Anda di halaman 1dari 2

DISCUSSION

Berdasarkan kajian literatur yang sudah dilaksanakan bisa diambil kesimpulan bahwa dengan
diberikannya esensi daun kelor dapat memengaruhi kadar hemoglobin remaja perempuan. Keseluruhan
artikel yang dianalisis menyatakan bahwa ada peningkatan umumnya persentase hemoglobin selepas
diberikan intervensi esensi daun kelor, meskipun ada beberapa tidak secara lengkap menjelaskan dosis
yang digunakan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Tri Hartati, dkk didapatkan hasil bahwa
dijumpai variasi yang sangat bermakna antara sebelum dan selepas diberikannya tablet serbuk yang
mengandung kelor sejumlah 70 mg tiap harinya yang pemakaiannya selama 14 hari (2 minggu).(Hartati
& Sunarsih)
Riset tersebut searah dengan hasil penelitian Ponomban, dkk yang mengungkapkan bahwa
dengan diberikannya kapsul yang didalamnya terdapat serbuk daun kelor dengan dosis pemkaian 2 x 2
kapsul tiap harinya (setiap kapsul terdapat 500 mg serbuk daun kelor) sepanjang waktu 30 hari dapat
meningkatkan persentase hemoglobin pada wanita hamil. Riset Tende, dkk(Tende, Ezekiel, Dikko, &
Goji, 2011) menyampaikan bahwa salah satu cara yang bisa dijalani untuk mengendalikan malnutrisi
adalah dengan digunakannya daun kelor untuk diet tambahan, karena daun kelor mempunyai
kandungan protein yang sangat lengkap (terkandung 9 asam amino esensial), kalsium, zat besi, kalium,
magnesium, zink dan vitamin A, C, E dan vitamin B yang mempunyai kegunaan yang besar untuk
sistem imun. (Ponomban, Walalangi, & Harikedua, 2013)
Moringa Oleifera atau yang biasa disebut dengan daun kelor ditemukan di banyak daerah
tropis dan sub-tropis utamanya di Indonesia. Moringa dapat tumbuh bahkan di tanah yang paling keras
dan terkering sekalipun hampir tidak ada hal lain yang akan tumbuh. Moringa oleifera tanaman yang
mudah ditemukan. Karena ketersediaan dan penggunaannya yang mudah, daun kelor dapat diolah
dalam semua resep tradisional dalam bentuk segar, direbus, atau dalam bentuk kering.(Bey, 2010; Gull,
Javed, Aslam, Mushtaq, & Athar, 2016; Nambiar, 2015)
Moringa kadang-kadang disebut "Mother’s Best friend" dan "Miracle Tree." Sejak 1998, WHO
telah mempromosikan kelor untuk pilihan pasokan makanan impor untuk mengobati malnutrisi. Moringa
menyediakan kombinasi nutrisi yang kaya dan langka, asam amino, anti oksidan, sifat anti penuaan dan
anti inflamasi yang digunakan untuk nutrisi dan penyembuhan. Antioksidan dan keaktifan anti-inflamasi
esensi etanol guna sebagai asal mulanya antioksidan yang alamiah sebagai pencegah tambah
berkembangnya berbagai penyakit seperti pemulihan anemia, kanker, sembelit, diabetes, hipertensi,
batu ginjal, kelainan tiroid dan penyakit lainnya.(Alhakmani, Kumar, & Khan, 2013; Mahmood, Mugal, &
Haq, 2010) Riset Madukwe, dkk menyatakan bahwa ekstrak daun kelor kaya akan nutrisi esensial dan
dapat digunakan dalam suplementasi makanan untuk meningkatkan status gizi individu dan masyarakat
utamanya pada anak, remaja dan ibu hamil. (Madukwe, Ugwuoke, & Ezeugwu, 2013)
Kandungan zat gizi yang ada didalam daun kelor yatu 7 kalinya vitamin C yang ada didalam
buah jeruk, 4 kali vitamin A yang ada didalam wortel, 4 kali kalsium yang ada didalam susu, 3 kali
kalium yang ada didalam pisang, 3 kali zat besi yang ada didalam bayam dan 2 kali protein yang
terdapat dalam yoghurt atau protein yang terkandung dalam sebutir telur. Di dalam Daun kelor
mengandung zat besi (Fe) yang sangat tinggi, bahkan kemampuan zat besi pada daun kelor yang
sudah dibuat sebagai tepung terkampau jauh lebih tinggi yaitu 28,2 mg tiap 100 gram tepung yang
dibuat dari daun kelor, selain itu daun kelor juga mempunyai kandungan gizi tinggi.(Tinna) Begitu pula
Beymenunjukkan kandungan Fe bubuk d a u n kelor 25 ganda lebih banyak ketimbang sayur
bayam, vitamin A 10 ganda lebih banyak ketimbang wortel dan 7 kali lebih banyak kandungan vitamin
C ketimbang dengan buah jeruk. (Bey, 2010)
Berdasarkan riset Bey mengungkapkan bahwa tinggi dan banyaknya kandungan zat besi
didalam daun Moringa Oleifera lebih-lebih dalam keadaanya daun yang segar. (Bey, 2010) Namun,
kontrol pembuatan daun kelor yang masih segar amat sulit untuk digunakan sebagai tolak ukur. Sebab
cara pembuatan setiap individu tidak sama. Sebab itu, daun Moringa Oleifera atau daun kelor yang
kemungkinan bisa distandarisasi dan gampang untuk dikontrol dalam proses pembuatannya adalah
dalam keadaan bentuk serbuk. Jiika daun kelor dikeringkan dan dihaluskan, jika dilakukan pengolahan
dengan cara seperti itu maka nutrisi didalamnya dapat meningkat berlipat ganda, terkecuali kandungan
didalamnya seperti vitamin C. Meningkatnya kandungan nutrisi yang ada pada daun kelor yang
dikeringkan disebabkan karena kandungan air dalam daun kelor yang masih segar memasap, serta
hawa panas yang dikeluarkan menyebabkan kandungan nutrisi yang terbenam membebaskan ikatan
yang ada didalamnya.(Ponomban et al., 2013)
Berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh Alessandro Leono, dkk(Leone et al., 2015)
memperoleh hasil pengamatan cek laboratorium dapat diketahui kandungan zat gizi esensi daun kelor
dari Sulawesi Selatan yaitu kadar protein 25,25%, besi 91,72 mg, dan vitamin A 33.991,51 ug, vitamin
C 1125,71 mg dan vitamin E 3,34 mg setiap 100 gram bahan yang digunakan. Daun kelor yang
dikeringkan memiliki kandungan vitamin C 773 mg setiap 100 gram bahan yang kering. Suplemen
esensi daun kelor juga dianggap lebih efektif dalam mencegah terjadinya anemia dan dapat membantu
tubuh dalam mempertahankan kadar Hb normal dalam darah (mencegah anemia).
Pada artikel ke-4 yang dilaksanakan riset oleh Lusi Indriani, dkk ditemukan satu responden
pada kelompok intervensi yang mengungkapan beberapa keluhan yang dirasakan pada dirinya seperti
pusing, kepala terasa berat dan merasa lunglai. Kejadian ini bisa terjadi diduga karena responden
mengonsumsi kapsul serbuk daun kelor dengan keadaan perut yang kosong (belum makan).
Sementara belakangan ini masih tidak ada riset mengenai efek samping yang akan terjadi dalam
penggunaan daun kelor. Keseluruhan artikel merekomendasikan pemberian ekstrak daun kelor kepada
para remaja perempuan. Menggencarkan edukasi dan promosi manfaat daun kelor kepada masyarakat
di komunitas.(Indriani, Zaddana, Nurdin, & Sitinjak, 2019)
Keterbatasan dalam riset ini adalah intervensi ekstrak daun kelor yang dilakukan masih terlalu
sedikit dan hanya diterapkan di beberapa negara, ada beberapa yang ditambah dengan intervensi
lainnya ataupun dalam bentuk fortifikasi dari daun kelor itu sendiri. Daun kelor ini sendiri juga hanya
tumbuh di wilayah tropis atau sub-tropis, sehingga tidak banyak negara yang melakukan riset
menggunakan intervensi daun kelor.

Anda mungkin juga menyukai