuk bulat telur dengan tepi daun rata dan ukurannya
kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong, 2012). Terdapat
beberapa julukan untuk pohon kelor diantaranya The Miracle Tree, Tree For
Life, dan Amazing Tree. Julukan tersebut muncul karena bagian pohon kelor
mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit, batang, hingga akar memiliki 8
manfaat yang luar biasa. Tanaman kelor mampu hidup di berbagai jenis tanah,
tidak memerlukan perawatan yang intensif, tahan terhadap musim kemarau,
dan mudah dikembangbiakkan (Simbolon dkk 2007). Menurut Utami (2013),
manfaat dari daun kelor antara lain sebagai anti peradangan, hepatitis,
memperlancar buang air kecil, dan anti alergi. Daun kelor (Moringa oleifera)
banyak digunakan dan dipercaya sebagai obat infeksi, anti bakteri, infeksi
saluran urin, luka eksternal, antihipersensitif, anti anemik, diabetes , colitis,
diare, disentri, dan rematik (Fahey, 2005).

2.5 Deskripsi Mie


Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena
harganya murah dan cara pengolahan sekaligus penyajiannya sederhana. Mie
banyak mengandung karbohidrat, yang banyak menyumbang energi pada
tubuh sehingga mie dapat dijadikan sebagai makanan pengganti nasi.
Penggunaan mie di Indonesia sebagai bahan baku pembuatan soto mie
(Bogor), taoge goreng (Jawa Barat), mie telor (Palembang), mie juhi (Betawi),
mie goreng, mie pangsit, mie ayam dan ifumi (Astawan, 2008). Kegemaran
masyarakat mengkonsumsi mie semakin lama semakin meningkat. Menurut
Munarso dan Haryanto (2012), konsumsi mie instan meningkat sekitar 25%
per tahun, pada awal tahun 2000-an, angka ini diperkirakan terus meningkat
sekitar 15% per tahun. Hal itu dapat menjadi perkembangan peluang bisnis,
sehingga perlu peningkatan rasa dan kualitas. Bahan baku pembuatan mie
adalah tepung terigu, sehingga hal ini menambah jumlah impor tepung terigu.
Penggunaan tepung terigu terus mengalami peningkatan, sehingga tahun 2011
impor tepung terigu mencapai 638.863,48 ton (Disperindag, 2012).
Peningkatan impor tepung terigu dapat mengancam ketahanan pangan,
sehingga diperlukan alternatif bahan dasar pembuatan mie yang berbasis
pangan lokal. 2 Salah satu sumber pangan lokal yang melimpah di Indonesia
adalah pisang. Produksi pisang di Indonesia yaitu sebesar 6,20 % (5.755.073
ton) dari total produksi di dunia dan 50 % dari total produksi di Asia (Suyanti
dan Supriyadi, 2008; BPS, 2010). Produksi pisang yang melimpah tanpa
disertai penanganan pasca panen yang baik secara mekanis, fisiologi, dan
mikrobiologi akan menyebabkan banyak pisang yang terbuang (Suyanti dan
Supriyadi, 2008). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
pisang yang terbuang ialah dengan pembuatan tepung pisang. Pengolahan
pisang menjadi tepung merupakan alternatif diversifikasi komoditas pisang
dan mengurangi ketergantungan terhadap terigu serta produk berbahan baku
beras. Pembuatan tepung pisang juga bermanfaat untuk meningkatkan masa
simpan dan meningkatkan nilai gizi. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2010), bahwa kandungan pati pada
pisang menjadi maksimal apabila diolah menjadi tepung pisang dengan tingkat
ketuaan yang cukup. Banyak jenis pisang yang terdapat di Indonesia. Salah
satu pisang yang populer di masyarakat adalah pisang ambon. Menurut
Prahasta (2009), pisang ambon mempunyai kulit tipis, daging buah berwarna
putih kekuningan dengan rasa manis dan pulen. Pohon pisang ambon termasuk
genjah karena pada umur setahun sudah berbuah. Sehingga pisang ambon
mudah didapatkan di pasar dan warung makan. Selain mudah didapatkan,
pisang ambon kaya akan vitamin A, dibandingkan jenis pisang lainnya.
Kandungan vitamin A dalam 100 gram pisang ambon yaitu 146 SI, sedangkan
pisang raja uli 79 SI, pisang 3 anggleng (ampyang) 76 SI, pisang mas 79 SI ,
pisang raja sereh (pisang susu) 112 SI, , pisang lampung 618 SI, dan pisang
raja 950 SI (Astawan, 2008). Menurut Aroni (2012), vitamin A mempunyai
fungsi penting dalam sistem penglihatan, kekebalan tubuh dan fungsi
reproduksi. Pisang juga kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi,
fosfor, dan kalsium, mengandung vitamin A, B6 dan C serta mengandung
serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter untuk kecerdasan otak (Suyanti
dan Supriyadi, 2008). Penyerapan zat besi pada buah pisang hampir 100%
dapat diserap oleh tubuh, jika dibanding dengan makanan nabati lainnya.
Berdasarkan berat kering buah pisang per 100 gram kadar zat besi mencapai 2
mg dan zat seng 0,8 mg (Khomsan dkk, 2008) Pengolahan pisang ambon
menjadi tepung pisang meningkatkan kandungan pati yaitu, setiap 100 gram
mengandung 61,3-76,5 g dan serat 6,3-15,5 g (Mota dkk, 2000; Juarez-Garcia
dkk, 2006). Tepung pisang dapat diolah menjadi produk pangan untuk
menambah penganekaragaman pangan, diantaranya mie. Produk pangan dari
tepung pisang yang memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan
vitamin A dan Fe. Kualitas mie ditentukan oleh elastisitas dan tekstur mie.
Elastisitas mie sangat dipengaruhi oleh kandungan gluten. Selain itu elastisitas
juga dipengaruhi oleh bahan tambahan seperti telur, air, dan garam serta proses
pembuatannya. Substitusi pisang ambon terhadap pembuatan mie tentu sangat
mempengaruhi faktor fisik (elastisitas) dan kualitas mie berdasarkan daya
terima meliputi aroma, rasa, warna dan tekstur mie. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
perbandingan tepung terigu dan tepung pisang ambon 4 dalam pembuatan mie
basah terhadap elastisitas dan daya terima mie basah.
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan pada bulan Januari-Juni 2023
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 1

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan


3.2.1 Sumber Data
Data diperoleh dengan melakukan searching di Internet
3.2.2 Alat Penelitian

Seperangkat alat yang digunakan yaitu Mesin Mol Mie, Oven, Kompor,
Baskom, dan Lengser Kue
3.2.3 Bahan Penelitian
Bahan penelitian meliputi :

 Daun kelor 200 gr


 Tepung Terigu 500 gr
 Tepung tapioka 2 sdm
 Minyak goreng 2 sdm
 Telur 1 butir
 Garam secukupnya
 Air 150 ml
 Cabai secukupnya

3.3 Metode Perolehan Data


Produk yang akan dibuat adalah Mie Daun Kelor. Langkah produksi untuk
membuat Mie Ayam Daun Kelor adalah sebagai berikut :

Metode Penelitian

Pembuatan Mie Evaluasi


Daun Kelor
3.4 Tahap Pembuatan
 Daun kelor diblender hingga halus dan saring airnya.
 Campurkan Tepung terigu dan tepung tapioka dalam wadah baskom kemudian
diaduk hingga merata.
 Campuran kelor yang diblender, telur, garam dan cabai yang telah diblender
hingga halus dicampurkan ke dalam adonan tepung terigu dan tepung tapioka
dan diaduk hingga merata. Kemudian tuangkan minyak goreng kedalam
adonan.
 Diuleni hingga kalis dan diamkan selama 10-15 menit. Kemudian adonan
tersebut dipipihkan menggunakan mesin mol mie, setelah dipipihkan adonan
tersebut dimasukkan kedalam mesin pembentuk mie hingga diperoleh adonan
tersebut dalam bentuk mie.
 Panggang adonan tersebut menggunakan oven dengan suhu 850C selama 10
menit.
 Setelah 10 menit, keluarkan dari oven dan dinginkan.
 Setelah dingin olahan mie kelor pedas siap dikemas

3.5 Tahap Evaluasi


Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan,dilakukan terhadap berlangsungnya
program. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
proses pembuatan,serta mengetahui hal yang harus di tingkatkan dari pembuatan
Produk.

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Hasil yang didapat dilakukan anilisis menggunakan analisis varians satu arah
(ANOVA).

Anda mungkin juga menyukai